RSS Feed

KESAKSIAN SALINAN NASKAH KITAB SUCI TAURAT & INJIL

Posted by Teguh Hindarto


Kekristenan memiliki sejumlah manuskrip yang cukup tua dengan usia penulisan sekitar tahun 300-400-an yaitu Kodek Sinaiticus (Codek Aleph) dan Kodek Vatikanus (Codek B). Kedua kodek di atas lazim disebut dengan Kodek Alexandria . Kodek Sinaiticus ditemukan di Biara St Catharina yang didirikan oleh Kaisar Justinianus pada Abad VI Ms di bawah kaki Gunung Sinai. Penemunya adalah Lobegott F.C. Von Tischendorf pada tahun 1844. Sementara Kodek Vatikanus merupakan hadiah yang diberikan Gereja Orthodok bagi Paus di Vatikan pada Abad XIV. Sebenarnya kodek ini ditemukan di lingkungan Vatikan tepatnya di Perpustakaan Paus pada tahun 1481. Kodek ini tidak diperkenankan dibaca oleh umum hingga tahun 1889 Kodek ini dapat dibaca oleh umum dan disimpan di Vatikan. 

Kedua kodek ini dipakai sebagai rujukan untuk membuat salinan naskah Yunani Kitab Perjanjian Baru oleh Brooke F. Wescott (1825-1901) dan Fenton A. Hort (828-1892) yang kemudian menjadi rujukan terjemahan bagi RSV, NIV, ASV, GNFTV.


Apakah Kodek Sinaitikus dan Vatikanus merupakan manuskrip tertua dan valid? Ternyata ada manuskrip yang lebih tua yang kerap diabaikan dan tidak diperhatikan oleh para kritikus Kitab Suci yaitu Kodek Byzantium yang kerap disebut Textus Receptus dan Mayority Teks yang menjadi rujukan bagi penerjemahan KJV (King James Version). Terjemahan Kitab Suci yang menggunakan Textus Receptus adalah: Complutensian Polygot (1514-1522), Edisi Desidarius Erasmus (1516-1535), Edisi Colinaeus (1534), Karya Robert Estienne (1546-1551), Karya Theodore Beza dan John Calvin (1565-1604), Karya Elzevir (1624, 1633, 1641). Kodek Byzantium di dasarkan pada naskah Peshitta (Aramaik) dan Curetonian Syriac yang dituliskan sekitar tahun 170 M (berbeda dengan Sinaitikus dan Vatikanus yang dituliskan sekitar tahun 300-400-an).

Bagaimana komentar para ahli mengenai Kodek Sianitikus dan Vatikanus? David B. Loughran dari Stewarton Bible School dari Skotlandia menyatakan sbb: “Bible students are often told that Codices Sinaiticus and Vaticanus are older and better than other manuscripts: the implication being that they must therefore; be more accurate. But this conclusion is wrong. We have already seen how Sinaiticus and Vaticanus are corrupt beyond measure,…The are older, but older than what? They are older than older Greek manuscripts of the New Testament. But they are not older than eraliest version of the Bible; the Peshitta, Italic, Waldensian and Old Latin Vulgate: versions which agree with the Mayority Text. These ancient versions are some 200 year older than Aleph and  B[1]

Mar Eshai Shimun dari Gereja Orthodox memberikan komentar mengenai kekunoan Peshitta sbb: “We wish to state, that the Church of East received the Scripture from the Hand of the Blessed Apostles themselves in the Aramaic Original, the languange spoken by our Lord Jesus Christ Himself, and that the Peshitta is the Text of the Church of the East which has come down from the Biblical times without ny change of revisions[2]
 
Baca juga :

CODEX SINAITICUS: IT IS OLD BUT IS IT TRUE?
Pastor David L. Brown, Ph.D.

THOUGHTS ON ARAMAIC PRIMACY: WAS THE NEW TESTAMRNT FIRST WRITTEN IN ARAMAIC?

