RSS Feed

KESAKSIAN QUR’AN & TUDUHAN TAHRIF DALAM KITAB SUCI TAURAT & INJIL

Posted by Teguh Hindarto



Muhamad dan Islam telah berjumpa dengan Yudaisme dan Kekristenan saat pertumbuhan awal di Medinah. Berbagai interaksi antara Muhamad dan orang-orang Yahudi yang menganut Yudaisme dan orang-orang Kristen, sebagaimana dikatakan Bambang Ruseno Utomo,MA. Bercorak “dialectical relationship”. Artinya, “Disatu pihak bersifat positip, yaitu para ahl ul Kitab telah menerima Wahyu Allah dan kitab yang benar, autentik dan asli dari Allah sendiri. Namun di pihak lain bersifat negatif, yaitu mengritik para ahl ul kitab telah menyembunyikan atau yatumuna, tuchfuna (Qs 2:146), mengubah dan merusakkan atau yuharifuna (Qs 4:46; 5:13,41, Qs 2:75-79) serta mengganti atau baddala, yaluna (Qs 2:58-59; 7:161-162) akan Wahyu Allah dalam hidup mereka[1] Masih  menurut Bambang Ruseno Utomo,MA., “Dari semua tuduhan tersebut, tuduhan yang paling serius adalah tuduhan mengubah dan merusakkan (yuharifuna), kata bendanya Tahrif. Di dalam bahasa Arab, kata ini disebut tahrif lafzi atau dapat diartikan perubahan tafsiran disebut tahrif ma’nawi[2].



Setidaknya ada sepuluh ayat yang memberikan rujukan tudingan adanya Tahrif yang dilakukan orang-orang Yahudi dan Kristen sbb:[3]
Dan berimanlah kamu kepada apa yang telah Aku turunkan (Al Quran) yang membenarkan apa yang ada padamu (Taurat), dan janganlah kamu menjadi orang yang pertama kafir kepadanya, dan janganlah kamu menukarkan ayat-ayat-Ku dengan harga yang rendah, dan hanya kepada Akulah kamu harus bertakwa” (Qs 2:41).

Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu mengetahui” (Qs 2:42)

Apakah kamu masih mengharapkan mereka akan percaya kepadamu, padahal segolongan dari mereka mendengar firman Allah, lalu mereka mengubahnya setelah mereka memahaminya, sedang mereka mengetahui? (Qs 2:75)

Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Al Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya; "Ini dari Allah", (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang mereka kerjakan” (Qs 2:79)

Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah Kami beri Al Kitab (Taurat dan Injil) mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Dan sesungguhnya sebahagian diantara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui” (Qs 2:146)

Hai Ahli Kitab, mengapa kamu mencampur adukkan yang haq dengan yang bathil, dan menyembunyikan kebenaran, padahal kamu mengetahuinya?” (Qs 3:71)

Sesungguhnya diantara mereka ada segolongan yang memutar-mutar lidahnya membaca Al Kitab, supaya kamu menyangka yang dibacanya itu sebagian dari Al Kitab, padahal ia bukan dari Al Kitab dan mereka mengatakan: "Ia (yang dibaca itu datang) dari sisi Allah", padahal ia bukan dari sisi Allah. Mereka berkata dusta terhadap Allah sedang mereka mengetahui” (Qs 3:78)

Yaitu orang-orang Yahudi, mereka mengubah perkataan dari tempat-tempatnya. Mereka berkata : "Kami mendengar", tetapi kami tidak mau menurutinya. Dan (mereka mengatakan pula) : "Dengarlah" sedang kamu sebenarnya tidak mendengar apa-apa. Dan (mereka mengatakan) : "Raa'ina", dengan memutar-mutar lidahnya dan mencela agama. Sekiranya mereka mengatakan : "Kami mendengar dan menurut, dan dengarlah, dan perhatikanlah kami", tentulah itu lebih baik bagi mereka dan lebih tepat, akan tetapi Allah mengutuk mereka, karena kekafiran mereka. Mereka tidak beriman kecuali iman yang sangat tipis” (Qs 4:46).

Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuki mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka merobah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya, dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat kekhianatan dari mereka kecuali sedikit diantara mereka (yang tidak berkhianat), maka maafkanlah mereka dan biarkan mereka, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik” (Qs 5:13).

Dan diantara orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya kami ini orang-orang Nasrani", ada yang telah kami ambil perjanjian mereka, tetapi mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diberi peringatan dengannya; maka Kami timbulkan di antara mereka permusuhan dan kebencian sampai hari kiamat. Dan kelak Allah akan memberitakan kepada mereka apa yang mereka kerjakan” (Qs 5:14).

Jika kita analisis dari sepuluh ayat tersebut ada delapan kenyataan sbb:[4]

  1. Tidak semua orang Yahudi namun hanya sebagian kecil dari mereka yang mencoba untuk memberikan informasi yang menyesatkan Muhamad (Qs 2:75, 146, Qs 3:78)
  2. Mereka adalah umat yang dituntun oleh kebenaran (Qs 4:46) namun mereka menyembunyikan beberapa bagian dari hukum yang mereka miliki dengan kata-kata kosong untuk menghindari yang haq (Qs 2:42, Qs 3:71)
  3. Mereka tidak menerjemahkan semua teks Kitab Suci secara terbuka pada Muhamad dan tidak menyampaikan padanya segala sesuatu dari kitab mereka, kalau dialah yang pertama memperoleh keuntungan dari mereka (Qs 2:41,79)
  4. Mereka menyembunyikan beberapa kebenaran dari dirinya, khususnya yang kesalahan perilaku mereka mengenai hal-hal khusus terkait Muhamad dan pengikutnya (Qs 2:42, 146, Qs 3:71)
  5. Mereka mengubah huruf atau susunan kata di beberapa tempat sehingga mengubah makna sejumlah kata (Qs 2:75, Qs 4:46, Qs 5:13)
  6. Mereka membelit lidah mereka dengan mengucapkan beberapa teks dari Torah sehingga tidak ada satupun yang memahami apa y sesungguhnya mereka ucapkan (Qs 3:78)
  7. Mereka menuliskan kitab suci dan menganggap hasil tulisan mereka berasal dari Tuhan (Qs 2:79)
  8. Mereka melupakan sejumlah ayat dari Kitab Suci, karena sebagai wahyu, seharusnya mereka menyimpannya dalam ingatan mereka (Qs 5:13). Muhamad juga mengecam orang-orang Kristen terhadap ketidaksetiaannya terhadap Tuhan dan pewahyuannya (Qs 5:13).
Dari sekian tuduhan Qur’an di atas, hanya sedikit orang Yahudi di Medinah yang memiliki masalah dengan Muhamad. Kebanyakan orang Yahudi tidak dikecam dalam Qur’an dengan tuduhan ini. Mereka yang tidak dikecam, tidak menyembunyikan atau memalsukan kitab suci mereka. Orang Yahudi dimanapun tetap memiliki Torah yang asli sampai hari ini[5].

