RSS Feed

MENJAWAB PERSOALAN SILSILAH YESUS DALAM INJIL MATIUS 1:1-25

Posted by Teguh Hindarto


Dari aspek ontologis (hakikat), Yesus adalah Sang Firman Tuhan yang menjadi manusia sebagaimana dikatakan, “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran” (Yoh 1:14). Kemanusiaan Yesus bukan dikarenakan terjadi melalui proses penciptaan melainkan oleh kuasa Roh Kudus (Luk 1:35). Yesus dilahirkan melalui perawan Maryam namun tidak diciptakan.

Dari aspek antropologis (kemanusiaan) Yesus adalah manusia perwujudan Sang Firman Tuhan. Ada dualitas dalam Yesus (keilahian dan kemanusiaan) namun dualitas itu tidak bercampur dan tidak juga terpisah namun sedemikian rupa terjalin dalam harmoni.

Sebagai manusia, Yesus lahir dari garis keturunan Yahudi (Yehuda) sebagaimana dikatakan dalam Ibrani 7:14, “Sebab telah diketahui semua orang, bahwa Junjungan Agung kita berasal dari suku Yehuda dan mengenai suku itu Musa tidak pernah mengatakan suatu apa pun tentang imam-imam”. Yesus adalah keturunan Daud sebagaimana malaikat berkata kepada Maryam, “Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Tuhan Yang Mahatinggi. Dan YHWH Tuhan akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya” (Luk 1:32). Bahkan Yesus menyatakan kepada Yohanes dalam kemuliaan setelah kebangkitannya dari alam maut dengan mengatakan, “"Aku, Yesus, telah mengutus malaikat-Ku untuk memberi kesaksian tentang semuanya ini kepadamu bagi jemaat-jemaat. Aku adalah tunas, yaitu keturunan Daud, bintang timur yang gilang-gemilang."


Jika Yesus adalah keturunan Daud, maka orang tua Yesus (secara antropologis) adalah keturunan Daud baik Yusuf dan Maria. Keduanya adalah suku Yehuda, baik dari silsilah yang disampaikan Matius 1:1-25 maupun Lukas 3:23-38.

Matius 1:17 melaporkan mengenai silsilah Yesus Sang Mesias (secara antropologis) dalam tiga lapisan generasi dengan pola 14-14-14 sebagaimana dikatakan, “Jadi seluruhnya ada empat belas keturunan dari Abraham sampai Daud, empat belas keturunan dari Daud sampai pembuangan ke Babel, dan empat belas keturunan dari pembuangan ke Babel sampai Mesias”.

Namun susunan dengan pola 14-14-14 generasi tersebut dipertanyakan oleh para penentang iman Kristen baik dari kaum Ateis dan Sekular serta para teolog Kristen Liberal. Dan penyangkalan mereka kemudian dipungut oleh beberapa kelompok polemikus dalam Islam untuk merelativisir nilai pengilhaman Kitab Injil. Dalam berbagai sanggahan kerap muncul tudingan bahwa kenyataanya pola generasi yang tertulis adalah 14-14-13. Kita akan gambarkan pola tersebut sbb:

Susunan 1
(14)
Susunan 2
(14)
Susunan 3
(13)
Abraham
Salomo
Sealtiel
Ishak
Rehobeam
Zerubabel
Yakub
Abia
Abihud
Yehuda
Asa
Elyakim
Perez
Yosafat
Azor
Hezron
Yoram
Zadok
Ram
Uzia
Akhim
Aminadab
Yotam
Eliud
Nahason
Ahaz
Eleazar
Salmon
Hizkia
Matan
Boaz
Manase
Yakub
Obed
Amon
Yusuf (suami Maria)
Isai
Yosia
Yesus Sang Mesias
Daud
Yekhonya


Apa yang salah dengan silsilah yang ditulis oleh Matius? Jika dihitung dihasilkan pola 14-14-13, berarti Matius keliru? Jika Matius keliru maka Kitab Suci keliru?

