RSS Feed

NILAI PERBUATAN BAIK DALAM DUNIA SEKARANG DAN DUNIA AKAN DATANG

Posted by Teguh Hindarto

Kehidupan bukan hanya di sini dan sekarang melainkan di sana dan yang akan datang. Yudaisme memberikan sebutan dengan Olam Hazeh (dunia sekarang yang kita tinggali) dan Olam  Haba (dunia yang akan datang). Kitab Suci baik TaNaKh (Torah, Neviim, Ketuvim, yang lazim dalam Kekristenan disebut dengan Kitab Perjanjian Lama) maupun Kitab Perjanjian Baru memberikan banyak kesaksian bagaimana Tuhan menyampaikan firman-Nya berkaitan dengan kehidupan sekarang dan kehidupan yang akan datang.

Dalam pemikiran agama-agama, perbuatan baik dan usaha manusia menempati urutan yang penting sebagai prayarat mendapatkan keselamatan dan kehidupan kekal di dunia yang akan datang. Bagaimana Kekristenan memandang perbuatan baik? Adakah nilai dari perbuatan baik? Nampaknya istilah perbuatan baik kurang mendapatkan tekanan dalam kotbah-kotbah Gereja. Yang saya maksudkan dengan perbuatan baik di sini bukan dalam pengertian moralitas belaka namun secara lebih spesifik adalah kepekaan sosial terhadap penderitaan orang lain, kepedulian sosial terhadap mereka yang memiliki tingkat ekonomi yang di bawah rata-rata, memberikan tsedaqah baik kepada para janda (almanot), yatim (yatomim) maupun orang yang berkekurangan (evionim). Mengapa kotbah-kotbah Gereja kurang memberikan tekanan pada perbuatan baik? Nampaknya konsep soteriologi yang menekankan peranan Kasih Karunia Tuhan dan Iman, mengesampingkan perbuatan baik sebagai penyempurna keimanan kita.


Sebelum kita membahas nilai perbuatan baik dalam kehidupan di dunia yang sekarang dan di dunia yang akan datang, saya ingin mereview kembali pokok-pokok penting yang pernah saya tuliskan di bawah judul “Dosa, Torah, Anugrah, Iman” sbb:

Bahwasanya dunia dan segala isinya termasuk manusia telah berada dalam kuasa dosa. Dosa membuahkan maut. Maut merupakan keterpisahan manusia dengan Yahweh Semesta Alam. Semua manusia keturunan Adam mewarisi maut sebagai buah dosa. Semua keturunan Adam telah kehilangan kemuliaan Tuhan.

Dosa yang berujung pada maut tidak dapat diselesaikan manusia dengan upacara-upacara agama, dengan kesalehan dan ibadah serta berbagai perbuatan baik. Torah sekalipun tidak mendatangkan pembebasan atas maut, karena fungsi Torah bukanlah penghapus dosa melainkan menunjukkan dosa-dosa manusia dengan berbagai perintah-perintah yang harus dipatuhi oleh manusia di dalamnya. Melakukan Torah dengan tujuan keselamatan dan pembenaran di hadapan Yahweh pun tidak mendatangkan pembebasan atas kutuk dosa yaitu maut.

Pembenaran atau keselamatan hanya datang melalui Kasih Karunia atau Anugrah Yahweh belaka. Kasih Karunia Yahweh diwujudnyatakan dengan mengutus Yesus Sang Mesias menjadi jalan pendamaian (kaparah) bagi dosa-dosa manusia melalui pengorbanan darah-Nya di palang kayu Gholgota. Barangsiapa yang menjawab Kasih Karunia Yahweh Semesta Alam, Bapa Surgawi, melalui iman, maka dia dibenarkan, diselamatkan dan terbebas dari kutuk dosa yaitu maut dan beroleh persekutuan dalam kekekalan di Olam Haba.