Dikarenakan pada periode awal Islam belum tersedia terjemahan Taurat dan Injil dalam bahasa Arab, maka Muhamad tentu saja tidak memiliki akses pada Taurat dan Injil yang dibaca Ahli Kitab dan kaum Nasrani. Muhamad hanya menerima informasi dan mendengar tafsiran bercampur dongeng Yahudi mengenai Torah. Oleh karenanya pengertian “Tahrif” lebih kepada “Tahrif ma’nawi” (perubahan penafsiran) daripada “Tahrif lafzi” (perubahan teks). Abdiyah Akbar Abdul-Haqq mengatakan mengenai tahrif sbb: “The early commentator of the Koran and doctors of Islam who did not have a firsthand knowledge of the Bible believed in ‘Tahrif-I-Manawi’ only [6] (komentator awal Qur’an dan para doktor Islam yang tidak memiliki pengetahuan mengenai Kitab Suci dari tangan pertama percaya hanya pada Tahrif Ma’nawi).

Imam Bukhari memberikan pernyataan mengenai “Tahrif” sbb: “The word ‘Tahrif’ (corruption) signifies to change a thing from its original nature; and there is no man could corrupt a single word of what proceeds from God, so that the Jews and Christians could corrupt only by misrepresenting the meaning of the words of God[7] (Kata Tahrif bermakna mengubah sesuatu dari aslinya dan tidak ada satupun manusia yang dapat mengubah kata-kata yang keluar dari mulut Tuhan sehingga orang-orang Yahudi dan orang-orang Kristen hanya dapat mengubahnya dengan menafsirkan secara keliru perkataan-perkataan Tuhan). Demikian pula Ibn Mazar dan Abi Hatim dalam Tafsir Durr-I-Mansur mengatakan hal yang senada, “That they have it on the authority of Ibn Muniyah, that the Taurat (i.e. the books of Moses) and the Injil (i.e. the Gospels) are in the same state of purity in which they were sent down from heaven and no alteration had been made in them, but that the Jews were wont to deceive the people by unsound arguments, and by wresting the sense of the Scripture[8] (Mereka menerima dari otoritas Ibn Muniyah bahwa Taurat dan Injil dalam keadaan yang murni saat mereka dikirimkan dari Surga dan tidak ada perubahan yang telah dibuat oleh mereka, namun orang-orang Yahudi ingin untuk menyesatkan orang-orang dengan argumentasi yang gila dan merebut makna yang terkandung dalam Kitab Suci). Namun, sekalipun para komentator awal Islam menyatakan Tahrif Ma’nawi namun kebanyakan komentator Muslim belakangan lebih memilih bahwa Tahrif Lafzi. Akibatnya, para komentator Islam belakangan berusaha untuk mencari jawaban atas ketidakcocokkan isi Qur’an dan Taurat serta Injil bahkan mereka mencoba untuk menemukan apa yang dianggap hilang mengenai Muhamad dalam Taurat dan Injil. Muncullah teori adanya kata “Ahmad” dalam Kitab Perjanjian Baru dan dugaan orang Kristen menyisipkan istilah “Anak Tuhan” untuk Yesus. Kisah penyaliban dianggap sebagai pemalsuan karena tidak cocok dengan informasi Al Qur’an. Bambang Ruseno Utomo,MA., pun membenarkan hal ini dan mengatakan, “Di antara penulis Muslim di Indonesia pada umumnya mengikuti garis pemikiran Ibn Hazm dan Abd al Jabbar atau al Tabari yang berpendapat bahwa Tahrif harus ditafsirkan pengubahan dan pengorupsian secara tekstual (tahrif lafzi) dan bukan penafsiran (tahrif ma’nawi). Bahkan beberapa penulis Muslim mengatakan Injil yang asli telah hilang an yang ada sekarang ini adalah Injil yang sudah tidak asli[9]

Ali ibn Rabban Al Tabari (wafat 855 M) dalam bukunya, “Kitab ul Din wa’l Dawla” ditulis di masa pemerintahan Khalifah al Mutawakil untuk menyerang Kekristenan, demikian pula Ibn Hazm (wafat 1064 M).  Cara berpikir Ibn Hazm diteruskan oleh pemikir Islam modern seperti Syed Amir Ali yang menulis buku, “Impression of Christianity from ponts of view of Non Christian Religion” dan Ismael Al Faruqi dalam bukunya “on Arabism”. 

Berbeda dengan pemikiran tokoh-tokoh di atas, Ibn Ishaq (wafat 768 M) dan Ibn Sa’d (wafat 844 M), al Yaqubi (wafat 891 M), al Ghazali (wafat 1111 M)menafsirkan tahrif yang terjadi di kalangan Yahudi dan Kristen hanya sebatas penafsiran dan bukan perubahan teks. Pola pemikiran mereka diteruskan Sayyed Ahmad Khan, DR., M. Kamel Husein dan DR. Mahmoud M. Ayoub.

Sayangnya, setiap ketidakcocokkan informasi antara Qur’an dengan Taurat dan Injil, hampir selalu Taurat dan Injillah yang dipersalahkan. Padahal jika ditelusuri, justru beberapa perbedaan kisah diantara Qur’an dan Taurat serta Injil dapat ditelusuri dalam sumber-sumber Apokripa dan literatur Yudeo Christianity non kanonik sebagaimana dikatakan Abdiyah Akbar al Haqq seraya mengutip buku C. Tisdaal yang berjudul “The Source of the Qur’an” dan Arnold yang berjudul “Islam & Christianity” sbb: “Most of this divergence material has paralels in the legendary, apocryphal and extra canonical Judeo Christian sources that were available in Arabia during the time of the prophet[10] (Kebanyakan bahan-bahan yang berbeda memiliki kesamaan dengan legenda, teks apokripa serta sumber-sumber ekstra kanonik dari Yudeo Christian yang tersedia di Arabia selama zaman nabi).
Beberapa contoh pararelisasi akan kami kutipkan dengan merujuk pada sumber-sumber literatur

