RSS Feed

SIGNIFIKASI PERAYAAN SUKKOT DENGAN KELAHIRAN YESUS SANG MESIAS

Posted by Teguh Hindarto




Yesus Dalam Tujuh Hari Raya YHWH

Dalam artikel Tujuh Hari Raya YHWH Sebagai Bayangan Karya Mesias, saya telah menunjukkan bagaimana Tuhan YHWH menetapkan tujuh perayaan di Sinai kepada Israel dan yang diteruskan dan dipelihara oleh Yesus Sang Mesias beserta rasul-rasulnya[1].

Bukti-bukti induktif dalam Kitab Perjanjian Baru menunjukkan bagaimana Yesus dan rasul-rasulnya tetap melestarikan dan merayakan hari-hari raya tersebut. Yesus merayakan Paskah sebagaimana dilaporkan dalam Matius 26:17-18 (Band. Luk 22:1,7) sbb: “Pada hari pertama dari hari raya Roti Tidak Beragi datanglah murid-murid Yesus kepada-Nya dan berkata: "Di mana Engkau kehendaki kami mempersiapkan perjamuan Paskah bagi-Mu?" Jawab Yesus: "Pergilah ke kota kepada si Anu dan katakan kepadanya: Pesan Guru: waktu-Ku hampir tiba; di dalam rumahmulah Aku mau merayakan Paskah bersama-sama dengan murid-murid-Ku”.

Yesus merayakan Pondok Daun atau Sukkot sebagaimana dilaporkan dalam Yohanes 77:1-2 sbb: “Sesudah itu Yesus berjalan keliling Galilea, sebab Ia tidak mau tetap tinggal di Yudea, karena di sana orang-orang Yahudi berusaha untuk membunuh-Nya. Ketika itu sudah dekat hari raya orang Yahudi, yaitu hari raya Pondok Daun”.

Bukan hanya Yesus namun para rasulpun memelihara dan merayakan hari-hari raya yang ditetapkan oleh YHWH sebanyak tujuh perayaan (Sheva Moedim) sebagaimana dilaporkan berikut ini.

Rasul Paul merayakan hari raya Pentakosta atau Shavuot sebagaimana dilaporkan dalam Kisah Rasul 20:16 (Band. Kis 2:10, 1 Kor 16:8), “Paulus telah memutuskan untuk tidak singgah di Efesus, supaya jangan habis waktunya di Asia. Sebab ia buru-buru, agar jika mungkin, ia telah berada di Yerusalem pada hari raya Pentakosta”.

Rasul Paul merayakan hari raya Pendamaian atau Yom Kippur sebagaimana dikatakan Kisah Rasul 27:9, “Sementara itu sudah banyak waktu yang hilang. Waktu puasa sudah lampau dan sudah berbahaya untuk melanjutkan pelayaran. Sebab itu Paulus memperingatkan mereka, katanya...”. Frasa “waktu puasa merujuk pada Perayaan Yom Kippur yang ditandai dengan berpuasa dari petang sampai petang.

Para rasul bukan hanya merayakan namun mereka memberikan makna baru dari ketujuh hari raya tersebut karena ketujuh hari raya tersebut melambangkan apa yang diperbuat oleh Yesus Sang Mesias.

Yesus menghubungkan karya Mesianisnya dengan korban Pesakh dengan mengatakan “Lalu Ia mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka, kata-Nya: "Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku." Demikian juga dibuat-Nya dengan cawan sesudah makan; Ia berkata: "Cawan ini adalah perjanjian baru oleh darah-Ku, yang ditumpahkan bagi kamu” (Luk 22:19-20)

Rasul Paul menegaskan kembali makna Pesakh dan pengorbanan Yesus di kayu salib dengan mengatakan demikian: “Buanglah ragi yang lama itu, supaya kamu menjadi adonan yang baru, sebab kamu memang tidak beragi. Sebab anak domba Paskah kita juga telah disembelih, yaitu Mesias” (2 Kor 5:17)

Mengenai kebangkitan Yesus, Rasul Paul menghubungkannya dengan perayaan Buah Sulung atau Bikurim dengan mengatakan demikian, “Tetapi yang benar ialah, bahwa Mesias telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal” (1 Kor 15:20)