YESUS DAN PERBUATAN BAIK

Kisah berikut dapat memperluas pemahaman kita mengenai kedudukan perbuatan baik. Dalam Matius 19:16-30 diceritakan:

Ada seorang datang kepada Yesus, dan berkata: "Guru, perbuatan baik apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?" Jawab Yesus: "Apakah sebabnya engkau bertanya kepada-Ku tentang apa yang baik? Hanya Satu yang baik. Tetapi jikalau engkau ingin masuk ke dalam hidup, turutilah segala perintah Tuhan." Kata orang itu kepada-Nya: "Perintah yang mana?" Kata Yesus: "Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, hormatilah ayahmu dan ibumu dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." Kata orang muda itu kepada-Nya: "Semuanya itu telah kuturuti, apa lagi yang masih kurang?" Kata Yesus kepadanya: "Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku." Ketika orang muda itu mendengar perkataan itu, pergilah ia dengan sedih, sebab banyak hartanya. Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sukar sekali bagi seorang kaya untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Sekali lagi Aku berkata kepadamu, lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Tuhan." Ketika murid-murid mendengar itu, sangat gemparlah mereka dan berkata: "Jika demikian, siapakah yang dapat diselamatkan?" Yesus memandang mereka dan berkata: "Bagi manusia hal ini tidak mungkin, tetapi bagi Tuhan segala sesuatu mungkin." Lalu Petrus menjawab dan berkata kepada Yesus: "Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau; jadi apakah yang akan kami peroleh?" Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pada waktu penciptaan kembali, apabila Anak Manusia bersemayam di takhta kemuliaan-Nya, kamu, yang telah mengikut Aku, akan duduk juga di atas dua belas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel. Dan setiap orang yang karena nama-Ku meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, bapa atau ibunya, anak-anak atau ladangnya, akan menerima kembali seratus kali lipat dan akan memperoleh hidup yang kekal. Tetapi banyak orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir, dan yang terakhir akan menjadi yang terdahulu."

Menarik untuk kita kaji, ketika orang tersebut menghubungkan perbuatan baik dengan kehidupan kekal dengan bertanya: רבי (הטוב) מה הטוב אשר אעשה ואקנה חיי עולם׃ (ravi, -hatov- mah hatov asyer eesye  wa aqna khayey olam) - Guru, perbuatan baik apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal? Apa jawab Yesus? Dia membantah bahwa perbuatan baik dapat menyelamatkan dan memberikan seseorang kehidupan dengan berkata: ויאמר אליו מה־זה תשאלני על־הטוב אין־טוב כי אם־אחד והוא האלהים (mah zeh tasyalni al hatov, ein tov ki im ekhad Hu ha Elohim) - Apakah sebabnya engkau bertanya kepada-Ku tentang apa yang baik? Hanya Satu yang baik. Pernyataan Yesus ini bermakna bahwa tidak ada satupun perbuatan manusia yang dapat membuatnya masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Bahkan perbuatan baik sekalipun. Hanya Tuhan yang baik. Agar dapat memeroleh kehidupan, seseorang harus datang kepada Tuhan dan mematuhi firman-Nya sebagaimana Yesus melanjutkan: ואם־חפצך לבוא לחיים שמר את־המצות׃ (weim khefetska lavo lakhayim, shemor et ha Mitswot).

Sebagaimana kita ketahui, Mitwot (המצות) adalah perintah-perintah YHWH dalam Torah. Dan ketika seseorang melakukan perintah-perintah YHWH dalam Torah maka seseorang telah mengasihi YHWH (Ulangan 6:4-5). Oleh karenanya Yesus mengutip kembali bunyi perintah-perintah dalam Torah saat orang kaya tersebut bertanya padanya. Yesus mengajarkan jika seseorang hendak memeroleh hidup, maka seseorang harus mengasihi YHWH karena Dia adalah sumber kebaikkan. Mengasihi YHWH adalah melakukan perintah-Nya dalam Torah-Nya dengan iman. Jika seseorang mengandalkan perbuatan baiknya sebagai ukuran, maka seseorang akan gagal karena manusia tidak sempurna.

Tidak sampai disitu, Yesus secara ekslusif mengarahkan keselamatan dan kehidupan kekal yang sempurna dengan menghubungkan mengikut diri-Nya sebagaimana beliau katakan: “Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku”. Ajakan והלכת אחרי (halakat akharay) “Ikutlah Aku” menunjukkan bahwa dengan mengikut Yesus dan mempercayai Yesus sebagai Rabbi, Mesias dan Anak Tuhan maka seseorang telah mengalami keselamatan dan kehidupan yang paripurna. Sayang sekali orang kaya tersebut tidak memahami ajakan Yesus dan terikat pada hartanya sehingga ketika ditantang menjual seluruh harta miliknya (artinya: jangan ada yang membelenggumu saat mengikut Yesus), dia dengan sedih menolak dan meninggalkan Yesus.