Bagaimana kita menjelaskan problematika silsilah di atas? Setidaknya saya akan menggunakan dua pendekatan dengan dua rujukan teks yaitu teks Injil Matius berbahasa Yunani dan teks Injil Matius berbahasa Aramaik dari Peshitta. Mengapa dipergunakan dua rujukan tersebut di atas? Sebagai pembanding untuk mendapatkan beberapa perspektif jawaban yang lebih akurat.

Sebagaimana kita tahu bahwa setidaknya para peneliti Kitab Perjanjian Baru terbagi dalam tiga kelompok yaitu Greek Primacist yang meyakini bahwa Kitab Perjanjian Baru (Injil dan tulisan rasuli) ditulis dalam bahasa sumber Yunani. Kelompok Aramaic Primacist meyakini bahwa Kitab Perjanjian Baru (ditulis dalam bahasa sumber Aramaik. Kelompok Hebrew Primacist meyakini bahwa Kitab Perjanjian Baru ditulis dalam bahasa Ibrani. Diskusi mengenai keyakinan masing-masing kelompok beserta dalil-dalil pembuktiannya dapat dibaca dalam beberapa artikel saya dengan judul, “Keberadaan Peshitta Aramaik Sebagai Sumber Terjemahan Kitab Perjanjian Baru Yunani[1] dan “Biografi Yesus dalam Bahasa Ibrani Sebagai Sumber Terjemahan Kitab Perjanjian Baru Yunani”[2]

Penjelasan Pertama (Berdasarkan Naskah Yunani)

Letak persoalan sebenarnya bukan ada atau tidak adanya nama yang melengkapi pola generasi dengan susunan 14-14-14. Yang terjadi adalah kesalahan dalam menempatkan susunan nama orang. Kita akan letakkan nama orang berdasarkan urutan sbb:

Susunan 1
(14)
Susunan 2
(14)
Susunan 3
(14)
Abraham
Salomo
Sealtiel
Ishak
Rehobeam
Zerubabel
Yakub
Abia
Abihud
Yehuda
Asa
Elyakim
Perez
Yosafat
Azor
Hezron
Yoram
Zadok
Ram
Uzia
Akhim
Aminadab
Yotam
Eliud
Nahason
Ahaz
Eleazar
Salmon
Hizkia
Matan
Boaz
Manase
Yakub
Obed
Amon
Yusuf
Isai
Yosia
Maria
Daud
Yekhonya
Yesus Sang Mesias

Mengapa memasukkan Maria dalam silsilah sementara semua daftar silsilah hanya mencantumkan nama laki-laki? Karena Matius 1:16 menuliskan dengan frasa Yunani Iooseph ton andra Marias (Yusuf suami Maria) maka Maria selayaknya diperhitungkan masuk dalam hitungan karena Maria melahirkan Yesus bukan dari hasil hubungan biologis

Penjelasan Kedua (Berdasarkan Peshitta Aramaik)

Susunan berikut hampir sama dengan susunan penjelasan pertama. Namun yang mebedakan adalah sumber rujukan teks dan penafsiran atas frasa dalam bahasa Aramaik, ܠܝܰܘܣܶܦ݂ ܓ݁ܰܒ݂ܪܳܗ ܕ݁ܡܰܪܝܰܡ (Yosef gabrah d’Maryam, Mat 1:16).

Susunan 1
(14)
Susunan 2
(14)
Susunan 3
(14)
Abraham
Salomo
Sealtiel
Ishak
Rehobeam
Zerubabel
Yakub
Abia
Abihud
Yehuda
Asa
Elyakim
Perez
Yosafat
Azor
Hezron
Yoram
Zadok
Ram
Uzia
Akhim
Aminadab
Yotam
Eliud
Nahason
Ahaz
Eleazar
Salmon
Hizkia
Matan
Boaz
Manase
Yakub
Obed
Amon
Yusuf (ayah Maria)
Isai
Yosia
Maria
Daud
Yekhonya
Yesus Sang Mesias

Paul Younan dalam artikelnya berjudul, “The Aramaic Solution to Jesus’s Conlicting Genealogies[3] mengatakan bahwa frasa Yosef gabrah d’Maryam (Mat 1:16) seharusnya diterjemahkan “Yusuf ayah Maria”. Menurut penyelidikan Younan kata gabrah adalah bentuk posesif dari kata ܠܓ݂ܰܒ݂ܪܳܐ (gabra). Kata gabra menurut A Compendious Syriac Dictionary karya J. Payne Smith mengandung arti, “laki-laki”, “suami”, “orang dewasa” . Semua arti tersebut tergantung konteks kalimatnya.