Tetapi tiap-tiap orang menurut urutannya: Mesias sebagai buah sulung; sesudah itu mereka yang menjadi milik-Nya pada waktu kedatangan-Nya” (1 Kor 15:23)

Dialah kepala tubuh, yaitu jemaat. Ialah yang sulung, yang pertama bangkit dari antara orang mati, sehingga Ia yang lebih utama dalam segala sesuatu” (Kol 1:18)

Rasul Paul pun menghubungkan karakteristik perayaan Peniupan Sangkakala atau Yom Truah atau Tahun Baru atau Rosh ha Shanah untuk menggambarkan pengangkatan orang yang percaya kepada Mesias di awan-awan sebagaimana dikatakan dalam 1 Tesalonika 4:16-18 sbb: “Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Tuha) berbunyi, maka Junjungan Agung sendiri akan turun dari sorga dan mereka yang mati dalam Mesias akan lebih dahulu bangkit; sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Junjungan Agung di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Junjungan Agung. Karena itu hiburkanlah seorang akan yang lain dengan perkataan-perkataan ini”.

Rasul Yohanes pun menghubungkan pengorbanan Yesus dengan hari raya Pendamaian atau Yom Kippur dengan berkata, “Dan Ia adalah pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia” (1 Yoh 2:2)

Dari hasil pemaparan di atas maka dapat disimpulkan bahwa seluruh aktifitas dan karya Mesianis Yesus mendapatkan legitimasi dari Sheva Moedim atau Tujuh Hari Raya yang ditetapkan YHWH di Sinai. Hari-hari raya tersebut merupakan sebuah bayangan akan Mesias yang datang (Kol 2:16-17). Jika kematian, kebangkitan dan kedatangan Yesus kedua kalinya tergambar dalam tujuh hari raya, maka seharusnya kelahiran Yesus pun tergambar dalam salah satu dari ketujuh hari raya tersebut. Lalu hari raya manakah yang tepat menggambarkan kelahiran Yesus?

Kelahiran Yesus Pada Hari Raya Pondok Daun: 

Asumsi Atau Fakta?

Perayaan ini menunjuk pada puncak perayaan dari tujuh hari raya. Sukkot merupakan peringatan atas penyertaan YHWH di padang gurun. YHWH hadir di tengah-tengah Yishrael melalui MISHKAN (Kemah Suci) di mana SHEKINAH YHWH berada di dalamnya. Bangsa Yishrael tinggal di pondok-pondok kayu sambil merayakan panen buah-buahan. Dalam Perjanjian Baru menunjuk pada saat mana “Kerajaan Seribu Tahun Damai” dan juga “Langit Baru dan Bumi Baru” di mana YHWH memerintah bersama Yesus Sang Mesias.

Membaca perintah dalam Imamat 23:34-44 kita mendapatkan beberapa ciri dan karakter Perayaan Pondok Daun yaitu: (1) Pertemuan ibadah (2) Korban (3) Membangun pondok-pondok daun dan ranting (4) Pengumpulan buah-buahan (5) Tinggal dalam pondok-pondok (6) Sukacita dan nyanyi-nyanyian.

Barney Kasdan dalam bukunya berjudul God’s Appointed Times: A Practical Guide for Understanding and Celebrating the Biblical Holidays memberikan beberapa penjelasan mengenai Sukkot sehingga membantu bagi kita untuk menghayati makna yang terkandung di dalamnya. Nama lain yang diberikan untuk Perayaan Sukkot adalah Zman Shimkhatenu(Waktu Sukacita), mengapa? Secara historis, Sukkot bagi orang Yahudi menunjuk dua hal yaitu pesta panen buah-buahan sebagaimana digambarkan dalam Imamat 23 dan yang kedua sebagai tanda peringatan bahwa YHWH berkemah bersama leluhur Yisrael di padang gurun selama empat puluh tahun. YHWH hadir di Kemah Suci (Mishkan) dan suku-suku Yisrael tinggal dalam kemah-kemah.