Dan pada akhirnya Yesus menjanjikan upah dan keselamatan serta kehidupan ketika para murid-Nya bertanya apa yang akan diperoleh jika mereka mengikuti dan percaya pada Yesus sebagaimana dikatakan: “Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pada waktu penciptaan kembali, apabila Anak Manusia bersemayam di takhta kemuliaan-Nya, kamu, yang telah mengikut Aku, akan duduk juga di atas dua belas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel. Dan setiap orang yang karena nama-Ku meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, bapa atau ibunya, anak-anak atau ladangnya, akan menerima kembali seratus kali lipat dan akan memperoleh hidup yang kekal. Tetapi banyak orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir, dan yang terakhir akan menjadi yang terdahulu."


Perbuatan baik tidak dapat menyelamatkan seseorang. Perbuatan baik bukan prasyarat memasuki Kerajaan Sorga. Jika Kerajaan Surga ditentukan oleh perbuatan baik, sebesar apa perbuatan baik yang harus kita kerjakan untuk mendapatkan Sorga? Tidak ada yang tahu. Jika perbuatan baik ibarat bekal untuk sampai pada Kerajaan Sorga, seberapa besar perbuatan baik yang harus kita kumpulkan agar dapat menjadi bekal yang kita pakai untuk sampai ke Sorga? Tidak ada yang berani memastikan jawabannya. Hanya Yahweh satu-satunya yang baik. Melakukan perintah-Nya dengan iman akan memperoleh keselamatan dan keselamatan akan semakin sempurna dan paripurna dengan mengikuti Yesus Sang Mesias.

KESELAMATAN ADALAH ANUGRAH YANG DIRESPON OLEH IMAN

Berulang kali dan dalam berbagai kesempatan Yesus menegaskan nilai soteriologis menerima diri-Nya sebagai Mesias dan Anak Tuhan akan berdampak dalam kekekalan sbb:

 “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya saatnya akan tiba dan sudah tiba, bahwa orang-orang mati akan mendengar suara Anak Tuhan, dan mereka yang mendengarnya, akan hidup. Sebab sama seperti Bapa mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri, demikian juga diberikan-Nya Anak mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri” (Yohanes 5:24-26)

Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Yohanes 14:6)

Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Tuhan yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus” (Yohanes 17:3)

Berulang kali pula rasul-rasul Yesus menegaskan ulang dalam setiap pemberitaan Injil bahwa di dalam keimanan pada Yesus sebagai Mesias dan Anak Tuhan ada keselamatan dan kehidupan kekal sbb:

Petrus dan Yohanes menyatakan demikian: “Dan keselamatan tidak ada di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan."(Kisah Rasul 4:12)

Paul dan Silas menyatakan kepada kepala penjara Filipi demikian: “Ia mengantar mereka ke luar, sambil berkata: "Tuan-tuan, apakah yang harus aku perbuat, supaya aku selamat?" Jawab mereka: "Percayalah kepada Junjungan Agung Yesus Sang Mesias dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu” (Kisah Rasul 16:30-31)

Dalam surat-surat pastoralianya, Rasul Paul menegaskan sbb:

Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Junjungan Agung Yang Ilahi, dan percaya dalam hatimu, bahwa Tuhan telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan” (Roma 10:9-10)

Tetapi Tuhan yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasih-Nya yang besar, yang dilimpahkan-Nya kepada kita, telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita -- oleh kasih karunia kamu diselamatkan -- dan di dalam Mesias Yesus Dia telah membangkitkan kita juga dan memberikan tempat bersama-sama dengan Dia di sorga, supaya pada masa yang akan datang Ia menunjukkan kepada kita kekayaan kasih karunia-Nya yang melimpah-limpah sesuai dengan kebaikan-Nya terhadap kita dalam Mesias Yesus. Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Tuhan, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri” (Ef 2:4-8)

KEDUDUKAN PERBUATAN BAIK

Lalu bagaimana kedudukan perbuatan baik dengan jika kita telah menerima keselamatan di dalam Yesus? Apakah manusia cukup hanya beriman saja dan tidak perlu berbuat baik saja?

Rasul Yakobus (Ya’aqov) memberikan jawaban hubungan antara iman dengan perbuatan sbb: “Apakah gunanya, saudara-saudaraku, jika seorang mengatakan, bahwa ia mempunyai iman, padahal ia tidak mempunyai perbuatan? Dapatkah iman itu menyelamatkan dia? Jika seorang saudara atau saudari tidak mempunyai pakaian dan kekurangan makanan sehari-hari, dan seorang dari antara kamu berkata: "Selamat jalan, kenakanlah kain panas dan makanlah sampai kenyang!", tetapi ia tidak memberikan kepadanya apa yang perlu bagi tubuhnya, apakah gunanya itu? Demikian juga halnya dengan iman: <span>Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati</span>” (Yak 2:14-17). Fungsi perbuatan adalah MENYEMPURNAKAN dan MEMBUKTIKAN bahwa seseorang memiliki iman sebagaimana dikatakan: “Tetapi mungkin ada orang berkata: "Padamu ada iman dan padaku ada perbuatan", aku akan menjawab dia: "Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku." (Yak 2:18) dan “Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna” (Yak 2:22).

