RSS Feed

ISRAEL DALAM RENCANA TUHAN

Posted by Teguh Hindarto

Midrash Roma 9-11


Sikap Umum Terhadap Israel/Yahudi

Ketika kita berbicara secara positip mengenai Israel, ada rasa sungkan dan kuatir bahwa kita dianggap sebagai kaki tangan Zionisme. Bahkan ketika Lutfie Assaukanie seorang dosen di Universitas Paramadina memberikan komentar jujur dan positip dari hasil kunjungannya ke Israel dalam salah satu artikelnya yang berjudul “Catatan Perjalanan ke Israel” yang dimuat dalam website Islam Liberal[1] beberapa tahun lalu, sempat menuai kritik tajam dari sesama Muslim[2].

Bangsa Israel khususnya Yahudi menjadi sasaran kebencian banyak bangsa. Di Abad-abad pertengahan bangsa Yahudi harus terbuang dari Spanyol. Pada Tgl 31 Maret 1492 Raja Ferdinand dan Ratu Isabela menandatangani Perintah Pengusiran (Edict of Expulsion) untuk membersihkan komunitas Yahudi dari Spanyol. Mereka diberi dua pilihan: dibaptis dan menjadi Kristen atau dideportasi. Banyak yang mencintai Spanyol dan akhirnya memilih dibaptis dan menjadi Kristen. Namun sebanyak 80.000 orang Yahudi lainnya memilih menyebrang ke Portugal dan 50.000 lainnya memilih menyebrang ke dunia Islam khususnya di pemerintahan Khalifah Utsmaniah[3]

Pada zaman Hitler, Yahudi mengalami pogrom atau pemusnahan massal. Stephane Downing menggambarkan tindakan Hitler sbb: “Pada tahun-tahun awal pasca perang, bangsa Jerman menanggung inflasi tak terkontrol dan pengangguran besar-besaran. Partai Buruh Sosialis Nasional (Nazi) hanya satu dari kelompok rasis yang bermunculan di tengah-tengah ketidakmenentuan ini. Akan tetapi Hitler segera menjadi agitator anti Yahudi yang paling efekstif. Agenda anti semitnya dipaparkan dalam bukunya Mein Kampf (Perjuanganku) dan setelah dia berkuasa penuh pada 1930 agenda itu menjadi kebijakan resmi. Meski bertentangan dengan Kristianitas, Hitler memakainya dalam pesan anti-semitnya. Sebagai contoh, dalam Mein Kampf dia menulis: ‘Jika... bangsa Yahudi menjadi pemenang atas bangsa-bangsa sedunia, mahkotanya akan menjadi karangan bunga kematian untuk kemanusiaan. Dan planet ini akan sepertiyang terjadi ribuan tahun yang lalu, berputar sebagai eter tanpa manusia. Oleh karenanya hari ini saya percaya bahwa saya sedang bertindak menurut kehendak Pencipta: dengan membela diri melawan bangsa Yahudi, saya sedang bertarung demi ciptaan Tuhan’. Pesan ini menggabungkan rasisme dan ajaran agama, sehingga diterima rakyat Jerman yang nasionalismenya sering dikaitkan dengan nilai-nilai Kristianitas. Banyak yang melihat bangsa Yahudi sebagai oposisi dari segala sesuatu yang baik dalam bangsa mereka”[4]

Islam yang lahir di Arabia Abad VI Ms yang dibawa oleh Muhamad Bin Abdullah dengan membawa pewahyuan Al Qur’an pun sarat dengan ayat-ayat yang kerap ditafsirkan sebagai bentuk kewaspadaan, perlawanan, permusuhan terhadap keberadaan Yahudi.

Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya kami ini orang Nasrani." Yang demikian itu disebabkan karena di antara mereka itu (orang-orang Nasrani) terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, (juga) karena sesungguhnya mereka tidak menymbongkan diri” (Qs 5:82)

Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)." Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu” (Qs 2:120)

Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk” (Qs 96:6)

Demikian pula dalam Hadits-hadits diceritakan berbagai sifat dan karakter Yahudi dan perlawanan Muslim terhadap mereka serta ajakan Muhamad agar mereka masuk Islam.