Rumah tangga-rumah tangga Yahudi tradisional biasanya merayakan Sukkot dengan membangun pondok kayu di depan rumah mereka. Kegiatan ini menjadi suatu kegiatan yang menarik bagi masing-masing keluarga khususnya anak-anak. Mereka bisa berpartisipasi dengan menghias pondok-pondok kayu tersebut dengan gambar, ayat-ayat firman, dll. Pondok kayu yang dibuatpun semi permanen dengan atap yang terbuat dari daun-daun atau ranting-ranting kering. Pada permulaan Sukkot yang jatuh pada Tgl 15 Tishri (dimulai Tgl 14 Tishri pukul 18.00) maka masing-masing keluarga akan membuka dengan makan bersama di rumah. Ada penyalaan lilin hari raya. Ada makan roti dan anggur. Ada pengucapan Kiddush yaitu birkat untuk anggur dan roti dan diiringi nyanyian hari raya[2].

YHWH bersabda perihal makna dan tema besar Sukkot sbb: “Di dalam pondok-pondok daun kamu harus tinggal tujuh hari lamanya, setiap orang asli di Israel haruslah tinggal di dalam pondok-pondok daun, supaya diketahui oleh keturunanmu, bahwa Aku telah menyuruh orang Israel tinggal di dalam pondok-pondok selama Aku menuntun mereka sesudah keluar dari tanah Mesir, Akulah YHWH, Tuhanmu." (Im 23:42-43). Frasa “Aku telah menyuruh orang Israel tinggal di dalam pondok-pondok” dalam bahasa Ibrani בסכות הושׁבתי את־בני ישׂראל  (besukot hosavti et beney Yishrael). Sukkot adalah pesta panen sekaligus peringatan penyertaan YHWH di padang gurun dalam kemah-kemah Israel serta kehadiran YHWH di Kemah Suci-Nya.

Apakah bukti-bukti yang menguatkan bahwa Yesus lahir saat perayaan Pondok Daun? Pertamaada satu fakta yang menarik untuk dicermati mengenai kata “kain lampin” dan “palungan”. Lukas 2:6-7 mengatakan, “Ketika mereka di situ tibalah waktunya bagi Maria untuk bersalin, dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan”.

Kain lampin merupakan kain yang dipergunakan sebagai sumbu untuk menyalakan lentera dengan 16 kath minyak ditempat kaum wanita selama perayaan Sukot. Adapun kata “palungan”, dalam bahasa Yunaninya phatne. Kata ini juga dipergunakan untuk menerjemahkan kata “kandang” dalam Lukas 13:15. Kata Yunani phatne, dalam bahasa Ibraninya adalah marbek. Dalam Kejadian 33:17, diceritakan mengenai Yakub yang melakukan perjalanan untuk merayakan Sukkot dan membuat kandang untuk kudanya.

Ada tiga hari raya tahunan yang harus dilaksanakan dengan berpusat di Yerusalem, yaitu Pesakh, Shavuot dan Sukkot (Ul 16:16-17). Pada masa-masa perayaan seperti itu, kota Yerusalem dan sekelilingnya, termasuk Betlehem yang hanya beberapa kilometer dari Yerusalem, disesaki oleh jemaah-jemaah yang datang dari pelosok negeri dan penjuru dunia (bd. Kis 2:1-11). Diperkirakan pada masa-masa perayaan seperti itu, ada sekitar satu juta umat yang berkumpul di Yerusalem. Mereka yang diluar Yerusalem harus pulang dan melaksanakan perjalanan dengan mengendarai kendaraan berkuda. Tidak heran jika Maria dan Yosef saat mudik tidak kebagian tempat menginap sehingga harus menginap dan bersalin di tempat penambatan kuda. Ini menjelaskan mengapa pemilik penginapan yang dijumpai Yusuf dan Maria kehabisan kamar karena saat itu berbarengan dengan masa perayaan Sukkot (dan ditambah lagi dengan adanya sensus penduduk).

Kedua, Ketika malaikat menampakkan diri di hadapan gembala-gembala, mereka mengucapkan perkataan yang sangat mirip dengan liturgi kuno hari raya Sukkot: "...aku memberitakan kepadamu kesukaan besar" (Luk 2:10).

