BERDOALAH UNTUK KEDAMAIAN YERUSALEM
Posted by
Refleksi Mazmur 122:6-9
Konflik Israel dengan Hamas kembali meletus. Israel akhirnya melakukan serangan udara dan darat bertubi-tubi selama beberapa hari ini ke wilayah Gaza, dimana Hamas berada. Kompas melaporkan, “Sedikitnya tiga warga Israel tewas dan 20 orang lainnya luka-luka akibat serangan roket Palestina. Di pihak Palestina telah jatuh korban 90 orang tewas dan 740 orang luka-luka”[1]. Bagaimana Kekristenan harus bersikap terhadap konflik yang tiada henti antara Israel dengan negara-negara Arab sekitarnya khususnya dengan Hamas yang saat ini memerintah di Gaza?
Mengapa pertanyaan ini perlu diajukan? Karena dalam konflik Israel Palestina khususnya di Gaza, ada juga umat Kristen yang menjadi korban di sana[2]. Mengapa pertanyaan ini diajukan? Karena kita menerima warisan iman dari leluhur Israel (Yoh 4:22) sehingga Yerusalem, Israel, Kekristenan dalam sudut pandang keimanan dan kesejarahan adalah satu kesatuan. Namun dengan adanya konflik politis yang tiada akhir antara Israel dan Palestina dimana ada banyak umat Kristen yang menjadi korban di dalamnya, menuntut sebuah penilaian yang seksama. Melalui tulisan ini saya akan membagikan sebuah perspektif khususnya bagi umat Kristiani agar dapat menentukan sikapnya.
Sebelum kita menjawab pertanyaan tersebut, kita akan memberikan eksposisi mengenai Israel dan Yerusalem kuno sesuai dengan kesaksian Kitab TaNaKh dan Kitab Perjanjian Baru. Mengapa? Agar kita memiliki pemahaman berimbang mengenai Yerusalem dan Israel menurut Kitab Suci. Kita tidak akan memberikan penilaian mengenai Yerusalem dan Israel berdasarkan opini belaka dan bukan berdasarkan tekanan pihak tertentu dalam mencitrakan Yerusalem dan Israel
Yerusalem: Kota Yang dipilih YHWH
Tuhan YHWH, Sang Pencipta, memberikan identifikasi mengenai Israel dimana Yerusalem sebagai pusat pemerintahan dan penyembahan, sbb:
Bangsa yang dipilih YHWH (Yes 14:1)
“Sebab YHWH akan menyayangi Yakub dan akan memilih Israel sekali lagi dan akan membiarkan mereka tinggal di tanah mereka, maka orang asing akan menggabungkan diri kepada mereka dan akan berpadu dengan kaum keturunan Yakub”.
Kekasih YHWH (Rm 11:28)
“Mengenai Injil mereka adalah seteru Tuhan oleh karena kamu, tetapi mengenai pilihan mereka adalah kekasih Tuhan oleh karena nenek moyang”
Putra Sulung YHWH (Kel 4:22)
“Maka engkau harus berkata kepada Firaun: Beginilah firman YHWH: Israel ialah anak-Ku, anak-Ku yang sulung”
Kebun Anggur YHWH (Yes 5:7)
“Sebab kebun anggur YHWH semesta alam ialah kaum Israel, dan orang Yehuda ialah tanam-tanaman kegemaran-Nya; dinanti-Nya keadilan, tetapi hanya ada kelaliman, dinanti-Nya kebenaran tetapi hanya ada keonaran”
Biji Mata YHWH (Zak 2:8)
“Sebab beginilah firman YHWH semesta alam, yang dalam kemuliaan-Nya telah mengutus aku, mengenai bangsa-bangsa yang telah menjarah kamu -- sebab siapa yang menjamah kamu, berarti menjamah biji mata-Nya “
Dipercayakan Firman YHWH (Mzm 147:19, Rm 3:2)
“Ia memberitakan firman-Nya kepada Yakub, ketetapan-ketetapan-Nya dan hukum-hukum-Nya kepada Israel. Ia tidak berbuat demikian kepada segala bangsa, dan hukum-hukum-Nya tidak mereka kenal. Haleluya!”