Tujuh Surga, Tujuh Neraka

Quran sering menyebutkan adanya tujuh surga (17.44; 23.86; 41.12; 65.12), sebuah ide yang juga ditemukan dalam Chegiga 9.2. Dalam Quran, neraka katanya punya tujuh bagian atau gerbang (15.44);

dalam Zohar 2.150 kita temukan penjelasan yang sama. Ide ini berasal dari sumber kuno Indo-Iranian, karena dalam kitab-kitab Hindu maupun Zoroastrian kita menemukan tujuh penciptaan dan tujuh surga. Dalam Qs 11:7 dikatakan Singgasana (Arasy) Tuhan ada diatas air; bandingkan saja dengan Rashi Yahudi, Kitab Kejadian 1:2: “Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh (Tuhan) melayang-layang di atas permukaan air.” Dalam Surah 43.77, ada disebut-sebut Malik sebagai penjaga neraka yang memimpin penyiksaan orang-orang terkutuk; mirip dengan tradisi yahudi yang menyebut-nyebut Pangeran Neraka. Malik jelas adalah plesetan dari Dewa Apinya Ammonites, Molech, yang disebut-sebut dalam kitab Imamat, Kitab Raja-Raja 1 dan Yeremia.

Dalam Qs 7:46 disebutkan ada dinding pembatas yang disebut Aarah, yang memisahkan surga dan neraka: “Dan di antara keduanya (penghuni surga dan neraka) ada batas; dan di atas A`raaf itu ada orang-orang yang mengenal masing-masing dari dua golongan itu dengan tanda-tanda mereka. Dan mereka menyeru penduduk surga:" Salaamun `alaikum". Mereka belum lagi memasukinya, sedang mereka ingin segera (memasukinya).” Dalam Midrash-nya Yahudi Ecclesiastes 7.14, berapa banyak ruangan diantaranya? Rabbi Jochanan mengatakan sebuah dinding, Rabbi Acha mengatakan sebuah rentangan; guru-guru mereka berpendapat sesuatu itu sangat berdekataan sehingga orang bisa saling melihat satu sama lain.” Lagi kita temukan ayat-ayat yang mirip dalam tulisan Zoroastrian: “Jaraknya hanya sejauh terang dan gelap. Dalam ayat2 Quran (15.18; 37.8; 67.5) kita diberitahu bahwa Setan diam-diam mendengarkan dan diusir dengan lemparan batu; yang mirip juga kita temukan dalam tulisan-tulisan Yahudi bahwa Jin “mendengarkan dari balik tirai agar mendapatkan pengetahuan utk masa yang akan datang.”

Qs 50.30: “(Dan ingatlah akan) hari (yang pada hari itu) Kami bertanya kepada Jahannam: "Apakah kamu sudah penuh?" Dia menjawab: "Masih adakah tambahan?"”, dalam buku rabbinical Othioth Derabbi Akiba 8.1 kita temukan: “Pangeran Neraka akan meminta, dari hari ke hari, berikan aku makanan hingga penuh.” Dalam Qs 11.42 dan Qs 23.27 dikatakan tentang air bah: “Tanur telah mendidih”. Dalam karya Yahudi dikatakan bahwa orang yang tenggelam dihukum dengan air mendidih. Ketika membicarakan tentang sulitnya masuk surga, para rabbi memberi perumpamaan seperti unta masuk lubang jarum dimana Quran (Qs 7:40) mengutipnya persis sama. Menurut Talmud, anggota badan manusia akan bersaksi terhadap manusia itu sendiri (Chegiga 16, Taanith 11). Satu ayatnya: “Anggota badan manusia itu sendiri akan bersaksi terhadapnya, karena ia berkata ‘Kau sendiri menjadi saksiKu kata Tuhan’ “. Bandingkan ini dengan Qs 24:24: “pada hari (ketika), lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan.” (juga Qs 36:65 dan Qs 41:20). Bandingkan surah 22.47: “Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu.” 

Dengan Mazmur 90.4: “Sebab di mata-Mu seribu tahun sama seperti hari kemarin, apabila berlalu, atau seperti suatu giliran jaga di waktu malam.” (bandingkan juga Qs 32:4 dengan Sanhedrin 96:2).

Hukum Moral dan Legal

Terdapat beberapa aturan moral yang didopsi dari Talmud oleh Muhammad. Anak2 tidak harus patuh pada orang tuanya jika si ortu menuntut sesuatu yang jahat – Jebhamoth 6 sama dengan Qs 29:8. Mengenai makan minum selama puasa bulan Ramadhan, Qs 2:187 mengatakan: “makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam” Dalam Minshnah Berachoth 1.2 kita mendapatkan doa2 Shema harus dilakukan “disaat orang dapat membedakan benang biru dari benang putih.”

Dalam Qs 4:46 dikatakan orang-orang percaya tidak boleh sholat ketika mabuk, kotor atau setelah menyentuh perempuan. Semua pembatasan ini juga ada dalam Berachoth 31.2 dan 111.4 dan Erubin 64. Sholat bisa dilakukan sambil berdiri, berjalan atau ketika naik kendaraan – Berachoth 10; sura 2.239. Sholat boleh diperpendek dalam keadaan darurat tanpa mendatangkan dosa – Mishnah Berachoth 4.4; sama dengan Qs 4:101-102. Ritual Wudhu yg dijelaskan dalam surah 5.6 mirip dengan yang diajarkan dalam Berachot 46. Menurut surah 4.43 dan 5.6 disebutkan jika tidak menemukan air, bertayamum-lah dengan tanah yang bersih. Talmud menyatakan bahwa mereka “yang membersihkan diri dengan tanah sudah cukup jika tidak ada air” (Berachot 46). Sholat tidak harus bersuara keras (Qs 17:110); Berachot 31.2 memerintahkan hal yang sama. Quran surah 2.228 menyatakan masa idah (tunggu) tiga bulan sebelum perempuan yang diceraikan boleh menikah kembali. Lagi dalam Mishna Jabhamoth 4.10 menyatakan aturan yang sama.

