RSS Feed

DIALEKTIKA PEMIKIRAN PERIHAL KELAHIRAN YESUS SANG MESIAS 25 DESEMBER

Posted by Teguh Hindarto



Kitab Perjanjian Baru tidak memberikan informasi tanggal kelahiran Yesus sehingga pemunculan tanggal 25 Desember menimbulkan berbagai kontroversi diantara kalangan Kristen sendiri. Darimana asal usul perayaan kelahiran Yesus pada tanggal 25 Desember? Pertanyaan ini membelah menjadi dua kelompok jawaban. Kelompok pertama menghubungkan tanggal 25 Desember kepada perayaan paganisme Roma yang diadopsi dalam Kekristenan. Kelompok kedua menghubungkan tanggal 25 Desember pada catatan kuno Bapa Gereja sebelum Konsili Nicea.

Pandangan Pertama:

Asal Usul Paganisme Dari Natal 25 Desember

Pandangan pertama menghubungkan perayaan Christmass pada tanggal 25 Desember dengan adopsi unsur-unsur kekafiran oleh gereja Katolik maupun Ortodox. Perhatikan beberapa kutipan berikut:

Dalam artikel Origin of Christmas-Controversial Root dijelaskan, “The date of December 25th probably originated with the ancient "birthday" of the son-god, Mithra, a pagan deity whose religious influence became widespread in the Roman Empire during the first few centuries A.D. Mithra was related to the Semitic sun-god, Shamash, and his worship spread throughout Asia to Europe where he was called Deus Sol Invictus Mithras. Rome was well-known for absorbing the pagan religions and rituals of its widespread empire. As such, Rome converted this pagan legacy to a celebration of the god, Saturn, and the rebirth of the sun god during the winter solstice period. The winter holiday became known as Saturnalia and began the week prior to December 25th. The festival was characterized by gift-giving, feasting, singing and downright debauchery, as the priests of Saturn carried wreaths of evergreen boughs in procession throughout the Roman temples”[1]. 

(Tanggal 25 Desember mungkin berasal perayaan ulang tahun kuno anak dewa, bernama Mithra, dewa kafir yang pengaruh religiusnya tersebar di Kekaisaran Romawi selama tahun Masehi. Mithra berkaitan dengan dewa Matahari bangsa Semit yaitu Shamash , dan penyembahan padanya menyebar ke seluruh Asia ke Eropa di mana ia disebut Deus Sol Invictus Mithras. Roma dikenal dalam hal menyerap agama-agama kafir dan ritual ke seluruh kerajaan secara luas. Dengan demikian, Roma dikonversi oleh warisan kafir ke perayaan dewa, Saturnus, dan kelahiran kembali dewa matahari selama periode musim dingin. Liburan musim dingin dikenal sebagai Saturnalia dan dimulai seminggu sebelum 25 Desember. Festival ini ditandai dengan pemberian hadiah, pesta, menyanyi dan pesta pora yang meriah, seperti  imam dewa Saturnus membawa karangan bunga dari dahan cemara dalam prosesi seluruh kuil-kuil Romawi).

Dalam artikel lainnya dengan judul, Origin Of Christmas: Jesus Was Not Born On December 25th But A Whole Bunch Of Pagan Gods Were, disebutkan, “Why is Christmas celebrated on December 25th?  Most people assume that it has always been a Christian holiday and that it is a celebration of the birth of Jesus.  But it turns out that Jesus was not born on December 25th.  However, a whole bunch of pagan gods were born on that day.  In fact, pagans celebrated a festival involving a heroic supernatural figure that visits an evergreen tree and leaves gifts on December 25th long before Jesus was ever born.  From its early Babylonian roots, the celebration of the birth or "rebirth" of the sun god on December 25th came to be celebrated under various names all over the ancient world.  You see, the winter solstice occurs a few days before December 25th each year. The winter solstice is the day of the year when daylight is the shortest. In ancient times, December 25th was the day each year when the day started to become noticeably longer.  Thus it was fitting for the early pagans to designate December 25th as the date of the birth or the "rebirth" of the sun”[2].

(Mengapa Natal dirayakan pada tanggal 25 Desember? Kebanyakan orang berasumsi bahwa itu hari raya Kristen dan bahwa itu adalah perayaan kelahiran Yesus. Tapi ternyata bahwa Yesus tidak lahir pada tanggal 25 Desember. Namun, sejumlah besar dewa-dewa kafir yang lahir pada hari itu. Bahkan, orang-orang kafir merayakan sebuah festival yang melibatkan tokoh supranatural heroik yang mengunjungi sebuah pohon cemara dan daun hadiah pada tanggal 25 Desember jauh sebelum Yesus pernah lahir. Dari akar awal Babel, perayaan kelahiran atau kelahiran kembali dari dewa matahari pada tanggal 25 Desember kemudian dirayakan di bawah berbagai nama di seluruh dunia kuno. Anda lihat, musim dingin terjadi beberapa hari sebelum 25 Desember setiap tahun. Musim dingin adalah hari di setiap tahun ketika siang hari waktunya lebih pendek. Pada zaman kuno, 25 Desember adalah hari di setiap tahun ketika hari terasa lebih lama. Demikianlah hari ini sangat tepat bagik orang-orang kafir awal untuk menetapkan 25 Desember sebagai tanggal kelahiran atau kelahiran kembali matahari).

Dalam artikel What are origins Christmas and Can Christian Celebrated it? Dijelaskan, “The origins of Christmas go back to before the time of Christ when many ancient cultures celebrated the changing of the seasons. In the northern hemisphere in Europe, for example, the winter solstice, which was the shortest day of the year, occurs around Dec. 25th. These celebrations were based on the decline of winter. Since during winter animals were penned, people stayed in doors, crops didn't grow, etc., to know that winter was half over and on its way out was a time of celebration.

In the ancient Roman system of religion, Saturn was the god of agriculture. Each year during the summer, the god Jupiter would force Saturn out of his dominant position in the heavenly realm and the days would begin to shorten. In the temple to Saturn in Rome, the feet of Saturn were then symbolically bound with chains until the winter solstice when the length of days began to increase. It was this winter solstice that was a time of celebration and exchange of gifts as the hardness of winter began to wane and the days grew longer.

December 25th specifically coincided the day of the birth of the sun-god named Phyrgia a culture in the ancient Balkans. In the Roman Empire, by the time of Christ the winter festival was known as saturnalia. The Roman Church was unable to get rid of saturnalia, so early in the 4th Century, they adopted the holiday and tried to make it a Christian celebration of the Lord's birth. They called it the Feast of the Nativity. This custom has been part of western culture ever since”[3]. 

