RSS Feed

TEFILAH: IBADAH HARIAN KEKRISTENAN

Posted by Teguh Hindarto


Jika kita memperhatikan dan membandingkan aspek ibadah agama-agama, maka hampir memiliki sejumlah kesamaan, al. adanya tempat beribadah, adanya pola beribadah yang teratur, adanya pola doa pribadi yang teratur serta waktu-waktu tertentu dalam ibadah serta doa pribadi.

Kekristenan yang lahir dan dibesarkan dalam konteks Yudaisme, tidak luput dari bentuk-bentuk ibadah yang teratur tersebut. Bentuk-bentuk ibadah tersebut al., Sabat, 7 Hari Raya, dan Doa Harian. Namun jika kita melihat fakta yang kita temui saat ini, justru kita melihat suatu distorsi yang luar biasa terjadi dalam tubuh gereja. Salah satu distorsi yang mencolok adalah terabaikannya eksistensi dan fungsi doa harian. Kekristenan lebih mengenal doa-doa spontan yang dilakukan pada waktu-waktu yang insidental (tiba-tiba]) Kecenderungan ini sangat kuat terjadi dikalangan denominasi Protestan, Pentakostal dan Kharismatik. Gerakan Reformasi yang dilakukan Luther dan para reformator lainnya banyak memangkas aspek-aspek penting dalam peribadahan, al. doa harian yang sebenarnya dalam Gereja Roma Katholik pada waktu itu masih diberlakukan.


MENIMBANG KARYA PEKABARAN INJIL KIAI SADRACH SUROPRANOTO

Posted by Teguh Hindarto


Pendahuluan

Sejarah pekabaran Injil di Indonesia dan Jawa khususnya lebih banyak menampilkan peranan orang-orang Barat sementara aktivitas dan tokoh-tokoh pekabaran Injil Jawa kurang terekspos. Padahal peranan tokh-tokoh tersebut sangat besar bagi perkembangan Kekristenan di Jawa khususnya pada Abad XIX. Jika sejarah penyebar luasan Islam mengenal tokoh Sunan Kali Jaga sebagai bagian dari Dewan Wali Songo yang lebih banyak menggunakan pendekatan kultural Jawa, maka penyebaran kekristenan di tanah Jawa pun melibatkan sejumlah nama dan tokoh yang kharismatik, dan menggunakan pendekatan-pendekatan kultural sehingga lebih mudah diterima masyarakat Jawa pada waktu itu. Sejumlah tokoh pekabaran Injil Jawa tersebut adalah Coolen, Tunggul Wulung, Paulus Tosari. Jika tokoh-tokoh tersebut berkarya di wilayah Jawa Timur, maka tokoh yang berkarya di Jawa Tengah dengan pusat kegiatan Karangyoso, Kutoarjo adalah Kiai Sadrach Suropranoto. Tanpa bermaksud membedakan ketokohan mana yang lebih penting namun sejauh ini saya menaruh minat yang dalam untuk meneliti karya pekabaran Injil Kiai Sadrach. Mengapa? Karena kisah kehidupan dan pelayanan Sadrach sarat dengan kontroversi yang menarik untuk diteliti. Sikap kontroversialnya bukan dikarenakan dia adalah orang suka dengan hal-hal nyleneh melainkan didasarkan keteguhan sikap dan pemahaman teologisnya yang memadai. C. Guillot memberikan penilaian tentang Sadrach sbb:

DEMITOLOGISASI PEMAHAMAN DISEPUTAR NAMA YAHWEH DAN ALLAH

Posted by Teguh Hindarto

Cat: 
Disampaikan Pada Forum Seminar Di Universitas Kristen Indonesia Tgl 20 November 2004


TERMINOLOGI

Dalam sejarah teologi Kristen, istilah Demitologisasi, merupakan terminologi yang diperkenalkan oleh seorang teolog bernama Rudolph Bultman. Asumsi dasar yang melatarbelakangi istilah tersebut adalah “adanya gambaran mitologis dalam dunia Perjanjian Baru yang bertentangan dengan gambaran dunia modern”1. Maksud Demitologisasi atau Enmythologisierung adalah “metode interpretasi dari nas Perjanjian Baru, dengan maksud supaya kita dapat melihat apakah yang sebenarnya dimaksudkan dan yang mau dikatakan oleh nas”2.

Secara epistemologis, saya menolak metodologi kajian dalam teori Bultman yang cacat historis dan mengabaikan nilai pengilhaman Kitab Suci. Namun dalam kajian berikut, saya meminjam istilah demytologisasi untuk menjabarkan suatu upaya untuk menghilangkan anggapan-anggapan, prasangka-prasangka, pemahaman yang tidak tepat, yang telah berurat berakar, sehingga menjadi mitos dalam dunia akademik teologia, mengenai nama Yahweh, nama Allah serta istilah-istilah Ketuhanan seperti El, Eloah, Elohim.

MELURUSKAN KESALAHPAHAMAN SEPUTAR KEILAHIAN YESUS

Posted by Teguh Hindarto


Dalam teks Injil dan surat-surat Rasuli kita kerap menemui berbagai pernyataan YHWH dalam Kitab TaNaKh - yang lazim disebut Perjanjian Lama oleh Kekristenan – dimana berbagai pernyataan tersebut kemudian dikorelasikan dengan keilahian Yesus. Kita telah membahas di bab sebelumnya bahwa sebagaimana YHWH pernah mengucapkan kata yang diterjemahkan dalam bahasa Yunani dalam Septuaginta, dengan “Ego eimi” (Kel 3:14, Yes 46:4), lantas disimpulkanlah bahwa Yesus adalah YHWH karena Yesus berulangkali menggunakan ungkapan “Ego eimi” (Yoh 8:58; 18:4-6). Kemudian dalam naskah Septuaginta, nama YHWH diterjemahkan dengan KURIOS (Kel 3:15, Yes 42:8, Kel 20:1) demikian pula Yesus dalam Kitab Perjanjian Baru mengidentifikasi diri-Nya dengan sebutan Kurios (Yoh 13:13) dan diidentifikasi dengan julukan Kurios dalam surat-surat Rasul Paul (Roma 10:9-10, 1 Kor 12:3), maka disimpulkanlah bahwa Yesus adalah YHWH.

Ada juga yang menyimpulkan bahwa Yesus adalah Sang Bapa sendiri dengan merujuk ayat dalam TaNaKh (Kitab Perjanjian Lama) misalnya Yesaya 9:5 mengenai julukan “Bapa Yang Kekal” (Ibr: Avi Ad) dan pernyataan Yesus dalam Yohanes 8:24, “sebab jikalau kamu tidak percaya, bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu." Benarkah semua pernyataan tersebut? Mari kita uji dan analisis satu persatu.

NILAI PERBUATAN BAIK DALAM DUNIA SEKARANG DAN DUNIA AKAN DATANG

Posted by Teguh Hindarto

Kehidupan bukan hanya di sini dan sekarang melainkan di sana dan yang akan datang. Yudaisme memberikan sebutan dengan Olam Hazeh (dunia sekarang yang kita tinggali) dan Olam  Haba (dunia yang akan datang). Kitab Suci baik TaNaKh (Torah, Neviim, Ketuvim, yang lazim dalam Kekristenan disebut dengan Kitab Perjanjian Lama) maupun Kitab Perjanjian Baru memberikan banyak kesaksian bagaimana Tuhan menyampaikan firman-Nya berkaitan dengan kehidupan sekarang dan kehidupan yang akan datang.

Dalam pemikiran agama-agama, perbuatan baik dan usaha manusia menempati urutan yang penting sebagai prayarat mendapatkan keselamatan dan kehidupan kekal di dunia yang akan datang. Bagaimana Kekristenan memandang perbuatan baik? Adakah nilai dari perbuatan baik? Nampaknya istilah perbuatan baik kurang mendapatkan tekanan dalam kotbah-kotbah Gereja. Yang saya maksudkan dengan perbuatan baik di sini bukan dalam pengertian moralitas belaka namun secara lebih spesifik adalah kepekaan sosial terhadap penderitaan orang lain, kepedulian sosial terhadap mereka yang memiliki tingkat ekonomi yang di bawah rata-rata, memberikan tsedaqah baik kepada para janda (almanot), yatim (yatomim) maupun orang yang berkekurangan (evionim). Mengapa kotbah-kotbah Gereja kurang memberikan tekanan pada perbuatan baik? Nampaknya konsep soteriologi yang menekankan peranan Kasih Karunia Tuhan dan Iman, mengesampingkan perbuatan baik sebagai penyempurna keimanan kita.