Dalam Hadits Imam Bukhari dan Imam Muslim dikisahkan sbb: “Tidak akan terjadi hari kiamat sebelum kaum Muslimin memerangi orang-orang Yahudi. Kemudian kaum Muslimin membunuh mereka sampai orang Yahudi bersembunyi dibelakang batu atau pohon. Maka batu atau pohon itu berkata: Wahai Muslim, wahai hamba Allah, ini dibelakangku ada Yahudi,kemarilah lalu bunuhlah. Kecuali pohon Gharqad (sebuah pohon berduri yang dikenal di kalangan bangsa Yahui), sesunguhnya Gharqad adalah salah satu pohon bangsa Yahudi

Dari Abu Hurairah, dia berkata: Ketika kami di dalam masjid, tatkala Rasullah keluar kepada kami, sambil bersabda: Pergilah kepada orang-orang Yahudi. Maka kamipun keluar bersama beliau, sampai kami mendatangi tempat pengajian (milik seorang pembesar Yahudi). Kemudian Nabi berdiri dan menyeru mereka: Wahai orang-orang Yahudi masuklah ke dalam agama Islam, niscaya kamu akan selamat...”

Seorang penulis Islam bernama Ahmad Faiz Asifuddin dalam artikelnya berjudul “Yahudi Musuh Bebuyutan Umat Islam Sampai Mereka Musnah” mengatakan demikian, “Rasanya, musuh terbesar yang dihadapi umat Islam saat ini, salah satunya memang bangsa Yahudi. Bahkan sepertinya, bangsa Yahudi dengan berbagai organisasi yang dimilikinya dari yang terselubung sampai yang terang-terangan, adalah yang mengotaki segala permusuhan seluruh komponen dunia terhadap Islam dan umat Islam[5]. Selanjutnya penulis tersebut mengatakan, “Belumkah kaum Muslimin menyadari bahwa pertarungan kita dengan kaum Yahudi adalah pertarungan aqidah, pertarungan budaya, pertarungan peradaban, pertarungan eksistensi dan pertarungan identitas?...Sesungguhnya penyelesaian (satu-satunya) yang bangsa Yahudi sendiri sudah memahaminya adalah (penyelesaian) jihad yang sesuai persyaratan dalam rangka menjunjung tinggi Kalimat Allah”[6]

Sikap Kristiani Terhadap Israel/Yahudi

Bagaimana sikap kita sebagai orang-orang Kristen dalam menyikapi keberadaan bangsa Yahudi? Apakah kita akan mengambil sikap yang sama dengan orang-orang Eropa di Abad Pertengahan atau sebagaimana sikap Muslim pada umumnya?

Sikap kita terhadap Israel tidak didasarkan pada opini dan sikap orang lain terhadap Israel melainkan apa yang dikatakan Kitab Suci mengenai Israel, karena inilah tolok ukur penilaian kita.

Pembacaan Kisah Rasul 9-11 memberikan pemahaman yang jelas bagaimana seharusnya kita bersikap terhadap keberadaan bangsa Yahudi baik Yahudi kuno maupun modern. Dalam Kisah Rasul 9-11 kita dapat menemukan pandangan yang obyektif dan berimbang tentang bangsa Yahudi sbb:

Bangsa Pilihan Yang Dipercayakan Firman Tuhan

Sebab mereka adalah orang Israel, mereka telah diangkat menjadi anak, dan mereka telah menerima kemuliaan, dan perjanjian-perjanjian, dan hukum Taurat, dan ibadah, dan janji-janji. Mereka adalah keturunan bapa-bapa leluhur, yang menurunkan Mesias dalam keadaan-Nya sebagai manusia, yang ada di atas segala sesuatu. Ia adalah Tuhan yang harus dipuji sampai selama-lamanya. Amin” (Rm 9:4-5)

Frasa “Ia adalah Tuhan yang harus dipuji sampai selama-lamanya. Amin” adalah tidak tepat. Dalam bahasa Yunaninya tertulis demikian “Theos eulogetos eis tous aioonas, Amen” yang seharusnya diterjemahkan, “Tuhan layak dipuji selama-lama-Nya, Amin”.

King James Version menerjemahkan demikian: “Whose are the fathers, and of whom as concerning the flesh Christ came, who is over all, God blessed for ever. Amen”. Young’s Literal Translation menerjemahkan dalam bahasa Inggris demikian, “whose are the fathers, and of whom is the Christ, according to the flesh, who is over all, God blessed to the ages. Amen.

Pernyataan Roma 9:4-5 senada dengan Roma 3:1-2 yang menuliskan sbb: “Jika demikian, apakah kelebihan orang Yahudi dan apakah gunanya sunat? Banyak sekali, dan di dalam segala hal. Pertama-tama: sebab kepada merekalah dipercayakan firman YHWH”.

