RSS Feed

APAKAH KITAB SUCI TAURAT & INJIL ADALAH FIRMAN TUHAN?

Posted by Teguh Hindarto

Masalah Terminologi

Istilah Kitab “Taurat dan Injil” merupakan bahasa Arab, sebuah terminologi yang diambil dari Al Qur’an untuk mendeskripsikan kitab-kitab terdahulu sebelum diturunkannya Qur’an kepada Muhamad. Taurat diidentikan dengan Musa dan Injil dengan Isa sebagaimana dikatakan dalam ayat-ayat Qur’an berikut:
 
Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan Kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang menyerah diri kepada Allah, oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit. Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir” (Qs 5:44).

Dan Kami iringkan jejak mereka (nabi nabi Bani Israil) dengan Isa putera Maryam, membenarkan Kitab yang sebelumnya, yaitu: Taurat. Dan Kami telah memberikan kepadanya Kitab Injil sedang didalamnya (ada) petunjuk dan dan cahaya (yang menerangi), dan membenarkan kitab yang sebelumnya, yaitu Kitab Taurat. Dan menjadi petunjuk serta pengajaran untuk orang-orang yang bertakwa” (Qs 5:46).


Kitab yang dibaca oleh orang Yahudi biasanya dinamakan dengan Torah atau TaNaKh. Istilah Torah dapat menunjuk pada beberapa hal: (1) Kelima Kitab Musa yang biasa disebut dalam bahasa Yunani Pentateux atau dalam bahasa Ibrani disebut Khumash (2) Kitab-kitab para nabi dan syair-syair (3) ajaran dan tradisi lisan para rabbi yang disebut dengan Talmud (4) fatwa-fatwa rabinik dan berbagai kotbah para rabbi (DR. David Stern, Jewish New Testament, 1990:p.25). Selain disebut Torah sebutan lainnya yang populer adalah TaNaKh yang merupakan akronim (singkatan) dari Torah keilam kitab Musa), Neviim (para nabi), Kethuvim (tulisan syair). Istilah TaNaKh telah disinggung dalam literatur Yudaisme yaitu Baraita (tradisi yang berasal dari tahun 70-200 M) yang dikutip dalam Talmud dalam traktat Baba Bathra 14b-15b (F.F. Bruce, The Canon of the Scriptures, 1988:p.30). Istilah TaNaKh sendiri telah muncul pada periode tahun 132 M dalam tulisan Yeshua Ben Sira yang menerjemahkan karya kakeknya, Eccliasticus atau Sirakh dari bahasa Ibrani ke dalam bahasa Yunani. Berulang kali dalam dalam prolog terjemahannya dia menyebutkan bahwa kakeknya adalah siswa dari “Torah, dan Nabi-nabi serta kitab-kitab lain dari leluhur kami”, “yaitu Kitab Torah, Para Nabi dan kitab-kitab yang terakhir” (Ibid: p.31). Model susunan Kitab Suci yang dibaca sedemikian oleh orang Yahudi dibenarkan oleh Yesus saat Dia berkata dalam Lukas 24:44 sbb: Ia berkata kepada mereka: "Inilah perkataan-Ku, yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur." Kekristenan biasanya menyebut Kitab TaNaKh dengan sebutan Perjanjian Lama.

Baik Yesus dan tulisan para rasul biasanya menggunakan istilah “Kitab Suci” (Yun: τας γραφας [tas graphas]/Ibr: הכתובים [ha ketuvim]) tanpa memberikan nama-nama khusus sebagaimana dikatakan:

Matius 22:29, “Yesus menjawab mereka: "Kamu sesat, sebab kamu tidak mengerti Kitab Suci maupun kuasa (Tuhan)”!

Yohanes 5:39, “Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa oleh-Nya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku”

Lukas 24:27, “Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi”.

Lukas 22: 45 sbb: “Lalu Ia membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab Suci”. 

Yohanes 2:22, “Kemudian, sesudah Ia bangkit dari antara orang mati, barulah teringat oleh murid-murid-Nya bahwa hal itu telah dikatakan-Nya, dan mereka pun percayalah akan Kitab Suci dan akan perkataan yang telah diucapkan Yesus

Yohanes 20:9, “Sebab selama itu mereka belum mengerti isi Kitab Suci yang mengatakan, bahwa Ia harus bangkit dari antara orang mati”.