(Asal-usul Natal dapat ditelusuri ke suatu masa sebelum masa Kristus saat banyak kebudayaan kuno merayakan pergantian musim. Di belahan bumi utara di Eropa, misalnya, titik balik matahari musim dingin, yang merupakan hari terpendek tahun, terjadi sekitar 25 Desember. Perayaan ini didasarkan pada jatuhnya musim dingin. Karena selama hewan musim dingin, orang-orang yang tinggal di pintu, tanaman tidak tumbuh, dll, untuk mengetahui musim dingin yang sudah setengah jalan dan jalan keluar adalah waktu perayaan. Dalam sistem agama Romawi kuno, Saturnus adalah dewa pertanian. Setiap tahun selama musim panas dewa Jupiter akan memaksa Saturnus keluar dari posisi dominan di ranah surgawi dan hari-hari akan dipersingkat.. Dalam kuil Saturnus di Roma, kaki Saturnus kemudian secara simbolis diikat dengan rantai sampai titik balik matahari musim dingin ketika lamanya hari mulai meningkat. Musim dingin adalah waktu perayaan dan pertukaran hadiah sebagai bentuk memudarnya musim dingin dan hari-hari bertambah panjang. Tanggal 25 Desember bertepatan dengan hari kelahiran dewa Matahari bernama Phyrgia dari kebudayaan kuno di Balkan. Dalam Kekaisaran Romawi, pada masa Kristus, musim dingin dikenal sebagai perayaan Saturnalia. Gereja Roma tidak dapat menyingkirkan Saturnalia, sehingga di awal abad ke-4, mereka mengadopsi perayaan ini dan mencoba untuk membuatnya menjadi perayaan Kristen kelahiran Tuan. Mereka menyebutnya Pesta Kelahiran Tuan. Kebiasaan ini telah menjadi bagian dari budaya Barat sejak saat itu).

Siapa Yang Menetapkan Natal 25 Desember?

Kebanyakan para sarjana dan buku-buku teologia menghubungkan nama Kaisar Konstantin sebagai orang yang bertanggungjawab menetapkan perayaan tersebut dalam Kekristenan. Setelah pada tahun 313 Konstantin menjadi raja dan mengeluarkan Edik Milano yang berisikan piagam toleransi beragama[4] maka pada tahun 321 Konstantin mengubah hari Sabat yang jatuh pada hari Sabtu menjadi hari Minggu sebagaimana dikatakan, “On the venerable day of the Sun let the magistrates and people residing in cities rest, and let all workshops be closed. In the country however persons engaged in agriculture may freely and lawfully continue their pursuits because it often happens that another day is not suitable for gain-sowing or vine planting; lest by neglecting the proper moment for such operations the bounty of heaven should be lost”[5]

(Pada hari  Matahari yang agung, biarlah para hakim dan orang-orang yang berada di kota-kota beristirahat, dan membiarkan semua bengkel ditutup. Di dalam negeri Namun orang-orang yang terlibat dalam pertanian dapat dengan bebas dan sah melanjutkan kegiatan mereka karena sering terjadi bahwa hari lain tidak cocok untuk menaburbenih  atau menanam pohon anggur;. jangan-jangan dengan mengabaikan saat yang tepat untuk bekerja  mengakibatkan karunia surga harus hilang).

Dan ketetapan tersebut dilanjutkan pada Konsili di Laodikea tahun 364 Ms sbb, "Christians shall not Judaize and be idle on Saturday, but shall work on that day"[6] (Kristen tidak harus di Yudaisasi dan beristirahat pada hari Sabtu, tetapi harus bekerja pada hari itu)

Pada tahun 325 saat Konstantin menetapkan Konsili I di Nicea maka tanggal 25 Desember ditetapkan sebagai perayaan kelahiran Yesus Sang Mesias sebagaimana dikatakan, “Also in 325 Constantine declared December 25th to be an Immovable Feast for the whole Roman Empire. The bishop of Rome may have accepted December 25th as the date of birth of Jesus Christ as early as 320 AD, but historical documents provide no evidence for a date earlier than 336 AD. The Church was pushed by political forces and pulled by the desire to co-opt a popular pagan holiday, despite a lack of evidence that Christ was born in December. Constantine built the Church of the Nativity in Bethlehem, one of the oldest continually operating churches in the world (currently administered by a coalition of Roman Catholic and Greek Orthodox clerics)”[7]

(Juga pada tahun 325 Konstantinus menyatakan 25 Desember menjadi hari raya Tak Tergoyahkan bagi seluruh Kekaisaran Romawi. Uskup Roma mungkin telah menerima 25 Desember sebagai tanggal kelahiran Yesus Kristus sebagai awal 320 AD, tapi dokumen sejarah tidak memberikan bukti untuk tanggal lebih awal dari 336 AD. Gereja didorong oleh kekuatan politik dan ditarik oleh keinginan untuk mengkooptasi perayaan populer  penyembah berhala, sekalipun kurangnya bukti bahwa Kristus lahir pada bulan Desember. Konstantin membangun Gereja Kelahiran Kristus di Betlehem, salah satu gereja  tertua yang masing berlangsung hingga hari ini di dunia (saat ini dikelola oleh sebuah koalisi Katolik Roma dan Yunani Ortodoks ulama).

Dan pada tahun 354 Ms, Bishop Liberius dari Roma memerintahkan umat untuk merayakan Natal pada tanggal 25 Desember sebagaimana dikatakan, “In 354 A.D., Bishop Liberius of Rome ordered the people to celebrate on December 25. He probably chose this date because the people of Rome already observed it as the Feast of Saturn, celebrating the birthday of the sun”[8].

(Pada tahun 354, Bishop Roma bernama Liberius memerintahkan umat agar merayakan 25 Desember. Mungkin dia memilih tanggal tersebut dikarenakan rakya Roma telah memelihara Perayaan Saturnalia sebagai kelahiran dewa matahari).

Namun menurut kesaksian lainnya ternyata yang menetapkan tanggal 25 Desember sebagai hari kelahiran Yesus bukan hanya Konstantin melainkan bidat bernama Cerinthus. Siapa Cerinthus? “Cerinthus A Gnostic-Ebionite heretic, contemporary with St. John...Cerinthus was an Egyptian, and if not by race a Jew...Cerinthus's doctrines were a strange mixture of Gnosticism, Judaism, Chiliasm, and Ebionitism”[9]

(Cerinthus adalah seorang Gnostik dan bidat Ebionit yang sejaman dengan Santo Yohanes...Cerinthus adalah seorang Mesir dan bukan ras Yahudi...doktrin Cerinthus merupakan campuran aneh antara Gnostisisme, Yudaisme, Chiliasme serta Ebionitisme).

SIGNIFIKASI PERAYAAN SUKKOT DENGAN KELAHIRAN YESUS SANG MESIAS

Posted by Teguh Hindarto




Yesus Dalam Tujuh Hari Raya YHWH

Dalam artikel Tujuh Hari Raya YHWH Sebagai Bayangan Karya Mesias, saya telah menunjukkan bagaimana Tuhan YHWH menetapkan tujuh perayaan di Sinai kepada Israel dan yang diteruskan dan dipelihara oleh Yesus Sang Mesias beserta rasul-rasulnya[1].