KONSEP TSEDAQAH DALAM KEKRISTENAN

Posted by Teguh Hindarto

HAKIKAT TSEDAQAH

Kekristenan “pada umumnya” lebih menekankan pada pengakuan iman dan kesalehan individu dibandingkan perbuatan-perbuatan derma. Bisa jadi, pemahaman tersebut didasarkan ada pembacaan dan penafsiran yang keliru terhadap ajaran-ajaran Yahshua dan tulisan para Rasul. Frasa, “Sebab itu tidak seorangpun dibenarkan karena melakukan Torah”, sering dimaknai bahwa berbagai perbuatan derma dan perbuatan-perbuatan baik tidak memiliki nilai kekekalan. Padahal di tempt lain Kitab Suci berkata, Dan janganlah kamu lupa berbuat baik dan memberi bantuan, sebab korban-korban yang demikianlah yang berkenan kepada Tuhan” (Ibr 13:16). Demikian pula dikatakan, “Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa” (Yak 4:17).

MENGENAI NAMA & ATRIBUSI TUHAN

Posted by Teguh Hindarto

“Apalah arti sebuah nama?” Demikianlah sepenggal kalimat ucapan pujangga Shakespeare, penulis kisah “Romeo & Juliet” itu. Kalimat ini sekarang menjadi populer diucapkan oleh orang-orang Kristen yang menolak eksistensi dan penggunaan nama Yahweh. Dalam semangat yang dibungkus ketidaktahuan, mereka melemahkan arti penting nama Yahweh dalam TaNaKh dengan menyatakan bahwa Tuhan tidak memiliki nama, Tuhan tidak memerlukan nama, Tuhan tidak peduli hendak dipanggil dengan nama apa,…

Marilah kita menguji asumsi di atas. Kitab TaNaKh (Torah, Neviim, Kethuvim) atau Kekristenan lazim menyebutnya Kitab Perjanjian Lama mencatat bahwa nama-nama tokoh Kitab Suci, selalu memiliki arti dan maksud tertentu. Namun tidak sepenuhnya kita mengerti, jika hanya mengandalkan naskah kitab suci terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia, tanpa melihat struktur dalam bahasa aslinya, Ibrani. Contoh: Nama Noakh bermakna “menghibur”. Dalam teks Ibrani berbunyi, “wayiqra et shemo Noakh lemor, zeh yanakhamenu mimmaashenu umeitsvon yadenu min haadamah asyer errah Yahweh”. Kata “yenakhamenu” merupakan kata kerja piel orang ketiga tunggal dari “nakham” yang artinya “menghibur”. Kemudian, nama “Avraham” memiliki makna, “Bapa dari sekian banyak bangsa-bangsa”. Dalam teks Ibrani berbunyi, “…wehayah shimkha Avrahm, ki Av hamon goyim netatiyka”. Penambahan huruf ה (heh) pada nama אברם (Avram) menjadi אברהם (Avraham), berkaitan dengan kata המון (hamon) yang artinya “melimpah”. Nama Yitskhaq bermakna “dia tertawa”. Dalam Kejadian 21:6 dikatakan, “tsekhoq asyah li Elohim, kal hashome’a yitskhaq li”. Kata “yitskhaq” merupakan bentuk imperfek dari “tsakhaq” yang artinya “tertawa”.

Dari pemaparan di atas, kita mendapatkan kesimpulan bahwa nama memiliki makna yang mendalam. Latar belakang pemberian nama, dapat dikarenakan suatu peristiwa yang sedang dialami atau suatu perkataan yang diucapkan atau suatu sikap di dalam diri kita, serta menyiratkan sesuatu yang akan dikerjakan oleh individu yang hendak diberi nama. Hanya orang tua yang tidak bertanggung jawablah yang memberikan nama anaknya dengan tidak memikirkan maknanya.

APAKAH NAMA YAHWEH BELUM DIKENAL DI ZAMAN ABRAHAM, ISHAK DAN YAKUB?

Posted by Teguh Hindarto

Jika kita membaca naskah terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia untuk Keluaran 6:2, akan tersirat sebuah pemahaman bahwa Nama Sang Pencipta, Yahweh, belum dikenal oleh leluhur Israel, yaitu Abraham, Yitshaq dan Yakob. Selengkapnya ayat tersebut berbunyi : “…Aku telah menampakkan diri kepada Abraham, Ishak dan Yakub sebagai (A) Yang Maha Kuasa tetapi dengan Nama-Ku TUHAN, Aku belum menyatakan diri”. Sebagaimana kita ketahui, bahwa huruf kapital “TUHAN”, dalam kamus LAI dibagian belakang dijelaskan sebagai “YAHWEH”[1] 

David L. Hinson memberikan ulasan mengenai Keluaran 6:2 sbb : “Kita telah mengetahui bahwa Abraham belum mengetahui tentang nama Yahweh. Menurut Keluaran 6:3 para Bapa Leluhur Israel mengenal (Tuhan) dengan gelar El Shaday, yang berarti (Tuhan) Yang Maha Kuasa. Nama ini digunakan enam kali dalam Kitab Kejadian, sekurang-kurangnya satu kali dalam hubungannya dengan masing-masing Bapa Leluhur itu (Kej 17:1; 28:3; 43:14; 49:25). Kesimpulannya ialah para Bapa Leluhur Israel menggunakan nama El (atau dalam bentuk jamaknya : Elohim) sebagai suatu bentuk rasa hormat bilamana mereka berbicara tentang (Tuhan)[2]

BERPUASA YANG DIKEHENDAKI TUHAN

Posted by Teguh Hindarto

Dalam Perayaan Yom Kippur ditandai dengan berpuasa sebagaimana dikatakan dalam Imamat 23:27 "Akan tetapi pada tanggal sepuluh bulan yang ketujuh itu ada hari Pendamaian (יום הכפרים yom kippurim); kamu harus mengadakan pertemuan kudus (מקרא־קדשׁ miqra kodesh) dan harus merendahkan diri (ועניתם את־נפשׁתיכם  innitem be nafsotekem) dan mempersembahkan korban api-apian kepada YHWH (והקרבתם אשׁה ליהוה wehiqravttem isheh la YHWH)”. Dalam bahasa Ibrani, kata “berpuasa” dipergunakan kata צום (tsom) yang artinya “mengurangi asupan makanan bagi tubuh sebagai bentuk dukacita atau penyesalan” (Theological Words of Old Testament Lexicon, Bible Work 6). Namun dalam Imamat 23:27 dipergunakan frasa את־נפשׁתיכם  innitem be nafsotekem yang diterjemahkan dengan “merendahkan diri di hadapan Tuhan”.

ANTARA BINATANG TAHOR-TAMEH DAN POLA MAKAN YESUS

Posted by Teguh Hindarto



PEMAHAMAN TENTANG TAHOR DAN TAME

Dalam Imamat 11:1-47 diatur mengenai hewan yang dikategorikan layak dimakan atau tidak dimakan. Dalam terminologi Ibrani digunakan dua istilah yaitu “ha Tahor” dan “ha Tame”. Menurut James Swanson , dalam, A Dictionary of Biblical Languages With Semantic Domains: Hebrew (Old Testament), 1997, kedua istilah tersebut mengandung makna sbb : טמא (Tame) “be unclean (tidak bersih) , “be defiled” (kotor, cemar) dan  טהר (Tahor) “clean” (bersih), “pure (murni). ”Istilah "Halal" dan "Haram" dalam terjemahan LAI adalah kurang tepat, karena diadopsi dari terminologi Islam yang bermakna suatu larangan yang membawa konsekwensi hukuman. Istilah "Tahor" dan "Tame" merefleksikan unsur medikal dan higinitas.

KEMATIAN & PERLAKUAN YANG BENAR TERHADAP ORANG MATI

Posted by Teguh Hindarto

Membicarakan kematian tidak dapat dilepaskan dengan pemahaman terhadap adanya manusia dan kehidupan. Kematian adalah kelanjutan dari sebuah kehidupan. Namun kematian muncul karena suatu sebab.

HAKIKAT MANUSIA

Pertama, ciptaan YHWH yang memiliki status “Gambar” (Ibr: Demut) dan “Keserupaan” (Ibr: Tselem) dengan YHWH (Kej 1:26-27). Kedua, ciptaan yang diambil dari bahan “debu tanah” (Ibr: Afar) yang dibentuk dan mendapatkan “nafas Tuhan” (Ibr: Nishmat) (Kej 2:7). Manusia adalah mahluk yang memiliki kesadaran baik intelektual maupun spiritual dalam tubuhnya dikarenakan ada “nafas Tuhan” dalam dirinya (Ayb 32:8 ; 33:3)

ANTISEMITISME

Posted by Teguh Hindarto

Dalam midrash Perayaan Khanukah tahun lalu saya menegaskan mengenai relevansi perayaan tersebut bagi Kekristenan, salah satunya adalah kita menegaskan pada dunia untuk melawan spirit Anti Semitisme, Anti Yahudi khususnya di kalangan Gereja dan Kekristenan yang secara historis melepaskan dirinya dari warisan ajaran dan tradisi semitiknya yang berasal dari Yudaisme dan Yahudi. Sebagaimana Yahudah Makabi berjuang melawan Helenisasi dan Anti Yahudi, demikianlah kita menegaskan bahwa kita tidak Anti Semit, Anti Yahudi, karena Mesias kita dan Junjungan Agung kita Yang Ilahi adalah seorang Yahudi (Ibr 7:14)”[1]

KEBANGUNAN ROHANI YANG SEJATI

Posted by Teguh Hindarto


Istilah KKR (Kebaktian Kebangunan Rohani) sudah menjadi istilah yang begitu akrab ditelinga orang Kristen dari berbagai denominasi dan organisasi. Istilah ini muncul dan menjadi ciri khas dari gereja-gereja beraliran Pentakosta dan Kharismatik sejak tahun 70-an dan menjadi istilah yang akrab sekitar tahun 1990-an hingga kini.