Perantara berkat bagi manusia di bumi (Kej 12:3)
“Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat”
Perantara keselamatan bangsa-bangsa melalui Mesias yang secara manusia diturunkan dari suku Yehuda (Yoh 4:22)
“Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal, kami menyembah apa yang kami kenal, sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi”
Yerusalem adalah sebuah kota kuno di sebelah selatan Kanaan, ibu kota dinasti Daud dan pusat keagamaan Yudaisme sampai penolakan terhadap Yesus dan menghasilkan pemusnahan oleh Titus pada tahun 70 Ms. Kota ini juga merupakan simbol bagi gereja Kristen, singgasana yang diramalkan dalam kerajaan Mesianik dimasa mendatang dan gambaran dari Yerusalem Baru yang menggantikan penghakiman akhir Tuhan. Disebutkan dalam TaNaKh sebanyak 669 kali. Yerusalem adalah kota yang teramat penting maknanya di seluruh dunia (Mzm 48:1-2). Tempat dimana Tuhan pernah mendiamiNya (1 Raj 8:13). Kancah dari kebangkitan Mesias dari kematian (Luk 24:47) serta akan menjadi tempat kembalinya Mesias dalam kemuliaan (Zak 14:5).
Meskipun telah direbut melalui tangan Yosua di zaman perunggu akhir (Yos 10:1) dan diduduki selama waktu yang singkat setelah kematiannya (Hak 1:8, 1390 SM), namun Yerusalem tetap menjadi milik orang Kanaan (Hak 1:21), sampai akhirnya diduduki oleh Daud pada tahun 1003 SM (2 Sam 5:6-9). Dengan mengangkat Tabut Perjanjian kedalam kemah khusus (2 Sam 6:17), Daud menjadikan Sion sebagai Tahta kehadiran Tuhan (Mzm 132:13). Pada tahun 959, Salomo menyempurnakan Bait Suci tersebut, yang kemudian dilenyapkan oleh Nebkadnezar pada tahun 586, namun kemudian dibangun kembali oleh Zerubabel pada tahun 520-525 SM, dalam mana yang dimasuki kemudian oleh Yahshua dengan kedamaian Tuhan yang sejati (Hag 2:9). Yerusalem merupakan “tempat bagi Raja Besar” (Mzm 48:2; Mat 5:35). Kalimat “dilahirkan di Sion”, nampaknya disejajarkan dengan keikutsertaan dalam keselamatan Tuhan (Mzm 87:4-5), apapun kewarganegaraan seseorang. Nama kota ini menunjuk pada sorga itu sendiri (Ibr 12:22-23)[3]
Firman YHWH dalam Yehezkiel 5:5 mengatakan: “Beginilah firman Adonai YHWH: Inilah Yerusalem! Di tengah-tengah bangsa-bangsa Kutempatkan dia dan sekelilingnya ada negeri-negeri mereka”
Firman ini menegaskan bahwa YHWH yang menetapkan Yerusalem sebagai wilayah keturunan Abraham melalui Yitshaq yang melahirkan keturunan Yakub yaitu Bangsa Israel. Secara geopolitis, Yerusalem yang sekarang dikuasai oleh bangsa Israel, memiliki luas wilayah yang teramat kecil dibandingkan negeri-negeri di sekelilingnya. Mesir (1.000.449 Km), Yordania (97.740 Km), Syria (185.180 Km), Saudi Arabia (2.149.690 Km), Lebanon (10.400 km), Israel (20.770 Km). Presiden Hashemfi Rafsanjani, pada Desember 2001 pernah mengatakan: “Jika negara-negara Muslim mengirimkan rudal-rudal mereka, maka Israel akan hancur. Namun jika Israel membalasnya, maka Israel hanya akan melukai negara-negara Muslim”[4]. Pernyataan ini menunjukan betapa rentannya posisi Israel diantara bangsa-bangsa.