Younan berpendapat, sekalipun kamus di atas tidak mencantumkan kata gabra bermakna ayah, namun Younan mengelompokkan dimana saja muncul kata gabra diterjemahkan dalam 3 opsi (manusia, suami, ayah) sbb:

Gabra – Manusia/Orang

"Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu” (Mat 7:24)

Setelah Yesus pergi dari situ, Ia melihat seorang yang bernama Matius duduk di rumah cukai, lalu Ia berkata kepadanya: "Ikutlah Aku." Maka berdirilah Matius lalu mengikut Dia” (Mat 9:9)

Gabra – Suami

Maka datanglah orang-orang Farisi, dan untuk mencobai Yesus mereka bertanya kepada-Nya: "Apakah seorang suami diperbolehkan menceraikan isterinya?” (Mrk 10:2)
Karena suami adalah kepala isteri sama seperti Mesias adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh” (Ef 5:23)

Gabra - Ayah

Adakah seorang (ayah) dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti” (Mat 7:9)

"Tetapi apakah pendapatmu tentang ini: Seorang (ayah) mempunyai dua anak laki-laki. Ia pergi kepada anak yang sulung dan berkata: Anakku, pergi dan bekerjalah hari ini dalam kebun anggur” (Mat 21:28)[4]

Younan memberikan kesimpulan atas frasa Yosef gabrah d’Maryam demikian, “Depending on context, it has been shown that (gabra) can mean ‘man, husband or father’. The usage in verse 16 would demand that we translate (gabra) as ‘father’ rather than ‘husband’, since the context is a genealogy. Verse 18 & 19, however, would demand that we assosiate that Joseph with her ‘husband’ since the context is that of marriage[5] (Berdasarkan konteksnya kata ܠܓ݂ܰܒ݂ܪܳܐ (gabra) dapat bermakna ‘seseorang, suami, atau ayah. Penggunaan dalam ayat 16 menuntut kita untuk menerjemahkan ܠܓ݂ܰܒ݂ܪܳܐ (gabra) dengan ‘ayah’ tinimbang ‘suami’, karena konteksnya adalah silsilah, Sementara ayat 18 dan 19 menuntut kita menghubungkan Yusuf bersama suaminya karena berdasarkan konteksnya berbicara perihal pernikahan).


Menurut Younan, jika Yusuf adalah suami Maria (Mat 1:16) seharusnya yang lebih dekat adalah dipergunakan bahasa Aramaik  ba’la atau  ܒ݁ܰܥܠܳܗ  (ba’lah) sebagaimana muncul dalam beberapa ayat berikut:

Lagipula di situ ada Hana, seorang nabi perempuan, anak Fanuel dari suku Asyer. Ia sudah sangat lanjut umurnya. Sesudah kawin ia hidup tujuh tahun lamanya bersama suaminya” (Luk 2:36)

Karena itu penilik jemaat haruslah seorang yang tak bercacat, suami dari satu isteri, dapat menahan diri, bijaksana, sopan, suka memberi tumpangan, cakap mengajar orang” (1 Tim 3:2)[6]

Penjelasan Ketiga (Berdasarkan Du Tillet Matthew)

Penjelasan ketiga datang dari DR. James Trimm, yang menerbitkan Kitab Suci Hebraic Root Version New Testament yang melandaskan terjemahan Kitab Perjanjian Baru pada naskah-naskah Ibrani dan Aramaik. Dalam Hebraic Root Version New Testament, beliau memberikan susunan silsilah Yesus dengan menyematkan nama “Avner” diantara nama Abiud dan Eliakim sebagaimana bagan berikut:[7]