Dalam Yohanes 1 ayat 14 dikatakan, “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran”. Sepintas ayat ini hanya memberikan informasi kepada kita mengenai hakikat Mesias sebagai Sang Firman YHWH yang menjadi manusia. Dan ayat ini menjadi kredo dasar atau pengakuan akan Keilahian Mesias sebagai Sang Firman YHWH. Namun mari kita perhatikan satu kata dalam ayat 14 yaitu kata yang diterjemahkan dengan “diam”. Kata Yunani eskenosen dari kata kerja skenoo yang artinya “membentangkan kemah”. Kata ini diterjemahkan dalam Hebrew New Testament, yaitu terjemahan dalam bahasa Ibrani modern untuk komunitas Yahudi, dengan kata yishkon dari kata shakan yang artinya “kemah”. Kata “Pondok Daun” dalam Imamat 23:42 dalam bahasa Ibrani disebut dengan sukkot dan oleh Septuaginta, terjemahan TaNaKh dalam bahasa Yunani pada Abad III Sm, diterjemahkan dengan skenais dari kata skenoo.

Ketiga, berdasarkan kajian kata dan bahasa di atas, maka Yohanes 1:14 dapat dibaca, “Firman itu telah menjadi manusia, dan berkemah di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran”. Apa arti penting kata “berkemah” pada ayat 14? Yohanes hendak memberikan pesan tersembunyi bahwa Yesus Sang Mesias lahir pada saat orang Yahudi merayakansukkot atau eorte skenon. Kata Yunani skenoo yang dipakai disini menurut Strong's Concordance mempunyai arti: 1) to fix one's tabernacle, have one's tabernacle, abide (or live) in a tabernacle (or tent), tabernacle 2) to dwell.

Data ini diperkuat bahwa pada hari kedelapan, Yesus di sunat di Bait Suci. Tradisi penyunatan tidak harus jatuh pada saat Shemini Atseret (hari kedelapan Sukkot) namun Lukas 2:21 pasti terkait Shemini Atseret, jika memang benar terbukti bahwa Mesias lahir pada saat orang Yahudi merayakan Sukkot. Hal ini senada dengan kesaksian dalam Lukas 2:11 Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Mesias, Junjungan Agung, di kota Daud. Kapan persisnya yang dimaksud hari ini? Apakah pernyataan ini hanya merupakan pernyataan konotatif atau justru bersifat historis? Peristiwa yang benar-benar pernah terjadi? Perkataan hari ini bukan ungkapan konotatif melainkaan bersifat historis. Kata “hari ini” menunjuk pada konteks ruang dan waktu bahwa Mesias sebagai tanda keselamatan bagi dunia telah lahir, yaitu pada bulan Tishri saat orang-orang Yahudi merayakan Sukkot.

Keempat, dengan menentukan kapan Elizabet mengandung maka akan diperoleh waktu kapan Maria mengandung karena dikatakan dalam Lukas 1;36 sbb, “Dan sesungguhnya, Elisabet, sanakmu itu, ia pun sedang mengandung seorang anak laki-laki pada hari tuanya dan inilah bulan yang keenam bagi dia, yang disebut mandul itu”. Untuk dapat mengetahui waktu kelahiran Mesias, kita dapat melihat kapan Yohanes Pembaptis anak Elisabet lahir. Adapun kronologinya sbb:[3]

Zakharia, ayah Yohanes adalah imam Lewi dari rombongan Abia (Luk 1:35). Sebagaimana kita ketahui bahwa Abia adalah nama rombongan ke-8 dari ke-24 rombongan para imam yang bertugas di Bait Suci sejak zaman Daud (1 Taw 24:1-3, 7-19).

Tiap rombongan memulai tugas pelayanan di Bait Suci sejak awal bulan Nisan sebagai pembukaan tahun keagamaan. Masing-masing rombongan bertugas selama satu minggu. Tiap jatuh hari raya, maka ke-24 imam bertugas bersama, termasuk pada saat perayaan Pesakh Tgl 14 Nisan dan Shavuot Tgl 6 Siwan (Bulan Yahudi: Nisan {Mar-Apr}, Iyar {Apr-Mei}, Siwan {Mei-Jun}, Tammus {Juni-Juli}, Av {Juli-Agst}, Elul {Agst-Sept}, Tisri {Sept-Okt}, Marshevan {Okt-Nov}, Kislew {Nov-Des}, Tevet {Des-Jan}, Sevat {Jan-Feb}, Adar {Feb-Mar}). Jika rombongan Zakaia adalah rombongan ke-8, berarti Zakhar-Yah memulai pelayanan keimamam sekitar sabat kedua bulan Siwan (Mei-Juni)

Berdasarkan petunjuk Lukas 1:23-24, Elisabet mengandung beberapa waktu setelah Zakharia menyelesaikan tugas keimamamnya. Berarti sekitar sabat ke-3 atau sabat ke-4 bulan Siwan, Elissabet mengandung.