Karakteristik ibadah-ibadah dalam KKR meliputi khotbah yang ringan dan impresif, penyembuhan massal, pujian dan penyembahan, ibadah yang tidak terikat liturgi, pembahasan mengenai kuasa Yesus, pengusiran roh-roh jahat, pengurapan dengan minyak, kotbah perihal akhir zaman dan kekudusan, bahkan ajaran perihal Teologi Sukses atau Teologi Kemakmuran yang biasa disebut Teologi Anak Raja.

APAKAH PENEMUAN INJIL-INJIL NON KANONIK MENGUBAH PERSEPSI KRISTEN TENTANG YESUS?

Posted by Teguh Hindarto

 
 
Akhir-ahir ini dipublikasikan berbagai buku yang menginformasikan adanya injil-injil di luar Injil Kanonik seperti Injil Thomas dan Injil Yudas. Di Indonesia sendiri telah diterbitkan oleh Gramedia pada Tahun 2006, buku dengan judul “The Gospel of Judas” dengan penyunting Rodolphe Kasser, Marvin Meyer dan Gregor Wurst. Kemudian muncul pula penerjemahan novel “Da Vinci Code” karya Dan Brown. Penemuan injil-injil bercorak Gnostik di Nag Hammadi menginspirasi beberapa penulis novel dan pembuat film di Barat untuk merilis sebuah buku atau film dengan mengusung tema-tema tersebut seperti film “Stigmata” pada tahun 1999 dan novel “Change of Heart” oleh Jodi Picoult pada tahun 2008 serta film “The Da Vinci Code” pada tahun 2009.

Apa dan bagaimana injil-injil yang disebut dengan Injil Thomas, Injil Yudas dan naskah-naskah Gnotik tersebut? Berikut kita akan menelusuri secara singkat sebagai peta jalan.
 
INJIL THOMAS[1]
 
Injil menurut Thomas yang dikenal dengan sebutan singkat Injil Thomas merupakan naskah Kekristenan awal yang dipelihara dengan baik, merupakan injil ucapan yang bersifat non kanonik yang ditemukan di Nag Hammadi, Mesir pada bulan Desember 1945 yang merupakan salah satu kitab-kitb yang sekrang dikenal dengan sebutan Perpustakaan Nag Hammadi.
 

KESAKSIAN QUR’AN & TUDUHAN TAHRIF DALAM KITAB SUCI TAURAT & INJIL

Posted by Teguh Hindarto



Muhamad dan Islam telah berjumpa dengan Yudaisme dan Kekristenan saat pertumbuhan awal di Medinah. Berbagai interaksi antara Muhamad dan orang-orang Yahudi yang menganut Yudaisme dan orang-orang Kristen, sebagaimana dikatakan Bambang Ruseno Utomo,MA. Bercorak “dialectical relationship”. Artinya, “Disatu pihak bersifat positip, yaitu para ahl ul Kitab telah menerima Wahyu Allah dan kitab yang benar, autentik dan asli dari Allah sendiri. Namun di pihak lain bersifat negatif, yaitu mengritik para ahl ul kitab telah menyembunyikan atau yatumuna, tuchfuna (Qs 2:146), mengubah dan merusakkan atau yuharifuna (Qs 4:46; 5:13,41, Qs 2:75-79) serta mengganti atau baddala, yaluna (Qs 2:58-59; 7:161-162) akan Wahyu Allah dalam hidup mereka[1] Masih  menurut Bambang Ruseno Utomo,MA., “Dari semua tuduhan tersebut, tuduhan yang paling serius adalah tuduhan mengubah dan merusakkan (yuharifuna), kata bendanya Tahrif. Di dalam bahasa Arab, kata ini disebut tahrif lafzi atau dapat diartikan perubahan tafsiran disebut tahrif ma’nawi[2].

KANONISASI KITAB SUCI TAURAT DAN INJIL

Posted by Teguh Hindarto

Istilah kanon berasal dari bahasa Yunani yang berarti 'tongkat pengukur, standar atau norma'. Secara historis, Kitab Suci telah menjadi norma yang berotoritas bagi iman dan kehidupan bergereja. Proses pengkanonan ini dilakukan oleh berpuluh-puluh ahli kitab suci dan bahasa yang dengan teliti dan serius memilah-milah banyak tulisan yang dianggap suci untuk menemukan kitab-kitab yang benar-benar suci dan diwahyukan Tuhan untuk kemudian dijadikan satu. 

Kanon Perjanjian Lama

Dahulu Perjanjian Lama dibagi atas tiga bagian, yaitu: 1. Taurat; 2. Kitab Para Nabi; 3. Kitab Mazmur dan lain-lain. Asal mula Kekanonan Perjanjian Lama masih belum dapat diketahui dengan pasti. Ada sedikit keterangan mengenai hal itu di dalam Perjanjian Lama. Setelah Musa menulis Taurat, ia memerintahkan agar menyimpan Taurat itu di samping tabut perjanjian Tuhan (Ulangan 31:26). Di dalam Taurat Musa itu dikatakan bahwa setiap raja bangsa Israel diharuskan membaca dan mentaati kitab itu (Ulangan 13:18). Yusak mengadakan perjanjian dengan orang-orang Israel dan menuliskannya di dalam Taurat (Yosua 24:26). Samuel memberikan penjelasan bagaimana sepatutnya sikap seorang raja kepada rakyatnya dan hal itu juga ditulis di dalam sebuah kitab (1Samuel 10:25). Pada waktu Yosafat menjadi raja, persembahan orang-orang Yahudi disucikan dan iman-iman serta orang-orang Lewi mengajarkan Taurat YHWH kepada kaumnya (2Tawarikh 17:9).

KESAKSIAN SALINAN NASKAH KITAB SUCI TAURAT & INJIL

Posted by Teguh Hindarto


Kekristenan memiliki sejumlah manuskrip yang cukup tua dengan usia penulisan sekitar tahun 300-400-an yaitu Kodek Sinaiticus (Codek Aleph) dan Kodek Vatikanus (Codek B). Kedua kodek di atas lazim disebut dengan Kodek Alexandria . Kodek Sinaiticus ditemukan di Biara St Catharina yang didirikan oleh Kaisar Justinianus pada Abad VI Ms di bawah kaki Gunung Sinai. Penemunya adalah Lobegott F.C. Von Tischendorf pada tahun 1844. Sementara Kodek Vatikanus merupakan hadiah yang diberikan Gereja Orthodok bagi Paus di Vatikan pada Abad XIV. Sebenarnya kodek ini ditemukan di lingkungan Vatikan tepatnya di Perpustakaan Paus pada tahun 1481. Kodek ini tidak diperkenankan dibaca oleh umum hingga tahun 1889 Kodek ini dapat dibaca oleh umum dan disimpan di Vatikan. 

Kedua kodek ini dipakai sebagai rujukan untuk membuat salinan naskah Yunani Kitab Perjanjian Baru oleh Brooke F. Wescott (1825-1901) dan Fenton A. Hort (828-1892) yang kemudian menjadi rujukan terjemahan bagi RSV, NIV, ASV, GNFTV.

APAKAH KITAB SUCI TAURAT & INJIL ADALAH FIRMAN TUHAN?

Posted by Teguh Hindarto

Masalah Terminologi

Istilah Kitab “Taurat dan Injil” merupakan bahasa Arab, sebuah terminologi yang diambil dari Al Qur’an untuk mendeskripsikan kitab-kitab terdahulu sebelum diturunkannya Qur’an kepada Muhamad. Taurat diidentikan dengan Musa dan Injil dengan Isa sebagaimana dikatakan dalam ayat-ayat Qur’an berikut:
 
Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan Kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang menyerah diri kepada Allah, oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit. Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir” (Qs 5:44).

Dan Kami iringkan jejak mereka (nabi nabi Bani Israil) dengan Isa putera Maryam, membenarkan Kitab yang sebelumnya, yaitu: Taurat. Dan Kami telah memberikan kepadanya Kitab Injil sedang didalamnya (ada) petunjuk dan dan cahaya (yang menerangi), dan membenarkan kitab yang sebelumnya, yaitu Kitab Taurat. Dan menjadi petunjuk serta pengajaran untuk orang-orang yang bertakwa” (Qs 5:46).

