Belakangan ini beredar perdebatan di media sosial berisikan gugatan terhadap kosmologi modern yang didasarkan pada sains modern berikut perangkat teknologinya yang menyatakan bahwa bumi adalah bulat dan mereka yang menyangkal mengulang kembali persepsi terhadap kosmologi kuno bahwa bumi itu datar.
Saya jadi teringat sebuah kisah lama perihal gajah dan orang-orang yang buta. Di suatu desa tua ada sebuah cerita dimana semua penduduknya adalah orang buta. Suatu kali ketika enam orang buta berjalan ke jalan raya dan bertemu dengan seseorang yang sedang menunggang gajah yang sangat besar. Enam orang buta ini pernah mendengar tentang gajah namun belum pernah menyentuh gajah sama sekali. Mereka meminta agar pemilik gajah tersebut mengijinkan mereka menyentuh gajah itu. Mereka ingin kembali ke desa dan memberitahukan kepada semua orang tentang gajah tersebut.
Pemilik gajah itu pun setuju dan mengijinkan ke enam orang buta itu memegang bagian-bagian yang berbeda dari gajah itu sampai mereka yakin bahwa mereka sudah mengetahui tentang gajah tersebut. Akhirnya mereka pun kembali ke desa dan mengumpulkan banyak orang dan mulailah mereka satu persatu menjelaskan tentang gajah tersebut. Orang pertama yang memegang badan gajah mengatakan bahwa gajah itu seperti dinding yang tebal. “Bukan begitu” kata orang kedua yang memegang gading gajah, dan mengatakan bahwa “gajah itu bentuknya agak panjang meruncing dan tajam.
Orang ketiga yang memegang telinga gajah itu berkata “bukan seperti itu, gajah itu sperti daun raksasa, kalau kita pegang akan bergerak-gerak.” “Saya tidak setuju”sahut orang keempat yang memegang belalai gajah dan berkata “gajah itu seperti ular raksasa.” Orang kelima berteriak tak setuju dan berkata “Gajah itu seperti pohon yang besar.” Orang keenam yang diijinkan menunggang gajah itu berkata “Tidak ada satu pun dari kalian yang akurat! Gajah itu seperti gunung besar yang dapat bergerak dan berjalan!”
Akhirnya mereka masing-masing tetap berargumen tentang gajah tanpa seorang pun di desa itu yang akhirnya dapat memahami seperti apa gajah itu sebenarrnya (Sumber: Hot Illustrations for Youth Talks).
Menyatakan bahwa bumi ini datar dengan mengabaikan hasil kesimpulan sains yang didasarkan fakta empirik dan perlengkapan teknologi ibarat melihat separuh realitas lalu menguniversalisasi separuh realitas itu menjadi realitas universal. Kesimpulan ilmiah bahwa bumi bulat melewati ribuan tahun penelitian dan perdebatan dimulai dari kosmologi kuno mengenai dunia hingga gugatan terhadap gugatan kosmologi kuno oleh Copernicus, Maghelans, Galileo hingga teknologi modern yang bisa memotret bentuk bumi dari luar bumi. Kepingan-kepingan perdebatan, pembuktian hingga perkembangan teknologi yang bisa memotret secara global bumi dan planet-planet lainnya termasuk matahari dan bulan adalah cara melihat realitas dari ketinggian dan secara keseluruhan. Ibarat Anda sedang berada di puncak sebuah gunung dapat melihat secara luas bukan hanya sebuah aktifitas sosial di sebuah desa melainkan alur jalan yang menghubungkan aktifitas sosial satu desa dengan desa lainnya serta berbagai penampakkan alam lainnya seperti pepohonan menghijau, barisan bebukitan serta kelokan sungai yang menawan.
Saya jadi teringat sebuah kisah lama perihal gajah dan orang-orang yang buta. Di suatu desa tua ada sebuah cerita dimana semua penduduknya adalah orang buta. Suatu kali ketika enam orang buta berjalan ke jalan raya dan bertemu dengan seseorang yang sedang menunggang gajah yang sangat besar. Enam orang buta ini pernah mendengar tentang gajah namun belum pernah menyentuh gajah sama sekali. Mereka meminta agar pemilik gajah tersebut mengijinkan mereka menyentuh gajah itu. Mereka ingin kembali ke desa dan memberitahukan kepada semua orang tentang gajah tersebut.
Pemilik gajah itu pun setuju dan mengijinkan ke enam orang buta itu memegang bagian-bagian yang berbeda dari gajah itu sampai mereka yakin bahwa mereka sudah mengetahui tentang gajah tersebut. Akhirnya mereka pun kembali ke desa dan mengumpulkan banyak orang dan mulailah mereka satu persatu menjelaskan tentang gajah tersebut. Orang pertama yang memegang badan gajah mengatakan bahwa gajah itu seperti dinding yang tebal. “Bukan begitu” kata orang kedua yang memegang gading gajah, dan mengatakan bahwa “gajah itu bentuknya agak panjang meruncing dan tajam.
Orang ketiga yang memegang telinga gajah itu berkata “bukan seperti itu, gajah itu sperti daun raksasa, kalau kita pegang akan bergerak-gerak.” “Saya tidak setuju”sahut orang keempat yang memegang belalai gajah dan berkata “gajah itu seperti ular raksasa.” Orang kelima berteriak tak setuju dan berkata “Gajah itu seperti pohon yang besar.” Orang keenam yang diijinkan menunggang gajah itu berkata “Tidak ada satu pun dari kalian yang akurat! Gajah itu seperti gunung besar yang dapat bergerak dan berjalan!”
Akhirnya mereka masing-masing tetap berargumen tentang gajah tanpa seorang pun di desa itu yang akhirnya dapat memahami seperti apa gajah itu sebenarrnya (Sumber: Hot Illustrations for Youth Talks).
Menyatakan bahwa bumi ini datar dengan mengabaikan hasil kesimpulan sains yang didasarkan fakta empirik dan perlengkapan teknologi ibarat melihat separuh realitas lalu menguniversalisasi separuh realitas itu menjadi realitas universal. Kesimpulan ilmiah bahwa bumi bulat melewati ribuan tahun penelitian dan perdebatan dimulai dari kosmologi kuno mengenai dunia hingga gugatan terhadap gugatan kosmologi kuno oleh Copernicus, Maghelans, Galileo hingga teknologi modern yang bisa memotret bentuk bumi dari luar bumi. Kepingan-kepingan perdebatan, pembuktian hingga perkembangan teknologi yang bisa memotret secara global bumi dan planet-planet lainnya termasuk matahari dan bulan adalah cara melihat realitas dari ketinggian dan secara keseluruhan. Ibarat Anda sedang berada di puncak sebuah gunung dapat melihat secara luas bukan hanya sebuah aktifitas sosial di sebuah desa melainkan alur jalan yang menghubungkan aktifitas sosial satu desa dengan desa lainnya serta berbagai penampakkan alam lainnya seperti pepohonan menghijau, barisan bebukitan serta kelokan sungai yang menawan.