Tingkat murtad seseorang utk menikah aturannya dinyatakan dalam Qs 2:221, jelas diambil dari Talmud Kethuboth 40.1. Kedua agama ini sama-sama menganjurkan sang ibu utk menyusui anaknya selama dua tahun – bandingkan Qs 31:14 dan Qs 2:233 dengan Kethuboth 60.1. Torrey merangkum beberapa doktrin-doktrin lain dari Muhammad yang dicontek dari Yudaisme: Kebangkitan semua manusia, yang baik maupun yang jahat; sebuah gagasan yang sudah dikenal sejak jaman Daniel (Daniel 12.2); Hari Kiamat, yom dina rabba, ketika ‘sang Kitab’ dibuka dan setiap orang dibangunkan. Ide-ide tentang Pahala Surga, Taman dan hukuman neraka dengan api abadi neraka Jahannam; adalah ide yang diperkaya dan ditambah-tambahi oleh imajinasi Muhammad sendiri. Doktrindoktrin roh jahat dan malaikat; khususnya aktivitas dari Iblis dan Jibril, malaikat pewahyu. Muhammad mestilah sangat tereksan dengan bab pertama kitab Kejadian, melihat dari banyaknya tempat yang diberikan dalam Quran mengenai penciptaan langit dan bumi, manusia serta objek-objek lain pada alam[11].

Karakter-karakter Perjanjian Lama berikut ini juga disebutkan dalam Quran: Aaron–Harun; Abel–Habil; Abraham–Ibrahim; Adam-Adam; Cain-Qabil; David-Daud; Elias-Ilyas; Elijah-Alyasa; Enoch-Idris; Ezra-Uzair; Gabriel- Jibril; Gog-Yajuj; Goliath-Jalut; Isaac-Ishaq; Ishmael-Ismail; Jacob-Yacub; Job-Aiyub; Jonah-Yunus; Joshua-Yusha; Joseph-Yusuf; Korah-Qarun; Lot- Lut; Magog-Majuj; Michael-Mikail; Moses-Musa; Noah-Nuh; Pharaoh- Firaun; Saul-Talut; Solomon-Sulaiman; Terah-Azar. Kejadian-kejadian diambil dari Perjanjian Lama dan dicampur dengan dongeng-dongeng; tapi seperti yang dikemukakan dalam Dictionary of Islam, “Tanpa akurasi dan ada banyak pencampur-adukan dongengdongeng dengan Talmud”:

¨ Harun membuat patung anak lembu: 20.90
¨ Qabil dan Habil: 5.30
¨ Abraham dikunjungi malaikat: 11.69; 15.51
¨ Abraham siap mengkorbankan anaknya: 37.102
¨ Kejatuhan Adam: 7.18; 2.36
¨ Karun: 28.76; 29.39; 40.24
¨ Penciptaan dunia: 16.3; 13.2; 35.1,12
¨ Daud memuji Tuhan: 34.10
¨ Banjir besar: 54.11; 69.11; 11.42
¨ Yakub ke Mesir: 12.99
¨ Yunus dan ikan: 6.86; 10.98; 37.142; 68.48
¨ Kisah Yusuf: 6.84; surah 12; 40.34
¨ Manna dan burung puyuh: 2.57; 7.160; 20.80
¨ Musa memukul batu: 7.160
¨ Bahtera Nuh: 11.40
¨ Firaun: 2.49; 10.75; 43.46; 40.24,26,28,29,45
¨ Keputusan Sulaiman: 21.78
¨ Ratu Sheba: 27.22,23

Kain dan Habil (Qabil dan Habil)

Geiger mengambil kisah Kain dan Habil sebagai contoh tentang apa yang dikritik Torrey mengenai gaya penceritaan Muhammad mengenai poin penting yang hilang. Geiger menunjukkan bahwa apa yang dinyatakan dalam Quran (Qs 5:27) seluruhnya tidak masuk akal dan sulit dimengerti, kisah tersebut hanya bisa dimengerti setelah membaca dari Mishna Sanhedrin 4.5. Pembunuhan Habil dalam Quran dicontek dari Bible, tapi percakapan Kain dengan Habil sebelum Kain membunuhnya diambil dari Targum Yerusalem, dikenal sebagai pseudo-Jonathan. Dalam Quran, setelah pembunuhan itu Tuhan mengirim burung gagak yang mengorek-ngorek bumi utk menunjukkan pada Kain bagaimana caranya menyembunyikan mayat Habil: Surah 5.27-32: Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Kabil) bagaimana dia seharusnya menguburkan mayit saudaranya. Berkata Kabil: "Aduhai celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayit saudaraku ini?" Karena itu jadilah dia seorang di antara orang-orang yang menyesal. Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israel, bahwa: barang siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barang siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya.”

Pernyataan dalam huruf yang ditebalkan tidak ada hubungannya dengan kisah tersebut. Pernyataan huruf tebal itu menjadi jelas jika kita membaca Mishna Sanhedrin 4.5: Kita dapatkan bahwa dalam kasus Kain yang dibunuh saudaranya: darah dari kain menangis terdengar oleh Habil. Disini tidak dikatakan darah dalam bentuk tunggal tapi darah dalam bentuk jamak, yakni darah Kain dan darah dari calon keturunannya. Manusia diciptakan tunggal utk menunjukkan bahwa siapapun yang membunuh seorang manusia, bisa dianggap dia membunuh seluruh keturunan yang mungkin akan dihasilkannya, tapi bagi mereka yang memelihara kehidupan seseorang dianggap dia telah memelihara seluruh kehidupan dia beserta keturunannya.

Dalam kisah Muhammad ada bagian yang hilang, tidak diceritakan, bagian hilang ini menjadi bagian yang terpenting yang menjadi penghubung antara dua bagian kisah dalam Quran tersebut, dimana tanpa bagian ini kedua kisah itu menjadi terpisah dan tidak ada artinya.
Nuh
Sebagian kisah Nuh dalam Quran jelas-jelas berasal dari Kitab Kejadian, tapi karakter Nuh sendiri dicontek dari sumber-sumber Yahudi (Qs 7:59; Qs 10:71; Qs 22:42, dll). Percakapan Nuh dengan kaumnya ketika dia membangun bahtera sama dengan yang kita baca dalam Sanhedrin 108; dan baik Quran maupun kitab Yahudi menyatakan bahwa generasi banjir ini dihukum dengan air bah mendidih (Rosh Hashanah 16.2 dan Sanhedrin 108; Qs 23:27)