Bukti-bukti induktif dalam Kitab Perjanjian Baru menunjukkan bagaimana Yesus dan rasul-rasulnya tetap melestarikan dan merayakan hari-hari raya tersebut. Yesus merayakan Paskah sebagaimana dilaporkan dalam Matius 26:17-18 (Band. Luk 22:1,7) sbb: “Pada hari pertama dari hari raya Roti Tidak Beragi datanglah murid-murid Yesus kepada-Nya dan berkata: "Di mana Engkau kehendaki kami mempersiapkan perjamuan Paskah bagi-Mu?" Jawab Yesus: "Pergilah ke kota kepada si Anu dan katakan kepadanya: Pesan Guru: waktu-Ku hampir tiba; di dalam rumahmulah Aku mau merayakan Paskah bersama-sama dengan murid-murid-Ku”.

Yesus merayakan Pondok Daun atau Sukkot sebagaimana dilaporkan dalam Yohanes 77:1-2 sbb: “Sesudah itu Yesus berjalan keliling Galilea, sebab Ia tidak mau tetap tinggal di Yudea, karena di sana orang-orang Yahudi berusaha untuk membunuh-Nya. Ketika itu sudah dekat hari raya orang Yahudi, yaitu hari raya Pondok Daun”.

Bukan hanya Yesus namun para rasulpun memelihara dan merayakan hari-hari raya yang ditetapkan oleh YHWH sebanyak tujuh perayaan (Sheva Moedim) sebagaimana dilaporkan berikut ini.

Rasul Paul merayakan hari raya Pentakosta atau Shavuot sebagaimana dilaporkan dalam Kisah Rasul 20:16 (Band. Kis 2:10, 1 Kor 16:8), “Paulus telah memutuskan untuk tidak singgah di Efesus, supaya jangan habis waktunya di Asia. Sebab ia buru-buru, agar jika mungkin, ia telah berada di Yerusalem pada hari raya Pentakosta”.

Rasul Paul merayakan hari raya Pendamaian atau Yom Kippur sebagaimana dikatakan Kisah Rasul 27:9, “Sementara itu sudah banyak waktu yang hilang. Waktu puasa sudah lampau dan sudah berbahaya untuk melanjutkan pelayaran. Sebab itu Paulus memperingatkan mereka, katanya...”. Frasa “waktu puasa merujuk pada Perayaan Yom Kippur yang ditandai dengan berpuasa dari petang sampai petang.

Para rasul bukan hanya merayakan namun mereka memberikan makna baru dari ketujuh hari raya tersebut karena ketujuh hari raya tersebut melambangkan apa yang diperbuat oleh Yesus Sang Mesias.

Yesus menghubungkan karya Mesianisnya dengan korban Pesakh dengan mengatakan “Lalu Ia mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka, kata-Nya: "Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku." Demikian juga dibuat-Nya dengan cawan sesudah makan; Ia berkata: "Cawan ini adalah perjanjian baru oleh darah-Ku, yang ditumpahkan bagi kamu” (Luk 22:19-20)

Rasul Paul menegaskan kembali makna Pesakh dan pengorbanan Yesus di kayu salib dengan mengatakan demikian: “Buanglah ragi yang lama itu, supaya kamu menjadi adonan yang baru, sebab kamu memang tidak beragi. Sebab anak domba Paskah kita juga telah disembelih, yaitu Mesias” (2 Kor 5:17)

Mengenai kebangkitan Yesus, Rasul Paul menghubungkannya dengan perayaan Buah Sulung atau Bikurim dengan mengatakan demikian, “Tetapi yang benar ialah, bahwa Mesias telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal” (1 Kor 15:20)

Tetapi tiap-tiap orang menurut urutannya: Mesias sebagai buah sulung; sesudah itu mereka yang menjadi milik-Nya pada waktu kedatangan-Nya” (1 Kor 15:23)

Dialah kepala tubuh, yaitu jemaat. Ialah yang sulung, yang pertama bangkit dari antara orang mati, sehingga Ia yang lebih utama dalam segala sesuatu” (Kol 1:18)

Rasul Paul pun menghubungkan karakteristik perayaan Peniupan Sangkakala atau Yom Truah atau Tahun Baru atau Rosh ha Shanah untuk menggambarkan pengangkatan orang yang percaya kepada Mesias di awan-awan sebagaimana dikatakan dalam 1 Tesalonika 4:16-18 sbb: “Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Tuha) berbunyi, maka Junjungan Agung sendiri akan turun dari sorga dan mereka yang mati dalam Mesias akan lebih dahulu bangkit; sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Junjungan Agung di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Junjungan Agung. Karena itu hiburkanlah seorang akan yang lain dengan perkataan-perkataan ini”.

Rasul Yohanes pun menghubungkan pengorbanan Yesus dengan hari raya Pendamaian atau Yom Kippur dengan berkata, “Dan Ia adalah pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia” (1 Yoh 2:2)

Dari hasil pemaparan di atas maka dapat disimpulkan bahwa seluruh aktifitas dan karya Mesianis Yesus mendapatkan legitimasi dari Sheva Moedim atau Tujuh Hari Raya yang ditetapkan YHWH di Sinai. Hari-hari raya tersebut merupakan sebuah bayangan akan Mesias yang datang (Kol 2:16-17). Jika kematian, kebangkitan dan kedatangan Yesus kedua kalinya tergambar dalam tujuh hari raya, maka seharusnya kelahiran Yesus pun tergambar dalam salah satu dari ketujuh hari raya tersebut. Lalu hari raya manakah yang tepat menggambarkan kelahiran Yesus?

Kelahiran Yesus Pada Hari Raya Pondok Daun: 

Asumsi Atau Fakta?

Perayaan ini menunjuk pada puncak perayaan dari tujuh hari raya. Sukkot merupakan peringatan atas penyertaan YHWH di padang gurun. YHWH hadir di tengah-tengah Yishrael melalui MISHKAN (Kemah Suci) di mana SHEKINAH YHWH berada di dalamnya. Bangsa Yishrael tinggal di pondok-pondok kayu sambil merayakan panen buah-buahan. Dalam Perjanjian Baru menunjuk pada saat mana “Kerajaan Seribu Tahun Damai” dan juga “Langit Baru dan Bumi Baru” di mana YHWH memerintah bersama Yesus Sang Mesias.

Membaca perintah dalam Imamat 23:34-44 kita mendapatkan beberapa ciri dan karakter Perayaan Pondok Daun yaitu: (1) Pertemuan ibadah (2) Korban (3) Membangun pondok-pondok daun dan ranting (4) Pengumpulan buah-buahan (5) Tinggal dalam pondok-pondok (6) Sukacita dan nyanyi-nyanyian.