Yerusalem: Wilayah Konflik Berkepanjangan
Yerusalem: Wilayah Konflik Berkepanjangan
“Aku akan mengumpulkan segala bangsa untuk memerangi Yerusalem; kota itu akan direbut, rumah-rumah akan dirampoki dan perempuan-perempuan akan ditiduri. Setengah dari penduduk kota itu harus pergi ke dalam pembuangan, tetapi selebihnya dari bangsa itu tidak akan dilenyapkan dari kota itu” (Zak 14:2)
“Dan aku melihat dari mulut naga dan dari mulut binatang dan dari mulut nabi palsu itu keluar tiga roh najis yang menyerupai katak. Itulah roh-roh setan yang mengadakan perbuatan-perbuatan ajaib, dan mereka pergi mendapatkan raja-raja di seluruh dunia, untuk mengumpulkan mereka guna peperangan pada hari besar, yaitu hari Tuhan Yang Mahakuasa. "Lihatlah, Aku datang seperti pencuri. Berbahagialah dia, yang berjaga-jaga dan yang memperhatikan pakaiannya, supaya ia jangan berjalan dengan telanjang dan jangan kelihatan kemaluannya.. Lalu ia mengumpulkan mereka di tempat, yang dalam bahasa Ibrani disebu tHarmagedon” (Why 16:13-16).
Baik Zakaria maupun Yohanes, melihat akan ada pertempuran besar di dunia, yang melibatkan bangsa-bangsa yang menyerang Yerusalem. Pertempuran besar itu akan terjadi di Harmagedon. Inilah perang dunia ke III.
Sejarah mencatat bahwa Yerusalem menjadi wilayah konflik dan selalu berganti-ganti raja yang menguasai Yerusalem dan akan memuncak dalam konflik bangsa-bangsa terhadap Yerusalem. Untuk pertama kalinya Yerusalem di kuasai Asyur (736 SM), kemudian di kuasai Babilonia (586 SM), dikuasai Persia (539 SM), dikuasai Yunani (168 SM), dikuasai Roma (70, 135 Ms), dikuasai bangsa Arab (638), dikuasai pasukan Salib (1199 Ms), dikuasai Turki (1517), dikuasai Inggris (1917 Ms). Peperangan dengan bangsa Arab Palestina (1948), perang enam hari (1967), perang Yom Kippur (1973). Peperangan dengan Lebanon (2006).
Masa Depan Yerusalem: Kota Perdamaian
Masa Depan Yerusalem: Kota Perdamaian
Dikatakan dalam nubuat nabi Zakaria, “Tetapi akan ada satu hari -- hari itu diketahui oleh YHWH -- dengan tidak ada pergantian siang dan malam, dan malampun menjadi siang. Pada waktu itu akan mengalir air kehidupan dari Yerusalem; setengahnya mengalir ke laut timur, dan setengah lagi mengalir ke laut barat; hal itu akan terus berlangsung dalam musim panas dan dalam musim dingin. Maka YHWH akan menjadi Raja atas seluruh bumi; pada waktu itu Yahweh adalah satu-satunya dan nama-Nya satu-satunya. Seluruh negeri ini akan berubah menjadi seperti Araba-Yordan, dari Geba sampai ke Rimon di sebelah selatan Yerusalem. Tetapi kota itu akan menjulang tinggi dan tetap tinggal di tempatnya, dari pintu gerbang Benyamin sampai ke tempat pintu gerbang yang dahulu, yakni sampai ke pintu gerbang Sudut, dan dari menara Hananeel sampai ke tempat pemerasan anggur raja. Orang akan menetap di dalamnya, sebab penumpasan tidak akan ada lagi, dan Yerusalem akan tetap aman. Inilah tulah yang akan ditimpakan YHWH kepada segala bangsa yang memerangi Yerusalem: daging mereka akan menjadi busuk, sementara mereka masih berdiri, mata mereka akan menjadi busuk dalam lekuknya dan lidah mereka akan menjadi busuk dalam mulut mereka. Maka pada waktu itu akan terjadi kegemparan besar dari pada Yahweh di antara mereka, sehingga masing-masing memegang tangan temannya dan mengangkat tangannya melawan tangan temannya. Juga Yehuda akan berperang melawan Yerusalem itu; dan dikumpulkanlah harta benda segala bangsa di sekeliling, yaitu emas, perak dan pakaian dalam jumlah yang sangat besar. Tulah seperti itu juga akan menimpa kuda, bagal, unta, keledai dan segala