Susunan 1
(14)
Susunan 2
(14)
Susunan 3
(14)
Abraham
Salomo
Sealtiel
Ishak
Rehobeam
Zerubabel
Yakub
Abia
Abihud
Yehuda
Asa
Avner
Perez
Yosafat
Elyakim
Hezron
Yoram
Azor
Ram
Uzia
Zadok
Aminadab
Yotam
Akhim
Nahason
Ahaz
Eliud
Salmon
Hizkia
Eleazar
Boaz
Manase
Matan
Obed
Amon
Yakub
Isai
Yosia
Yusuf
Daud
Yekhonya
Yesus Sang Mesias

Rujukan DR. James Trimm didasarkan pada naskah Matius berbahasa Ibrani versi Du Tilet[8]. Menurut Hugh Schonfield dalam bukunya An Old Hebrew Tezxt of St. Matthew’s Gospel, naskah Matius berbahasa Ibrani versi Du Tillet adalah manuskrip yang ditemukan pada tahun 1553 di Roma oleh Jean Du Tillet, Bishop dari Brieu, Prancis yang menyelamatkan naskah tersebut dari rumah seorang Yahudi dari pembakaran yang diperintahkan oleh Pietro, Cardinal dari Caraffa, Jendral Inkuisisi suruhan Paus Julius III. Manuskripini disimpan di Museum Bibliotheque Nationale Paris dengan kode Hebrew Manuskrip No 132[9]

Namun Paul Younan menyanggah terjemahan DR. James Trimm dan berkata, “According to the modern academically accepted framework, the Peshitta is a revision of the Old Syrian=which, in turn, is a translation from the Greek...Once again, the Old Syriac show it self to be a fraud and a translation directly from the Greek. For Matthew 1:16, it reads, ‘Joseph, to whom she was betrothed” (Eng). Not surprisingly, it is caught red-handed because it also preserves the original Peshitta raeding of (ba’alah) in verse 19. The Peshitta is the only Aramaic version that preserved the original reading. The Greek versions were based on the Peshitta and the Old Syriac is an imposter translated from the Greek-AFTER the mistranslation had crept into the Greek translation[10] (Menurut kerangka akademis modern yang disepakati, Peshitta adalah revisi dari Old Syriac yang, pada gilirannya, adalah terjemahan dari bahasa Yunani ... Sekali lagi, Old Syriac menunjukkan dirinya sebagai penipuan dan terjemahan langsung dari bahasa Yunani. Untuk Matius 1:16 Old Syriac menuliskan, "Yusuf, kepada siapa dia bertunangan". Tidak mengherankan, itu tertangkap tangan karena Old Syriac mempertahankan pembacaan asli dari Peshitta mengenai (ba'alah) dalam ayat 19. Peshitta adalah versi bahasa Aram yang memelihara pembacaan asli. Versi Yunani didasarkan pada Peshitta dan Old Syriac adalah terjemahan tipuan dari bahasa Yunani - SETELAH kekeliruan penerjemahan yang merayap ke dalam terjemahan Yunani).

Dan mengenai Matius versi Du Tillet, Paul Younan memberikan pendapatnya, “I believe it can be demonstrated with this and other examples that Hebrew Matthew never exixted-that it was in Aramaic that Matthew wrote his Gospel and that by the Hebrew Dialect Judean Aramaic was meant[11] (Saya percaya itu dapat dibuktikan dengan ini dan contoh-contoh lain bahwa bahasa Matius bahasa Ibrani tidak pernah ada - bahwa Kitab itu ditulis dalam bahasa Aram yaitu Matius menulis Injilnya dan bermakna dalam dialek bahasa Ibrani Yudea Aram )

Kesimpulan

Berdasarkan kajian naskah Yunani dan Aramaik serta Ibrani baik Peshitta maupun Matius versi Du Tilet – terlepas ada kontroversi dan ketidaksepahaman mengenai otentisitas atau orisinalitas sumber – maka ditemukan 3 opsi penjelasan sbb:

Pertama, daftar silsilah Yesus tetap memenuhi pola 14 generasi dari Abraham sampai Daud dan 14 generasi Daud sampai pembuangan serta 14 generasi dari pembuangan sampai Yesus berdasarkan kriteria Matius 1:17 dengan memasukkan nama Maria dalam daftar silsilah dikarenakan proses kelahiran Yesus bukan dari hasil hubungan biologis melainkan supranatural sehingga baik Yusuf dan Maria masuk dalam daftar silsilah.