Barney Kasdan dalam bukunya berjudul God’s Appointed Times: A Practical Guide for Understanding and Celebrating the Biblical Holidays memberikan beberapa penjelasan mengenai Sukkot sehingga membantu bagi kita untuk menghayati makna yang terkandung di dalamnya. Nama lain yang diberikan untuk Perayaan Sukkot adalah Zman Shimkhatenu(Waktu Sukacita), mengapa? Secara historis, Sukkot bagi orang Yahudi menunjuk dua hal yaitu pesta panen buah-buahan sebagaimana digambarkan dalam Imamat 23 dan yang kedua sebagai tanda peringatan bahwa YHWH berkemah bersama leluhur Yisrael di padang gurun selama empat puluh tahun. YHWH hadir di Kemah Suci (Mishkan) dan suku-suku Yisrael tinggal dalam kemah-kemah.

Rumah tangga-rumah tangga Yahudi tradisional biasanya merayakan Sukkot dengan membangun pondok kayu di depan rumah mereka. Kegiatan ini menjadi suatu kegiatan yang menarik bagi masing-masing keluarga khususnya anak-anak. Mereka bisa berpartisipasi dengan menghias pondok-pondok kayu tersebut dengan gambar, ayat-ayat firman, dll. Pondok kayu yang dibuatpun semi permanen dengan atap yang terbuat dari daun-daun atau ranting-ranting kering. Pada permulaan Sukkot yang jatuh pada Tgl 15 Tishri (dimulai Tgl 14 Tishri pukul 18.00) maka masing-masing keluarga akan membuka dengan makan bersama di rumah. Ada penyalaan lilin hari raya. Ada makan roti dan anggur. Ada pengucapan Kiddush yaitu birkat untuk anggur dan roti dan diiringi nyanyian hari raya[2].

YHWH bersabda perihal makna dan tema besar Sukkot sbb: “Di dalam pondok-pondok daun kamu harus tinggal tujuh hari lamanya, setiap orang asli di Israel haruslah tinggal di dalam pondok-pondok daun, supaya diketahui oleh keturunanmu, bahwa Aku telah menyuruh orang Israel tinggal di dalam pondok-pondok selama Aku menuntun mereka sesudah keluar dari tanah Mesir, Akulah YHWH, Tuhanmu." (Im 23:42-43). Frasa “Aku telah menyuruh orang Israel tinggal di dalam pondok-pondok” dalam bahasa Ibrani בסכות הושׁבתי את־בני ישׂראל  (besukot hosavti et beney Yishrael). Sukkot adalah pesta panen sekaligus peringatan penyertaan YHWH di padang gurun dalam kemah-kemah Israel serta kehadiran YHWH di Kemah Suci-Nya.

Apakah bukti-bukti yang menguatkan bahwa Yesus lahir saat perayaan Pondok Daun? Pertamaada satu fakta yang menarik untuk dicermati mengenai kata “kain lampin” dan “palungan”. Lukas 2:6-7 mengatakan, “Ketika mereka di situ tibalah waktunya bagi Maria untuk bersalin, dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan”.

Kain lampin merupakan kain yang dipergunakan sebagai sumbu untuk menyalakan lentera dengan 16 kath minyak ditempat kaum wanita selama perayaan Sukot. Adapun kata “palungan”, dalam bahasa Yunaninya phatne. Kata ini juga dipergunakan untuk menerjemahkan kata “kandang” dalam Lukas 13:15. Kata Yunani phatne, dalam bahasa Ibraninya adalah marbek. Dalam Kejadian 33:17, diceritakan mengenai Yakub yang melakukan perjalanan untuk merayakan Sukkot dan membuat kandang untuk kudanya.

Ada tiga hari raya tahunan yang harus dilaksanakan dengan berpusat di Yerusalem, yaitu Pesakh, Shavuot dan Sukkot (Ul 16:16-17). Pada masa-masa perayaan seperti itu, kota Yerusalem dan sekelilingnya, termasuk Betlehem yang hanya beberapa kilometer dari Yerusalem, disesaki oleh jemaah-jemaah yang datang dari pelosok negeri dan penjuru dunia (bd. Kis 2:1-11). Diperkirakan pada masa-masa perayaan seperti itu, ada sekitar satu juta umat yang berkumpul di Yerusalem. Mereka yang diluar Yerusalem harus pulang dan melaksanakan perjalanan dengan mengendarai kendaraan berkuda. Tidak heran jika Maria dan Yosef saat mudik tidak kebagian tempat menginap sehingga harus menginap dan bersalin di tempat penambatan kuda. Ini menjelaskan mengapa pemilik penginapan yang dijumpai Yusuf dan Maria kehabisan kamar karena saat itu berbarengan dengan masa perayaan Sukkot (dan ditambah lagi dengan adanya sensus penduduk).

Kedua, Ketika malaikat menampakkan diri di hadapan gembala-gembala, mereka mengucapkan perkataan yang sangat mirip dengan liturgi kuno hari raya Sukkot: "...aku memberitakan kepadamu kesukaan besar" (Luk 2:10).

Dalam Yohanes 1 ayat 14 dikatakan, “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran”. Sepintas ayat ini hanya memberikan informasi kepada kita mengenai hakikat Mesias sebagai Sang Firman YHWH yang menjadi manusia. Dan ayat ini menjadi kredo dasar atau pengakuan akan Keilahian Mesias sebagai Sang Firman YHWH. Namun mari kita perhatikan satu kata dalam ayat 14 yaitu kata yang diterjemahkan dengan “diam”. Kata Yunani eskenosen dari kata kerja skenoo yang artinya “membentangkan kemah”. Kata ini diterjemahkan dalam Hebrew New Testament, yaitu terjemahan dalam bahasa Ibrani modern untuk komunitas Yahudi, dengan kata yishkon dari kata shakan yang artinya “kemah”. Kata “Pondok Daun” dalam Imamat 23:42 dalam bahasa Ibrani disebut dengan sukkot dan oleh Septuaginta, terjemahan TaNaKh dalam bahasa Yunani pada Abad III Sm, diterjemahkan dengan skenais dari kata skenoo.

Ketiga, berdasarkan kajian kata dan bahasa di atas, maka Yohanes 1:14 dapat dibaca, “Firman itu telah menjadi manusia, dan berkemah di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran”. Apa arti penting kata “berkemah” pada ayat 14? Yohanes hendak memberikan pesan tersembunyi bahwa Yesus Sang Mesias lahir pada saat orang Yahudi merayakansukkot atau eorte skenon. Kata Yunani skenoo yang dipakai disini menurut Strong's Concordance mempunyai arti: 1) to fix one's tabernacle, have one's tabernacle, abide (or live) in a tabernacle (or tent), tabernacle 2) to dwell.

Data ini diperkuat bahwa pada hari kedelapan, Yesus di sunat di Bait Suci. Tradisi penyunatan tidak harus jatuh pada saat Shemini Atseret (hari kedelapan Sukkot) namun Lukas 2:21 pasti terkait Shemini Atseret, jika memang benar terbukti bahwa Mesias lahir pada saat orang Yahudi merayakan Sukkot. Hal ini senada dengan kesaksian dalam Lukas 2:11 Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Mesias, Junjungan Agung, di kota Daud. Kapan persisnya yang dimaksud hari ini? Apakah pernyataan ini hanya merupakan pernyataan konotatif atau justru bersifat historis? Peristiwa yang benar-benar pernah terjadi? Perkataan hari ini bukan ungkapan konotatif melainkaan bersifat historis. Kata “hari ini” menunjuk pada konteks ruang dan waktu bahwa Mesias sebagai tanda keselamatan bagi dunia telah lahir, yaitu pada bulan Tishri saat orang-orang Yahudi merayakan Sukkot.

