RSS Feed

JIWA PROKLAMASI YANG TEREDUKSI

Posted by Teguh Hindarto





Refleksi 70 Tahun Indonesia Merdeka (2)


Setiap tahun perayaan kemerdekaan Indonesia, hampir seluruh lapisan masyarakat kita tidak pernah melewatkannya baik melalui ritual simbolik formal berupa upacara peringatan kemerdekaan yang diselenggarakan negara maupun lembaga pemerintahan di daerah-daerah serta institusi pendidikan maupun ritual non formal berupa perlombaan-perlombaan untuk memeriahkan perayaan kemerdekaan dan kelahiran sebuah nation bernama Indonesia yang telah mengalami keterjajahan ratusan tahun sebelumnya mulai sejak VOC, Hindia Belanda hingga Jepang.

Namun jika saya memperhatikan, di wilayah di mana saya tinggal, entahkah di alami pula di wilayah lain, yaitu sebuah gejala yang saya namakan “jiwa proklamasi yang tereduksi”. Mengapa demikian? Bayangkan saja bagaimana perayaan hari kemerdekaan tidak bisa dibedakan lagi dengan perayaan hari-hari keagamaan, mulai dari musik iringan yang jauh dari nilai-nilai nasionalisme melainkan primordialisme berbasis keagamaan. Belum lagi sejumlah lomba-lomba yang diselenggarakan tidak ada bedanya dengan lomba-lomba di saat menjelang hari raya agama tertentu. Kesan yang diciptakan bahwa kemerdekaan yang telah diperoleh dan dirayakan adalah milik golongan dan agama tertentu belaka dan golongan dan kelompok masyarakat lainnya adalah penonton dan obyek pelengkap.

MEMERDEKAKAN DIRI DARI MENTAL BANGSA TERJAJAH SEBAGAI PANGGILAN SEJARAH

Posted by Teguh Hindarto




Refleksi 70 Tahun Indonesia Merdeka (1)

70 tahun sudah Indonesia memasuki usia kemerdekaannya sejak 17 Agustus 1945 Soekarno dan Hatta mewakili Bangsa Indonesia membacakan teks proklamasi kemerdekaan. Proklamasi kemerdekaan Indonesia tidak berdiri sendiri. Ada konteks historis yang mengiringi dan melatarbelakanginya yaitu peristiwa pengeboman dua kota penting di Jepang yaitu Hiroshima dan Nagasaki pada tanggal 6 dan 9 Agustus 1945 oleh Amerika Serikat, yang berdampak goyahnya moral tentara Jepang di Asia Tenggara khususnya di Indonesia.

Peristiwa jatuhnya bom bernama Litle Boy dari pesawat B-29 yang dipiloti Paul Tibet, telah menyebabkan Jepang kehilangan power untuk melanjutkan Perang Pasifik. Perang Pasifik atau Perang Asia Pasifik, atau yang dikenal di Jepang dengan nama Perang Asia Timur Raya (Greater East Asia War) adalah perang yang terjadi di Samudra Pasifik, pulau-pulaunya, dan di Asia. Konflik ini terjadi antara tahun 1937 dan 1945, namun peristiwa-peristiwa yang lebih penting terjadi setelah 7 Desember 1941, ketika Jepang menyerang Amerika Serikat di Peral Harbour, Hawai serta wilayah-wilayah yang dikuasai Britania Raya dan banyak negara lain serta yang dikuasai oleh Sekutu.