Kedua, daftar silsilah Yesus tetap memenuhi pola 14 generasi dari Abraham sampai Daud dan 14 generasi Daud sampai pembuangan serta 14 generasi dari pembuangan sampai Yesus berdasarkan kriteria Matius 1:17 dengan menerjemahkan kata Aramaik Gabra bagi Yusuf sebagai ayah Maria sehingga nama Yusuf dalam silsilah Matius 1:1-25 adalah dari jalur Maria bukan jalur Yusuf (berbeda dengan anggapan banyak teolog yang menafsirkan bahwa Matius 1:1-25 adalah sislisah Yesus dari jalur Yusuf).

Ketiga, daftar silsilah Yesus tetap memenuhi pola 14 generasi dari Abraham sampai Daud dan 14 generasi Daud sampai pembuangan serta 14 generasi dari pembuangan sampai Yesus berdasarkan kriteria Matius 1:17 dengan memasukkan nama Avner dalam silsilah antara Avihud dan Elyakim berdasarkan Matius bahasa Ibrani versi Du Tilet dan Old Syriac.

Ketiga opsi ini tentu menimbulkan pertanyaan, mana diantara ketiganya yang paling benar? Saya tidak akan memilih salah satu dari ketiganya melainkan menjadikan ketiganya sebagai opsi dan perspektif yang paling masuk akal untuk menjelaskan berbagai pertanyaan dan tudingan kekeliruan silsilah Yesus yang dilaporkan oleh Matius.

Jika kitab Matius berbahasa Yunani yang menjadi rujukan, maka tidak ada kekeliruan sama sekali dalam daftar silsilah. Letak persoalan hanyalah dalam menempatkan dan menafsirkan nama-nama yang ada dalam urutan silsilah. Kesalahan penempatan nama akan menimbulkan ketimpangan susunan silsilah dengan pola 14-14-14.

Kiranya penjelasan singkat ini semakin memperkaya wawasan keimanan kita serta pengetahuan kita akan Kitab Suci baik TaNaKh dan Perjanjian Baru sebagai fundamen keimanan dan kesaksian hidup Kristiani.



[1] Keberadaan Peshitta Aramaik Sebagai Sumber Terjemahan Kitab Perjanjian Baru Yunani, http://teguhhindarto.blogspot.com/2011/10/sumber-sumber-semitik-kitab-perjanjian.html

[2] Biografi Yesus dalam Bahasa Ibrani Sebagai Sumber Terjemahan Kitab Perjanjian Baru Yunani, http://teguhhindarto.blogspot.com/2011/10/sumber-semitik-kitab-perjanjian-baru-2.html

[3] The Aramaic Solution to Jesus’s Conlicting Genealogies, http://aramaicnttruth.org/downloads/outside/Aramaic%20Jesus%20Genealogy.pdf

[4] Ibid.,

[5] Ibid.,

[6] Ibid.,

[7] Hebraic Root Version New Testament: A Translation of the New Testament taken from Ancient Hebrew and Aramaic Manuscripts, Society for the Advancement of Nazarene Judaism, Po.Box 471, Hurst, TX 76053, p.1

[8] Textual Criticsm of the Semitic New Testament, www.nazarene.net/hantri/FreeBook/textcom.pdf, p. 22-23

[9] Ibid., p. 1

[10] Op.Cit., The Aramaic Solution to Jesus’s Conlicting Genealogies

[11] Ibid.,

4 komentar:

  1. id Amor

    Artikel ini dibuat untuk menjawab tantangan Amor di Group Esra Soru

    BERIKUT INI KRONOLOGINYA :




    Id Amor
    Adakah dari rekan rekan Kristian di Group ada yang bisa membuktikan kalau ayat matius 1:17 ini benar?