Pernyataan dalam surat Roma hanya menegaskan kembali apa yang dikatakan dalam Kitab TaNaKh bahwa Israel adalah:

Bangsa yang dipilih Yahweh (Yes 14:1)

Sebab YHWH akan menyayangi Yakub dan akan memilih Israel sekali lagi dan akan membiarkan mereka tinggal di tanah mereka, maka orang asing akan menggabungkan diri kepada mereka dan akan berpadu dengan kaum keturunan Yakub

Putra Sulung YHWH (Kel 4:22)

Maka engkau harus berkata kepada Firaun: Beginilah firman YHWH: Israel ialah anak-Ku, anak-Ku yang sulung;...”

Kebun Anggur YHWH (Yes 5:7)

Sebab kebun anggur YHWH semesta alam ialah kaum Israel, dan orang Yehuda ialah tanam-tanaman kegemaran-Nya; dinanti-Nya keadilan, tetapi hanya ada kelaliman, dinanti-Nya kebenaran tetapi hanya ada keonaran

Biji Mata YHWH (Zak 2:8)

Sebab beginilah firman YHWH semesta alam, yang dalam kemuliaan-Nya telah mengutus aku, mengenai bangsa-bangsa yang telah menjarah kamu -- sebab siapa yang menjamah kamu, berarti menjamah biji mata-Nya --:”

Sebagian Besar Menolak Kasih Karunia Tuhan

Dalam Roma 10:16-21 dikatakan, “Tetapi tidak semua orang telah menerima kabar baik itu. Yesaya sendiri berkata: "YHWH, siapakah yang percaya kepada pemberitaan kami?" Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Mesias. Tetapi aku bertanya: Adakah mereka tidak mendengarnya? Memang mereka telah mendengarnya: "Suara mereka sampai ke seluruh dunia, dan perkataan mereka sampai ke ujung bumi." Tetapi aku bertanya: Adakah Israel menanggapnya? Pertama-tama Musa berkata: "Aku menjadikan kamu cemburu terhadap orang-orang yang bukan umat dan membangkitkan amarahmu terhadap bangsa yang bebal." Dan dengan berani Yesaya mengatakan: "Aku telah berkenan ditemukan mereka yang tidak mencari Aku, Aku telah menampakkan diri kepada mereka yang tidak menanyakan Aku." Tetapi tentang Israel ia berkata: "Sepanjang hari Aku telah mengulurkan tangan-Ku kepada bangsa yang tidak taat dan yang membantah

Mengapa Bangsa Israel Menolak Kasih Karunia Tuhan? Pertama, karena mereka mengejar perintah-perintah Tuhan berdasarkan perbuatan mereka belaka tanpa menyertakan iman sebagaimana dikatakan, “Tetapi: bahwa Israel, sungguhpun mengejar hukum yang akan mendatangkan kebenaran, tidaklah sampai kepada hukum itu. Mengapa tidak? Karena Israel mengejarnya bukan karena iman, tetapi karena perbuatan. Mereka tersandung pada batu sandungan, seperti ada tertulis: "Sesungguhnya, Aku meletakkan di Sion sebuah batu sentuhan dan sebuah batu sandungan, dan siapa yang percaya kepada-Nya, tidak akan dipermalukan." (Rm 9:31-33).

Kedua, karena mereka melakukan semua syariat agama tanpa pengertian yang benar sebagaimana dikatakan, “Saudara-saudara, keinginan hatiku dan doaku kepada YHWH ialah, supaya mereka diselamatkan. Sebab aku dapat memberi kesaksian tentang mereka, bahwa mereka sungguh-sungguh giat untuk Tuhan, tetapi tanpa pengertian yang benar. Sebab, oleh karena mereka tidak mengenal kebenaran YHWH dan oleh karena mereka berusaha untuk mendirikan kebenaran mereka sendiri, maka mereka tidak takluk kepada kebenaran Tuhan” (Rm 10:1-3).

Apakah Penolakkan Israel Membuat YHWH Menolak Umat-Nya?