Keempat, dengan menentukan kapan Elizabet mengandung maka akan diperoleh waktu kapan Maria mengandung karena dikatakan dalam Lukas 1;36 sbb, “Dan sesungguhnya, Elisabet, sanakmu itu, ia pun sedang mengandung seorang anak laki-laki pada hari tuanya dan inilah bulan yang keenam bagi dia, yang disebut mandul itu”. Untuk dapat mengetahui waktu kelahiran Mesias, kita dapat melihat kapan Yohanes Pembaptis anak Elisabet lahir. Adapun kronologinya sbb:[3]

Zakharia, ayah Yohanes adalah imam Lewi dari rombongan Abia (Luk 1:35). Sebagaimana kita ketahui bahwa Abia adalah nama rombongan ke-8 dari ke-24 rombongan para imam yang bertugas di Bait Suci sejak zaman Daud (1 Taw 24:1-3, 7-19).

Tiap rombongan memulai tugas pelayanan di Bait Suci sejak awal bulan Nisan sebagai pembukaan tahun keagamaan. Masing-masing rombongan bertugas selama satu minggu. Tiap jatuh hari raya, maka ke-24 imam bertugas bersama, termasuk pada saat perayaan Pesakh Tgl 14 Nisan dan Shavuot Tgl 6 Siwan (Bulan Yahudi: Nisan {Mar-Apr}, Iyar {Apr-Mei}, Siwan {Mei-Jun}, Tammus {Juni-Juli}, Av {Juli-Agst}, Elul {Agst-Sept}, Tisri {Sept-Okt}, Marshevan {Okt-Nov}, Kislew {Nov-Des}, Tevet {Des-Jan}, Sevat {Jan-Feb}, Adar {Feb-Mar}). Jika rombongan Zakaia adalah rombongan ke-8, berarti Zakhar-Yah memulai pelayanan keimamam sekitar sabat kedua bulan Siwan (Mei-Juni)

Berdasarkan petunjuk Lukas 1:23-24, Elisabet mengandung beberapa waktu setelah Zakharia menyelesaikan tugas keimamamnya. Berarti sekitar sabat ke-3 atau sabat ke-4 bulan Siwan, Elissabet mengandung.


Elisabeth mengandung normal selama 9,5 bulan sebagaimana layaknya wanita yang mengandung. Maka jika kita menghitung 9,5 semenjak bulan Siwan (Mei-Juni), maka kelahiran Yohanes akan jatuh pada bulan Nisan awal. Yahshua pernah berkata bahwa Yohanes adalah Elia yang akan datang (Mat 17:10-13) dan setiap perayaan Pesakh di bulan Nisan, ada jamuan Seder dimana ada 5 cawan dan 1 dari 5 cawan, adalah khusus bagi Elia yang akan datang.

Menurut laporan Lukas 1:24-27, 36, Maria mengalami penampakan malaikat Gabriel yang mewartakan lahir-Nya Mesias melalui rahimnya. Dan peristiwa itu terjadi pada bulan keenam setelah mengandungnya Elisabeth pada bulan Siwan (Mei-Juni). Jika kita tambahkan angka 6 sejak bulan Siwan, maka akan jatuh pada bulan Kislew (Nov-Des). Berarti saat Maria mengandung Yesus, peristiwa itu jatuh dibulan Desember awal. Dan jika kita menghitung dari bulan Kislew (Nov-Des) selama 9,5 bulan sampai tiba saatnya Maria melahirkan, maka akan jatuh pada bulan Tishri (Sept-Okt). Sebagaimana kita ketahui bahwa bulan Tishri sejak tgl 15-21 adalah saat orang-orang Yahudi merayakan puncak Moedim (Hari Raya), yaitu SUKKOT atau Pondok Daun. Dengan demikian kelahiran Mesias jatuh pada bulan September akhir atau Oktober awal bertepatan dengan perayaan Sukkot.




Namun demikian ada beberapa yang mengajukan keberatan dengan meletakkan bulan Nisan sebagai permulaan para imam memulai melakukan pelayanan pelayanan Bait Suci dimana Yoyarib yang memulai tugas tersebut. Alasan mereka, berdasarkan Talmud diperoleh keterangan bahwa saat Yerusalem mengalami penyerbuan tanggal 9 Av 586 SM, saat itu pelayanan para imam dilaksanakan oleh rombongan iman Yoyarib. Jika Yoyarib memulai pelayanan bulan Av, maka diperkirakan Elisabet istri Zakaria mengandung bukan bulan Siwan melainkan Tishri yaitu Oktober sehingga Maria ketika bertemu dengan Elisabet terjadi pada bulan April dan Maria melahirkan Yesus pada bulan Desember.

KRITIK TERHADAP OTENTISITAS KITAB SUCI

Posted by Teguh Hindarto


Pengaruh renaissance, rasionalisme, dan idealisme memunculkan pemahaman yang baru terhadap Kitab Suci TaNaKh dan Kitab Perjanjian Baru. Dipengaruhi suasana Renaissance dasar-dasar penelitian teks (Textual Criticism) mulai diletakkan. J.A. Bengel, J.J. Wettsteein, J.J. Griesbach pada abad ke-18. dan C. Tiscendorf, B.F. Wescott, J.A. Hort, dan Eberhard Nestle pada akhir abad ke-19. Kritik teks ini memperhatikan pada empat tugas pokok, yakni (a) mengelompokkan, (b) menilai, (c) memperbaiki serta, (d) menyusun kembali salinansalinan teks Alkitab, khususnya teks PB Yunani yang begitu banyak menjadi suatu edisis kritis (Critical Text)[1].

Di sisi lain juga muncul keinginan yang kuat dari para sarjana Kitab Suci untuk mempelajari Kitab Suci dari segi-segi bahasa, sejarah dan latar belakang Kitab Suci dan akhirnya disebut sebagai Kritik Tinggi (Higher Criticism). Kritik Tinggi sendiri merupakan studi dari yang terdiri dari penerapan pendapat yang berkaitan dengan teks atau naskah berdasarkan apa yang bisa dilihat dari sejarah, bentuk naskah, pokok bahasan dan argumen dari kitab-kitab lain; ciri dan kaitannya dengan teks,; hubungan antar perikop, situasi-situasi yang diketahui penulis dan hal-hal yang berkaitan dengan pribadi penulis yang ikut andil. Dan dalam sejarah perkembangannya kritik ini mengalami perkembangan yang cukup luas dan menghasilkan ragam metode kritik terhadap Kitab Suci.