KOMENTAR TERJEMAHAN KS-ILT

Posted by Teguh Hindarto



Pada Tahun 2006 diterbitkan Kitab Suci Indonesia Literal Translation (KS-ILT) oleh Yayasan Lentera Bangsa, Jakarta. Terjemahan ini lebih baik dalam aspek penampilan maupun aspek hukum (hak cipta) dibandingkan terjemahan sebelumnya yang sempat menimbulkan kontroversi Kekristenan di Indonesia yaitu Kitab Suci Torat dan Injil 2000 (KSTI 2000) dan Kitab Suci Umat Perjanjian Tuhan (KSUPT)  yang sepenuhnya merupakan naskah versi terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia yang dibongkar pasang terkait nama Tuhan dan nama orang serta nama lokasi ke dalam bahasa Ibrani namun akhirnya dikembalikan kepada nama-nama yang sudah familiar dalam terbitan Kitab Suci Umat Perjanjian Tuhan. Namun baik KSTI 2000 maupun KSUPT sama-sama tidak memiliki hak cipta dan tidak mencantumkan sumber penerjemahannya sehingga menimbulkan opini kontroversi di Indonesia terkait legalitasnya.

MENGKAJI ULANG VALIDITAS TERJEMAHAN LAI

Posted by Teguh Hindarto



Umat Kristen di Indonesia menggunakan terjemahan kitab Suci versi Lembaga Alkitab Indonesia. Berbeda dengan di luar negeri dimana ada beragam versi terjemahan seperti American Standard Version, New International Version, Revised Standard Version, Young’s Literal Translation dll, maka di Indonesia kita memang hanya mengenal satu produk terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia yang selalu mengalami revisi per lima tahun sekali. Yang beragam adalah produk terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia, yaitu hasil terjemahan dalam berbagai bahasa daerah di Indonesia. Sementara terjemahan resmi berbahasa Indonesia, ada dua jenis yaitu Indonesia Terjemahan Baru (ITB) dan Terjemahan Bahasa Indonesia Sehari-hari (BIS).

SEJARAH BERDIRINYA LEMBAGA ALKITAB INDONESIA

Mengenai apa dan bagaimana Lembaga Alkitab Indonesia, saya kutipkan sejarah berdirinya LAI sbb: 1

Lembaga Alkitab Indonesia: Sebelum Berdirinya LAI

Menurut sumber yang dapat dipercaya, sebenarnya pada tanggal 4 Juni 1814 telah didirikan satu Lembaga Alkitab di Batavia (sekarang Jakarta) di bawah pimpinan Gubernur Jendral Thomas Stamford Raffles. Lembaga Alkitab ini merupakan cabang pembantu dari Lembaga Alkitab Inggris (BFBS) dan dinamakan Lembaga Alkitab Jawa. Pada tahun 1816 ketika pendudukan Inggris digantikan pendudukan Belanda, Lembaga Alkitab ini diganti namanya menjadi Lembaga Alkitab Hindia Belanda (Nederlands Oost-Indisch Bijbelgenootschap) atau dikenal juga dengan sebutan Lembaga Alkitab Batavia (Bataviaas Bijbelgenootschap). Tetapi tidak banyak yang diketahui mengenai kegiatan Lembaga Alkitab tersebut. Yang kita ketahui bahwa sebelum berdirinya LAI, penyebaran Alkitab atau bagian-bagiannya di Indonesia dilakukan oleh dua Lembaga Alkitab tertua di dunia, yaitu Lembaga Alkitab Inggris (The British and Foreign Bible Society) dan Lembaga Alkitab Belanda (Het Nederlands Bijbel Genootschap). Sampai dengan tahun 1937, Lembaga Alkitab Belanda menyebarkan Alkitab melalui perwakilannya (agen) di Bandung, sedang Lembaga Alkitab Inggris menyebarkan Alkitab melalui perwakilannya di Manila yang mempunyai cabang perwakilan (sub-agen) untuk Jawa-Bali juga di Bandung. Pada tanggal 1 Januari 1938, kedua keagenan itu dipersatukan dan berkedudukan di Burgemeester Kuhrweg 7 (sekarang Jalan Purnawarman), Bandung.

MENYONGSONG RATU ADIL DENGAN MENJALANI KEHIDUPAN YANG SADAR & WASPADA

Posted by Teguh Hindarto



PEMAHAMAN MESIANIS DALAM KONTEKS KEJAWEN

Orang Jawa, pada umumnya sangat tidak asing dengan istilah-istilah seperti “Ratu Adil”, “Herucakra”, “Zaman Edan” serta “Eling lan Waspada”. Istilah-istilah tersebut merupakan kalimat-kalimat profetis yang menggambarkan suatu kondisi mengenai zaman yang akan semakin merosot dan suatu harapan mengenai datangnya penyelamat, pembebas yang akan melaksanakan suatu tata pemerintahan yang adil di bumi nusantara khususnya serta suatu sikap etis dalam menghadapi kehidupan yang semakin jahat, agar tidak tersesat. Pemahaman orang Jawa mengenai suatu pengharapan Mesianis tersebut diatas, didasarkan pada suatu ramalan yaang tersusun dalam kalimat sastra para pujangga dan raja ternama di zaman dahulu kala. Istilah “Ratu Adil” dan “Herucakra” muncul dalam JANGKA JAYABAYA, sementara istilah “Zaman Edan” dan “Eling lan Waspada” muncul dalam SERAT JOKO LODHANG, karya sastrawan Ronggowarsita.

SOTERIOLOGI ISLAM DALAM TEMBANG GUBAHAN SUNAN KALIJAGA ILIR ILIR

Posted by Teguh Hindarto



Lagu Ilir Ilir pada zaman Kerajaan Jawa Islam sangat populer dinyanyikan sebagai tembang dholanan atau permainan anak-anak sebagaimana lagu-lagu Cublak-cublak suweng atau Gundhul-gundhul pacul dll. Demikian pula pada zaman keemasan era pemerintahan ORLA (Orde Lama) atau ORBA (Orde Baru), lagu-lagu tersebut terkadang menjadi daftar nyanyian wajib dalam lembaga-lembaga pendidikan umum di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Di era Reformasi ini, kita sayup-sayup mendengar lagu yang sudah tidak dikenal di kalangan kanak-kanak tersebut mulai kembali digemakan baik dalam nuansa religius sebagaimana ditampilkan oleh grup musik Kiai Kanjeng yang digawangi seniman dan budayawan Emha Ainun Najib maupun dalam konsep aslinya yaitu dolanan yang mulai dipopulerkan oleh grup band bernama Rich Band. Lagu tersebut merupakan gubahan salah satu dari Wali Songo bernama Sunan Kalijaga tokoh penyebar Islam yang termasyur di wilayah Jawa.

PEMAHAMAN MENGENAI SEBUTAN KURIOS BAGI YESUS SANG MESIAS

Posted by Teguh Hindarto



Bagi mayoritas Kekristenan di Indonesia, sebutan “Tuhan Yesus” atau “Tuhan Yesus”, sudah sangat akrab ditelinga. Siapapun yang mengklaim diri sebagai orang Kristen, ditandai dengan pengakuan bahwa Yesus adalah Tuhan.

Persoalannya adalah, ketika telinga orang Muslim mendengar pernyaaan tersebut, menjaadi suatu batu sandungan bagi iman Tauhid atau Keesaan Tuhan. Bagi Islam, tiada Tuhan selain Allah. (Qs 20:14) Konsekwensinya, jika Kekristenan menyatakan keimananya terhadap Yahshua sebagai Tuhan, menimbulkan gesekan teologis yang cukup tajam dengan Islam. Apalagi menurut Qur’an, Isa Al Masih adalah ciptaan Allah yang setara penciptaannya dengan Adam (Qs 3:59).

TORAH & PEMBERDAYAAN EKONOMI

Posted by Teguh Hindarto



Midrash Kitab Imamat 25:35-55

Kemiskinan kata penyair W.S. Rendra adalah “musuh” dan “lingkaran setan”. Indonesia, masih bergelut terus menerus dengan persoalan kemiskinan. Koran SINDO edisi 2 Agustus 2007 melaporkan, “Jumlah penduduk miskin D.I.Y. per Maret 2007 mengalami peningkatan 7.240 jiwa. Info BPS D.I.Y dalam Survey Sosial Ekonomi 2007 mengatakan bahwa jumlah penduduk miskin per Maret 2007 sebanyak 633.040 jiwa. Jumlah ini naik sekitar 18,99% dibandingkan data Juli 2005 sebanyak 625.800 jiwa. Sementara itu jumlah penduduk miskin atau di bawah garis kemiskinan di jateng pada posisi Maret tahun ini mencapai 6,55 juta orang. Jumlah ini cenderung dibandingkan Juni 2005 yang hanya 6,53 juta orang”.