Abraham diselamatkan dari Apinya Nimrod

Kisah Abraham (Ibrahim) ditemukan berantakan disepanjang Quran – Qs 2:260; Qs 6:74-84; Qs 21:52-72; Qs 19:42-50; Qs 26:69-79; Qs 29:16; Qs 37:81-95; Qs 43:26-28; Qs 60:4; dll). Hadis-hadis muslim juga penuh dengan kisah kehidupan Abraham ini. Telah ditunjukan oleh Geiger dan juga oleh Tisdall bahwa sumber Quran dan hadis mengenai Ibrahim dicontek dari sumber Yahudi Midrash Rabbah. Baik Midrash maupun Quran/Hadis sedikit lebih beragam kisahnya dibanding dengan kisah Bible. Dalam Kitab Kejadian kita mendapatkan bahwa Nimrod adalah cucu dari Ham, dan dia mendirikan kerajaan besar. Dalam kisah Muslim dan Midrash, Abraham dihukum karena tidak menghancurkan patung yang disembah oleh orang-orangnya Nimrod. Dia dilemparkan kedalam api tapi selamat tanpa cedera sedikitpun. Menurut Tisdall[12] keseluruhan kisah ini didasarkan pada kesalahpahaman Kitab Kejadian 15.7: "Akulah YHWH, yang membawa engkau keluar dari Ur-Kasdim untuk memberikan negeri ini kepadamu menjadi milikmu.” Ur dalam bahasa Babilon artinya kota, dan ur-Kasdim artinya adalah kota kampung halamannya Abraham. Tapi “Ur” dalam percakapan hampir mirip dengan kata lain, “Or”, yang artinya sinar atau api. Bertahun-tahun kemudian, seorang komentator Yahudi, Jonathan ben Uzziel, menterjemahkan ayat yang sama dari kitab Kejadian sebagai “Akulah (YHWH), yang membawa engkau keluar dari perapian di Kasdim” Sang komentator itu menambah kesalahannya itu dengan berkeras bahwa semua ini terjadi “saat Nimrod melemparkan Abraham kedalam perapian, karena dia tidak mau menyembah patung dewa.” Tentu saja, Meski jika Nimrod itu pernah ada, pasti dia tidak sejaman dengan Abraham.

Hud (Saleh), Musa dan lainnya

Kisah Hud, yang biasanya dikenal dengan nama Biblenya, Eber, juga dicontek dari tulisan-tulisan rabbinical (bandingkan Qs 11.63 dengan Mishnah Sanhedrin 10.3). Contekan yang serupa juga banyak terdapat dalam kisah Quran mengenai Musa dan Firaun. Kita ambil contoh: Dalam Rashi, Exodus (Kitab Keluaran) 15:27, komentator yahudi menambahkan bahwa dua belas air mancur ditemukan dekat Elim dan setiap suku punya satu sumur. Muhammad mengubah pernyataan ini dan menyatakan bahwa duabelas air mancur keluar dari batu yang dipukul Musa di Rephidim. Dalam Aboda Zarah 2.2, kita punya kisah hebat tentang Tuhan yang menaungi bangsa Israel dengan gunung Sinai ketika menurunkan 10 perintah Tuhan. Quran membuat versi berikut Qs 7:171: “Dan (ingatlah), ketika Kami mengangkat bukit ke atas mereka seakan-akan bukit itu naungan awan dan mereka yakin bahwa bukit itu akan jatuh menimpa mereka. (Dan Kami katakan kepada mereka): "Peganglah dengan teguh apa yang telah Kami berikan kepadamu, serta ingatlah selalu (amalkanlah) apa yang tersebut di dalamnya supaya kamu menjadi orang-orang yang bertakwa".”

Sulaiman dan Sheba

Quran menulis banyak kisah-kisah tentang Sulaiman, khususnya tentang pertemuan dia dengan Ratu Sheba. Quran menyatakan kebijakan Sulaiman dengan menyebut-nyebut kemampuannya bercakap-cakap dengan binatang; para komentator Yahudi juga berpendapat sama. Dalam beberapa surah kita baca angin atau rohroh mematuhi dia dan setan, burung serta binatang menjadi bagian dari pasukannya (Qs 21:81; Qs 27:17; Qs 34:12; Qs 38: 36-37). Dalam Targum Kedua, Kitab Ester, kita membaca, “setan dan sejenisnya dan roh jahat tunduk padanya.” Muhammad menceritakan dongeng betapa para setan membantunya membangun Kuil dan karena ditipu, mereka terus melakukannya hingga ia mati (Qs 34:13-14).

Aleksander Agung (Zulkarnain)

Quran Surah 18 sangat tidak biasa karena menceritakan segala macam kisah-kisah legenda yang bukan berasal dari sumber-sumber yang lazim, sumber lazim seperti Perjanjian Baru misalnya atau literatur rabbinical dan dongeng-dongeng Arab. Sebelum menelusuri sumber-sumber ini, kita mulai dengan kisah Musa bersama pembantunya dalam pencarian pertemuan dua sungai (Majma’ al- Bahrain), yang dikisahkan dalam Qs 18: 60-82: Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada muridnya: "Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua buah lautan; atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun". Maka tatkala mereka sampai ke pertemuan dua buah laut itu, mereka lalai akan ikannya, lalu ikan itu melompat mengambil jalannya ke laut itu. Maka tatkala mereka berjalan lebih jauh, berkatalah Musa kepada muridnya: "Bawalah ke mari makanan kita; sesungguhnya kita telah merasa letih karena perjalanan kita ini". Muridnya menjawab: "Tahukah kamu tatkala kita mencari tempat berlindung di batu tadi, maka sesungguhnya aku lupa (menceritakan tentang) ikan itu dan tidak adalah yang melupakan aku untuk menceritakannya kecuali setan dan ikan itu mengambil jalannya ke laut dengan cara yang aneh sekali." Musa berkata: "Itulah (tempat) yang kita cari". Lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula. Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami. Musa berkata kepada Khidhr: "Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?" Dia menjawab: "Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersamaku. Dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?" Musa berkata: "Insya Allah kamu akan mendapati aku sebagai seorang yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusan pun". Dia berkata: "Jika kamu mengikutiku, maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu apa pun, sampai aku sendiri menerangkannya kepadamu". Maka berjalanlah keduanya, hingga tatkala keduanya menaiki perahu lalu Khidhr melobanginya. Musa berkata: "Mengapa kamu melobangi perahu itu yang akibatnya kamu menenggelamkan penumpangnya?" Sesungguhnya kamu telah berbuat sesuatu kesalahan yang besar. Dia (Khidhr) berkata: "Bukankah aku telah berkata: "Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sabar bersama dengan aku" Musa berkata: "Janganlah kamu menghukum aku karena kelupaanku dan janganlah kamu membebani aku dengan sesuatu kesulitan dalam urusanku". Maka berjalanlah keduanya; hingga tatkala keduanya berjumpa dengan seorang anak, maka Khidhr membunuhnya. Musa berkata: "Mengapa kamu bunuh jiwa yang bersih, bukan karena dia membunuh orang lain? Sesungguhnya kamu telah melakukan suatu yang mungkar". Khidhr berkata: "Bukankah sudah kukatakan kepadamu, bahwa sesungguhnya kamu tidak akan dapat sabar bersamaku?" Musa berkata: "Jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu sesudah (kali) ini, maka janganlah kamu memperbolehkan aku menyertaimu, sesungguhnya kamu sudah cukup memberikan uzur padaku". Maka keduanya berjalan; hingga tatkala keduanya sampai kepada penduduk suatu negeri, mereka minta dijamu kepada penduduk negeri itu tetapi penduduk negeri itu tidak mau menjamu mereka, kemudian keduanya mendapatkan dalam negeri itu dinding rumah yang hampir roboh, maka Khidhr menegakkan dinding itu. Musa berkata: "Jikalau kamu mau, niscaya kamu mengambil upah untuk itu". Khidhr berkata: "Inilah perpisahan antara aku dengan kamu; Aku akan memberitahukan kepadamu tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya. Adapun bahtera itu adalah kepunyaan orang-orang miskin yang bekerja di laut, dan aku bertujuan merusakkan bahtera itu, karena di hadapan mereka ada seorang raja yang merampas tiaptiap bahtera. Dan adapun anak itu maka kedua orang tuanya adalah orang-orang mukmin, dan kami khawatir bahwa dia akan mendorong kedua orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran. Dan kami menghendaki, supaya Tuhan mereka mengganti bagi mereka dengan anak lain yang lebih baik kesuciannya dari anaknya itu dan lebih dalam kasih sayangnya (kepada ibu bapaknya). Adapun dinding rumah itu adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang saleh, maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. Demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya".