Dalam Roma 11:1-2 dijelaskan, “Maka aku bertanya: Adakah Tuhan mungkin telah menolak umat-Nya? Sekali-kali tidak! Karena aku sendiri pun orang Israel, dari keturunan Abraham, dari suku Benyamin. Tuhan tidak menolak umat-Nya yang dipilih-Nya

Sekalipun Israel menolak kasih karunia Tuhan YHWH dengan menolak Yesus sebagai Mesias yang dijanjikan bahkan mereka menyalibkan-Nya namun pilihan dan kasih karunia Tuhan YHWH tidak dapat dibatalkan. Masih ada umat yang tersisa yang tetap setia sebagaimana dikatakan : “Demikian juga pada waktu ini ada tinggal suatu sisa, menurut pilihan kasih karunia. Tetapi jika hal itu terjadi karena kasih karunia, maka bukan lagi karena perbuatan, sebab jika tidak demikian, maka kasih karunia itu bukan lagi kasih karunia. Jadi bagaimana? Israel tidak memperoleh apa yang dikejarnya, tetapi orang-orang yang terpilih telah memperolehnya. Dan orang-orang yang lain telah tegar hatinya” (Rm 11:5-6).
Demikian pula ditegaskan dalam Roma 11:28-29 sbb: “Mengenai Injil mereka adalah seteru Tuhan oleh karena kamu, tetapi mengenai pilihan mereka adalah kekasih Tuhan oleh karena nenek moyang. Sebab Tuhan tidak menyesali kasih karunia dan panggilan-Nya

Buah Penolakkan Israel Menjadi Buah Keselamatan Bagi Bangsa-Bangsa

Penolakkan Israel justru menyebabkan bangsa-bangsa non Israel memperoleh kasih karunia Tuhan dan keselamatan sebagaimana dikatakan: “Maka aku bertanya: Adakah mereka tersandung dan harus jatuh? Sekali-kali tidak! Tetapi oleh pelanggaran mereka, keselamatan telah sampai kepada bangsa-bangsa lain, supaya membuat mereka cemburu. Sebab jika pelanggaran mereka berarti kekayaan bagi dunia, dan kekurangan mereka kekayaan bagi bangsa-bangsa lain, terlebih-lebih lagi kesempurnaan mereka” (Rm 11:11-12)

Sikap Bangsa-Bangsa Yang Telah Menerima Anugrah Keselamatan Terhadap Bangsa Israel

Rasul Paul memberikan analogi atau perbandingan yang menarik yaitu hubungan antara roti dan adonan serta  akar dan ranting sbb: “Jikalau roti sulung adalah kudus, maka seluruh adonan juga kudus, dan jikalau akar adalah kudus, maka cabang-cabang juga kudus. Karena itu apabila beberapa cabang telah dipatahkan dan kamu sebagai tunas liar telah dicangkokkan di antaranya dan turut mendapat bagian dalam akar pohon zaitun yang penuh getah, janganlah kamu bermegah terhadap cabang-cabang itu! Jikalau kamu bermegah, ingatlah, bahwa bukan kamu yang menopang akar itu, melainkan akar itu yang menopang kamu. Mungkin kamu akan berkata: ada cabang-cabang yang dipatahkan, supaya aku dicangkokkan di antaranya sebagai tunas. Baiklah! Mereka dipatahkan karena ketidakpercayaan mereka, dan kamu tegak tercacak karena iman. Janganlah kamu sombong, tetapi takutlah! Sebab kalau Tuhan tidak menyayangkan cabang-cabang asli, Ia juga tidak akan menyayangkan kamu. Sebab itu perhatikanlah kemurahan Tuhan dan juga kekerasan-Nya, yaitu kekerasan atas orang-orang yang telah jatuh, tetapi atas kamu kemurahan-Nya, yaitu jika kamu tetap dalam kemurahan-Nya; jika tidak, kamu pun akan dipotong juga. Tetapi mereka pun akan dicangkokkan kembali, jika mereka tidak tetap dalam ketidakpercayaan mereka, sebab Tuhan berkuasa untuk mencangkokkan mereka kembali. Sebab jika kamu telah dipotong sebagai cabang dari pohon zaitun liar, dan bertentangan dengan keadaanmu itu kamu telah dicangkokkan pada pohon zaitun sejati, terlebih lagi mereka ini, yang menurut asal mereka akan dicangkokkan pada pohon zaitun mereka sendiri”(Rm 11:16-24).

Bangsa-bangsa non Yahudi yang telah menerima Yesus Sang Mesias ibarat ranting asing yang “ditempelkan” (istilah “cangkok” tidak tepat karena dari dua unsur yang berbeda) ke dalam akar asli yaitu Israel. Melalui iman kepada Yesus Sang Mesias, kita mendapatkan hak waris keselamatan yang sama yang telah lebih dahulu diberikan pada bangsa Israel yang menerima Yesus Sang Mesias. Yang harus kita lakukan adalah “jangan bermegah” dan “jangan menyombongkan diri”.