MAKNA TEFILAH AVINU

Posted by Teguh Hindarto



PEMAHAMAN TENTANG DOA DALAM YUDAISME 

Mengapa pemahaman kita merujuk pada Yudaisme? Mengapa bukan Kristen? Karena Kekristenan pada awalnya adalah anak kandung yang dilahirkan dan disusui dari rahim Yudaisme. Yesus dan rasul-rasul-Nya adalah orang-orang Yahudi penganut Yudaisme. Yesus lahir dan dibesarkan dalam konteks Yudaisme. Yesus mengajar dalam bingkai Yudaisme. Ekspresi Kekristenan awal tidak terlepas dari Yudaisme. Oleh karenanya baik pemahaman tentang Emunah (pokok kepercayaan) maupun Avodah tentunya tidak terlepas dari Yudaisme.

Dalam Yudaisme, dikenal istilah Tefilah. Tefilah bermakna berdoa. Namun pengertian tefilah dalam Yudaisme bukan hanya sekedar ucapan spontan kepada Tuhan yang berisikan permohonan. Tefilah meliputi waktu-waktu tertentu dalam menghadap Tuhan dan dengan diiringi sikap tubuh yang tertentu. Kitab Suci memberi petunjuk mengenai tefilah yang meliputi :

Waktu-waktu yang tertentu 

Waktu doa harian Yudaisme terdiri dari Shakharit, Minha dan Maariv. Pola ibadah ini merujuk pada waktu peribadahan di Bait Suci (Kel 29:38-42; Bil 28:1-8). Nabi-nabi dan raja-raja di Israel kuno melaksanakan tefilah harian sbb : 
  • Daud (Mzm 55:17) 
  • Daniel (Dan 6:11) 
  • Ezra (Ezr 9:5) 
  • Yesus Sang Mesdias (Luk 6:12) 
  • Petrus dan Yohanes (Kis 3:1) 
  • Petrus dan Kornelius (Kis 10:3,9)

Sikap tubuh yang tertentu 

Beberapa petunjuk mengenai berbagai sikap atau postur tubuh yang tertentu al : 
  1. Berdiri (Ul 29:10, , Mzm 76:8) 
  2. Bersujud (Mzm 96:9, Mat 26:39) 
  3. Berlutut (Mzm 95:6, Kis 20:36) 
  4. Mengangkat kedua tangan (Rat 3:41; Mzm 134:2)

AJARAN YESUS   
TENTANG SIKAP TUBUH, SIKAP HATI, SIKAP PIKIRAN

Frasa, “dan apabila kamu berdoa” dalam naskah Greek New Testament dituliskan, “kai otan proseuxeste” dan dalam terjemahan bahasa Ibrani Hebrew New Testament dituliskan, “we ki tavou lehitppallel”. Frasa tersebut memberikan dua pokok penting mengenai waktu tertentu untuk berdoa dan sikap tubuh yang tertentu saat berdoa. Kata “apabila”, dalam naskah Greek ditulis otan yang bermakna “temporal clause” (kalimat yang berubah-ubah) dan menunjuk kepada suatu waktu yang tertentu. Dalam terjemahan The New Revised Standard Version diterjemahkan, “When you pray” (saat kamu berdoa). Kitab Suci mencatat bahwa orang-orang kudus dalam Kitab Suci memiliki waktu-waktu tertentu dalam berdoa al., Daud (Mzm 55:17), Daniel (Dan 6:11) , Ezra (Ezr 9:5) serta Yesus (Luk 6:12) dan para rasul-Nya (Kis 3:1, Kis 10:3,9). Waktu doa yang tertentu ini dinamakan Tefilah Shakharit, Minhah dan Ma’ariv.

Kata Greek Proseuxeste atau kata Ibrani Hitppallel memberikan indikasi suatu tindakan atau aktifitas fisik seperti berdiri (Ul 29:10), sujud (Mzm 96:9), mengangkat kedua tangan (Mzm 134:2) dan bukan suatu ungkapan verbal berupa kata-kata permohonan belaka (2 Sam 7:7).

Frasa, “Janganlah seperti orang munafik”. Dalam teks Greek ditulis Hupokrites dan dalam terjemahan bahasa Ibrani Tsevuim yang bermakna “orang yang berpura-pura”. Orang Munafik memiliki sikap hati yang salah yaitu suka berdiri di Sinangog atau tikungan jalan saat melaksanakan Tefilah agar dilihat orang. Sikap demikian oleh Yesus dikatakan telah mendapat upahnya, yaitu pujian manusia. Sikap hati yang benar saat tefilah adalah masuk kamar dan mengunci pintu dan tefilah kepada Bapa Surgawi. Sikap ini akan mendapatkan upah dari Bapa Surgawi yaitu pujian dari Bapa Surgawi.

Frasa “Janganlah seperti orang yang tidak percaya” dalam teks Greek digunakan kata Ethnikos dan dalam naskah Ibrani digunakan kata Goyim yang bermakna bangsa-bangsa non Yahudi yang tidak menyembah Yahweh dan tidak mengetahui cara menyembah kepada-Nya. Yesus mengajarkan agar kita jangan memiliki sikap pikiran yang salah, yaitu berdoa dengan panjang dan bertele-tele. Kata Greek batalogeste bermakna “berbicara tanpa berpikir” dan kata Greek babble bermakna “mengoceh”. Jika kita mengulang-ulang ayat Firman Tuhan saat Tefilah harian, bukanlah dikategorikan “bertele-tele”, melainkan memfokuskan dan melakukan pembatinan terhadap Firman yang diucapkan.

Dalam Matius 15:8-9, dikatakan: “Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia."

Ayat di atas merupaklan kutipan dari nubuatan Nabi Yesaya yang mengecam praktek ibadah Bangsa Yisrael yang hanya bersifat lahiriah dan tidak mengalami penghayatan yang mendalam yang mengimbas pada perilaku ssehari-hari. Apakah mengulang-ulang Firman Tuhan saat Tefilah merupakan “memuliakan Tuhan di bibir saja?” Tentu tidak bukan?

Dalam Matius 23:14, dikatakan: “Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu menelan rumah janda-janda sedang kamu mengelabui mata orang dengan doa yang panjang-panjang. Sebab itu kamu pasti akan menerima hukuman yang lebih berat

Kecaman ini senada dengan bunyi Matius 6:5-8 di atas. Orang-orang Farisi dan Saduki gemar mempertontonkan kesalehan lahiriah al., tsedaqah, tefilah dan mengucapkan doa yang indah dan panjang, namun mereka melakukan apa yang tidak disukai Tuhan, yaitu menelan rumah janda-janda dan mengelabui mata orang dengan sikap munafiknya.

PARALELISASI TEFILAH AVINU 
DENGAN TEFILAH SHEMONEH ESREH

Shemoneh Eshrei bermakna Delapan Belas Doa Berkat. Doa-doa dalam Shemoneh EshreiShemoneh Eshrei ditetapkan oleh Shimon ha Pakuli di Yavneh atas permintaan Rabbi Gamliel (Megillah 17b; Berakhot 28b)[2]. Shemoneh Eshrei telah ada sebelum Yesus dilahirkan (secara antropologis). Yesus mengenal Shemoneh Eshrei. Rabbi Hayim Halevi Donin menyusun sistematika Shemoneh Eshrei disusun oleh 120 orang bijaksana dari Bait Suci disekitar Abad V SM. Setelah penghancuran Bait Suci pada Abad I Ms, bentuk dan susunan dari sbb:[3]

PEMBUKAAN : PUJIAN KEPADA TUHAN 
  1. LELUHUR (AVOT) 
  2. KEKUATAN TUHAN (GEVUROT) 
  3. KEKUDUSAN TUHAN (KEDUSHAT HASHEM)

ISI : PERMOHONAN ATAS BERBAGAI KEBUTUHAN

KEBUTUHAN PERSONAL:

SPIRITUAL 
  1. PENGETAHUAN (BINAH) 
  2. PERTOBATAN (TESHUVAH) 
  3. PENGAMPUNAN (SHELIHAH)

JASMANI, MATERI, EMOSI 
  1. PENEBUSAN (GEULAH) 
  2. KESEHATAN (REFUAH) 
  3. KEMAKMURAN EKONOMI (BIRKAT HASHANIM)

KEBUTUHAN MASYARAKAT YAHUDI: 
  1. BERKUMPULNYA YANG TERSERAK (KIBBUTS GALUYOT) 
  2. PEMULIHAN KEADILAN (BIRKAT HAMISHPAT) 
  3. PENGHANCURAN MUSUH YISHRAEL (BIRKAT HAMINIM) 
  4. DOA BAGI ORANG BENAR (BIRKAT HATSADIKIM) 
  5. PEMULIHAN YERUSALEM (BIRKAT YERUSHALAYIM) 
  6. KEDATANGAN MESIAS (BIRKAT DAWID)

RINGKASAN ISI DOA  

DENGARLAH DOA KAMI (TEFILAH) 

PENUTUP: UCAPAN SYUKUR 
  1. PENYEMBAHAN (AVODAH) 
  2. PENGUCAPAN SYUKUR (BIRKAT HODAAH) 
  3. KEDAMAIAN (BIRKAT SHALOM)

KAJIAN MAKNA DOA BAPA KAMI  
(TEFILAH AVINU)

Dalam Tefilah Avinu, Yesus meringkas isi Shemoneh Eshrei (doa nomor 3, 5, 6, 9, 15)[4]. Doa Bapa Kami memiliki struktur yang jika diuraikan memiliki makna yang mendalam. Doa Bapa Kami bukan sekedar doa yang dihafalkan melainkan doa yang memiliki struktur yang berkaitan dengan hubungan antara Tuhan, manusia dan manusia dengan manusia, kebutuhan-kebutuhan manusia.