Kisah Rasul 17:11, “Orang-orang Yahudi di kota itu lebih baik hatinya dari pada orang-orang Yahudi di Tesalonika, karena mereka menerima firman itu dengan segala kerelaan hati dan setiap hari mereka menyelidiki Kitab Suci untuk mengetahui, apakah semuanya itu benar demikian”.

Yohanes 18:24, “Sementara itu datanglah ke Efesus seorang Yahudi bernama Apolos, yang berasal dari Aleksandria. Ia seorang yang fasih berbicara dan sangat mahir dalam soal-soal Kitab Suci”.

Yohanes 18:28, “Sebab dengan tak jemu-jemunya ia membantah orang-orang Yahudi di muka umum dan membuktikan dari Kitab Suci bahwa Yesus adalah Mesias

1 Korintus 15:3-4, “Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa (Mesias) telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci;…”

Galatia 3:8, “Dan Kitab Suci, yang sebelumnya mengetahui, bahwa (Tuhan) membenarkan orang-orang bukan Yahudi oleh karena iman, telah terlebih dahulu memberitakan Injil kepada Abraham: "Olehmu segala bangsa akan diberkati."

2 Petrus 1:20-21, “Yang terutama harus kamu ketahui, ialah bahwa nubuat-nubuat dalam Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri, sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama (Tuhan)”.

Kekristenan pada umumnya menyebut TaNaKh dengan sebutan Kitab Perjanjian Lama dan Euanggelion/Injil serta tulisan para rasul dengan sebutan Kitab Perjanjian Baru. Istilah Kitab Perjanjian Baru sendiri berasal dari ucapan Yesus saat makan Seder Pesakh menjelang kewafatannya di kayu salib sbb:

ωσαυτως και το ποτηριον ωσαυτως μετα το δειπνησαι λεγων τουτο το ποτηριον η καινη διαθηκη εν τω αιματι μου το υπερ υμων εκχυννομενον εκχυνομενον
וכן גם־את־הכוס אחר הסעודה לאמר זו הכוס היא הברית החדשה בדמי הנשפך בעדכם

Lukas 22:20, “Demikian juga dibuat-Nya dengan cawan sesudah makan; Ia berkata: "Cawan ini adalah Perjanjian Baru oleh darah-Ku, yang ditumpahkan bagi kamu”.
Dan dilanjutkan dengan memberikan makna teologis arti kematian Yesus sbb:
και δια τουτο διαθηκης καινης μεσιτης εστιν οπως θανατου γενομενου εις απολυτρωσιν των επι τη πρωτη διαθηκη παραβασεων την επαγγελιαν λαβωσιν οι κεκλημενοι της αιωνιου κληρονομιας
ובעבור זאת הוא מתוך לברית חדשה למען אשר־יירשו המקראים את־הבטחת נחלת עולם אחרי אשר־מת לפדות מן־הפשעים אשר נעשו בימי הברית הראשונה׃

Ibrani 9:15, “Karena itu Ia adalah Pengantara dari suatu perjanjian yang baru, supaya mereka yang telah terpanggil dapat menerima bagian kekal yang dijanjikan, sebab Ia telah mati untuk menebus pelanggaran-pelanggaran yang telah dilakukan selama perjanjian yang pertama”.

Adanya istilah “Perjanjian Baru” mengandaikan adanya “Perjanjian Lama”, walaupun secara tekstual tidak ada istilah “Perjanjian Lama” baik dalam TaNaKh dan Kitab Injil serta tulisan para rasul. Yang lebih tepat “Perjanjian Pertama” atau “Perjanjian Terdahulu”.