WAS NEW TESTAMENT REALLY WRITTEN IN GREEK?
Christopher Lancaster
http://www.aramaicpeshitta.com/downloadbook.htm

Papyri Injil Sinoptik Tertua[3]

  1. PAPIRUS 67 (P.BARCELONA) 125-150 MS (Mat 3:9,15; 5:20-22, 25-28)
  1. PAPIRUS 103 (P.OXY.4403) 175-200 MS (Mat 13:55-57; 14:3-5)
  1. PAPIRUS 104 (P.OXY.4404) 175-200 M (Mat 21:34-37,43,45 (?)
  1. PAPIRUS 77 (P.OXY.2683 + 4405) 175-200 M (Mat 23:30-39)
  1. PAPIRUS 64 (P.MAGDALEN 17) 125-150 M (Mat 26:7-8, 10,14-15, 22-23, 31-33)
  1. PAPIRUS 4 (P.PARIS 1120) 125-150 M (Luk 1:58-59, 1:62-2:1; 2:6-7; 3:8-4:2; 4:29-32, 34-35; 5:3-8)
  1. PAPIRUS 75 (JOHN BODMER) + 175 M (Luk 3:18-22; 3:33-4:2; 4:34-5:10; 5:37-6:4:6:10-7:32; 7:35-39, 41-43; 7:46-9:2; 9:4-17:15; 17:19-18:18;22:4-24:53)

Kodek Yunani Tertua[4]

  1. KODEKS SINAITICUS ( a ): dihasilkan oleh 3 ahli kitab pada Abad IV Ms
  2. KODEKS VATIKANUS (B): kodeks Abad V, pertama jatuh ke tangan para ahli Barat, yang menuntun pada pencarian naskah-naskah lainnya, disampaikan kepada Charles I dari Inggris pada tahun 1627
  3. KODEKS BEZA (D): kodeks abad IV akhir, memuat beberapa bacaan yang unik
  4. KODEKS EPHRAEMI RESCRIPTUS (C): disebut “tulisan ulang Ephraem” karena rahib abad XII menggores, kemudian menyalin ke atasnya kodeks Yunani Abad VI dengan khotbah Ephraem Syrus
  5. KODEKS WASHINGTONIANUS (W): kodeks Abad IV akhir/ V awal, memuat keterangan yang menarik tentang Markus 16:14-15

Naskah Yunani Tertua di Injil Yohanes[5]

  1. P5  (disimpan di Perpustakaan London), juga disebut P.Oxy 208 + 1781, berasal dari awal Abad III. Papirus ini memuat Yohanes 1:23-31, 33-40, 16:14-30; 20:11-17, 19-20, 22-25
  1. P22 (disimpan di Perpustakaan Universitas Glasgow), juga disebut P.Oxy 1228, berasal dari pertengahan abad III. Papirus ini memuat Yohanes 15:25-16:2, 21-32
  1. P28 (disimpan di Musium Institut Palestina di Pasific School of Religion di Berkeley, California), juga disebut P.Oxy 1586, berasal dari akhir abad III. Papirus ini memuat Yohanes 6:8-12, 17-22
  1. P39 (disimpan di Perpustakaan Abrose Swasey, Rochester Divinity School), juga disebut P.Oxy 1780, berasal dari awal abad III. Papirus ini merupakan fragmen kecil yang memuat Yohanes 8:14-22
  1. P45 (disimpan di Chester Beatty Collection, Dubin), juga disebut P.Chester Beatty I, berasal dari akhir abad II. Ini merupakan salah satu papirus utama. Papirus ini memuat bagian-bagian besar keempat Injil dan Kisah Rasul. Dari Yohanes, papirus ini memuat 4:51,54; 5:21,24;10:7-25;10:30-11:10, 18-36, 42-57. P46 (P.Chester Beatty II) memuat bagian penting dari beberapa surat Paulus
  1. P52 (disimpan di Perpustakaan John Rylands University of Manchester), juga disebut Gr.P.457, berasal dari awal abad II dan mungkin merupakan fragmen Perjanjian Baru Yunani tertua yang masih tetap bertahan sampai saat ini. P.52 merupakan fragmen kecil yang memuat Yohanes 18:31-33 (disisi kanan), 37-38 (disisi sebaliknya)
  1. P66 (disimpan di Bibliotheca Bodmeriana), juga disebut P.Bodmer II, berasal dari akhir abad II atau III. Papirus Bodmer sangat penting. Papirus 66 memuat Yohanes 1:1-6:11; 6:35-14:26, 29030; 15:2-26; 16:2-4, 6-7; 16:10-20; 20:20, 22-23; 20-21:9, 12,17. Selain bagian-bagian Lukas, papirus ini memuat Yohanes 1:1-11:45, 48-57; 12:3-13:1, 8-9; 14:8-29; 15:7-8
  1. P75 (disimpan di Bibliotheca Bodmeriana), juga disebut P.Bodmer XIV dan XV, berasal dari akhir abad II. Selain bagian-bagian Lukas, papirus ini memuat Yohanes 1:1-11:45, 48-57; 12:3-13:1, 8-9; 14:8-29; 15:7-8
  1. P80 (disimpan di Fundacion San Lucas Evangelista, Barcelona), juga disebut P. Barcelona 83, berasal dari pertengahan Abad III. Yang masih tetap bertahan sampai saat ini hanyalah Yohanes 3:34
  2. P90 (disimpan di Ashmolean Museum di Oxford), juga disebut P.Oxy 3523, berasal dari pertengahan atau akhir Abad II. Papirus ini memuat Yohanes 18:36-19:7
  1. Papirus 95 (disimpan di Bibiliotheca Laurenziana, Florence), juga disebut PI.II/31, berasal dari Abad III. Papirus ini memuat Yohanes 5:26-29, 36-38
  1. Uncial 0162 (disimpan di Metropolitan Museum of Art, New York), juga disebut P.Oxy. 847, bukan papirus, melainkan satu lembar kulit atau velum. Uncil ini berasal dari akhir Abad III atau awal Abad IV dan merupakan contoh awal uncial berikutnya. Uncial 0162 memuat Yohanes 2:11-22