Tujuh Orang Tidur (Seven Sleeper)

Legenda Seven Sleeper dari Efesus muncul pada akhir abad ke-5 dan menyebar keseluruh Asia Barat dan Eropa. Legenda ini disebut pertama kali dalam karya seorang uskup SyriaJames of Sarug’ (452- 521), lalu diterjemahkan kedalam bahasa Latin oleh Gregory of Tours (540-590) menjadi ‘De Gloria Martyrum (1. i.c; 95). Gibbon menyatakan, “dongeng pupuler ini, yang mungkin didengar Muhammad ketika dia naik onta menuju pasar-pasar Syria, diperkenalkan sebagai Wahyu Ilahi didalam Quran.” (Qs 18:9-26). Kisah Quran dimulai demikian: “Atau kamu mengira bahwa orangorang yang mendiami gua dan (yang mempunyai) raqim itu, mereka termasuk tanda-tanda kekuasaan Kami yang mengherankan?” Menurut dongeng, beberapa anak muda Kristen kabur menuju sebuah gua di pegunungan utk menghindari hukuman dari Kaisar Decius. Para pengejarnya menemukan gua itu dan menutupnya. Tapi para pemuda ini secara mukjijat bisa selamat dan keluar dari gua itu 200 tahun kemudian. Para komentaror saling berselisih pendapat tentang arti dari ‘al-Raqim’ selama bertahun-tahun. Torrey[13] berpendapat bahwa nama aneh ini cuma kesalahan baca nama Decius belaka yang ditulis dalam bahasa Aramaic.

Timbangan

Telah kita baca sebelumnya dari Persia muncul sebuah elemen yang dipakai oleh Islam yang disebut “Timbangan”, yaitu timbangan yang menimbang tindakan-tindakan manusia saat hari Kiamat. Tapi ada elemen-elemen lain juga yg diadopsi dari karya-karya heretik, “The Testament of Abraham,” dari abad ke-2. Kemungkinan besar ide-ide ini juga diambil dari buku Mesir yang berjudul ‘The Dead'. Kita juga sudah mengetahui bagaimana kenaikan kesurga sang nabi (Abraham) banyak didasarkan pada teks-teks Pahlavi. Tapi dalam buku “Testament of Abraham” juga didapatkan cerita-cerita seperti ini, disana diceritakan sang nabi itu dibawa kesurga oleh malaikat Michael dan diperlihatkan dua jalan yang berujung ke surga dan neraka: Abraham melihat juga dua pintu, satu lebar seperti jalanan dan yang lain sempit. Didepan dua pintu itu ada seorang manusia (adam) duduk disinggasana emas, mukanya mengerikan. Mereka melihat jiwa-jiwa didorong para malaikat memasuki gerbang yang lebar, tapi sedikit sekali jiwa yang dimasukkan malaikat ke gerbang sempit. Dan ketika manusia itu melihat hanya sedikit yang masuk gerbang sempit, dan banyak yg masuk gerbang lebar, dia menarik-narik rambutnya dan menangis tersedu-sedu sampai jatuh ketanah. Tapi ketika dia melihat mulai banyak jiwa memasuki gerbang sempit, dia bangkit dan merasa senang hingga duduk kembali disinggasananya. Sesuai karya muslim ‘Miskhat Masabi’, kita pelajari tentang kunjungan muhammad ke surga ketika melihat Adam: “Lihatlah: Seorang manusia duduk, disebelah kanan ada banyak bayangan orang yg gelap dan dikirinya ada banyak bayangan orang yg gelap. Ketika dia melirik kekanan dia tertawa; ketika melirik kekiri dia menangis. Dan katanya, Selamat datang nabi yang saleh, dan anak yang unggul. Inilah Adam…orang disebelah kanannya adalah para penghuni surga dan bayangan gelap disebelah kirinya adalah penghuni neraka; ketika dia melihat kekanan dia tersenyum; dan ketika melihat kekiri dia menangis.”

W- Questions

Bagi komunitas Muslim yang menekuni keilmuan dan teologi, tentunya mereka akan sangat dipuaskan dengan berbagai jawaban yang logis dan rasional. Dalam menjawab keraguan terhadap otentisitas TaNaKh dan Kitab Perjanjian Baru yang dalam terminologi Islam disebut Taurat dan Injil, kita perlu memberikan 3 pertanyaan yang disebut “W-questions”[14] sbb:

Who falsified the Bible? (Siapa yang memalsukan Kitab Suci)