Pengaruh yang ditimbulkan ditimbulkan oleh metode-metode kritik ini sangat besar bagi perkembangan studi Biblika. Teks Kitab Suci dalam bentuk terakhirnya (kanon) dibongkar-bongkar, dipotong-potong dan dipisahpisahkan sebagai unit-unit bahasa atau sastra yang berdiri sendiri berdasarkan konteks sejarahnya masingmasing.

Kritik Kitab Suci (Biblical Criticism) dapat dibagi menjadi dua bagian; yaitu Kritik Tinggi (Higher Criticism) dan Kritik Rendah (Lower Criticism). Kritik Rendah sering diidentikkan dengan Kritik Teks (Textual Criticism) dan merupakan foundasional dari semua bentuk kritik Kitab Suci. McDowell menjelaskan bahwa, “Textual Criticism seeks to determine the original wording of the biblical text, especially since we do not have the original documents (called “autographs”) themselves. Anyone who can read engages in textual criticism. If, for example, you noticed a typographical error while reading this page, you would correct in your mind, knowing that it was not originally intend by the authors. This proses is essentially textual criticism.”[2] Kritik Rendah ini membahas unsur-unsur sejarah, bahasanya khususnya unsur teks dan gramatikalnya sebagaimana yang tertulis dalam naskah atau teks-teks cetakan, salinan-salinan kuno, dan sumbersumber pemberita lain yang resmi, yang dianggap bisa membantu memahami teks Kitab Suci secara lebih baik dan mendalam.

Higher Criticism (Kritik Tinggi) sendiri merupakan studi dari yang terdiri dari penerapan pendapat yang berkaitan dengan teks atau naskah berdasarkan apa yang bisa dilihat dari sejarah, bentuk naskah, pokok bahasan dan argumen dari kitab-kitab lain; ciri dan kaitannya dengan teks,; hubungan antar perikop, situasisituasi yang diketahu penulis dan hal-hal yang berkaitan dengan pribadi penulis yang ikut andil. Walter A. Elwell mendefinisikan Higher Criticism sebagai: “…describes the study of scripture from the standpoint of literature, as opposed to ‘lower criticism,’ wich deals with the text of scripture and its transmission. Higher criticism thus has three main concern: (a) detecting the presence of underlaying literary sources in the work; (b) identifying the literary types (Gattungen) that make up the composition; and (c) conjecturing on matters of authorship and date,The term ‘higher criticism’ might seem to carry either a mystic or a sinister meaning, but it is in fact a process that all scholars follow to varying degrees. In order to obtain a proper understanding of the nature of biblical writings in it important to investigate the caracter of sources.”[3]

Jadi istilah “kritik tinggi” bukan berarti bahwa kritikannya lebih tinggi atau lebih baik, tetapi lebih cendrung untuk membedakannya dengan kritik rendah. Disamping itu kritik tinggi mempunyai cabang yang lebih luas dan terus berkembang. Beberapa diantaranya meliputi;(a) Kritik Redaksi, yang berfokus pada redaktur final (atau compilers) dari kitab-kitab, (b) Kritik Literatur yang melihat kepada analisa teks sebagai sebuah akhir dari potongan-potongan literature (c) Kritik Sumber, menekankan kepada sumber yang dipakai oleh kitab-kitab, 5 (d) Kritik Bentuk yang menyelidiki bentuk-bentuk yang dipakai oleh penulis kitab-kitab dan, (e) Kritik Naratif yang menyelidiki alur cerita, tema, motif-motif, watak, gaya, gambaran pidato, kecepatan waktu dalam naratif ddan sudut pandangan.

Apa yang dipersalahkan oleh penelitian atau kritik tinggi adalah integritas, keotentikan, keterandalan dan bentuk-bentuk sastra berbagai tulisan dalam Kitab Suci. Istilah ”kritik tinggi” itu sendiri bukan istilah yang negatif. Prinsip-prinsip yang dilakukan terhadap Kitab Suci juga dapat diterapkan pada karya sastra dan siapapun yang terlibat dalam kegiatan ini pasti disebut “peneliti tinggi”. Namun karena studi metode kritik ini secara eksklusif hanya dikaitkan dengan metode untuk memperoleh sekelompok tujuan tertentu, ditambah lagi metode ini identik sebagai displin pengetahuan liberal yang keliru dan sangat kaku membuat istilah ini mempunyai konotasi negatif[4].

Kelak kemudian hari, karya-karya skeptis dan kritik para ahli teologi liberal dan kaum sekular tersebut diadopsi dan dipungut oleh kelompok-kelompok sarjana Islam untuk membantah eksistensi Kekristenan dan seluruh ajaran yang dibangun di atas dasar ucapan dan tindakan Yesus Sang Mesias. Berbagai literatur diterbitkan dengan mendasarkan berbagai pernyataan dan penelitian bias teolog liberal dan kelompok sekular. Demikian pula gejala serupa dialami oleh beberapa komunitas Islam di Indonesia. Berbagai buku polemik yang menyudutkan iman Kristen dan merelativisir eksistensi dan relevansi Kitab TaNaKh dan Kitab Perjanjian Baru diterbitkan dan disebarluaskan baik dalam bentuk buku maupun dalam bentuk media online dan publikasi internet, untuk meyakinkan Kekristenan bahwa ada yang salah dengan Kitab Suci mereka.

Kita akan kutipkan beberapa contoh kasus klasik yang kerap diangkat mengenai adanya kontradiksi-kontradiksi dan masalah-masalah serius dalam Kitab TaNaKh dan Kitab Perjanjian Baru oleh polemikus Islam sbb:

Ayat-ayat yang Kontradiktif dalam Kitab Perjanjian Lama[5]

  1. Siapakah anak Daud yang kedua?
a.       Kileab (2 Sam 3:2-3)
b.       Daniel (1 Taw 3:1)

  1. Di Yerusalem, Daud mengambil beberapa gundik atau tidak?
a.       Ya! Daud mengambil beberapa gundik dan istri (2 Sam 5:13-16)
b.       Tidak! Daud hanya mengambil beberapa istri saja (1 Taw 14:3-7)

  1. Berapa anak-anak Daud dari gundik di Yerusalem?
a.       11 orang (2 Sam 5:13-16)
b.       13 orang (1 Taw 14:3-7)

  1. Di kota mana Daud mengambil tembaga?
a.       Betah dan Berotai (2 Sam 8:8)
b.       Tibhat dan dari Kun (1 Taw 18:8)

  1. Siapakah anak Raja Hamat yang diutus untuk mengucapkan selamat kepada Daud?
a.       Yoram (2 Sam 8:10)
b.       Hadoram (1 Taw 18:9-10)

  1. Dari orang bangsa apa saja Daud mengambil perak dan emas untuk Tuhan?
a.       Aram (2 Sam 8:11-12)
b.       Edom (1 Taw 18:11-12)