Nilai Salinan Dalam Bentuk Papirus, Perkamen, Manuskrip, Kodek

Ada lebih dari 5,300 salinan manuskrip dalam bahasa Yunani kuno (MSS) dan berbagai fragment Kitab Perjanjian Baru Yunani yang tetap bertahan sampai hari ini. Masih ditambah 10,000 Kitab Vulgata berbahasa Latin dan lebih dari and 9,300 berbagai versi manuskrip awal dalam bahasa Siriak, Koptik, Armenian, Gotik dan Etiopik sehingga jumlah keseluruhan ada lebih dari 24,000 manuskrip Kitab Perjanjian Baru yang masih bertahan. Sedikit perubahan dan variasi dalam manuskrip tidak berpengaruh satupun pada doktrin Kekristenan, bahkan tidak mengubah pesan apapun di dalamnya[6].

Tertullian menyatakan pada Tahun 150 A.D., bahwa Gereja di Roma telah menyusun daftar Kitab Perjanjian Baru yang cocok dengan daftar yang kita miliki sekarang. Kita memiliki 32.000 kutipan dari periode sebelum 325 AD, dari Irenaeus (182-188 AD), dari Justin Martyr (before 150 AD), Polycarpus (107 AD), Ignatius (100), Clement (96 AD) dan banyak lagi dari para Bapa Gereja Abad Kedua dan Ketiga. 

Darrel L. Bock dan Daniel B. Wallace memberikan kesimpulan sbb: “Singkatnya, kurang dari 1% dari seluruh variasi teks merupakan perbedaan yang berarti dan masuk akal atau “bisa jalan” dan perbedaan yang “berarti” itupun bukanlah perbedaan yang sangat signifikan, melainkan hampir selalu merupakan arti teks yang minor[7]

Penemuan Naskah Laut Mati (Dead Sea Scroll)

Naskah Gulungan Laut Mati (Dead Sea Scrolls) adalah kumpulan dari sekitar 850 dokumen, termasuk naskah Kitab Suci Ibrani yang ditemukan di antara tahun 1947 dan 1956 di sebelas gua dekat Qumran, sebuah benteng yang terletak di Barat Laut, Laut Mati di Israel (dalam kurun waktu sejarah bagian dari Yudea). Kumpulan dokumen itu dituliskan dalam bahasa Ibrani, Aramaik dan Yunani, sekitar Abad ke-2 SM dan Abad 1 Ms. Naskah-naskah tersebut sangat penting, bukan hanya merupakan bagian dari dokumen-dokumen yang berkaitan dengan Kitab Suci Yahudi dari zaman itu namun juga dikarenakan apa yang mereka katakan mengenai konteks agama dan politik zaman itu.

Penanggalan dan Isi Naskah Laut Mati[8]

Berdasarkan penghitungan karbon dan tekstual analisis, dokumen-dokumen tersebut telah dituliskan secara beragama disekitar pertengahan Abad ke-2 SM sampai Abad 1 Ms. Salah satu dokumen sekurang-kurangnya memiliki usia karbon dari Tahun 21 SM sampai Tahun 61 Ms. Nash Papirus dari Mesir yang berisikan salinan “Sepuluh Perintah”, hanyalah dokumen Ibrani lain yang dapat diperbandingkan kekunoannya. Bahan tulisan yang sama telah diperoleh dari lokasi terdekat, termasuk benteng Masada. Ada sejumlah penemuan baru berupa gulungan-gulungan lain yang telah ditemukan di kedalaman gua-gua Athena, di Yunani. Penemuan ini menunjukkan bahwa agama orang Ibrani telah berkembang luas sampai Eropa sebelum Konstantin berkuasa.

