RSS Feed

ANOMALI SOSIAL DAN TENDENSI-TENDENSI IRASIONAL

Posted by Teguh Hindarto




Istilah Anomali biasanya lebih akrab di telinga kita terkait dengan gejala alamiah yang menjadi obyek telaah ilmu Fisika, khususnya mengenai fenomena air. Anomali air menunjuk pada sifat penyimpangan air dari hukum yang umum berlaku. Jika suatu zat dipanaskan maka akan terjadi pemuaian sementara jika didinginkan akan mengalami penyusutan. Hal ini tidak terjadi pada air. Ketika air dipanaskan pada suhu antara 0-4 derajat Celcius, dia akan menyusut. Sebaliknya jika air didinginkan dari suhu 4-0 derajat celcius maka dia akan mengembang. Hal inilah yang menjelaskan mengapa air yang padat yaitu es dapat mengambang dalam air karena massa jenis es lebih kecil dari massa jenis air.

Namun kali ini istilah Anomali akan saya pergunakan untuk menjelaskan fenomena dalam masyarakat kita khususnya mengenai berbagai perilaku yang menyimpang dari nilai dan norma yang ada dan saya namakan anomali sosial dan tendensi-tendensi irasional.

Dengan bangkitnya pengaruh media massa sejak jatuhnya rezim Orde Baru dan digantikan dengan Orde Reformasi maka kita dapat mengakses berbagai peristiwa di berbagai belahan dunia dan juga di negeri sendiri dalam tempo yang cepat. Melalui media baik media cetak maupun media eletronik serta jejaring sosial maka kita dapat menyimak berbagai peristiwa dalam kehidupan masyarakat yang menunjukkan berbagai gejala yang disebut dengan anomali sosial dan tendensi-tendensi irasional.

MENERJEMAHKAN PEMIKIRAN KARTINI DALAM KONTEKS INDONESIA MASA KINI

Posted by Teguh Hindarto





Apakah yang biasa kita lihat saat menjelang dan pada saat tanggal 21 April setiap tahun? Hari yang diperingati sebagai Hari Kartini akan dimeriahkan dengan berbagai acara seperti lomba berbusana ala Kartini, lomba menyanyikan lagu-lagu Indonesia dan perjuangan, lomba merias wajah, lomba makan kerupuk, lomba membaca puisi, lomba memasak dan sejumlah lomba yang tidak ada sangkut pautnya dengan Kartini sebagai sosok historis yang kritis dan gelisah dengan kondisi zamannya.

Sayang sekali berbagai kegiatan di atas (sekalipun tidak salah) menjadi sebuah ritual tahunan belaka sehingga menjauhkan anak-anak, remaja, pemuda serta orang-orang dewasa untuk mengalami proses kritis dan pencerahan sebagaimana yang dialami oleh Kartini.

Isi surat Kartini berisikan pandangan, pemahaman, penilaian, kegelisahan jiwa, kritik baik yang bersifat Sosiologis maupun Teologis. Penolakkannya terhadap Poligami, penolakkannya terhadap kedudukan perempuan yang rendah dalam strata sosial Jawa, kritik terhadap para ulama, kritik terhadap Zending Kristen dll.

Beberapa kritik Kartini mengenai agamanya sendiri dapat kita simak berikut ini:

“Mengenai agamaku, Islam, aku harus menceritakan apa? Islam melarang umatnya mendiskusikan ajaran agamanya dengan umat lain. Lagi pula, aku beragama Islam karena nenek moyangku Islam. Bagaimana aku dapat mencintai agamaku, jika aku tidak mengerti dan tidak boleh memahaminya?

Alquran terlalu suci; tidak boleh diterjemahkan ke dalam bahasa apa pun, agar bisa dipahami setiap Muslim. Di sini tidak ada orang yang mengerti Bahasa Arab. Di sini, orang belajar Alquran tapi tidak memahami apa yang dibaca.


Aku pikir, adalah gila orang diajar membaca tapi tidak diajar makna yang dibaca. Itu sama halnya engkau menyuruh aku menghafal Bahasa Inggris, tapi tidak memberi artinya.