Elisabeth mengandung normal selama 9,5 bulan sebagaimana layaknya wanita yang mengandung. Maka jika kita menghitung 9,5 semenjak bulan Siwan (Mei-Juni), maka kelahiran Yohanes akan jatuh pada bulan Nisan awal. Yahshua pernah berkata bahwa Yohanes adalah Elia yang akan datang (Mat 17:10-13) dan setiap perayaan Pesakh di bulan Nisan, ada jamuan Seder dimana ada 5 cawan dan 1 dari 5 cawan, adalah khusus bagi Elia yang akan datang.

Menurut laporan Lukas 1:24-27, 36, Maria mengalami penampakan malaikat Gabriel yang mewartakan lahir-Nya Mesias melalui rahimnya. Dan peristiwa itu terjadi pada bulan keenam setelah mengandungnya Elisabeth pada bulan Siwan (Mei-Juni). Jika kita tambahkan angka 6 sejak bulan Siwan, maka akan jatuh pada bulan Kislew (Nov-Des). Berarti saat Maria mengandung Yesus, peristiwa itu jatuh dibulan Desember awal. Dan jika kita menghitung dari bulan Kislew (Nov-Des) selama 9,5 bulan sampai tiba saatnya Maria melahirkan, maka akan jatuh pada bulan Tishri (Sept-Okt). Sebagaimana kita ketahui bahwa bulan Tishri sejak tgl 15-21 adalah saat orang-orang Yahudi merayakan puncak Moedim (Hari Raya), yaitu SUKKOT atau Pondok Daun. Dengan demikian kelahiran Mesias jatuh pada bulan September akhir atau Oktober awal bertepatan dengan perayaan Sukkot.




Namun demikian ada beberapa yang mengajukan keberatan dengan meletakkan bulan Nisan sebagai permulaan para imam memulai melakukan pelayanan pelayanan Bait Suci dimana Yoyarib yang memulai tugas tersebut. Alasan mereka, berdasarkan Talmud diperoleh keterangan bahwa saat Yerusalem mengalami penyerbuan tanggal 9 Av 586 SM, saat itu pelayanan para imam dilaksanakan oleh rombongan iman Yoyarib. Jika Yoyarib memulai pelayanan bulan Av, maka diperkirakan Elisabet istri Zakaria mengandung bukan bulan Siwan melainkan Tishri yaitu Oktober sehingga Maria ketika bertemu dengan Elisabet terjadi pada bulan April dan Maria melahirkan Yesus pada bulan Desember.


Kutipan Talmud yang menyatakan tugas Yoyarib sbb:

Whence do we know that the second Temple was also destroyed on the 9th of Abh? We have learned in a Boraitha: "A happy event is credited to the day on which another happy event happened, while a calamity is ascribed to the day when another calamity occurred; and it was said that when the first Temple was destroyed it was on the eve preceding the 9th of Abh, which was also the night at the close of the Sabbath and also the close of the Sabbatical year. The watch at the time was that of Jehoyoreb, and the Levites were chanting in their proper places, at that moment reciting the passage [Psalms, xciv. 23]: "And he will bring back upon them their own injustice, and in their own wickedness will he destroy them"; and they did not have time to end the passage, which concludes, "yea, he will destroy them--the Lord our God," before the enemy entered and took possession of the Temple. This happened also at the destruction of the second Temple[4].