SANG BAPA SEBAGAI TUJUAN DOA

πατερ  ημων  ο εν  τοις  ουρανοις[5]
(pater hemon ho en tois ouranois)

אבינו שבשמים[6]
(avinu shebashshamayim)

Komentar: Yesus mengajarkan untuk menyapa Ha Bore (Pencipta) dengan sebutan BAPA (AV). Siapakah nama Sang Bapa? Yesaya 64:8, “We’atta YHWH Avinu…” (dan  sekarang Engkaulah YHWH Bapa kami). Mengapa kita tidak mengenal YHWH sebagai Bapa? Karena orang Yahudi paska pembuangan enggan mengucapkan nama YHWH dan diganti dengan ungkapan euphemisme HA SHEM (Sang Nama) dan ADONAI (Tuhan). Kebiasaan ini berlanjut ketika Septuaginta (terjemahan TaNaKh dalam bahasa Yunani) menuliskan nama YHWH dengan sebutan KURIOS yang setara dengan Adonai. Kemudian Vulgata (terjemahan TaNaKh dalam bahasa Latin) menuliskan nama Tuhan dengan DOMINI. Kebiasaan ini berlanjut ketika bangsa-bangsa menerjemahkan TaNaKh dalam bahasa masing-masing, maka tradisi Yahudi paska Babilon dilestarikan yaitu mengganti nama Tuhan Yahweh dengan sapaan penghormatan. Dalam bahasa Inggris LORD, dalam bahasa Indonesia TUHAN.

Apakah Makna penyapaan YHWH dengan sebutan Bapa? Setiap huruf dalam bahasa Ibrani memiliki makna sebagaimana semua rumpun bahasa Semitik. Kata Ibrani untuk Bapa adalah AV (אב) terdiri dari Alef (א) dan Bet (ב). Huruf Alef merupakan huruf pertama dalam rangkaian abjad Ibrani. Huruf Alef melambangkan yang pertama ada, sumber segala sesuatu. Sementara huruf Bet merupakan huruf yang pertama kali muncul dalam Kitab Kejadian 1:1 Bereshit bara Elohim et ha shamayim we et haarets” (Pada mulanya Tuhan menciptakan langit dan bumi). Huruf Bet adalah huruf penciptaan, sang causa prima, pengada yang pertama. Makna sebutan Av (אב) adalah Dialah Sang Pengada pertama yang menyebabkan segala sesuatu ada. Dialah sumber segala sesuatu.

Mengapa Yesus mengajarkan untuk menyapa-Nya dengan sebutan Bapa? Sebenarnya penyapaan YHWH dengan sebutan Bapa Kami (Avinu) bukan hal baru sama sekali. Dalam Siddur (Buku Doa Yudaisme) ada beberapa doa yang memulai dengan sapaan AVINU. Orthodoks Judaism menyapa YHWH dengan ADONAI. Kaum Kabalist (esoterisme Yahudi) menyapa YHWH dengan EIN SOF (Tiada Akhir). Sapaan AVINU oleh Yesus hendak memberikan makna kerapatan hubungan Tuhan dan ciptaan-Nya secara lebih egaliter.


MENYUCIKAN NAMA-NYA

αγιασθητω  το  ονομα σου
(hagiasthetoo to onoma sou)

יתקדש שמך
(yitqaddash shemeka)

Komentar: Kata Yunani Hagiasthetoo bentuk kata kerja imperatif dari hagiazoo yang bermakna kuduslah atau dikuduskanlah. Dalam terjemahan berbahasa Ibrani digunakan kata yitqadash yang merupakan bentuk pasif (piel) dari qadosh. Kata pasif yitqadash, bukan bermakna Nama Tuhan tidak suci sehingga harus senantiasa disucikan umatnya. Kata qadosh bermakna dipisahkan, disendirikan. Maka dengan ungkapan yitqadash bermakna bahwasanya kita mengkhususkan nama-Nya berdiam dan membersihkan hati dan pikiran kita.

Kata yitqadash setara dengan kasus kata baruk yang dilekatkan dengan nama YHWH (Baruk Atta YHWH Eloheinu…). Kata baruk kerap diterjemahkan “terpujilah” oleh Lembaga Alkitab Indonesia. Beberapa orang keberatan dengan ungkapan “Diberkatilah Engkau YHWH Tuhan Raja Alam Semesta …”. Dalam Bahasa Ibrani diucapkan, “Baruk Atta YHWH Eloheinu Hu Melek ha Olam…”. Kata BARUK merupakan bentuk pasif dari barak. Kata barak memiliki makna: Pertama, “melipat lutut atau berlutut” (Mzm 95:6, Dan 6:11, 1 Taw 29:20). Kedua, ungkapan berkat yang disampaikan dengan tujuan seseorang mendapatkan jaminan kehidupan yang baik (Kej 1:22, Ul 29:19). Ketiga, pengagungan pada YHWH (Ruth 4:14, Mzm 63:5, 1Taw 29:10). Dari sudut pandang Tuhan kepada manusia, kata barak menunjukkan anugrah dan perkenan YHWH kepada manusia.

Dari sisi manusia, kata barak yang ditujukan pada YHWH merefleksikan sikap hormat dan pengagungan yang ditunjukkan dengan berlutut atau menekuk lutut saat mengucapkan kalimat tersebut. Tracey R. Rich mengatakan, ”Kata Ibrani ‘Barukh’ bukan kata kerja yang menggambarkan apa yang telah kita lakukan bagi Tuhan. Ini merupakan kata sifat yang menggambarkan bahwa Tuhan merupakan sumber dari semua berkat-berkat. Ketika kita mengucapkan ‘berakhah’, kita bukan memberkati Tuhan, melainkan mengekspresikan ketakjuban mengenai bagaimana Tuhan telah memberkati kita” (www.jewfaq.com) Contoh ungkapan yang dimulai dengan kalimat “Diberkatilah Engkau Yahweh Tuhan Raja Alam Semesta al., Dalam 1 Tawarikh 29:10 teks Ibrani, “Wayevarek Dawid el YHWH le eyne kal ha qahal wayomer Dawid, Baruk Atta YHWH Elohey Avinu meolam we ad olam”. Rabbi Moshe Yoseph Koniuchowsky dalam Restoration Scriptures menerjemahkan, “And Dawid blessed YHWH before the entire conggregation: And Dawid said, Barkhu et YHWH Elohim of Yisrael, our Abba, le olam wa ed” (Kemudian Dawid memberkati YHWH dihadapan seluruh kumpulan jemaat dan berkata: Barku et YHWH Tuhan Yisrael, Abba kita, le olam wa ed {dari selama-lamanya sampai selama-lamanya}). Jadi, kata baruk, selalu memiliki hubungan dengan “berlutut”. Ini ditegaskan dalam 1 Taw 29:20, ketika Dawid memerintahkan umat “memberkati YHWH”, diiringi dengan “berlutut” dan “sujud menyembah”.