  1. Siapakah panitera Daud?
a.       Seraya (2 Sam 8:15-17)
b.       Sausa (1 Taw 18:14-16)

  1. Berapakah tentara berkuda tawanan Daud?
a.       1700 orang (2 Sam 8:4)
b.       7000 orang (1 Taw 18:4)

  1. Berapa ekor kuda kereta yang dibunuh Daud?
a.       700 ekor (2 Sam 10:18)
b.       7000 ekor (1 Taw 19:18)

  1. Yang dibunuh Daud, pasukan berkuda atau pasukan jalan kaki?
a.       40.000 pasukan berkuda (2 Sam 10:18)
b.       40.000 pasukan jalan kaki (1 Taw 19:18)

  1. Siapakah panglima musuh yang tewas di tangan Daud?
a.       Sobakh (2 Sam 10:18)
b.       Sofakh (1 Taw 19:18)

  1. Daud memerangi Israel atas hasutan (provokasi) dari Tuhan atau atas bujukan dari Iblis?
a.       Tuhan murka lalu menghasut Daud (2 Sam 24:1)
b.       Setan bangkit lalu membujuk Daud (1 Taw 21:1)

  1. Siapakah kepala Triwira pengiring Daud?
a.       Isybaal, orang Hakhmoni (2 Sam 23:8)
b.       Yasobam bin Hakhmoni (1 Taw 11:11)

  1. Berapa orang yang dibunuh Kepala Pasukan Triwira Daud?
a.       800 orang (2 Sam 23:8)
b.       300 orang (1 Taw 11:11)

  1. Berapakah angkatan perang Daud dari orang Israel?
a.       800 orang (2 Sam 24:9)
b.       1.100.000 orang (1 Taw 21:5)
  1. Berapa angkatan perang Daud dari orang Yehuda?
a.       500 orang (2 Sam 24:9)
b.       470.000 orang (1 Taw 21:5)

  1. Berapakah kandang kuda milik Salomo?
a.       40.000 kandang (1 Raj 4:26)
b.       4000 kandang (2 Taw 9:25)

  1. Berapa mandor pengawas kerajaan Salomo?
a.       3.300 mandor (1 Raj 5:16)
b.       3.600 mandor (2 Taw 2:2)

  1. Buah labu ataukah binatang lembu?
a.       Buah labu (1 Raj 7:24)
b.       Lembu-lembu (2 Taw 4:3)
  1. Berapa bat air yang tertampung di laut?
a.       2000 bat air (1 Raj 7:26)
b.       3000 bat air (2 Taw 4:5)

  1. Berapa total jumlah keturunan Yakub?
a.       66 jiwa (Kej 46:26)
b.       70 jiwa (Kel 1:5)
  1. Yang diharamkan, kelinci atau kelinci hutan?
a.       Kelinci (Im 11:6)
b.       Kelinci hutan (Ul 14:7)

  1. Yang diharamkan, babi ataukah babi hutan?
a.       Babi hutan (Ul 14:8, Im 11:7)
b.       Babi (Yes 66:17)

  1. Berapa lama Yoyakim menjadi Raja di Yerusalem?
a.       3 bulan (2 Raj 24:8)
b.       3 bulan 10 hari (2 Taw 36:9)

  1. Berapa anak Yesua dan Yoab yang pulang kembali ke Yerusalem dan Yehuda dari pembuangan Nebukadnezar?
a.       2.812 orang (Ezr 2:6)
b.       2.818 orang (Neh 7:11)

  1. Berapa anak-anak Benyamin?
a.       10 orang (Kej 46:21)
b.       5 orang (Bil 26:38-39)
c.       3 orang (1 Taw 7:6)
d.       5 orang (1 Taw 8:1-5)
  1. Berapa cucu Benyamin (anak-anak Bela)?
a.       5 orang  (1Taw 7:7)
b.       9 orang (1 Taw 8:3-5)
c.       2 orang (Bil 26:40)

  1. Tuhan menyesal atau tidak?
a.       Tuhan tidak punya sifat menyesal (1 Sam 15:29, Bil 23:19)
b.       Tuhan punya sifat menyesal (Kej 6:5-6, 1 Sam 15:10-11,35, 2 Sam 24:16, Yer 26:3; 42:10, Kel 32:14)

  1. Tuhan salah dalam menetapkan batas usia?
a.       Tuhan membatasi umur manusia maksimal 120 tahun saja (Kej 6:3)
b.       Batasan usia dari Tuhan itu salah besar, karena banyak orang yang usianya lebih dari 120 tahun:
1)      Adam hidup selama 930 tahun (Kej 5:3-5)
2)      Set hidup selama 912 tahun (Kej 5:6-8)
3)      Enos hidup selama 905 tahun (Kej 5:9-11)
4)      Kenan hidup selama 910 tahun (Kej 5:9-11)
5)      Mahalaleel hidup selama 895 tahun (Kej 5:15-17)
6)      Yared hidup selama 962 tahun (Kej 5:18-20)
7)      Henokh hidup selama 365 tahun (Kej 5:21-23)
8)      Metusalah hidup selama 969 tahun (Kej 5:25-27)
9)      Lamek hidup selama 777 tahun (Kej 5:28-32)
10)  Nuh hidup selama 950 tahun (Kej 9:29)
11)  Sem hidup selama 600 tahun (Kej 11:10-11)
12)  Arphaksad hidup selama 438 tahun (Kej 11:12-13)
13)  Selah hidup selama 433 tahun (Kej 11:14-15)
14)  Eber hidup selama 464 tahun (Kej 11:16-17)
15)  Terah hidup selama 250 tahun (Kej 11:32)
16)  Peleg hidup selama 239 tahun (Kej 11:18-19)
17)  Rehu hidup selama 239 tahun (Kej 11:20-21)
18)  Serug hidup selama 230 tahun (Kej 11:22-23)
19)  Nahor hidup selama 148 tahun (Kej 11:24-25)
20)  Sara hidup selama 127 tahun (Kej 23:1-2)
21)  Ismael hidup selama 137 tahun (Kej 25:17)
22)  Yakub hidup selama 137 tahun (Kej 47:28)
23)  Lewi hidup selama 137 tahun (Kel 6:15)
24)  Kehat hidup selama 133 tahun (Kel 6:17)
25)  Amram hidup selama 137 tahun (Kel 6:19)
26)  Harun hidup selama 123 tahun (Bil 33:39)
27)  Ayub hidup 140 tahun lebih (Ayb 42:16-17)

  1. Tuhan bisa dilihat atau tidak?
a.       Tuhan tidak bisa dilihat dan didengar (Yoh 5:37, 1 Tim 1:17; 6:16, Kel 33:20, 1 Yoh 4:12)
b.       Tuhan bisa dilihat organ tubuhnya:
1)      Tuhan bisa dilihat dengan mata kepala (Kel 33:11, Kej 18:1, Yoh 5:37, Kel 33:20, 1Tim 6:16, 1 Tim 1:17, 1 Yoh 4:12, Kej 26:24)
2)      Tuhan kelihatan kaki-Nya (Kel 24:9-10)
3)      Tuhan kelihatan sedang duduk (Yes 6:1)
4)      Tuhan bisa dilihat dari kejauhan (Yer 31:3)