Orang Yahudikah atau Kristenkah? Mungkin kebanyakan menuduh Yahudi! Persoalannya, apakah Kekristenan akan membiarkan hal itu terjadi? Demikian sebaliknya. Fakta bahwa kedua agama besar ini memiliki eksistensinya sendiri-sendiri, sangat tidak memungkinkan bahwa kedua belah pihak untuk memalsukan Kitab Suci yang dipakai secara bersama, khususnya TaNaKh karena pihak yang lain akan memprotes dan menunjukkan kepalsuan tersebut.
When was the Torah falsified? (Dimana Kitab Suci dipalsukan)
Jika Muslim menuduh pemalsuan terjadi sebelum Muhamad menjadi nabi, mengapa Muhamad merujuk nama-nama tokoh dalam Torah seperti Musa (136 kali), Ibrohim (69 kali), Syaitan (68 kali), Israil (47 kali), Sulaiman (17 kali), Daud (16 kali). Muhamad menyatakan bahwa Taurat dan Injil adalah kitab yang diturunkan oleh Tuhan. Bahkan Allah menyuruh Muhamad untuk menjadikan Ahli Kitab sebagai nara sumber sebagaimana dikatakan dalam Qs 10:94 sbb:
  
Maka jika kamu (Muhammad) berada dalam keragu-raguan tentang apa yang Kami turunkan kepadamu, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang membaca kitab sebelum kamu. Sesungguhnya telah datang kebenaran kepadamu dari Tuhanmu, sebab itu janganlah sekali-kali kamu temasuk orang-orang yang ragu-ragu”.

Muhamad sendiri tidak memiliki akses langsung pada Kitab TaNaKh dan Kitab Perjanjian Baru karena belum diterjemahkan dalam bahasa Arab. Informasi yang diterima Muhamad berasal dari tafsiran para rabi atau cerita, dongeng yang diterjemahkan secara lisan (Talmud) dalam bahasa Arab. Informasi ini berpengaruh terhadap pernyataan-pernyataan Qur’an mengenai Yudaisme dan Kekristenan. 

Jika pemalsuan terjadi sesudah Muhamad, sangat tidak mungkin terjadi mengingat TaNaKh dan Kitab Perjanjian Baru telah tersebar luas ke Yunani, Mesir, Asia, Afrika, Eropa dan diterjemahkan dalam berbagai bahasa, sehingga jika ada pemalsuan dapat segera terlacak dengan diperbandingkan antara naskah yang satu dengan naskah yang lain. 

Ribuan manuskrip Kitab Perjanjian Baru yang masih tersedia dan terpelihara dengan baik hingga kini, membuktikan ketepatan penyalinan isi naskah dan menggugurkan dugaan adanya pemalsuan Kitab Suci. 

What and Which chapters in the Bible were falsified? (Apa dan yang mana pasal-pasal dalam Kitab Suci yang dipalsukan)

Baik Muhamad dan para komentator Islam awal tidak pernah menunjukkan secara tepat dan pasti baik “pasal” maupun “ayat” yang “dipalsukan” (tahrif) karena memang baik Muhamad dan para komentator Islam awal tidak memiliki akses langsung dalam membaca Kitab TaNaKh dan Kitab Perjanjian Baru. 

Berbagai buku yang ditulis untuk membuktikan adanya pemalsuan adalah karya Abad XIX dengan dipengaruhi berbagai tulisan sarjana teologi dan non teologi yang bercorak sekular-liberal di Amerika dan Eropa sebagaimana dikatakan Abd Al Masih, “Mr Deedat tries to disparage with the help of destructive argumentas provided by European atheist from 19th century. But most of his argumentas are out-dated by science[15] (Tuan Deedat mencoba untuk merendahkan Kitab Suci dengan bantuan argumentasi-argumentasi yang merusak yang disajikan kaum Atheis di Eropa pada Abad XIX. Namun kebanyakan dari sanggahan mereka telah dinyatakan tidak berlaku oleh ilmu alam).

Padahal, jika pendapat-pendapat kaum sekuler dan liberal dipakai sebagai senjata untuk melemahkan Taurat dan Injil yang dipegang orang Yahudi dan Kristen hari ini, maka secara tidak langsung teori-teori tersebut akan menghantam Qur’an sendiri. Jika kita menerima teori “Hipotesa Dokumenter” Wellhausen yang menyangkal kepenulisan Musa, maka berdampak terhadap pernyataan Quran bahwa Tuhan menurunkan Taurat pada Musa. Jika teori “Demitologisasi” Rudolph Bultman diterima sebagai alat pukul, maka Qur’an pun akan mengalami pukulan yang sama karena teori ini mengandaikan bahwa semua kisah mujizat Yesus dalam Injil adalah imajinasi dan mitologi belaka yang harus ditafsirkan secara psikologis modern. Hal ini diulas oleh DR. William Campbell secara mendalam. Beliau mengatakan, “Because if the stories of Abraham, Ishmael, Isaac and Jacob are myth in the Torah, then they are myths in the Qur’an…Again I invite my Muslim readers to think carefully before they accept the theories of ‘form criticsm’ as proposed by Dr. Bucaille. Having made the assumption that Christians couldn’t remember what Jesus said for thirty years,the form critics would certainly assume that the Muslims couldn’t remember what Muhammad brought to them during the forty years from the first Meccan Suras until Othman made the official copies of the Qur’an in about 26 H. By then the suras would have become tales and myths-uncertain and legendary” (Karena jika kisah-kisah mengenai Abraham, Ishak dan Yakub adalah mitologi dalam Torah, maka hal yang sama terjadi dalam Qur’an…Sekali lagi saya mengundang para pembaca Muslim saya untuk berpikir dengan seksama sebelum mereka menerima teori-teori mengenai ‘Kritik Bentuk’ sebagaimana diusulkan DR. Bucaille. Sebagaimana asumsi bahwa orang-orang Kristen tidak dapat mengingat ucapan Yesus selama 30 tahun maka hal yang sama akan ditujukan selama 40 tahun dari surah-surah yang turun di Mekkah sampai zaman Utsman yang membuat salinan resmi Qur’an sekitar tahun 26 Hijriah. Maka surah-surah tersebut menjadi legenda dan mitologi yang tidak meyakinkan)[16]

Kesaksian dan Penegasan Al Qur’an Mengenai Taurat & Injil

Bagaimana kesaksian Qur’an mengenai eksistensi TaNaKh dan Kitab Perjanjian Baru yang disebut dengan Taurat dan Injil? Berikut kesaksian dan penegasan Qur’an:
Qs 5:44, “Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan Kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang menyerah diri kepada Allah, oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit. Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir”.
  
Qs 5:47, “Dan hendaklah orang-orang pengikut Injil, memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah didalamnya . Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang fasik”.