hewan yang ada dalam perkemahan-perkemahan itu. Maka semua orang yang tinggal dari segala bangsa yang telah menyerang Yerusalem, akan datang tahun demi tahun untuk sujud menyembah kepada Raja, YHWH Semesta Alam, dan untuk merayakan hari raya Pondok Daun (Sukkot). Tetapi bila mereka dari kaum-kaum di bumi tidak datang ke Yerusalem untuk sujud menyembah kepada Raja, YHWH Semesta Alam, maka kepada mereka tidak akan turun hujan. Dan jika kaum Mesir tidak datang dan tidak masuk menghadap, maka kepada mereka akan turun tulah yang ditimpakan (Yahweh) kepada bangsa-bangsa yang tidak datang untuk merayakan hari raya Pondok Daun. Itulah hukuman dosa Mesir dan hukuman dosa segala bangsa yang tidak datang untuk merayakan hari raya Pondok Daun. Pada waktu itu akan tertulis pada kerencingan-kerencingan kuda: "Kudus bagi YHWH!" dan kuali-kuali di rumah YHWH akan seperti bokor-bokor penyiraman di depan mezbah. Maka segala kuali di Yerusalem dan di Yehuda akan menjadi kudus bagi YHWH Semesta Alam; semua orang yang mempersembahkan korban akan datang mengambilnya dan memasak di dalamnya. Dan tidak akan ada lagi pedagang di rumah YHWH Semesta Alam pada waktu itu” (Zak 14:8-21)
Meskipun Yerusalem merupakan wilayah konflik yang tidak pernah kunjung berakhir, namun nubuat Zakaria bahwa Yerusalem akan mendapatkan kembali kemuliaanNya dan menjadi pusat perdamaian yang diperintah oleh Yesus Sang Mesias. Inilah masa depan Yerusalem, kota perdamaian yang diperintah oleh YHWH melalui PutraNya Yang Tunggal, Yesus Sang Mesias. Kerajaan Mesias adalah Kerajaan 100 tahun damai (Why 20:1-15). Bangsa-bangsa yang tidak menyembah Yahweh, dan melaksanakan ibadah kepadaNya akan mendapatkan tulah, berupa penyakit dan tidak turun hujan.
Apakah Israel Modern Bukan Kelanjutan Israel Kuno?
Apakah Israel Modern Bukan Kelanjutan Israel Kuno?
Setelah kita melihat gambaran mengenai Yerusalem dan Israel menurut Kitab Suci muncul pertanyaan, apakah Israel modern yang berdiri sejak tahun 1948 merupakan kelanjutan Israel kuno? Tidak sedikit pihak-pihak yang meragukan bahwa Israel modern berbeda dan tidak ada sangkut pautnya dengan Israel kuno dengan berbagai dalil dan argumentasi yang terlihat ilmiah. Tujuan penafikan sejarah tersebut tentu saja untuk memutus janji Tuhan terhadap Yerusalem dan Israel kuno dengan Israel modern sehingga Israel modern tidak memiliki hak atas tanah dan wilayah yang saat ini didiami dan kehilangan berkat spiritual yang dijanjikan dalam Kitab TaNaKh.
Saya tidak akan membuat argumentasi untuk melakukan pembelaan apakah Israel modern berbeda dengan Israel kuno. Saya hanya akan mengutip pernyataan Charles Krauthammer sbb: “Israel is the very embodiment of Jewish continuity: It is the only nation on earth that inhabits the same land, bears the same name, speaks the same language, and worships the same God that it did 3,000 years ago. You dig the soil and you find pottery from Davidic times, coins from Bar Kokhba, and 2,000-year-old scrolls written in a script remarkably like the one that today advertises ice cream at the corner candy store”[5] (Israel adalah perwujudan dari kontinuitas Yahudi: Ini adalah satu-satunya negara di dunia yang mendiami tanah yang sama, menyandang nama yang sama, berbicara dengan bahasa yang sama, dan menyembah Tuhan yang sama dan itu telah berlangsung sejak 3000 tahun yang lalu. Anda menggali tanah dan Anda menemukan tembikar dari zaman Daud, koin dari Bar Kokhba, dan 2.000 tahun gulungan ditulis dalam naskah sangat seperti yang saat ini mengiklankan es krim di toko permen sudut).