Apa bentuk kesombongan dan bermegah diri tersebut? Pertama, berkembangnya Teologi Pengganti (Replacement Theology). Kelak dalam dunia Kekristenan berkembang suatu kecenderungan untuk mengecilkan Israel sebagai sebuah bangsa yang gagal menerima kasih karunia Tuhan sehingga Tuhan melimpahkan pada bangsa-bangsa non Yahudi. Kelak pemahaman ini disebut dengan Teologi Dispensasi dan Teologi Kovenan. Kedua pemahaman teologi di atas dapat dikategorikan Teologi Pengganti.

Teologi Dispensasi merupakan pokok Teologi yang mendasarkan pada sejumlah penafsiran teks Kitab Perjanjian Baru dengan pemahaman bahwa Yahweh memili 2 program yaang berbeda, yaitu untuk Israel dan untuk Gereja. Apa yang menjadi janji milik Israel, tidak dapat dilakukan oleh Gereja. Jika Israel memelihara Sabat (Kel 20:8-11), maka Gereja memelihara Hari Tuhan (1 Kor 16:2). Jika Israel adalah istri dari Yahweh (Hos 3:1) maka Gereja adalah Tubuh Mesias (Kol 1:27).

Teologi Kovenan atau Teologi Perjanjian, adalah Perjanjian Perbuatan yang dibangun sejak Adam sampai zaman Israel. Perjanjian ini gagal dilakukan oleh Adam. Lalu Yahweh memberikan Perjanjian kedua yaitu Perjanjian Anugrah, melalui Yesus, yang dengan sempurna melaksanakan perjanjian tersebut.

Namun kedua pemahaman teologi tersebut tidak mendapatkan rujukan apapun dalam Kitab Perjanjian Baru. Surat Roma 9-11 mematahkan asumsi tersebut. DR. David Stern memberikan ulasan sbb: “Chapters 9-11 of the Book of Romans contain the New Testament’s most important and complete discussion of the Jewish people. In them God promises that ‘all Israel will be saved’ (11:31). In the face of what these chapters teach, every form of Christian antisemitism stands condemned; and every claim, whether by Jews or Christians, that the Gospel is not for the Jews must collapse”[7] (Pasal 9-11 dari Kitab Roma terdiri dari diskusi Kitab Perjanjian Baru teramat penting dan lengkap mengenai umat Yahudi. Dalam pasal-pasal tersebut, Tuhan menjanjikan bahwa semua Israel akan diselamatkan (11:31). Sebagaimana pasal tersebut ajarkan maka segala bentuk antismetisme Kristen layak dikutuk dan setiap pernyataan entahkah oleh Yahudi maupun Kristen yang mengatakan bahwa Injil bukan untuk orang Yahudi harus dirobohkan).

Kedua, berkembangnya Antisemitisme. Antisemit diartikan sebagai, “is discrimination, hostility or prejudice directed at Jews. While the term's etymology may imply that antisemitism is directed against all Semitic peoples, it is in practice used exclusively to refer to hostility towards Jews as a religious, racial, or ethnic group” (diskriminasi, permusuhan atau prasangka yang ditujukkan terhadap orang-orang Yahudi. Sementara istilah secara etimologi mengindikasikan bahwa Antisemitisme ditujukan pada semua masyarakat yang bercorak Semitik seperti Arab, namun secara praktis dan kenyataan sehari-hari istilah ini digunakan secara eksklusif untuk menunjuk pada permusuhan terhadap orang-orang Yahudi baik secara keagamaan, rasial maupun kelompok suku)[8]. Contoh-contoh Anti Semitisme bergerak dari tingkat kebencian terhadap individu hingga kebencian yang dilakukan oleh institusi, termasuk penganiayaan dengan kekerasan. Penganiayaan tersebut antara lain “Inkuisisi oleh orang-orang Spanyol, pengusiran orang-orang Yahudi dari Spanyol pada Tahun 1492, dari Inggris Tahun 1290, berbagai bentuk pembunuhan berencana dan akhirnya peristiwa yang menjijikkan yaitu Holocaust oleh Adolf Hitler. Antisemitisme biasanya disebut dengan “kebencian yang panjang”.