(Dari mana kita tahu bahwa Bait Suci kedua juga dihancurkan pada 9 Av? Kita telah belajar dalam  Boraitha: "Sebuah peristiwa bahagia dilekatkan pada hari di mana acara bahagia tersebut  terjadi, sementara suatu bencana dilekatkan pada bencana  lain terjadi, dan dikatakan bahwa ketika Bait Suci pertama dihancurkan  pada malam sebelum 9 Av, yang juga malam pada penutupan hari Sabat dan juga penutupan tahun Sabat. Saksi pada waktu itu adalah Jehoyoreb, dan orang-orang Lewi yang sedang menyanyikan di tempat yang tepat, pada mereka membaca bagian ini (Mzm 94: 23]:  “Ia akan membalas kepada mereka perbuatan jahat mereka, dan karena kejahatan mereka Ia akan membinasakan mereka; YHWH Tuhan kita, akan membinasakan mereka”, sebelum musuh masuk dan menguasai Bait Suci. Hal  ini terjadi juga pada penghancuran Bait Suci kedua.)

Mengenai Tanggal 9 Av dalam kutipan di atas kelak dirayakan oleh orang Yahudi sampai hari ini sebagai perayaan Tisha ba Av yaitu peringatan penghancuran Bait Suci pada tahun 586 SM dan 70 Ms sebagaimana keterangan berikut:

Tisha B'Av, the Feast of the Ninth of Av, is a day of mourning to commemorate the many tragedies that have befallen the Jewish people, many of which coincidentally have occurred on the ninth of Av. Tisha B'Av means "the ninth (day) of Av." It usually occurs during August. Tisha B'Av primarily commemorates the destruction of the first and second Temples, both of which were destroyed on the ninth of Av (the first by the Babylonians in 586 B.C.E.; the second by the Romans in 70 C.E.)”[5] 

(Tisha Ba Ab adalah perayaan hari kesembilan pada bulan Av yaitu suatu hari perkabungan untuk memperingati banyaknya tragedi yang dialami oleh orang-orang Yahudi dan yang secara berkebetulan semua itu terjadi pada bulan Av. Tisha Ba Av bermakna “hari kesembilan bulan Av”. Biasanya jatuh pada bulan Agustus. Tisha Ba Ab utamanya memperingati penghancuran Bait Suci pertama dan kedua yang kesemuanya terjadi pada tanggal 9 Av (yang pertama oleh Babilonia pada tahun 586 SM dan kedua oleh orang-orang Romawi tahun 70 Ms).

Tertulisnya nama Yoyarib dalam frasa “The watch at the time was that of Jehoyoreb, and the Levites were chanting in their proper places, at that moment reciting the passage [Psalms, xciv. 23]” belum bisa kita simpulkan begitu saja sebagai rombongan Yoyarib. Mengapa? Pertama, Nama Yoyarib bisa menunjuk pada nama perseorangan dari kelompok imam-imam (Lewi) dan bukan nama sebuah rombongan. Dalam kasus Zakaria, sangat jelas dihubungkan dengan nama rombongannya sebagaimana disaksikan dalam Lukas 1:5 sbb, “Pada zaman Herodes, raja Yudea, adalah seorang imam yang bernama Zakharia dari rombongan Abia. Isterinya juga berasal dari keturunan Harun, namanya Elisabet”. Kedua, Yoyarib sebagai nama personal yang dituliskan dalam Kitab Tawarik adalah di zaman pemerintahan Daud dan Salomo sekitar tahun 900 SM. Ketiga, Ketidakpastian dari daftar parasha yang dibaca saat terjadi peristiwa kehancuran pada tanggal 9 Av. Parasha artinya daftar bacaan tahunan dari Kitab Kejadian sampai Ulangan. Pembacaan dilaksanakan setiap jatuh Sabat pembacaan dibagi dalam 54 bagian. 

Berikut saya kutipkan penjelasannya: Parasha : a Hebrew word meaning "section". Jews read a section of the five books of Moses every shabath of the year. This is a practice that dates back thousands of years. Tradition is that Jews study the section of the week during that week. Every week , all over the world , people go to classes on the parasha of the week. The whole 5 books of Moses is divided into 54 sections”[6]

(Parasha: Kata Ibrani yang bermakna ‘bagian’. Orang-orang Yahudi membaca bagian dari lima Kitab Musa setiap Sabat sepanjang tahun. Ini adalah sesuatu yang sudah dilaksanakan beribu-ribu tahun lamanya. Berdasarkan tradisi ini orang Yahudi belajar setiap bagian dalam satu minggu sepanjang minggu itu. Setiap minggu di seluruh dunia, umat pergi menuju pembagian parasha mingguan. Keseluruhan lima Kitab Musa terdiri dari 54 bagian).