Dengan sejumlah bukti-bukti arkeologis dan manuskrip-manuskrip kuno keagamaan yang menjadi rujukan kehidupan keagamaan Israel modern saat ini, mustahil menafikkan begitu saja fakta-fakta ini sebagai sebuah kebohongan.
Sikap Kristiani Terhadap Konflik Israel dan Palestina Khususnya Gaza
Sikap Kristiani Terhadap Konflik Israel dan Palestina Khususnya Gaza
Seseorang bertanya pada saya, “bagaimana sikap kita terhadap konflik Israel Palestina khususnya dengan Hamas? Mana yang akan kita bela?” Saya memberikan dua model pendekatan dalam menilai persoalan konflik Israel dengan Palestina.
Model Pertama – Pendekatan Benar Salah
Jika menggunakan pendekatan ini, maka hanya akan muncul lingkaran setan pembenaran dan pembelaan diantara kedua kubu yang bertikai dan setiap pengamat di luar konflik akan terjebak dalam keberpihakkan kepada masing-masing kubu. Karena toch Israel memiliki alasan pembenaran atas serangan yang dilakukan terhadap Hamas yaitu sebagai serangan balik atas teror Hamas melalui rudal-rudal mereka dan pengamanan negara dari ancaman teror Hamas. Pun demikian dengan Hamas akan mengabadikan permusuhan dengan Israel entah dengan dalil agama ataupun dalil sejarah konflik bermula.
Sebagai contoh, Israel memiliki alasan untuk melakukan serangan ke Gaza sebagaimana pernyataan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu sbb: “Hamas dan organisasi teroris harus membayar mahal tindakan mereka. Pasukan pertahanan Israel mempersiapkan ekspansi operasi serangan secara signifikan”[6] Dan pernyataan ini akan didukung bagi siapapun yang membela keberadaan Israel baik secara politis dan historis. Dan ini tidak akan menyelesaikan masalah karena Hamas pun tentunya mempunyai alasan mengapa menembakkan roket-roketnya ke Yerusalem.
Model Kedua – Pendekatan Kemanusiaan
Dengan pendekatan ini, pihak di luar konflik tidak melibatkan diri pada keberpihakkan terhadap kedua belah pihak yang bertikai apalagi dengan menggunakan simbol-simbol agama. Sebaliknya, dengan pendekatan ini kita sama-sama meratapi dan prihatin dengan korban yang jatuh dikedua belah pihak atas nama kemanusiaan dan mendoakan agar terjadi perdamaian di Yerusalem sebagaimana dikatakan Mazmur 122:6-9 sbb: “Berdoalah untuk kesejahteraan Yerusalem: "Biarlah orang-orang yang mencintaimu mendapat sentosa. Biarlah kesejahteraan ada di lingkungan tembokmu, dan sentosa di dalam purimu!" Oleh karena saudara-saudaraku dan teman-temanku aku hendak mengucapkan: "Semoga kesejahteraan ada di dalammu!" Oleh karena rumah Yahweh Tuhan kita, aku hendak mencari kebaikan bagimu”.
Berdoalah Untuk Yerusalem
Doa Daud mengenai Yerusalem, “shaalu shalom Yerusalayim” (berdoalah bagi kesejahteraan/ keselamatan/ kedamaian Yerusalem”, Mzm 122:6) adalah langkah yang paling tepat untuk dilakukan.
Mengapa kita mendoakan “shalom” bagi Yerusalem? Pertama, karena konflik Yerusalem akan menguncang berbagai kondisi sosial politik dan ekonomi seluruh dunia. Ketua PP Muhamadiyah, Din Syamsudin mengatakan, “Serangan Israel ke Lebanon dan Palestina akan menimbulkan kekhawatiran dunia yang mengakibatkan harga minyak dunia naik tajam. Ekonomi Indonesia juga akan terkenan dampak itu. Harga minyak dunia naik tajam, sehingga dapat menimbulkan resesi ekonomi dunia”[7]. Guncangan ini tentunya akan menggangu stabilitas dan menciptakan situasi yang mengarah pada peperangan yang melibatkan sentimen-sentimen keagamaan. Kedua, karena Yerusalem kelak menjadi pusat Kerajaan Damai yang diperintah oleh Raja Damai, maka kita mendambakan damai atas Yerusalem yang akan berpengaruh terhadap bangsa-bangsa.