KESELARASAN KEHENDAK TUHAN DAN MANUSIA 

ελθετω  η  βασιλεια  σου γενηθητω το  θελημα  σου  ως  εν  ουρανω και  επι γης
(eltheto he basilea sou genetheto to thelema sou
Hos en ouranoi kai epi ges)

תבא מלכותך יעשה רצונך כאשר בשמים גם בארץ
(tavo malkuteka, yeasye retsoneka baarets
kaasher na’asyah bashamayim)

Komentar: Kata KERAJAAN dalam naskah Yunani disebut BASILEA dalam terjemahan bahasa Ibrani MALKUT. Dalam Kitab Perjanjian Baru, kata “Kerajaan” atau “Kerajaan Tuhan” serta “Kerajaan Sorga” memiliki makna beragam yaitu:
  1. Tempat/Wilayah yang bersifat metafisik (1 Kor 15:50, Gal 5:21)
  2. Ajaran, Prinsip (Rm 14:17, 1 Kor 4:20)
  3. Berita mengenai kehidupan dan karya Yahshua Sang Mesias (Kis 19:8)
  4. Kehendak Tuhan yang harus ditemukan (Mat 6:33)
  5. Upah dalam kekekalan (Mat 25:34)
  6. Kondisi dimana ada pengaruh sorgawi (Kol 1:13)
  7. Kerajaan Milenium dimana Mesias memerintah (Why 20:1-7)

Dalam ayat ini, makna “datanglah Kerajaan-Mu” dapat ditemukan dalam kalimat berikutnya, “jadilah kehendak-Mu”. Struktur kalimat ini mencerminkan pola puisi bercorak Semitik-Hebraik, sekalipun dibungkus dengan bahasa Yunani. Corak puisi dalam doa ini adalah paralelisme sinonim dimana kalimat kedua menjelaskan kalimat pertama (Band. Ayub 4:9). Dan pengejawantahan kehendak Tuhan harus selaras antara bumi dan surga sebagaimana dikatakan “sebagaimana di bumi seperti di sorga”.

Jadikan doa ini sebagai permohonan harian kita agar kerajaan-Nya dinyatakan dalam hidup kita, keluarga kita, pekerjaan kita, lingkungan kita serta pelayanan kita.

PERMOHONAN TERHADAP KEBUTUHAN HARIAN

τον  αρτον  ημων τον  επιουσιον δος  ημιν  σημερον
(ton arton hemon ton epiousion dos hemin semeron)

את־לחם חקנו תן־לנו היום
(et lekhem ten lanu hayom) 

Komentar: Dalam konteks Semitik-Hebraik, lekhem (roti) adalah makanan sehari-hari. Dalam konteks Asia, khususnya Indonesia, NASI adalah makanan sehari-hari. Maka kata lekhem dalam doa ini dapat dimaknai sebagai makanan sehari-hari. Jadikan doa ini sebagai suatu permohonan yang tiada putus bahwa Bapa adalah sumber berkat yang akan mencukupi seluruh kebutuhan kita baik sandang, pangan maupun papan. Makanan yang Dia berikan dapat Dia datangkan melalui pekerjaan yang kita tekuni, melalui tangan dermawan, melalui pertolongan tiba-tiba, dll.

Kalimat yang biasa kita ucapkan, “berikanlah bagi kami makanan kami yang secukupnya” merupakan terjemahan dinamis Lembaga Alkitab Indonesia. Secara literal ayat ini seharusnya dibaca, “berikanlah bagi kami roti (makanan) pada hari ini”. Kalimat ini merefleksikan sikap kecukupan dan rasa syukur sebagai lawan sikap tamak dan rakus. Kita senantiasa meminta pemeliharaan Tuhan atas makanan yang kita butuhkan setiap hari, sehingga kita terhindar dari kelaparan dan kemiskinan.



PERMOHONAN AKAN PENGAMPUNAN 

και  αφες  ημιν  τα  οφειληματα  ημων ως
 και  ημεις  αφηκαμεν  τοις  οφειλεταις ημω
(kai aphes hemin ta opheilemata hemon hos
Kai hemeis aphekamen tois opheiletais hemoon)

ומחל־לנו על־חבותינו כאשר מחלנו גם־אנחנו לחיבינו
(umekhalanu al khovotenu kaasyer makhalnu gam anakhnu lehayavenu)

Komentar: Sekalipun kita telah mengalami pengampunan dan penebusan sehingga kita terbebas dari kutuk dosa yaitu maut, namun kita masih berpotensi untuk melakukan berbagai kesalahan, pelanggaran. Doa ini mengingatkan kita untuk senantiasa introspeksi dan memohon ampunan Tuhan atas kesalahan yang disengaja maupun tidak disengaja dalam kehidupan yang kita jalani, saat berinteraksi dengan orang lain.

Dosa, menghalangi doa kita (Yes 59:1-3). Kita harus memohon ampun kepada Tuhan dan sesama agar doa kita didengar-Nya. Mesias Yesus mengingatkan pentingnya meminta maaf terhadap sesama yang telah kita lukai baik secara fisik dan batin dengan mengatakan: “Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu. Segeralah berdamai dengan lawanmu selama engkau bersama-sama dengan dia di tengah jalan, supaya lawanmu itu jangan menyerahkan engkau kepada hakim dan hakim itu menyerahkan engkau kepada pembantunya dan engkau dilemparkan ke dalam penjara” (Mat 5:23-25).

Namun pengampunan Tuhan akan mudah diperoleh apabila kita telah melakukan sesuatu yang tidak mudah dilakukan kebanyakan orang yaitu mengampuni orang yang bersalah kepada kita (entah dia memintanya atau tidak memintanya).

PERMOHONAN TERLUPUT DARI GODAAN

και  μη  εισενεγκης  ημας  εις πειρασμον  
αλλα  ρυσαι  ημας  απο  του  πονηρου
(kai me eisenegkes hemas eis peirasmon alla pusai hemas
Apo tou ponerou)

ואל־תביאנו לידי נסיון כי אם־תחלצנו מן־הרע
(wealtevienu lidey nisayon ki im tekhaltsenu min hara’) 

Komentar: Kita luruskan terlebih dahulu mengenai kata pencobaan. Dalam bahasa Yunani, kata penggodaan digunakan kata peirasmos dan peirazo. Namun kata peirazo dapat bermakna menguji, tergantung konteksnya. Kata Peirazo maupun Peirasmos dalam bahasa Ibrani menggunakan kata nissah atau massah. Pengertiannya dapat “menguji” atau “menggoda”, tergantung konteks kalimatnya.

Sedikit catatan mengenai kata peirazo. Kata peirazo dapat diterjemahkan menguji namun dapat pula diterjemahkan menggoda. Dalam kasus Abraham diuji imannya oleh YHWH dengan diminta untuk menyerahkan Ishak untuk disembelih, maka Kitab Septuaginta (Terjemahan TaNaKh /Kitab Perjanjian Lama dalam bahasa Yunani) menggunakan kata peirazo untuk menerjemahkan kata Ibrani nissah sebagaimana terekam dalam Kejadian 22:1 sbb: “Setelah semuanya itu Tuhan menguji  Abraham. Dia berfirman kepadanya: "Abraham," lalu sahutnya: Ini aku."

Demikian pula ketika YHWH menguji iman dan kesetiaan Bangsa Yishrael sehingga harus melewati padang gurun untuk sampai ke Tanah Perjanjian, Septuaginta kembali menggunakan kata peirazo untuk menerjemahkan kata Ibrani nissah sebagaimana terekam dalam Kel 16:4 dan Ulangan 13:3 sbb: “Lalu berfirmanlah YHWH kepada Musa: "Sesungguhnya Aku akan menurunkan dari langit hujan roti bagimu; maka bangsa itu akan keluar dan memungut tiap-tiap hari sebanyak yang perlu untuk sehari, supaya mereka Kuuji apakah mereka hidup menurut Torah-Ku atau tidak”.

Disisi lain, kata Yunani peirazo dan kata Ibrani nissah dapat diterjemahkan menggoda.peirazo atau nissah dapat diterjemahkan menggoda sebagaimana terekam dalam Matius 4:1 sbb: “Maka Yesus dibawa oleh Roh ke padang gurun untuk digoda Shatan” dan 1 Tesalonika 3:5 “Itulah sebabnya, maka aku, karena tidak dapat tahan lagi, telah mengirim dia, supaya aku tahu tentang imanmu, karena aku kuatir kalau-kalau kamu telah digoda oleh si penggoda dan kalau-kalau usaha kami menjadi sia-sia. Jika kata ini dihubungkan dengan aktifitas Shatan, maka kata

Demikian pula ketika kata peirazo dan nissah dihubungkan dengan apa yang dialami manusia sehingga mendatangkan dosa dan maut, maka kata ini lebih tepat diterjemahkan menggoda, godaan, penggodaan sebagaimana terekam dalam Yakobus 1:13 yang sedang kita kaji sebelumnya. Sehingga Yakobus 1:13 seharusnya diterjemahkan

Apabila seorang digoda, janganlah dia berkata: penggodaan ini datang dari Tuhan ! Sebab Tuhan tidak dapat dicobai oleh yang jahat, dan Ia sendiri tidak mencobai siapa pun

Secara teologis, baik YHWH maupun Shatan memiliki otoritas untuk menguji manusia. Perbedaannya: Pertama, otoritas yang dimiliki Shatan dikarenakan ada otoritas yang diberikan oleh YHWH untuk melakukan ujian namun dalam batas-batas tertentu. Kasus Ayub memperlihatkan kepada kita bagaimana Shatan diijinkan menguji Ayub dengan mengirimkan berbagai penyakit namun dilarang mengambil nyawanya sebagaimana terekam dalam Ayub 2:4-5 dan 9 sbb:

Lalu jawab Shatan kepada YHWH: "Kulit ganti kulit! Orang akan memberikan segala yang dipunyainya ganti nyawanya. Tetapi ulurkanlah tangan-Mu dan jamahlah tulang dan dagingnya, ia pasti mengutuki Engkau di hadapan-Mu." Maka firman YHWH kepada Shatan: "Nah, dia dalam kuasamu; hanya sayangkan nyawanya."