Qs 5:46. Dan Kami iringkan jejak mereka (nabi nabi Bani Israil) dengan 'Isa putera Maryam, membenarkan Kitab yang sebelumnya, yaitu: Taurat. Dan Kami telah memberikan kepadanya Kitab Injil sedang didalamnya (ada) petunjuk dan dan cahaya (yang menerangi), dan membenarkan kitab yang sebelumnya, yaitu Kitab Taurat. Dan menjadi petunjuk serta pengajaran untuk orang-orang yang bertakwa

Qs 16:43, “Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui”

Qs 10:94, “Maka jika kamu (Muhammad) berada dalam keragu-raguan tentang apa yang Kami turunkan kepadamu, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang membaca kitab sebelum kamu. Sesungguhnya telah datang kebenaran kepadamu dari Tuhanmu, sebab itu janganlah sekali-kali kamu temasuk orang-orang yang ragu-ragu”.
Qs 5:68, “Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, kamu tidak dipandang beragama sedikitpun hingga kamu menegakkan ajaran-ajaran Taurat, Injil, dan Al Qur'an yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu". Sesungguhnya apa yang diturunkan kepadamu (Muhammad) dari Tuhanmu akan menambah kedurhakaan dan kekafiran kepada kebanyakan dari mereka; maka janganlah kamu bersedih hati terhadap orang-orang yang kafir itu

Ayat-ayat di atas, yang bernada positip terhadap Taurat dan Injil hampir-hampir tidak mendapat perhatian dari para sarjana dan kritikus Muslim dan lebih mengedepankan ayat-ayat yang menuding adanya tahrif (pemalsuan) meskipun tidak jelas ayat apa yang dipalsukan.

Jika ayat-ayat di atas dieksplorasi maka sikap-sikap negatif dan curiga terhadap Kitab TaNaKh dan Kitab Perjanjian Baru akan tereliminir dan menimbulkan sikap terbuka dan dorongan untuk membaca dan mempelajari kitab-kitab tersebut dengan tanpa prasangka sehingga menimbulkan pencerahan batin yang membawa pada keselamatan dalam Yesus Sang Mesias.



[1] Terdengar Gemanya: Sebuah Telaah Tentang Yesus Al Masih di Dalam Al Qur’an dan Injil, Malang: I.P.Th. Bale Wiyata, 1994, hal  63

[2] Ibid.,

[3] Abd Al Masih, How to Explain That the Bible Has Not Been Corupted, Fellbach- Germany: Grace & Truth, 2001, p. 3-5
[4] Ibid.,  p. 5-6
[5] Ibid., p.6
[6] Sharing Your Faith with a MuslimMinneapolis: Bethany House Publishers, 1980, p.38

[7] Ibid., p. 40

[8] Ibid.,
[9] Op.Cit., Terdengar Gemanya: Sebuah Telaah Tentang Yesus Al Masih di Dalam Al Qur’an dan Injil, hal 68
[10] Ibid., p.41
[11] Torrey, C.C. The Jewish Foundation of Islam. New York, 1933. P.60

[12] Tisdall, William. Original Sources of Islam. Edinburgh, 1901. P.23
[13] Op.Cit., Torrey, C.C. The Jewish Foundation of Islam. P.46-47
[14] Abd Al Masih, How to Explain That the Bible Has Not Been Corupted, p.21-22
[15] How to Explain That the Bible Has Not Been Corupted,p. 22

[16] The Qur’an and the Bible: In the Light of History and Science, Middle East Resources, 1986, p. 75, 91

1 komentar:

  1. Agil

    Saya seorang Muslim dan sejauh ini saya menerima Documentary Hypothesis.

    "Jika kita menerima teori “Hipotesa Dokumenter” Wellhausen yang menyangkal kepenulisan Musa, maka berdampak terhadap pernyataan Quran bahwa Tuhan menurunkan Taurat pada Musa. "

    Pentateuch memang tidak dituliskan oleh Nabi Musa sendiri. Documentary hypothesis pun sudah membuktikannya.
    Namun, pernyataan anda bahwa 'Tuhan menurunkan Taurat kepada Musa' itu sangat tidak tepat. Tidak ada satu ayat Al Quran pun yang menyatakan bahwa Taurat itu diturunkan atau diberikan kepada Nabi Musa.

    Ayat yang ada ialah bahwa Tuhan memberikan "Kitab" kepada Nabi Musa, atau Tuhan menurunkan Taurat kepada bani Israil.

    Lalu, apakah Kitab yang diberikan kepada Musa (Kitab Musa) itu sama dengan Taurat? Menurut Quran nampaknya tidak, karena Quran sangat teliti dalam memilih kata-katanya, dan seperti saya bilang sebelumnya bahwa Tuhan tidak pernah menyatakan memberikan Taurat kepada Nabi Musa mengindikasikan bahwa Kitab Musa itu berbeda dengan Taurat.

    Kalau Taurat diartikan sebagai Pentateuch, maka kemungkinan besar yang dimaksud dengan Kitab Musa adalah the Ten Commandments yang ada di Exodus 20.

    Kemudian mengenai tahrif. Al Quran menyatakan di dalam tiga ayat yang berbeda bahwa mereka (orang Israel) mengubah perkataan dari tempat-tempatnya. Ini berarti sebagaimana tertulis, bahwa mereka mengubah susunan ayat Taurat.

    Contoh dalam hal ini adalah Doublets dan Triplets.
    Doublet, dalam Documentary Hypothesis adalah satu kisah yang diceritakan dua kali oleh penulis yang berbeda.
    Contoh dari doublet adalah kisah Nabi Nuh (versi J dan P), kisah Abraham/Ishak berbohong kepada penguasa setempat bahwa istrinya adalah saudaranya, kisah manna, kisah burung puyuh, dll.

    Nah, saya menduga keras bahwa the Covenant Code dalam Kitab Keluaran 21-23, Kemudian Ten Commandments versi J atau Ritual Decalogue dalam Keluaran 34, serta Deuteronomic Code, sebenarnya ketiganya mengacu kepada satu perintah/hukum/perjanjian yang sama, namun kemudian para penulis Pentateuch (dalam hal ini J, E, dan D) telah mengubah susunan ayat2 tsb sehingga ketiganya menjadi rancu.

    Saya menduga bahwa Taurat itu mengacu kepada salah satu dari Covenant Code, atau Ritual Deaclogue, atau Deuteronomic Code.
    Ketika Al Quran menyatakan bahwa Al Quran membenarkan apa yang ada pada mereka, kemungkinan yang dimaksud adalah Kitab Musa yang berisi the Ten Commandments sesuai Keluaran 20, atau mungkin juga yang dimaksud adalah Taurat (Covenant Code/Deuteronomic Code/Ritual Decalogue) yang walaupun sudah berubah susunan ayatnya, namun ia masih mengandung kebenaran.

    wa Allahu a'lam

Posting Komentar