Antisemitisme memiliki beberapa bentuk sbb:[9]
  1. Antisemitisme Religius. Dikenal dengan sikap perlawanan dan kebencian terhadap Agama Yudaisme. Sikap-sikap ini meliputi pelarangan terhadap praktek ibadah Yudaisme dan pemaksaan agar seorang penganut Yudaisme mengganti keyakinannya dengan agama resmi yang dianut suatu masyarakat mayoritas. Contoh kasus adalah pemaksaan untuk berpindah Katholik terhadap orang-orang Yahudi Iberia di Abad 15-16 Ms dengan julukan “Maranos” (babi).
  2.  Antisemitisme Rasial. Sebuah penyebarluasan opini bahwa orang-orang Yahudi adalah ras yang rendah. Pada akhir Abad 19 dan awal Abad 20 muncul gerakan “Eugenics” yaitu suatu gerakan yang mengelompokkan diri bahwa orang-orang yang bukan berkulit putih dikategorikan sebagai kelas rendah (inferior). Dan mereka menyebut bahwa orang-orang Eropa Nordik adalah bangsa yang unggul (superior). Orang-orang Yahudi dianggap sebagai “Alien” (mahluk asing) di luar Eropa.
  3. Antisemitisme Baru. Konsep baru yang yang berkembang pada Abad 21 secra serempak dari gerakan kiri, gerakan kanan dan Islam radikal yang cenderung memusatkan pada tujuan yaitu perlawanan terhadap Zionisme dan rumah tinggal bagi Bangsa Yahudi di Negara Israel dan gagasan ini dikembangkan dari motif Antisemitsme tradisional.
Istilah Antisemitisme dipopulerkan pertama kali pada Tahun 1860 oleh sarjana Yahudi Austria bernama Moritz Steinschneider dalam kalimat yang dia ucapkan yaitu "antisemitic prejudices" (prasangka antisemitik). Steinschneider menggunakan istilah ini untuk menggambarkan apa yang diucapkan ahli sejarah, Ernest Renan mengenai “bagaimana ras Semitik lebih rendah dibandingkan ras Arya”. Berbagai teori pesudo sains (sains palsu) mengenai ras, peradaban dan berbagai kemajuan telah berkembang luas di Eropa pad paruh Abad 19 sebagaimana dipromosikan pula oleh sejarawan Prusia bernama Heinrich von Treitschke dalam rangka menyebarluaskan bentuk-bentuk rasisme.

Berikut kutipan bagaimana para “Bapa Gereja” mengucapkan kata-kata yang bersifat Anti Yahudi sbb:[10]
  1. Ignatius, Bishop Antiokhia (98-117 Ms) dalam karyanya “Surat untuk orang-orang Magnesia” sbb: “Jika kita tetap melakukan agama Yudaisme, maka kita mengakui bahwa kita tidak menerima kasih karunia Tuhan…adalah keliru untuk mengatakan mengenai Yahshua Sang Mesias dan hidup seperti orang Yahudi. Bagi Kekristenan, tidak mempercayai dalam Yudaisme melainkan Yudaisme percaya dalam Kekristenan
  2. Surat Barnabas (130 M-138 Ms), Ps IV Ay 6-7 sbb, “Hindarilah dirimu dan janganlah seperti beberapa orang yang mendorongmu berbuat dosa dan berkata bahwa perjanjian yang mereka warisi sebagaimana yang kita (orang Kristen) warisi, namun sebenarnya mereka kehilangan sepenuhnya warisan itu setelah Musa menerimanya
  3. Agustinus (354-430 Ms) dalam karyanya, “Conffesions”, 12.14, sbb: “Betapa aku benci terhadap musuh-musuh dari Kitab Sucimu! Betapa aku menyarankan padamu untuk membunuh mereka (orang-orang Yahudi) dengan pedang bermata dua, sehingga tidak satupun dari mereka akan melawan perkataanmu! Sungguh menyenangkan menginginkan kematian mereka dan kehidupan bagimu!
Bagaimana dengan Luther pendiri Protestantisme dan penganjur Reformasi Gereja? Dalam bukunya berjudul, “On The Jews and Their Lies” (1543) Luther menuliskan sbb: “Apa yang harus kita lakukan sebagai orang Kristen terhadap ras Yahudi terkutuk dan telah ditolak Tuhan itu? Karena mereka tinggal ditengah-tengah kita dan kita mengetahui mengenai kebohongan dan hujatan serta kutukan mereka, maka kita tidak dapat mentolerir mereka jika kita tidak menghendaki untuk berbagi kebohongan dan hujatan serta kutukan mereka…Biarlah aku memberikan nasihat bijak kepadamu sbb: (!)Bakarlah sinagog mereka dan apapun yang tidak bisa dibakar, tutuplah atau taburilah dengan kotoran sehingga tidak ada seorangpun mmpu melihat abu atau batunya. Dan hal ini seharusnya dikerjakan untuk kemuliaan Tuhan dan Kekristenan sehingga Tuhan boleh melihat bahwa kita adalah orang-orang Kristen dan kita tidak memberikan tolernsi secara sengaja terhadap kebohongan, kutukan dan hujatan terhadap Putra Tuhan dan orang-orang Kristen (2) Rumah-rumah mereka harus dihancurkan…(3) Mereka harus membuang buku-buku doa dan talmud yang mencerminkan penyembahan berhala, kebohongan dan kutukan…(4) Para rabi dilarang untuk mengajar siapapun dengan ancaman hukuman mati…(5) Paspor dan bepergian dengan hak istimewa dilarang…[11]