Apa isi doa yang kita naikkan terhadap Yerusalem? “Yehi shalom be helek salwah be armanotayik” (Supaya orang-orang yang mencintai Yerusalem mendapat shalom dan supaya kemakmuran ada atas tembok-tembok Yerusalem , Mzm 122:7). Harapan kita bahwa setiap orang yang mencintai Yerusalem, akan mendapatkan kemurahan dari Yahweh, sebagaimana penduduk Yerusalem mendapatkan kemurahan dari Yahweh. Suara-suara kebencian terhadap penduduk Yerusalem, diwakili oleh pernyataan Presiden Iran yang baru, Ahmadinejad, dalam salah satu konferensi bertopik “The World Without Zionism”, November 2005, yang mengatakan “Israel harus dihapuskan dari peta dunia”[8]. Bagaimanakah kita akan memperoleh shalom dan shalwah, jika kita mengutuk dengan penuh kebencian terhadap Yerusalem dan penduduknya?
Tindakan apa lagi yang dapat kita lakukan bagi Yerusalem, kota Raja Damai yang akan datang? Bukan sekedar berdoa! Bukan pula mengutuk! Dikatakan, “Lemaan Bet YHWH Eloheinu abaqsa tov lak”. Yang artinya “Oleh karena rumah Yahweh Tuhan kita, maka aku hendak mencari kebaikkan bagi Yerusalem”. Bagaimana implementasi ayat ini? Secara individual: orang Kristen, minimal dapat memberikan penjelasan positip mengenai status sejarah kepemilikan Yerusalem, yaitu bangsa Israel, jika ada orang-orang dengan sentimen keagamaan, berusaha mengutuk keberadaan Israel yang sekarang menempati wilayah Palestina. Secara nasional: Bangsa Indonesia dapat menunjukkan perannya secara netral, menghormati keberadaan historis bangsa Yisrael sebagai kelanjutan dari Yisrael kuno namun sekaligus mendorong terjadinya perdamaian di Timur Tengah, dengan mengusulkan pada PBB agar dapat terjadinya kesepakatan damai dan pembagian wilayah di Palestina dan penghormatan terhadap keberadaan orang-orang Palestina Arab, yang telah mendiami wilayah tersebut sejak Abad VII Ms, dengan cara memberikan lokasi baru.
Mencintai dan mendoakan Yerusalem, bukan berarti secara membabi buta kita membebek terhadap berbagai kebijakan Yisrael dalam menanggani bangsa-bangsa Palestina Arab. Bombardemen yang dilakukan Yisrael baru-baru ini, yang lebih banyak menewaskan rakyat sipil, seharusnya menjadikan keprihatinan kita pula, mengingat mereka bukan target peperangan. Bahkan Torah mengatur mengenai peperangan, bahwa pepohonan yang hidup tidak boleh dimusnahkan, kecuali yang telah mati (Ul 20:19-20) sebagaimana dikatakan: “Apabila dalam memerangi suatu kota, engkau lama mengepungnya untuk direbut, maka tidak boleh engkau merusakkan pohon-pohon sekelilingnya dengan mengayunkan kapak kepadanya; buahnya boleh kaumakan, tetapi batangnya janganlah kautebang; sebab, pohon yang di padang itu bukan manusia, jadi tidak patut ikut kaukepung. Hanya pohon-pohon, yang engkau tahu tidak menghasilkan makanan, boleh kaurusakkan dan kautebang untuk mendirikan pagar pengepungan terhadap kota yang berperang melawan engkau, sampai kota itu jatuh"
Demikian pula dengan wanita-wanita (Ul 21:10-14), "Apabila engkau keluar berperang melawan musuhmu, dan Yahweh Tuhanmu, menyerahkan mereka ke dalam tanganmu dan engkau menjadikan mereka tawanan, dan engkau melihat di antara tawanan itu seorang perempuan yang elok, sehingga hatimu mengingini dia dan engkau mau mengambil dia menjadi isterimu, maka haruslah engkau membawa dia ke dalam rumahmu. Perempuan itu harus mencukur rambutnya, memotong kukunya, menanggalkan pakaian yang dipakainya pada waktu ditawan, dan tinggal di rumahmu untuk menangisi ibu bapanya sebulan lamanya. Sesudah demikian, bolehlah engkau menghampiri dia dan menjadi suaminya, sehingga ia menjadi isterimu. Apabila engkau tidak suka lagi kepadanya, maka haruslah engkau membiarkan dia pergi sesuka hatinya; tidak boleh sekali-kali engkau menjual dia dengan bayaran uang; tidak boleh engkau memperlakukan dia sebagai budak, sebab engkau telah memaksa dia."