Mengapa kata peirazo dan nissah dalam midrash hari ini tidak diterjemahkan dengan pencobaan sebagaimana layaknnya Lembaga Alkitab Indonesia telah lakukan? Mengapa dipergunakan kata godaan, penggodaan? Justru kata pencobaan tidak memberikan makna signifikan terhadap kata peirazo dan nissah. Kata pencobaan sendiri berasal dari kata coba yang menerima prefiks pen dan sufiks an. Kata mencoba berbeda makna dan dampaknya dengan kata menguji serta menggoda.

Mari kita bandingkan dampak yang berbeda dari penggunaan kata goda, uji dan coba sbb:
  1. Amir akan mencoba mengendarai motor baru yang beberapa hari dibelinya
  2. Harun hendak menguji kemampuan daya ingat adiknya atas pelajaran yang telah disampaikannya
  3. Saritem menggoda dengan rayuan yang mendesah terhadap laki-laki yang datang ke rumahnya
Kalimat pertama (mencoba) membawa dampak bahwa Amir ternyata mengalami kepuasan atas motor baru yang dibelinya. Kalimat kedua (menguji) membawa dampak bahwa Harun berhasil membuktikan kemampuan adiknya. Kalimat ketiga (menggoda) membawa dampak bahwa seseorang tergoda untuk melakukan tindakan asusila atas rayuan Saritem.

Dengan mempertimbangkan dampak yang berbeda dari ketiga kata coba, uji, goda maka kata Yunani peirazo dan kata Ibrani nissah lebih mendekati tepat diterjemahkan ujian  dan godaan tinimbang cobaan.

Kalimat “Janganlah membawa kami ke dalam pencobaan”, menimbulkan beberapa sandungan bagi beberapa orang. Apakah Tuhan membiarkan kita masuk dalam pencobaan?

Setelah meluruskan kata pencobaan, persoalan berikutnya adalah. Apakah doa ini mengindikasikan bahwa Tuhan pada waktu tertentu membiarkan kita masuk dalam penggodaan, sehingga kita perlu meminta padanya agar Dia jangan membawa dalam penggodaan?

Dalam beberapa versi terjemahan berbahasa asing pun ternyata memiliki perbedaan penerjemahan akibat perbedaan penafsiran. Kita lihat beberapa contoh penerjemahan yang berbeda tersebut:

And lead us not into temptation, but deliver us from evil” (Dan pimpinlah kami tidak masuk ke dalam penggodaan, namun bebaskan kami dari kejahatan, KJV)

And do not put us to the test, but save us from the Evil One” (Dan jangan menaruh kami dalam ujian, namun selamatkan kami dari Yang Jahat, NJB)

And do not lead us into temptation, But deliver us from the evil one” (Dan jangan memimpin kami ke dalam penggodaan, namun bebaskan kami dari yang jahat, NKJ)

And mayest Thou not lead us to temptation, but deliver us from the evil” (Dan sekiranya Engkau tidak memimpin kami ke dalam penggodaan namun bebaskan kami dari yang jahat, YLT)

Untuk menyikapi persoalan tersebut, marilah kita kembali kepada teks sumber. Naskah Yunani menuliskan: “kai me eisenegkes emas eis peirasmon, alla pusai emas apo tou ponerou”. Dalam terjemahan berbahasa Ibrani dalam Hebrew New Testament, “we al tevienu lidey massa, ki im hatsilenu min ha ra

Berikut terjemahan literal kalimat kai (dan) me (tidak) eisenegkes (membawa masuk) emaseis (ke dalam) peirasmon (penggodaan). Demikian pula terjemahan literal bahasa Ibrani we (dan) al (jangan) tevienu (membawa, datang) lidey (ke dalam) massa (penggodaan). Jika jujur pada terjemahan , maka bunyi terjemahan dalam bahasa Indonesia, “janganlah membawa kami masuk dalam penggodaan”. (kata ganti orang pertama jamak dari kata Aku) 

Jika kita memahami cara pandang Semitik-Hebraik (Semitic-Hebraic Thought) bahwasanya YHWH berdaulat atas apa yang baik dan yang jahat sebagaimana dikatakan dalam Yeshaya 45:7 sbb: “yotser or uvore khoshek, osye shalom uvore ra, Ani YHWH osye kol elle” (yang menjadikan terang dan menciptakan gelap, yang menjadikan nasib mujur dan menciptakan nasib malang; Akulah YHWH yang membuat semuanya ini). Bahkan Ayub pun mengatakan pada istrinya: “et ha tov neqabel me et ha Elohim we et ha ra lo neqabel (Apakah kita mau menerima yang baik dari (Tuhan) tetapi tidak mau menerima yang buruk? Ayub 2:10). Dan konsep ini digemakan kembali oleh Rasul Paul dalam Roma 8:28 sbb: “Kita tahu sekarang, bahwa (Tuhan) turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana (Tuhan).

Kedaulatan YHWH terhadap yang baik dan jahat bermakna, bahwa Dia mengijinkan berbagai hal yang baik dan buruk datang dalam hidup kita. Keburukkan itu bisa datang melalui kesalahan yang kita lakukan (Yer 2:19) maupun godaan Shatan secara langsung (Ayb 1-2, Luk 4). Oleh karena Dia berdaulat atas yang baik dan yang buruk dalam hidup kita, Dia dapat membuat semuanya menjadi kebaikkan bagi diri kita yang mengalaminya.

Sesuai dengan gaya puisi Semitik-Hebraik, kalimat doa ini mencerminkan pararelisme sinonim. Kata “penggodaan” dijelaskan oleh kalimat berikutnya “yang jahat”, sebagaimana kata “kerajaan” dan “kehendak Tuhan”.

Doa ini mengajarkan kepada kita bahwa setiap saat kita berpotensi melakukan keputusan dan tindakan yang salah. Mintalah kepada Tuhan agar kita tidak berada pada kondisi yang keliru sehingga merugikan diri kita.

DOXOLOGI

οτι σου εστιν η βασιλεια και η δυναμις και η δοξα εις τους αιωνας αμην
(oti sou estin he basilea kai he dunamis
kai he doxa eis tous aionas amen)

כי לך הממלכה והגבורה והתפארת לעולמי עולמים אמן
(ki leka hammamlakah wehagevurah wehatiferet
Le’olmi olamim amen)

Komentar: Rangkaian doa penutup ini dalam terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia diberi tanda kurung. Artinya, dalam beberapa naskah kuno tidak tercantum. Biasanya kalimat-kalimat tambahan ini merupakan kalimat doxologis (Doxa: kemuliaan) yang merupakan respon umat secara bersamaan dalam pertemuan ibadah, sebagai wujud pengagungan kepada Tuhan. Kalimat doksologis banyak kita temui dalam surat-surat Rasul Paul (1 Tim 1:17, 1 Kor 8:6, Kol 1:3, Fil 4:20). Doa ini bisa menjadi rumusan atau formula penutup saat kita menaikkan doa kepada YHWH di dalam Yesus Sang Mesias.



Bagi mereka yang meminati kontemplasi dan pendakian spiritual untuk mempertajam batin dan hubungan spiritual dengan Tuhan, dapat mengakses lantunan Doa Bapa Kami dalam bahasa Aramaik dan Ibrani di bawah ini:

The Lords Prayer in original Aramaic

http://www.youtube.com/watch?v=RUGrXljE6OQ&NR=1 (di awali dengan pronunsiasi Doa Bapa Kami dalam bahasa Aramaik dan ditutup dengan pelantunan yang merdu dan khidmat)

The Lords Prayer in Aramaic (Angel voice)


"Avinu" The Lord's Prayer in Hebrew

End Notes

[1] disampaikan di Ibadah Semitik Gereja Kemah Abraham, Tgl 23 November 2008 dan disempurnakan untuk disampaikan di ibadah Havdalah Shabat Shekinah Kavod Mispakha, Tgl 29 November 2008

[2] Rabbi Hayim Halevy Donin, To Pray As A Jew: A Guide to Prayer Book and the Synagogue Service, BasicBooks, p. 69

[3] Ibid., p. 74-75

[4] Robert & Remy Koch, Christianity: New Religion or Sect Biblical Judaism? A Messenger Media Publication, Palm Beach Gardens, Florida, p.20

[5] Westcott & Hort New Testament (Bible Work 6, 1993-2004, Michael S. Bushell & Michael D. Tan)

[6] Hebrew New Testament, E-Sword