Mengenai Anti Semitisme dikalangan Islam, dapat terlihat dengan beredarnya berbagai buku al., “Talmud: Kitab Hitam Yahudi Yang Menggemparkan”[12], “Menyingkap Tabir Orientalisme”[13], “Kenapa Kita Tidak Berdamai Saja Dengan Yahudi”[14], “Sejarah Islam Dicemari Zionis Dan Orientalis”[15], “Yahudi Menggenggam Dunia”[16], “Rahasia Gerakan Freemasonry Dan Rotary Club”[17]. Berbagai buku di atas mengekspresikan suatu kebencian terhadap Yahudi yang dipicu oleh berbagai ketegangan di wilayah Palestina sejak tahun 1948. Para penulis tersebut tidak hanya merujuk pada tahun 1948 sebagai pemicu kebencian terhadap Yahudi, namun menarik lebih awal sampai pada tahun awal perkembangan Islam, di mana komunitas Yahudi selalu membuat pengkhianatan terhadap Islam. Inti buku-buku tersebut menegaskan bahwa Yahudi bertanggung jawab terhadap berbagai kebijakan politik dan ekonomi serta kebudayaan yang merusak dan menyengsarakan dunia ketiga khususnya dunia Islam. Berbagai kebijakkan tersebut menyelusup masuk secara rahasia dan konspiratif dengan berbagai organisasi-organisasi rahasiannya seperti Freemasonry dan Iluminasi dll.

Tepatkah kebencian terhadap Yahudi tersebut? Membenci berbagai hal yang berbau Yahudi, berarti membenci Mesias, karena Mesias kita adalah orang Yahudi. Hans Ucko menggambarkan sikap-sikap Kekristenan terhadap kenyataan bahwa Mesias adalah Yahudi sbb: “Gereja Kristen, teologi Kristen dan Kekristenan secara keseluruhan, tidak terpisahkan dengan umat Yahudi atau Yudaisme. Orang Yahudi dan Kristen memiliki Kitab Suci yang sama. Iman Kristen lahir dalam lingkungan Yahudi. Gereja masih saja ragu apakah kenyataan tersebut dinilai sebagai berkat atau kutuk. Sejumlah kecil orang Kristen melihat hubungan diatas sebagai suatu masalah dan berupaya memecahkannya dengan membatasi kitab Perjanjian Lama dan agama umat Israel di satu sisi dan Yudaisme di sisi lainnya. Dengan cara ini, seseorang sebenarnya ‘membebaskan’ orang Israel dari keyahudiannya. Pendekatan tersebut mencerminkan sebentuk rasa sulit bagi orang Kristen atas hubungannya yang terlalu dekat dengan umat Yahudi dan dengan Yudaisme yang hidup saat ini. Seseorang memang tidak mudah mengakui akibat dari memilih ‘Tuhan Yahudi’ itu”[18] 