Keprihatinan kita bukan didasarkan tekanan serta intimidasi pihak-pihak yang mengutuk tindakan Yisrael. Tindakan keprihatinan kita tentunya didasarkan kemanusiaan universal, bahwa peperangan adalah menimbulkan penderitaan belakan dan dalam kondisi peperangan, seharusnya korban rakyat sipil diminimalisir sedemikian rupa. Kita tidak perlu ragu untuk mengkritisi kebijaka Yisrael dalam hal-hal yang berkaitan dengan politik, sebagaimana disitir oleh Hans Ucko sbb: “Disaat tentara Israel membom rumah-rumah orang Palestina dan menutup kegiatan di sekolah-sekolah anak Palestina itu, ada saja orang Kristen (yang terlibat dalam dialog Yahudi-Kristen) mengatakan tanpa pertimbangan apapun bahwa negara Israel adalah tanda kemurahan Tuhan kepada umatNya. Dan tidak ada sedikitpun disinggung soal hak asasi manusia. Namun, sebagaimana kita ketahui, etika dan janji Tuhan mesti selalu dijalankan beriringan. Bisa saja banyak orang Kristen yang ragu untuk mengkritik negara Israel, karena sikap itu seolah menghidupkan kembali sejarah yang buruk yang ditempuh antara orang Kristen dan Yahudi dimasa lalu. Ketakutan itupun bisa muncul karena keengganan mereka dicap sebagai anti-semitisme. Namun, apakah memang mengkritik kebijakan negara Israel akan selalu berarti bersikap anti semitisme? Kami yakin bahwa kritik terhadap kebijakan-kebijakan pemerintahan Israel tidak dengan sendirinya menjadi sikap anti Yahudi. Demi mencari keadilan, kritik yang berkelanjutan perlu dilancarkan terhadap negara-negara dan gerakan-gerakan politik, yang tentu saja tidak harus berarti mencemarkan penduduknya dan lebih lagi persekutuan iman yang ada di negeri itu. Pernyataan-pernyataan yaang menyangkut tindakan negara Israel bukanlah pernyataan yang diarahkan kepada umat Yahudi atau Yudaisme, karena pernayataan itu menjadi bagian resmi dari perdebatan dalam masyarakat dunia. Sikap-sikap kritis yang sama pun akan muncul dari dalam atau dari luar, terhadap negara-negara dan gerakan-gerakan politik yang mengklaim nilai-nili kekristenan sebagai dasarnya”[9]
Marilah kita selalu menaikkan doa bagi Yerusalem, agar shalom dan shalwah ada di Yerusalem, bagi para penduduknya, bagi orang-orang yang mencintainya, untuk menyambut kedatangan Mesias yang akan menjadi Raja Damai di Yerusalem, Amin!
---------------------
[1] Kompas, 20 November 2012, hal 1
[2] Tim McGirk, Christians in Gaza Make Their Appeal to the Pope
http://www.time.com/time/world/article/0,8599,1897238,00.html
[3] Kenyon, K., Jerusalem: Excavating 3000 Years of History, Mcgraw-Hill, 1967. Payne, J. B., "Jerusalem," in ZPEB, Simons, J., Jerusalem in the OT, Brill, 1952. Yadin, Yigael, ed., Jerusalem Revealed, Yale, 1976. J.B.P
[4] Good News Magazines,July Agst 2006, p. 14
[5] Brief History of Israel and the Jewish People
http://www.science.co.il/israel-history.php
[6] Suara Merdeka, 19 Nov 2012, hal 11
[7] Suara Merdeka 12 Juli 2006
[8] Good News Magazine, Jan-Feb 2006, p.16
[9] Akar Bersama,: Belajar tentang Iman Kristen dari Dialog Kristen-Yahudi, BPK, 1999, hal 15
3 komentar:
perdamaian tidak akan pernah terjadi di muka bumi ini, apalagi di daerah timur tengah, hingga datang Tuhan Yesus. tp tetap berdoa agar semuanya berjalan sesuai dengan kehendak Tuhan. Amen!