Fragment-fragment tersebut terentang sekurangnya 800 naskah, yang menunjukkan susunan sudut pandang yang berbeda dari kepercayaan kaum Eseni terhadap sekte lainnya. Sekitar 30% fragment tersebut berasal dari Kitab Suci Ibrani, keseluruhannya kecuali Kitab Eshter. Sekitar 25% merupakan naskah yang berkaitan dengan agama tradisional Yahudi yang tidak termasuk dalam Kanon Kitab Suci Ibrani, seperti Kitab Henokh dan Perjanjian Lewi. Sekitar 30% terdiri dari komentar-komentar Kitab Suci atau naskah-naskah berkaitan dengan keagamaan, peraturan-peraturan dan persyaratan-persyaratan sejumlah sekte Yahudi, yang dipercayai telah tinggal di kawasan Qumran. Sisanya, sekitar 15% merupakan fragment yang belum teridentifikasi. Kebanyakan dari naskah-naskah itu dituliskan dalam bahasa Ibrani, namun juga beberapa dituliskan dalam bahasa Aram dan sejumlah kecil dalam bahasa Yunani.

Termasuk sejumlah naskah-naskah penting seperti Kitab YeshaYahu (ditemukan tahun 1947), Komentar mengenai Kitab Habakuk (ditemukan tahun 1947), Aturan Komunitas (1QS), yang memberikan banyak informasi mengenai struktur dan teologi sekte tersebut serta versi awal dari Dokumen Damaskus. Juga apa yang dinamakan Gulungan-gulungan Perak (ditemukan tahun 19520 yang merupakan daftar tersembunyi dari tempat penyimpanan emas dan senjata, agaknya sangat dikenal luas namun memiliki nilai penting yang relatif kecil secara akademis.
 
Penemuan Naskah Laut Mati[9]

Gulungan-gulungan tersebut telah ditemukan oleh seorang penggembala muda bernama Muhamad ad-Dhib, yang melempar sebuah batu ke dalam gua dalam usahanya untuk memaksa kambing miliknya keluar. Batu miliknya membentur salah satu dari banyak kepingan gerabah yang berisikan gulungan-gulungan yang diperkirakan berusia dua abad. Penggalian arkeologi berikutnya, yaitu penelusuran oleh penduduk lokal suku Beduin, mengidentifikasi dan menemukan bahan dari sebelas gua. Israel telah memperoleh 4 dari 7 gulungan-gulungan utama Laut Mati pada tgl 13 Februari 1955.

Penerbitan Naskah[10]
Kebanyakan dokumen telah diterbitkan dengan cara yang mengejutkan; Sebanyak tulisan yang ditemukan di Gua satu dicetak pada kurun waktu 1950 dan 1956; penemuan dari 8 gua yang berbeda telah diterbitkan dalam satu volume pada tahun 1963; Pada tahun 1965 telag dipublikasikan Gulungan Mazmur dari gua sebelas. Tidak lama kemudian diikuti dengan terjemahan gulungan Mazmur tersebut.

Pengecualian dari penerbitan yang cepat tersebut adalah dokumen yang berasal dari gua empat, yang berisikan 40% total bahan. Penerbitan bahan-bahan tersebut telah dipercayakan pada tim international yang dipimpin oleh Bapa Roland de Vaux, seorang anggota dari Ordo Dominikan di Yerusalem. Kelompok ini menerbitkan volume pertama dari bahan-bahan yang dipercayakan kepada mereka pada tahun 1968, namun menghabiskan banyak tenaga mereka untuk mempertahankan teori mereka mengenai bahan-bahan tersebut daripada menerbitkannya. Geza Vermes, yang telah terlibat dari sejak awal dalam mengedit dan menrbitkan bahan-bahan tersebut, mengecam keterlambatan – dan pada akhirnya kegagalan – pada tim pilihan de Vaux yang tidak sesuai dengan kualitas kerja yang dia harapkan, sebagaimana ucapannya “tentang kepribadiannya, berpura-pura memiliki otoritas patriakhal” untuk menjamin pekerjaan tersebut telah dikerjakan dengan tepat.