Apakah TaNaKh dan Kitab Perjanjian Baru itu Firman Tuhan?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut mari kita mengkaji 2 Timotius 3:15-17, “Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus. Segala tulisan yang diilhamkan (Tuhan) memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan (Tuhan) diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik”. Perhatikan kalimat “Segala tulisan yang diilhamkan (Tuhan)”. Kata “diilhamkan” dalam bahasa Yunani θεοπνευστος  yang artinya “dihembusi nafas Tuhan”. Semua terjemahan berbahasa Inggris menggunakan bentuk pasif, “God-breathed” (YLT), “inspired by God” (RSV), “given by inspiration of God” (KJV) yang bermakna, Nafas Tuhan yang memberikan dorongan dan pimpinan. Pada siapa? Pada para penulis Kitab Suci. Siapa penulis Kitab Suci? Manusia. Dengan pemahaman ini maka Kitab Suci (TaNaKh dan Kitab Perjanjian Baru atau Taurat & Injil) adalah Firman Tuhan yang tertulis. Dengan kata lain Firman Tuhan yang dituliskan oleh manusia yang diilhami dan dipimpin oleh Roh Tuhan untuk menuliskannya. DR. Harun Hadiwijono menjelaskan mengenai 2 Timotius 3:16 sbb: “Dua hal yang tampak jelas dari bahan-bahan tersebut di atas yaitu: a) Bahwa Tuhan (YHWH)lah yang berfirman. Maka Dialah yang memiliki gagasan b) Bahwa manusia (yaitu para nabi atau rasul atau orang lain) berkata-kata atau menulis, karena di dorong oleh Roh Kudus” (Iman Kristen, 1988: 57).

Dari aspek ontologis (hakikat) bahwa Kitab Suci TaNaKh dan Kitab Perjanjian Baru adalah Firman Tuhan. Sementara dari aspek antropologis (kemanusiaan) bahwa Kitab Suci TaNaKh dan Kitab Perjanjian Bari dituliskan oleh manusia. Kata kunci penghubung antara Tuhan dan manusia dalam penulisan Kitab Suci adalah “pengilhaman” atau θεοπνευστος  yang artinya “dihembusi nafas Tuhan”.

Proses pewahyuan atau pengilhaman dalam zaman sebelum Mesias datang dan zaman di saat Mesias datang memiliki perbedaan pola sebagaimana dikatakan dalam Ibrani 1:1-2 sbb: 1:1, “Setelah pada zaman dahulu (Tuhan) berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia (Tuhan) telah menjadikan alam semesta” Zaman sebelum Mesias datang dimana Kitab TaNaKh terbentuk Tuhan YHWH menyatakan firman-Nya secara langsung dan secara tidak langsung kepada para nabi dan orang kudus. Penyampaian secara langsung artinya Tuhan berbicara secara langsung (berfirman: אמר dan דבר)sebagaimana dikatakan:

Keluaran 6:1, “Selanjutnya berfirmanlah (Tuhan) kepada Musa: "Akulah (YHWH)”.

Keluaran 12:1, “Berfirmanlah (YHWH) kepada Musa dan Harun di tanah Mesir:…”

Ulangan 1:6 "(YHWH, Tuhan) kita, telah berfirman kepada kita di Horeb, demikian: Telah cukup lama kamu tinggal di gunung ini”.

Yosua 1:1, “Sesudah Musa hamba (YHWH) itu mati, berfirmanlah (YHWH) kepada Yosua bin Nun, abdi Musa itu, demikian:…”

Yesaya 38:4, “Maka berfirmanlah (YHWH) kepada Yesaya:…”

Sementara penyampaian secara tidak langsung adalah melalui mimpi dan penglihatan sebagaimana dikatakan dalam Ayub 33:14-15, ”Karena (Tuhan) berfirman dengan satu dua cara, tetapi orang tidak memperhatikannya. Dalam mimpi, dalam penglihatan waktu malam, bila orang nyenyak tidur, bila berbaring di atas tempat tidur”. Tuhan YHWH berfirman kepada para nabi melalui penglihatan sebagaimana dikatakan:

Kejadian 31:11, “Dan Malaikat (Tuhan) berfirman kepadaku dalam mimpi itu: Yakub! Jawabku: (Inilah aku)!

Kejadian 46:2, “Berfirmanlah (Tuhan) kepada Israel dalam penglihatan waktu malam: "Yakub, Yakub!" Sahutnya: "(Inilah aku)."