dari uraian di atas,hanya membahas dai sisi teologisnya tidak membahas historisnya,sebab konflik Israel Palestina tidak ujuk2 timbul,pasti ada awal mulanya,yaitu ketika wilayah Israel dibawah oleh mandat Inggeris(1920-1946) yang berrencana membuat exitensi 2 bangsa yaitu yahudi dan arab,kemudian diteruskan ke SU PBB 21 nov 1947 dan memutuskan wilayah Palestina dibagi 2 bagian untuk Yahudi dan untuk arab,Israel setuju namun negara2 arab tidak menyetujuinya kemudian Israel diserang terus menerus,itulah awal konflik sampai saat ini,menjadi kabur krn banyak korban,dan selalu dibawa ke wilayah agama,padahal masalah tanah.
Jadi kita sebagai orang Kristen atau bukan harus berpihak pada sejarah,karena sejarah tidak pernah berpihak.
Maz.122:6-9 ayat ini sudah ada jauuuuuuh sebelum konflik Israel Palestina muncul,pada saat ayat itu ditulis konfliknya beda lagi,jadi kita berdoa saja sesuai dg maz.tsb,tidak tergantung ada tidaknya konflik Israel palestina.
Uraian di atas memang uraian teologis namun lebih dititik beratkan pada apa yang harus kita lakukan dan bagaimana orang kristen bersikap.
Justru argumentasi historis sebagaimana yang Anda lakukan (sebagaimana saya pun setuju dan membenarkan siapa yang lebih berhak atas tanah tersebut - saya berdiskusi cukup panjang di facebook dengan beberapa teman Muslim)memiliki pijakan teologisnya dalam sejumlah ayat yang sudah saya sitir di atas.
Persoalannya, jika kita mengedepankan aspek historis, maka kita akan terjebak pada lingkaran setan pembenaran mengenai siapa yang lebih berhak atas tanah tersebut. Dan ini berarti penggunaan "pendekatan benar salah" sebagaimana yang sudah saya ulas kelemahannya sangat besar dalam menyelesaikan konflik Israel Palestina
Saya akan kutipkan pernyataan saya terhadap seorang Muslim dalam diskusi di face book sbb:
"Bung Arda Chandra seharusnya Anda sebagai seorang Muslim Indonesia dan saya seorang Kristen Indonesia lebih meratapi kemanusiaan yang mencabik dan melukai penduduk Israel dan Palestina. Baik penduduk Israel dan Palestina tidak menginginkan peperangan. Anda sebagai seorang Muslim Indonesia dan saya seorang Kristen Indonesia tidak seharusnya melakukan keberpihakkan atas nama sentimen agama, dimana Anda membela Hamas dan saya membela Israel. Kita seharusnya membela kemanusiaan bukan menjadi bagian dari konflik kedua belah pihak yang berseteru secara politis (bukan agama). Kita wujudkan nasionalisme kita sebagai Kristen dan Muslim Indonesia dengan mengutuk peperangan tiada akhir dan mendorong terjadinya perdamaian di Israel dan Palestina tanpa masing-masing pihak membiarkan luka sejarah menganga dan melestarikan permusuhan. Tulisan saya di atas justru bermaksud untuk kita tidak menggunakan pendekatan benar salah yang hanya melahirkan lingkaran setan argumen yang tiada ujung pangkal. Jika pendekatan ini diberlakukan maka beberapa Muslim dan beberapa non Muslim di Indonesia akan bermusuhan dikarenakan melakukan keberpihakkan terhadap masing-masing pihak yang berseteru. Namun jika kita menggunakan pendekatan kemanusiaan, maka Anda dan saya dan beberapa Muslim dan beberapa Kristen di Indonesia akan bersatu mengutuk kemanusiaan yang tercabik oleh peperangan dan sama-sama meratapi dampak peperangan yang merugikan rakyat sipil baik terhadap Israel maupun Palestina"
Posting Komentar