Telaah Kritis Terhadap Program Reality Show Mistik dan Misteri
Televisi
Indonesia tidak pernah sepi dari berbagai tayangan yang berbau mistik dan
misteri lengkap dengan kehadiran fenomena gaib dan gejala hantu. Berbagai
tayangan mistik dan misteri tersebut terbagi dalam beberapa bentuk yaitu: film,
sinetron, reality show. Sejak tayangan “Kismis” (Kisah-kisah Misteri) di RCTI
pada tahun 2003, maka sampai saat ini berbagai tayangan reality show bergenre mistik
dan misteri lainnya bermunculan dan tetap menjadi andalan pengelola televisi
untuk meningkatkan rating dan meraup perhatian penonton.
Beberapa
tayangan reality show berbalut mistik dan misteri dengan melibatkan aktifitas
paranormal dan fenomena hantu al., “Gentayangan” (TPI/MNC dengan host Toro
Margen), “Dunia Lain” (Trans TV dengan host Harry Pantja), “Silet” (RCTI dengan
host Feny Rose), “Pemburu Hantu” (Lativi dengan melibatkan sejumlah ustadz
penangkap hantu), “Percaya Ngak Percaya” (ANTV dengan host Leo Lumanto), “Masih
Dunia Lain” (Trans 7 dengan host Rudi Kawilarang), “Indigo” (Trans TV dengan
host Vira Razak), “Dua Dunia” (Trans 7 dengan host Indah Ananta)[1].
Sebagian dari program-program tersebut telah habis masa tayangnya dan tidak
diperpanjang namun sebagian lainnya masih tetap bertahan dengan pergantian
judul program atau disiarkan oleh televisi lain. Tahun 2014 ini, stasiun
televisi ANTV menayangkan program baru “Angker Banget”.
Trans
7 nampaknya yang paling banyak menampilkan tayangan reality show bergenre
mistik dan misteri. Selain dua tayangan andalan “(Masih) Dunia Lain” dan “Dua
Dunia”, Trans 7 memiliki program andalan “Mister Tukul Jalan-Jalan” yang
dipandu oleh presenter dan komedian Tukul Arwana. Animo masyarakat begitu luar
biasa terkait dengan program reality show ini. Hal ini nampak dengan
berbondong-bondongnya masyarakat saat syuting dan pengambilan gambar di
berbagai tempat yang diyakini mistis dan angker. Hal ini terjadi dikarenakan
minat masyarakat yang masih besar terhadap berbagai fenomena mistik dan
popularitas Tukul yang menjadi daya pikat dan perekat yang mengokohkan
penerimaan masyarakat terhadap program reality show mistik tersebut.
Mengapa Masih Diminati?
Maraknya
berbagai tayangan bergenre mistik dan misteri serta fenomena hantu yang
menyelusup dalam realitas masyarakat kita melalui film layar lebar, sinetron
serta reality show dan tetap diminati masyarakat dapat disebabkan oleh beberapa
faktor. Pertama, kultur masyarakat.
Eksistensi mistik dan misteri masih merupakan kultur yang menonjol dalam
realitas sosiologis kemasyarakatan. Istilah lain untuk kultur mistik di atas
disebut dengan “Mystic Society”[2]
Sekalipun
masyarakat kita sudah memasuki Abad XXI dimana peranan teknologi dan
rasionalitas menjadi ujung tombak perubahan sosial, namun kultur kepercayaan
terhadap mistik dan misteri masih menjadi bagian yang membentuk kepribadian dan
kepercayaan masyarakat. Sebenarnya, kepercayaan terhadap sesuatu yang bersifat
mistik dan misteri serta fenomena hantu bukan hanya milik dan bagian dari
kultur masyarakat Indonesia. Diseluruh belahan dunia bahkan negara yang sudah
maju teknologinya sekalipun kepercayaan-kepercayaan tersebut masih tetap ada
hingga sekarang. Di Amerika Serikat ada kepercayaan mengenai aktifitas para
hantu di Gedung Putih, kamp konsentrasi di Auscwitcz, Polandia, hotel Raynham
Hall di Inggris dll[3].
Sekalipun
berbagai bentuk kepercayaan mistik, misteri serta fenomena hantu merupakan
universal, namun bagi masyarakat di negara-negara maju bukan lagi menjadi sebuah
kultur yang mendominasi pola pikir dan perilaku masyarakatnya. Namun berbeda
dengan Indonesia. Kultur kepercayaan kepada hantu dan roh-roh penunggu sebuah
tempat tertentu yang dinyatakan angker dan keterpesonaan dengan kekuatan gaib,
masih mendapat perhatian besar dari sebagian besar masyarakat. Kondisi “Mystic
Society” ini pula yang menjelaskan mengapa masih banyak calon legislatif kerap
memanfaatkan tempat-tempat bertuah (makam, sungai, pohon) untuk menjadi medium
memperoleh keberhasilan[4].