Meskipun kita tidak melibatkan dalam sikap-sikap yang penuh kebencian terhadap Yahudi, namun bukan berarti kita menyetujui berbagai aktifitas atau tindakan Yahudi sebagai negara yang dapat saja terjatuh dalam berbagai kebijakkan yang keliru dalam panggung politik dunia, khususnya dalam hal menangani konflik dengan Palestina. Hans Ucko mengingatkan sbb: “Disaat tentara Israel membom rumah-rumah orang Palestina dan menutup kegiatan di sekolah-sekolah anak Palestina itu, ada saja orang Kristen (yang terlibat dalam dialog Yahudi-Kristen) mengatakan tanpa pertimbangan apapun bahwa negara Israel adalah tanda kemurahan Tuhan kepada umatNya. Dan tidak ada sedikitpun disinggung soal hak asasi manusia. Namun, sebagaimana kita ketahui, etika dan janji Tuhan mesti selalu dijalankan beriringan. Bisa saja banyak orang Kristen yang ragu untuk mengkritik negara Israel, karena sikap itu seolah menghidupkan kembali sejarah yang buruk yang ditempuh antara orang Kristen dan Yahudi dimasa lalu. Ketakutan itupun bisa muncul karena keengganan mereka dicap sebagai anti-semitisme.Namun, apakah memang mengkritik kebijakan negara Israel akan selalu berarti bersikap anti Semitisme? Kami yakin bahwa kritik terhadap kebijakan-kebijakan pemerintahan Israel tidak dengan sendirinya menjadi sikap anti Yahudi. Demi mencari keadilan, kritik yang berkelanjutan perlu dilancarkan terhadap negara-negara dan gerakan-gerakan politik, yang tentu saja tidak harus berarti mencemarkan penduduknya dan lebih lagi persekutuan iman yang ada di negeri itu. Pernyataan-pernyataan yang menyangkut tindakan negara Israel bukanlah pernyataan yang diarahkan kepada umat Yahudi atau Yudaisme, karena pernayataan itu menjadi bagian resmi dari perdebatan dalam masyarakat dunia. Sikap-sikap kritis yang sama pun akan muncul dari dalam atau dari luar, terhadap negara-negara dan gerakan-gerakan politik yang mengklaim nilai-nili kekristenan sebagai dasarnya”[19]

Israel Akan Diselamatkan 

Maksud Tuhan YHWH setelah kasih karunia dan anugrah kehidupan kekal melalui Yesus Sang Mesias dikaruniakan pada bangsa-bangsa non Yahudi adalah sbb: “Sebab, saudara-saudara, supaya kamu jangan menganggap dirimu pandai, aku mau agar kamu mengetahui rahasia ini: Sebagian dari Israel telah menjadi tegar sampai jumlah yang penuh dari bangsa-bangsa lain telah masuk. Dengan jalan demikian seluruh Israel akan diselamatkan, seperti ada tertulis: "Dari Sion akan datang Penebus, Ia akan menyingkirkan segala kefasikan dari pada Yakub” (Rm 11:25-27).

Inilah hikmat Tuhan YHWH yang begitu dalam tidak terselami sehingga kita layak untuk mengatakan sebagaimana Rasul berkata: “O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Tuhan! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya! Sebab, siapakah yang mengetahui pikiran YHWH? Atau siapakah yang pernah menjadi penasihat-Nya? Atau siapakah yang pernah memberikan sesuatu kepada-Nya, sehingga Ia harus menggantikannya? Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya” (Rm 11:33-36).


End Notes:

[1] http://iruca.000a.biz/beberapa-catatan-dari-israel-by-luthfi-assyaukani/

[2] http://bondett.wordpress.com/2010/01/24/jawaban-abdillah-toha-atas-catatan-luthfie-asyaukanie-dari-israel/

[3] Karen Armstrong, Berperang Demi Tuhan, Serambi & Mizan 2000, hal 4

[4] Benarkah Nazi Membantai Yahudi? Yogyakarta: Narasi 2007, Hal 18-19

[5] Majalah As Sunnah, Edisi 08/V/1422 H- 2001 M, hal19

[6] Ibid., hal 20

[7] Jewish New Testament Commentary, Clarksville: Jewish New Testament Publication 1992, P. 385

[8] http://en.wikipedia.org/wiki/Antisemitism"

[9] Ibid.,

[10] Anti Semitsm of The Church Father, www.yashanet.com/library/fathers.com

[11] Ibid.,

[12] Jakarta: SAHARA Publishers, 2004, hal 239-243

[13] DR. Ahmad Abdul Hamid Ghurab, Jakarta: Pustaka Al Kautsar, 1993

[14] Muhsin Anbataani, Jakarta: Gema Insani Press, 1993

[15] DR. Jamal Abdul Hadi Muhamad Mas’oud dan DR. Wafa Muhamad Rif’at Huj’ah, Jakarta: Gema Insani Press, 1993

[16] William G. Carr, Jakarta: Pustaka Al Kautsar, 1993

[17] Muhamad Fahim Amin, Jakarta: Pustaka Al Kautsar, 1992

[18] Akar Bersama: Belajar tentang Iman Kristen dari Dialog Kristen-Yahudi, Jakarta: BPK, 1999, hal 5

[19] Op.Cit., Akar Bersama,: Belajar tentang Iman Kristen dari Dialog Kristen-Yahudi, hal 15


0 komentar:

Posting Komentar