    1:17 Jadi seluruhnya ada: empat belas keturunan dari Abraham sampai Daud, empat belas keturunan dari Daud sampai pembuangan ke Babel, dan empat belas keturunan dari pembuangan ke Babel sampai Kristus.

    untuk membuktikan kebenarannya sangat mudah,yaitu :

    ==>Silsilah yesus dari Abraham-sampai Daud ada 14 keturunan / generasi.
    ==>Silsilah yesus dari Daud-sampai (seseorang/Generasi yang hidup pada masa ) Pembuangan BABEL ada 14 keturunan / generasi.
    ==>Silsilah yesus dari (seseorang/Generasi yang hidup pada masa)Pembuangan Babel-sampai Yesus ada 14 keturunan / generasi.

    Semoga ada yang bisa dan berkenan membuktikan kalau ayat tersebut benar benar betul atau betul betul benar.
    Berhenti Mengikuti Kiriman • 29 November 2011 pukul 22:48

    • Id Amor sekali lagi saya mempersilahkan Bp Pendeta Esra Soru, Shem Tov dkk bisa turut berpartisipasi dalam pembahasan topik ini
    6 Desember 2011 pukul 1:41



    Id Amor Bp pendeta Shem Tov diundang ke thread ini,sampai saat ini belum memenuhi undangan,malah memilih mengundang amor membahas soal Qs 70:40 sebuah topik yang sudah berulang ulang dibahas dan pemilihan topiknya sangat tidak sistematis

    sedangkan permintaan amor ini,memulai pembahasan dengan pemilihan topik yang sistematis..

    memulai pembahasan ayat yang paling awal dalam kitab suci kristiani,karena membahas soal mat 1:17 tidak bisa lepas dari pembahasan secara utuh mat 1:1-17
    6 Desember 2011 pukul 14:12

    • Shem Tov Mengenai Matius 1:1-17 sudah jelas apa yang disampaikan Ap Christo jika melandaskan pada naskah Matius berbahasa Yunani. Pertanyaan Anda mengenai Yosia, memang dia raja terakhir saat kerajaan utara mengalami pembuangan
    8 Desember 2011 pukul 3:35


    Shem Tov Namun saya akan membuat kajian khusus Matius 1:17 dari Kitab Peshitta Aramaik yang memunculkan harmonitas 14-14-14 generasi tersebut. Tunggu saja jika saya sudah menyelesaikannya, maka Anda dapat membacanya
    8 Desember 2011 pukul 3:35

    • Id Amor Atau kalau perlu ,amor buatkan NOTE KHUSUS,kalau anda sangat yakin bisa membuktikan kebenaran ayat mat 1:17 diskusi hanya kita berdua membahas topik ini,adapaun diluar kita berdua hanyalah penonton,yang berarti komentar mereka hanyalah bersifat sementara (sekedar iklan),akan dihapus kalau peserta utama diskusi sudah memberikan tanggapan?

    anda setuju pak Pendeta Shem Tov?
    8 Desember 2011 pukul 12:24


    Shem Tov Boleh saja Id Amor
    8 Desember 2011 pukul 15:59


    Id Amor
    8 Desember 2011
    Sudah lama sekali tidak berdiskusi khusus 1 lawan 1,kebetulan ada Bp Pendeta Shem Tov yang berjanji akan membuat Kajian khusus terhadap mat 1;17 merespon status saya di sebuah group.

    dan inilah pernyataannya :

    ==
    Shem Tov Namun saya akan membuat kajian khusus Matius 1:17 dari Kitab Peshitta Aramaik yang memunculkan harmonitas 14-14-14 generasi tersebut. Tunggu saja jika saya sudah menyelesaikannya, maka Anda dapat membacanya
    8 jam yang lalu •==

    dan amor respon :

    amor persilahkan anda membuat kajian khusus,karena itu juga yang diharapkan amor dalam thread ini.

    dan kalau sekiranya anda mampu membuktikan kebenaran ayat tersebut,jangan sekedar memberi kesempatan amor membacanya tetapi beri juga kesempatan amor untuk mempertanyakan dan mengkritisi jawaban anda.

    anda setuju?