Ayat-ayat yang Kontradiktif dalam Kitab Perjanjian Baru[6]

  1. Siapakah leluhur Yesus dari Adam sampai dengan Abraham?
a.       Lukas menuliskan 21 nama dalam silsilah dari Adam sampai dengan Abraham
b.       Matius tidak menuliskan satu nama pun dalam silsilah dari Adam sampai dengan Abraham. Apakah Tuhan tidak memberikan inspirasi silsilah Yesus kepada Matius? Apakah Tuhan pilih kasih terhadap Lukas? Padahal Lukas tidak termasuk dalam daftar murid Yesus di Injil Matius 10:2-4

  1. Berapa nama silsilah dari Abraham sampai dengan Daud?
a.       Lukas mencatat 15 nama dari Daud sampai dengan Yesus
b.       Matius hanya mencatat 14 nama dari Daud sampai dengan Yesus

  1. Dalam silsilah dari Abraham sampai dengan Daud, siapakah anak Hezron?
a.       Anak Hezron adalah Arni (Luk 3:33)
b.       Anak Hezron adalah Ram (Mat 1:3)

  1. Berapa jumlah nama dari Daud sampai dengan Yesus?
a.       Lukas mencatat 43 nama dari Daud s/d Yesus
b.       Matius hanya mencatat 28 nama dari Daud sampai dengan Yesus

  1. Siapakah kakek Yesus?
a.       Yakub (Mat 1:16)
b.       Eli (Luk 3:23)

  1. Siapakah anak Daud yang menurunkan Yesus?
a.       Salomo (Mat 1:16)
b.       Natan (Luk 3:31)

Komentar: Mungkinkah Yesus diturunkan dari Salomo dan Natan sekaligus?
  1. Yesus memasuki Yerusalem naik apa?
a.       Seekor keledai (Mrk 11:7, Luk 19:35)
b.       Seekor keledai betina dan seekor anak keledai (Mat 21:7)

  1. Ketika Yesus bertemu Yairus, apakah anak perempuan Yairus sudah mati?
a.       Ya! Sudah mati (Mat 9:18)
b.       Belum mati! Masih sakit dan hampir mati (Mrk 5:23)

  1. Bolehkah membawa tongkat dan kasut dalam perjalanan?
a.       Ya! Boleh (Mrk 6:7-9)
b.       Tidak, tidak boleh (Mat 10:9-10, Luk 9:1-3)

  1. Kesaksian Yesus tentang dirinya, benar atau salah?
a.       Tidak benar (Yoh 5:31)
b.       Benar (Yoh 8:14)

  1. Berapa jumlah orang buta yang bertemu Yesus di Yerikho?
a.       Dua orang buta (Mat 20:29-30)
b.       Hanya satu orang buta saja (Mrk 10:46)

  1. Dimana Yesus menemui orang kerasukan?
a.       Ada 2 orang (Mat 8:28)
b.       Hanya 1 orang saja (Mrk 5:1-2)

  1. Berapa jumlah orang kerasukan setan yang ditemui Yesus?
a.       Ada 2 orang (Mat 8:28)
b.       Hanya 1 orang saja (Mrk 5:1-2)
  1. Apa yang diucapkan Yudas di hadapan Yesus?
a.       Salam Rabbi (Mat 26:49)
b.       Rabbi (Mrk 14:45)
c.       Yudas diam tidak mengucapkan apapun (Luk 22:47)

  1. Ketika Yesus berjalan di atas air, bagaimana respon para murid-nya?
a.       Mereka menyembah Yesus (Mat 14:33)
b.       Mereka tercengang dan bingung (Mrk 6:51-52)

  1. Jam berapa Yesus disalibkan?
a.       Jam sembilan (Mrk 15:25)
b.       Jam 12 Yesus belum disalibkan (Yoh 19:14)

  1. Yesus membawa damai atau onar?
a.       Yesus menyelamatkan dunia (Mat 5:9, Yoh 3:17; 12:47)
b.       Yesus membawa onar, pedang dan kekacauan (Mat 10:34-36)

  1. Apa hukumnya bersunat?
a.       Sunat itu wajib (Kej 17:10-14; 21:4). Yesus tidak membatalkan sunat (Mat 5:17-20, Luk 2:21). Yesus juga disunat (Luk 2:21). Dan orang yang tidak disunat, tidak dapat diselamatkan (Kis 15:1-2)
b.       Menurut Paulus, sunat tidak wajib, tidak berguna, tidak penting dan tidak perlu ditaati karena bukan hukum (Tuhan) (Gal 5:2,6; 6:15, 1 Kor 7:18-19)

  1. Bolehkah makan babi?
a.       Babi haram dimakan (Ul 14:8, Im 11:7, Yes 66:17)
b.       Kata Paulus, semua daging binatang halal dimakan, tidak ada yang haram (1 Kor 6:12, 1 Kor 10:25, Kol 2:16, 1 Tim 4-5, Rm 14:17)

  1. Selain Yesus, adakah yang naik ke Sorga?
a.       Tidak ada! Hanya Yesus saja yang pernah naik ke sorga (Yoh 3:13)
b.       Henokh dan Elia telah naik ke sorga (Kej 5:24, 2 Raj 2:11)

Apakah ada kekeliruan dan kontradiksi
dalam Kitab Suci TaNaKh dan Kitab Perjanjian Baru?

Ada dua pandangan terhadap masalah-masalah yang ditemui dalam Kitab Suci meliputi perbedaan angka, tahun, nama, tempat dll. Kelompok pertama mengakui itu sebagai sesuatu kekeliruan namun tidak mengubah doktrin dasar dan maksud Tuhan. DR. G.C. Van Niftrik Dan DR. B.J. Boland mengatakan sbb: “Kita tidak usah malu-malu, bahwa terdapat berbagai kekhilafan di dalam Alkitab; kekhilafan-kekhilafan tentang angka-angka perhitungan; tahun dan fakta dan tak perlu kita pertanggungkan kekhilafan-kekhilafan itu pada caranya isi Alkitab telah disampaikan pada kita, sehingga kita akan dapat berkata: Dalam naskah aslinya tentu tidak terdapat kesalahan-kesalahan, tetapi kekhilafan itu barulah kemudian terjadi di dalam turunan naskah itu[7]. DR. R. Soedarmo: “Dengan pandangan bahwa Kitab Suci hanya catatan saja dari orang, maka diakui juga bahwa di dalam Kitab Suci mungkin sekali ada kesalahan. Oleh karena itu Kitab Suci dengan bentuk sekarang masih dapat diperbaiki[8]. M.H. Finlay: “Sungguhpun demikian, kita mengakui adanya kemungkinan bahwa pada zaman dulu ketika penyalinan buku-buku dilakukan dengan tulisan tangan ada kesalahan-kesalahan yang tidak disengaja[9].