  88
 
Sebagai hasilnya, penemuan dari gua empat belum dipublikasikan selama beberapa tahun lamanya. Akses kepada gulungan-gulungaan tersebut telah diatur oleh “aturan rahasia” (secrecy rule) yang hanya mengijinkan Tim Internasional yang asli – atau wakil-wakilnya - untuk melihat naskah yang asli. Setelah kematian de Vaux pada tahun 1971, penerusnya, berulang kali menolak untuk mengijinkan penerbitan foto-foto bahan tersebut agar para sarjana lain setidaknnya membuat keputusan-keputusan. Aturan ini akhirnya dibatalkan: pertama, dengan penerbitan pada akhir 1991 dari 17 rekonstruksi dokumen dari konkordansi yang telah dibuat pada tahun 1988 dan telah sampai ke tangan para sarjana di luar Tim International. Selanjutnya diterbitkan pula, pada bulan yang sama, dengan penemuan – dan penerbitan – foto-foto lengkap dari bahan-bahan gua empat, yang tersedia pada Perpustakaan Huntington di San Marino California yang tidak dilindungi oleh “aturan rahasia”. Setelah beberapa keterlambatan tersebut, hasil foto-foto tersebut diterbitkan oleh Robert Eisenman dan James Robinson (A Facsimile Edition of the Dead Sea Scrolls, 2 Volume, Washington D.C., 1991). Akhirnya “aturan rahasia” tersebut telah ditinggalkan dan penerbitan dokumen gua empat segera dimulai, dengan lima volume cetakan pada tahun 1995.

Nilai Penting Penemuan Naskah Laut Mati Bagi Kekristenan

Apakah penemuan naskah Dead Sea Scroll (Gulungan Laut Mati) merupakan ancaman bagi Kekristenan? Robert C. Jones memberikan penjelasan sbb:[11] Does this challenge the validity or originality of Christianity? Not at all. Christians have always viewed that the Old Testament was a precursor to the New – and that the Old Testament describes a divine Messiah that would find his fulfillment in Jesus Christ. But the Old Testament ends about 400 years before the birth of Christ. The scrolls help fill in the theological gaps in the development of (some) Jewish thought in the inter- Testamental period. The gaps in question help explain why Jesus, who did not fit the traditional messianic warrior/king profile that we had heretofore thought was expected in Israel 2,000 years ago, might have been accepted as readily as he was. There appears that there was a Jewish tradition of a “suffering servant” messiah; and there may even have been a tradition that the “suffering servant” would be divine” (Apakah penemuan ini menantang keaslian Kekristenan? Tidak. Kekristenan selalu memiliki pandangan bahwa Kitab Perjanjian Lama adalah pendahuluan untuk sampai pada Kitab Perjanjian Baru dan Kitab Perjanjian Lama menggambarkan Mesias Ilahi yang pemenuhannya dalam diri Yesus Sang Mesias. Namun Kitab Perjanjian Lama berakhir sekiyar 400 tahun sebelum kelahiran Mesias. Gulungan-gulungan ini mengisi kesenjangan teologis dalam perkembangan(beberapa) pemikiran Yahudi dalam masa Inter Testamental (masa antara Perjanjian Lama ke Perjanjian Baru).

Kesenjangan yang dibicarakan ini menolong menjelaskan mengapa Yesus yang tidak memenuhi kelayakan sebagai Mesias pahlawan menurut pandangan tradisional/sosok raja yang kita bayangkan sebelumnya di Israel selama 2000 tahun, layak diterima sebagaimana kita menerimanya. Dalam naskah tersebut ada tradisi Yahudi mengenai Mesias yang menderita sebagai hamba serentak yang menyatakan Mesias yang Ilahi). Selanjutnya Robert Jones juga memberikan penjelasan bahwa penemuan Dead Sea Scroll menolong kita untuk memahami konteks Yudaisme sebelum Mesias datang, memberikan pemetaan mengenai multi tafsir pemahaman teologis dalam Yudaisme, memberikan petunjuk atas latar belakang sejumlah istilah teologis yang kekal berkembang dalam lingkungan Kekristenan seperti kepercayaan mengenai dunia orang mati (sheol), kepercayaan pada malaikat, kepercayaan terhadap Mesias Ilahi, dll.

Terjemahan Kitab Suci

Sebelum abad keempat belas Alkitab hanya di dalam bahasa Latin saja, jadi banyak orang yang tidak dapat membaca Alkitab. Setelah itu barulah ada terjemahan-terjemahan dalam bahasa Inggris[12].