    Atau kalau perlu ,amor buatkan NOTE KHUSUS,kalau anda sangat yakin bisa membuktikan kebenaran ayat mat 1:17 diskusi hanya kita berdua membahas topik ini,adapaun diluar kita berdua hanyalah penonton,yang berarti komentar mereka hanyalah bersifat sementara (sekedar iklan),akan dihapus kalau peserta utama diskusi sudah memberikan tanggapan?

    anda setuju pak Pendeta Shem Tov?


    NEXT

  1. id Amor

    dan Kita perhatikan satu persatu apa yang ‘diklaim’ Shem Tov sudah memenuhi permintaan Amor di atas.





    PERTAMA :P emilihan Judul



    Pdt Teguh Hindarto Memilih judul Artikelnya : MENJAWAB PERSOALAN SILSILAH YESUS DALAM INJIL MATIUS 1:1-25





    Respon Amor



    dari Pemilihan judul saja masih jauh kalau hal tersebut benar benar memenuhi permintaan amor yang secara subtansi permintaannya adalah PEMBUKTIAN KEBENARAN MAT 1:17.



    karena yang di ajukan Pdt Teguh Hindarto hanya baru level ‘menjawab’, BUKAN MEMBUKTIKAN KEBENARAN MAT 1:17 /atau (tentang Silsilah Yesus mat 1-25)



    karena kalau sekedar “MENJAWAB”, jawaban ngawur atau jawaban asal asalan memenuhi kriteria Sudah menjawab” tetapi MEMBUKTIKAN KEBENARAN secara otomatis juga bermakna Menjawab dan jawabannya tidak boleh ngawur dan asal asalan

    next..

  1. id Amor

    KEDUA,Tulisan Pembuka





    Pdt Teguh Hindarto menulis Pembuka

    :



    Dari aspek ontologis (hakikat), Yesus adalah Sang Firman Tuhan yang menjadi manusia sebagaimana dikatakan, “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran” (Yoh 1:14). Kemanusiaan Yesus bukan dikarenakan terjadi melalui proses penciptaan melainkan oleh kuasa Roh Kudus (Luk 1:35). Yesus dilahirkan melalui perawan Maryam namun tidak diciptakan.



    Dari aspek antropologis (kemanusiaan) Yesus adalah manusia perwujudan Sang Firman Tuhan. Ada dualitas dalam Yesus (keilahian dan kemanusiaan) namun dualitas itu tidak bercampur dan tidak juga terpisah namun sedemikian rupa terjalin dalam harmoni.



    Sebagai manusia, Yesus lahir dari garis keturunan Yahudi (Yehuda) sebagaimana dikatakan dalam Ibrani 7:14, “Sebab telah diketahui semua orang, bahwa Junjungan Agung kita berasal dari suku Yehuda dan mengenai suku itu Musa tidak pernah mengatakan suatu apa pun tentang imam-imam”. Yesus adalah keturunan Daud sebagaimana malaikat berkata kepada Maryam, “Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Tuhan Yang Mahatinggi. Dan YHWH Tuhan akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya” (Luk 1:32). Bahkan Yesus menyatakan kepada Yohanes dalam kemuliaan setelah kebangkitannya dari alam maut dengan mengatakan, “”Aku, Yesus, telah mengutus malaikat-Ku untuk memberi kesaksian tentang semuanya ini kepadamu bagi jemaat-jemaat. Aku adalah tunas, yaitu keturunan Daud, bintang timur yang gilang-gemilang.”





    respon Amor :



    Pada bagian ini,untuk sementara Amor tidak perlu membahas lebih jauh. Agar pembahasannya bisa terfokus dan tahap demi tahap, tetapi tidak tertutup kemungkinan kalau nanti juga sampai pada pembahasan masalah ini

    next..

  1. id Amor
    Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

Posting Komentar