Namun pola itu berubah saat Mesias datang. Pola pewahyuan bukan lagi berfirman pada seseorang melainkan Firman itu sudah menjadi manusia (Yoh 1:14) dan disebut Anak Tuhan (Yoh 1:18) yaitu Yesus (Mat 1:21). Yesus tidak pernah mengatakan “demikianlah Firman Tuhan kepada-Ku” melainkan “Aku berkata kepadamu”. Yesus adalah Firman Yang Hidup.
Sekalipun ada perbedaan pola dalam pengilhaman atau pewahyuan namun pola penulisan Firman Tuhan tetap sama yaitu oleh manusia yang diilhami atau dipimpin Roh Tuhan. Manusia terlibat dalam menuliskan (כתב dan γραφηται) Firman Tuhan secara langsung sebagaimana dikatakan:

Keluaran 24:4, “Lalu Musa menuliskan segala firman (YHWH) itu. Keesokan harinya pagi-pagi didirikannyalah mezbah di kaki gunung itu, dengan dua belas tugu sesuai dengan kedua belas suku Israel

Keluaran 30:2 "Beginilah firman (YHWH, Tuhan) Israel: Tuliskanlah segala perkataan yang telah Kufirmankan kepadamu itu dalam suatu kitab”.

Lukas 18:31, “Yesus memanggil kedua belas murid-Nya, lalu berkata kepada mereka: "Sekarang kita pergi ke Yerusalem dan segala sesuatu yang ditulis oleh para nabi mengenai Anak Manusia akan digenapi”.

1 Yohanes 2:1, “Anak-anakku, hal-hal ini kutuliskan kepada kamu, supaya kamu jangan berbuat dosa, namun jika seorang berbuat dosa, kita mempunyai seorang pengantara pada Bapa, yaitu Yesus Kristus, yang adil

2 Tesalonika 3:17, “Salam dari padaku, Paulus. Salam ini kutulis dengan tanganku sendiri. Inilah tanda dalam setiap surat: beginilah tulisanku.”

Lukas 1:1-4, “Teofilus yang mulia, Banyak orang telah berusaha menyusun suatu berita tentang peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara kita, seperti yang disampaikan kepada kita oleh mereka, yang dari semula adalah saksi mata dan pelayan Firman. Karena itu, setelah aku menyelidiki segala peristiwa itu dengan seksama dari asal mulanya, aku mengambil keputusan untuk membukukannya dengan teratur bagimu, supaya engkau dapat mengetahui, bahwa segala sesuatu yang diajarkan kepadamu sungguh benar”.

Yohanes 21:25, “Masih banyak hal-hal lain lagi yang diperbuat oleh Yesus, tetapi jikalau semuanya itu harus dituliskan satu per satu, maka agaknya dunia ini tidak dapat memuat semua kitab yang harus ditulis itu”.

Mengenai penulisan Kitab Suci, DR. Harun Hadiwijono menegaskan sbb: “…baik P.L. maupun P.B. bukanlah kitab-kitab yang telah diturunkan dari sorga, baik dalam bentuk lembaran maupun dalam bentuk Kitab, akan tetapi Alkitab baik P.L. maupun P.B. adalah kitab yang tumbuh di dalam sejarah, dilahirkan karena kebutuhan umat (Tuhan) akan suatu pedoman yang tetap bagi kehidupan keagamaannya[1]. Pernyataan senada dikatakan oleh Charles C. Ryrie sbb: “Demikian juga, Alkitab adalah kitab ilahi-manusiawi. Meskipun berasal dari (Tuhan), nyatanya ditulis oleh manusia. Alkitab adalah Firman (Tuhan) yang disampaikan melalui Roh Kudus. Manusia berdosa menuliskan Firman itu namun tanpa kekeliruan. Sama seperti pada inkarnasi, Kristus mengambil kemanusiaan tetapi tidak dinodai sedikitpun oleh dosa, demikianlah Alkitab yang dihasilkan tidak dinodai oleh kekeliruan[2]







[1] Iman Kristen, BPK Gunung Mulia 1988, hal 67

[2] Teologi Dasar: Buku 1, Yogyakarta: ANDI Offset, 1992, hal 110

0 komentar:

Posting Komentar