Rasul Paul mengatakan dalam suratnya bahwa Kitab Suci dapat melengkapi kita dengan pedoman-pedoman berbuat baik. Muara akhir pembacaan dan pemahaman atas Kitab Suci adalah berbuat baik sebagaimana dikatakan: “Segala tulisan yang diilhamkan Tuhan memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Tuhan diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik” (2 Tim 3:16-17). Perbuatan baik adalah PENGALAMALAN seseorang akan perintah-perintah Tuhan.

NILAI & UPAH PERBUATAN BAIK

Rasul Paul mengatakan sbb: “Jangan sesat! Tuhan tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya. Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu. Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah” (Gal 6:7-9).


Dalam suratnya yang lain Rasul Paul mengingatkan sbb: “Camkanlah ini: Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga. Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Tuhan mengasihi orang yang memberi dengan sukacita. Dan Tuhan sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan” (2 Kor 9:6-8)

Dua kutipan surat di atas memberikan penegasan pada kita bahwa seberapa banyak yang kita perbuat entah menolong orang atau memberikan tsedaqah kita dalam bentuk harta kepada yang memerlukannya, akan berdampak dalam kehidupan kita. Seberapa banyak kita berbuat, demikianlah yang akan kita terima dalam kehidupan ini. Oleh karenanya, janganlah jemu dalam berbuat kebajikan agar kita memperoleh kebajikan dan kemurahan Tuhan dalam kehidupan di dunia ini.

Saya sering melihat dan menggemari salah satu tayangan di televisi swasta yang berjudul “Minta Tolong”. Tayangan ini menyiarkan bagaimana respon orang-orang kaya ketika seseorang meminta tolong sesuatu darinya sangat jauh berbeda dengan orang-orang miskin. Justru yang selalu memiliki kepekaan sosial dalam menolong adalah orang-orang yang marjinal secara ekonomi dan sosial sehingga mereka akhirnnya menerima upah dan berkat dari penyelenggara program siaran tersebut. Demikian pula jika kita tekiun dan rela dalam berbuat kebaikan tanpa mengharap upah dan pahala, maka Tuhan akan menyediakan upah dan pahala berupa kebaikkan yang akan mencukupi kebutuhan dalam kehidupan kita.

Perbuatan baik bukan hanya memiliki nilai di dunia ini namun dalam kekekalan. Maksud saya, perbuatan baik bukan prasyarat untuk masuk dalam kekekalan karena sebagai pengikut Mesias kita telah menerima kekekalan dan kehidupan melalui iman kita kepada Yesus Sang Mesias, namun demikian perbuatan baik kita di dunia kita akan memiliki nilai yang dibawa dan menentukan kita sebagai apa dan bagaimana dalam kekekalan sebagaimana dikatakan:

Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya, yaitu hidup kekal kepada mereka yang dengan tekun berbuat baik, mencari kemuliaan, kehormatan dan ketidakbinasaan, tetapi murka dan geram kepada mereka yang mencari kepentingan sendiri, yang tidak taat kepada kebenaran, melainkan taat kepada kelaliman” (Rm 2:6-8).

Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan (Mesias) supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat” (2 Korintus 5:10).

Lalu aku mendengar seperti suara himpunan besar orang banyak, seperti desau air bah dan seperti deru guruh yang hebat, katanya: "Halelu-Yah! Karena YHWH, Tuhan kita, Yang Mahakuasa, telah menjadi raja. Marilah kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan memuliakan Dia! Karena hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya telah siap sedia. Dan kepadanya dikaruniakan supaya memakai kain lenan halus yang berkilau-kilauan dan yang putih bersih!" (Lenan halus itu adalah perbuatan-perbuatan yang benar dari orang-orang kudus). Lalu ia berkata kepadaku: "Tuliskanlah: Berbahagialah mereka yang diundang ke perjamuan kawin Anak Domba." Katanya lagi kepadaku: "Perkataan ini adalah benar, perkataan-perkataan dari Tuhan” (Why 19:6-9)

0 komentar:

Posting Komentar