Terjemahan John Wycliffe, yang hidup antara 1320-1384. Ia adalah seorang Inggris yang terpelajar. Ia menyelesaikan terjemahan Perjanjian Baru kira-kira 1380. Sahabat-sahabatnya meneruskan pekerjaannya setelah ia meninggal. Terjemahannya didasarkan pada Vulgata.

Terjemahan Willian Tyndale. Ia juga seorang Inggris yang terpelajar dan seorang yang sangat mementingkan kebangunan rohani. Oleh sebab aniaya yang berat ia terpaksa melarikan diri ke Eropa dan bekerja di sana. Perjanjian Baru dan Taurat telah diselesaikannya pada tahun 1530. Ia telah mati sebagai sahid sebelum Perjanjian Lama selesai.

Terjemahan Matthews' Bible, pada tahun 1537. Sebagian besar dikerjakan oleh John Rogers, sahabat Tyndale. Ia telah menyelesaikan pekerjaan yang ditinggalkan oleh Tyndale.

Terjemahan "The Great Bible", pada tahun 1539. Terjemahan ini didasarkan pada penterjemahan Matthews, Coverdale dan Tyndale.

The Geneva Bible, pada tahun 1560. Terjemahan ini dikerjakan di Geneva (Swiss) oleh para ahli yang melarikan diri dari Inggris karena tidak tahan menghadapi aniaya yang terjadi pada zaman permaisuri Mary. Terjemahan ini dipakai lama di Inggris.

The Bishop's Bible, 1568. Diterjemahkan di bawah pimpinan Archbishop of Canterbury pada masa pemerintahan Ratu Elizabeth I.

The Douay Bible. Ini adalah terjemahan untuk orang-orang Roma Katolik. Penterjemahan itu didasarkan pada terjemahan Vulgata dan pekerjaan itu diselesaikan pada tahun 1609-1610.

King James atau "Authorised Version", pada tahun 1611. Terjemahan ini sampai sekarang masih tetap disukai dan dipakai oleh orang-orang yang berbahasa Inggris. Alkitab itu diterjemahkan oleh 47 orang ahli atas perintah Raja James I dari Inggris. Penterjemahan ini didasarkan pada Bishop's Bible dan Alkitab dalam bahasa Ibrani dan Yunani.

Revised Version, 1881-1884. Diterjemahkan oleh beberapa orang Ahli dari Inggris dan Amerika. Terjemahan ini didasarkan pada salinan yang tertua.

The American Standard Version, 1900-1901. Terjemahan ini hampir sama dengan Revised Version, hanya ada perubahan sedikit dibuat oleh ahli-ahli dari Amerika. Penterjemahan ini dikerjakan oleh kira-kira 100 orang ahli dari berbagai macam denominasi.

Revised Standard Version 1949. Ini merupakan terjemahan yang didasarkan pada salinan yang tertua, dan banyak pengetahuan baru yang diperoleh dari bahasa-bahasa yang ada pada waktu Alkitab ditulis.






[1] Ir. Harold Lolowang, M.Sc, Menyibak Kontroversi Dugaan Ketidakaslian Alkitab: Apologetika Terhadap The Misquoting Jesus, Yogyakarta: Andi Offset, 2009:102

[2] Ibid.,

[3] Craig A. Evans, Merekayasa Yesus: Membongkar Pemutarbalikkan Injil oleh Ilmuwan Modern, Yogyakarta: Andi Offset 2005. hal 11

[4] Ibid., hal 13

[5] Ibid., hal 18-20

[6] New Testament Ancient Manuscripts, http://biblefacts.org/history/oldtext.html

[7] Mendongkel Yesus Dari Tahta-Nya: Upaya Mutakhir Untuk Menjungkirbalikkan Iman Gereja Mengenai Yesus Kristus, Jakarta: Gramedia Pustakan Tama, 2009, hal 71-72

[8] The Dead Sea Scroll : http://en.www.wikipedia.org/wiki/Dead_Sea_scrolls. Diunduh Tgl 5 Agustus 2009

[9] Ibid.,

[10] Ibid.,

[11] Presbyterian Elder Robert Jones, “The Dead Sea Scroll & Christianity”, http://www.sundayschoolcourses.com/deadsea/deadmain.htm#Christianity). Diunduh Tgl 3 Mei 2009
[12] http://www.sabda.org/misi/book_isi2.php?id=2&ib=2n Bible, Good News For Modern Man, The New International Version dsb

0 komentar:

Posting Komentar