Aku pikir, tidak jadi orang soleh pun tidak apa-apa asalkan jadi orang baik hati. Bukankah begitu Stella?”
...
(Surat utk Stella Zihandelaar bertanggal 6 November 1899)

TEOLOGI KEADILAN SOSIAL DIANTARA DUA KUTUB TEOLOGI KEMAKMURAN DAN TEOLOGI PEMBEBASAN (2)

Posted by Teguh Hindarto




Teologi Keadilan Sosial Berdiri Diantara Teologi Kemakmuran dan Teologi Pembebasan

Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya bahwa Teologi Keadilan Sosial berangkat dari analisis teks terhadap ayat-ayat dalam Kitab TaNaKh (PL) atau lazim disebut dengan Torah dan didasarkan pula pada sabda-sabda Yesus Sang Mesias (PB) yang memerintahkan umat Tuhan mengambil bagian dalam penegakkan keadilan sosial sebagai bagian dari akidah, ibadah dan akhlaq. Berdasarkan analisis teks tersebut kemudian dijadikan dasar dalam membaca situasi kekinian dimana kerap terjadi ketidakadilan sosial di sekeliling kita.

Mengapa Torah? Pengaruh Teologi Dispensasional[23] dan Teologi Covenant[24] terhadap orang Kristen pada umumnya adalah, sikap yang memandang rendah hakikat dan peranan Torah, sebagai hukum seremonial dan kultis yang berkaitan terhadap Israel di masa lampau. Gereja, yang didefinisikan sebagai Israel baru dan rohani, menerima mandat yang berbeda dengan Israel. Torah selalu berhubungan dengan Israel dan Anugrah selalu berhubungan dengan Gereja.

Jika kita memahami bahwa kata Gereja, merupakan istilah Portugis Igreja yang berasal dari istilah Yunani Eklesia, untuk menerjemahkan istilah Ibrani, Qahal, yang bermakna “Umat yang dipanggil dari luar untuk masuk kedalam persekutuan dan diperintahkan keluar untuk mewartakan perbuatan ajaib Yahweh”. Dan jika kita memahami bahwa Perjanjian Baru yang dinubuatkan oleh Yahweh didalam Yeremia 31:31, adalah perjanjian antara Yahweh dengan Bangsa Israel yang diwakili oleh suku Yahuda, maka adalah keliru besar bahwa Perjanjian Baru merupakan perjanjian antara Yahweh dengan “Gereja”, dalam pengertian sebagai “Orang-orang Kristen”.

TEOLOGI KEADILAN SOSIAL DIANTARA DUA KUTUB TEOLOGI KEMAKMURAN DAN TEOLOGI PEMBEBASAN (1)

Posted by Teguh Hindarto





Istilah “keadilan sosial” bukan istilah ekslusif milik para politikus dan aktifis lembaga swadaya masyarakat yang concern dengan isu pengentasan kemiskinan. Istilah “keadilan sosial” pun bukan klaim ekslusif Islam yang kerap didengungkan dengan trade mark ekonomi syariahnya.

Keadilan sosial adalah salah satu dari sekian banyak message (pesan, pewartaan) dari para nabi dalam kitab TaNaKh (Torah, Neviim, Ketuvim – Perjanjian Lama). Berulang kali Tuhan Yahweh melalui mulut para nabi menegur Israel untuk menegakkan keadilan sosial sebagaimana diperintahkan dalam ayat-ayat berikut:

Bencilah yang jahat dan cintailah yang baik; dan tegakkanlah keadilan di pintu gerbang; mungkin Yahweh Tuhan semesta alam, akan mengasihani sisa-sisa keturunan Yusuf” (Am 5:15)

Tetapi biarlah keadilan bergulung-gulung seperti air dan kebenaran seperti sungai yang selalu mengalir” (Am 5:24)

INSIDEN CEBONGAN: PENTINGNYA PENEGAKKAN HUKUM TANPA PANDANG BULU

Posted by Teguh Hindarto



Misteri penembakkan empat orang tersangka pembunuh Serka Heru Santoso, seorang anggota Kopasus oleh sebelas orang bersenjata di Lapas Cebongan akhirnya tersingkap.

Tanggal 4 April 2013 lalu, Wakil Komandan Pusat Polisi Militer (Wadanpuspom) TNI AD Brigjen TNI Unggul Kawistoro Yudhoyono dalam siaran persnya mengumumkan kesebelas orang penembak di LP Cebongan adalah anggota Kopasus Grup 2 Karang Menjangan, Kartosuro.

Dari siaran pers tersebut terkuak pula motif penembakkan di LP Cebongan yaitu terdorong oleh Esprit Decorps atau jiwa Corsa TNI yang merupakan bentuk semangat kesatuan sesama prajurit dan membalas jasa terhadap Serka Heru Santoso yang pernah menolong salah satu dari penembak di LP Cebongan, dalam suatu operasi militer.