Yang menarik, bulan Av (Agustus) pembacaan jatuh pada Kitab Ulangan (Devarim). Dan dalam daftar Parasha ada pembacaan Haftarah yaitu bagian yang berkaitan dengan Torah dan peristiwa di dalamnya. Dalam susunan Haftara, tidak memasukkan bacaan Kitab Mazmur sebagaimana laporan link yang Anda rujuk dari Talmud dimana saat terjadi penghancuran, sedang jatuh pembacaan mazmur 94:23.. Anda bisa melihat link di bawah ini dari Parshah-Torah-Haftarah[7].

Adalah tidak masuk akal menempatkan waktu pelaksanaan pekerjaan para imam di luar bulan Nisa mengingat bulan Nisan adalah awal perayaan Pesakh dan berakhir pada bulan Tishri saat orang Yahudi merayakan Sukkot. Bagaimana mungkin memulai sebuah pelayanan  keimamatan bukan pada saat awal perayaan melainkan ditengah-tengah (yaitu bulan Av)?

Dari uraian di atas kita mendapatkan kejelasan bagaiamana masing-masing hari raya memiliki signifikasi dengan karya Mesias khususnya perayaan Pondok Daun atau Sukkot dengan kelahiran dan kedatangan Mesias yang kedua kali. Namun demikian, sekalipun kita telah berhasil membuktikan bahwa Mesias lahir pada bulan Tishri saat jatuh perayaan Sukot, mengapa para rasul tidak menginformasikannya pada kita?

Nampaknya jawaban paling baik adalah mengingat budaya Yahudi sendiri yang tidak memperbolehkan merayakan hari kelahirannya sebagaimana catatan Yosephus sejarawan Yahudi sbb, “Nay, indeed, the law does not permit us to make festivals at the birth of our children, and thereby afford occasion of drinking to excess”[8]

(Sebenarnya hukum melarang kami untuk membuat perayaan kelahiran anak-anak kami sehingga memberikan kesempatan untuk bermabukan secara berlebihan).

Dengan meletakkan kelahiran Yesus Sang Mesias pada kedudukan yang tepat dari ketujuh hari raya yang ditetapkan YHWH di Sinai, maka kita dapat melihat program dan rencana keselamatan Tuhan bagi dunia dan manusia melalui sistem hari raya yang memberikan simbolisasi karya Mesias yang akan dan telah datang serta akan datang kembali.

Dengan merayakan ketujuh hari raya YHWH yang memiliki signifikasi terhadap Yesus Sang Mesias khususnya Sukkot atau Pondok Daun, maka kita telah memelihara dan melanjutkan salah satu dari empat pilar ibadah Perjanjian Baru (Tefilah – Sabat – Rosh Qodesh – Moedim) yaitu pilar ibadah Yesus dan para rasulnya ke dalam konteks modern yang telah kehilangan akar dan orientasi darimana Injil berasal.

 --------------------

[1] Tujuh Hari Raya YHWH Sebagai Bayangan Karya Mesias (http://teguhhindarto.blogspot.com/2011/04/tujuh-hari-raya-yhwh-sheva-moedim.html

[2] God’s Appointed Times: A Practical Guide for Understanding and Celebrating the Biblical Holidays, Lederer Books 1993, p. 91-104

[3] Christmass: Was Jesus Really Born on December 25?, dikutip dari situs www.hebrew4christian.com/christmass.html
[3] Buletin Nafiri Yahshua Vol 31/2006


[4] http://www.jewishvirtuallibrary.org/jsource/Talmud/taanit4.html

[5] http://www.jewfaq.org/holidayd.htm

[6] http://www.613.org/par-exp.html


[7] http://www.jewfaq.org/readings.htm


[8] JosephusTranslated by W. Whiston. Against Apion, Book II, Chapter 26. Extracted from Josephus Complete Works, Kregel Publications, Grand Rapids (MI), 14th printing, 1977, p. 632


0 komentar:

Posting Komentar