SEBUAH KRITIK UNTUK SACRED NAME MOVEMENT DI INDONESIA
Ada satu kesalahan serius yang dilakukan oleh beberapa kelompok Sacred Name Movement (Gerakan Pemulihan Nama Suci) di Indonesia yang tengah mengusung visi untuk memulihkan nama YHWH dan Mesias Yahshua/Yeshua, yaitu memperlakukan Kitab Ha Berit ha Khadasha sebagai Kitab Perjanjian Baru berbahasa Ibrani yang asli. Klaim tersebut dibuat untuk membuktikan perihal tertulisnya nama YHWH dan Yeshua dalam Kitab Perjanjian Baru berbahasa Yunani. Pernyataan ini dibuat untuk menyangkal pula varian pembacaan lain terhadap nama Mesias yaitu Yahshua, Yahushua, Yehoshua.
Benarkah bahwa Ha Berit ha Chadasha adalah Kitab Perjanjian Baru berbahasa Ibrani yang asli? Dalam kajian berikut, saya tidak akan mempersoalkan mengenai nama YHWH dan nama Yahshua atau Yeshua (sebagaimana kerap dikumandangkan oleh kelompok Sacred Name Movement) karena kajian-kajian tersebut telah saya ulas dalam beberapa judul berikut:
Mengenai Nama Dan Atribusi Tuhan[1]
Meninjau Ulang Penggunaan Nama Allah Dalam Terjemahan LAI[2]
Nama Sang Juruslamat[3]
Apakah Nama Yahshua Tidak Ada Dalam Kitab Suci?[4]
Mengapa klaim Sacred Name Movement di Indonesia yang menyatakan bahwa Ha Berit ha Chadasha adalah keliru? Karena Ha Berit ha Chadasha adalah TERJEMAHAN dari naskah Perjanjian Baru berbahasa Yunani. Semangat dalam memberitakan apa yang diyakini benar memang harus disertai pengetahuan yang memadai baik dari segi ilmu sejarah naskah Kitab Suci, sejarah penerjemahan Kitab Suci dan ilmu-ilmu pendukung lainnya. Jika tidak, maka setiap pernyataan yang dikeluarkan hanya akan menjadi bahan tertawaan bagi kaum cerdik pandai. Kebenaran itu harus dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karenanya menyampaikan kebanaran harus dapat dipertanggungjawabkan dari berbagai aspek yang mendukung.
Berbicara mengenai Kitab Perjanjian Baru, perlu diketahui bahwa kita tidak memiliki naskah asli Kitab Perjanjian Baru berbahasa Yunani. Secara MATERIAL Kekristenan memiliki Kitab Peshitta Aramaik dan Kitab Perjanjian Baru berbahasa Yunani.
Kita hanya memiliki bukti FORMAL bahwa pada mulanya hanya ada satu Injil yang ditulis oleh Matius dalam bahasa Aram yang berisikan perkataan atau ajaran Yesus sebagaimana disaksikan oleh Papias (150-170 SM) yang menyatakan bahwa “Matius telah menyusun kata-kata ini dalam bahasa Ibrani dan yang lainnya menerjemahkan semampunya” (Eusebeius,Ecclesiatical Historiae 3:39). Namun kita sudah tidak dapat menemukan Injil dalam bahasa Ibrani tersebut.
Frasa, “yang lainnya menerjemahkan semampunya” menimbulkan beberapa kemungkinan pendapat, Pertama, Injil Matius kemudian dikembangkan oleh para murid yangmemiliki kemampuan berbahasa Yunani sehingga menimbulkan empat Injil Matius, Markus, Lukas, Yohanes dalam bahasa Yunani. Kemudian Injil berbahasa Yunani tersebut diterjemahkan dalam bahasa Aramaik yang disebut Peshitta. Kedua, Injil Matius kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Aramaik oleh para murid yang berbahasa Aram dan menghasilkan Peshitta dan kemudian Peshitta diterjemahkan dalam bahasa Yunani.
Sampai saat ini ada tiga kelompok pemahaman mengenai bahasa penulisan Kitab Injil dan Perjanjian Baru. Kelompok pertama menyatakan bahwa Injil dan Kitab Perjanjian Baru ditulis aslinya dalam bahasa Yunani dan kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Aramaik yang disebut dengan Peshitta. Kelompok ini dinamakan Greek Primacist.. Kelompok Kedua menyatakan bahwa Injil dan Kitab Perjanjian Baru ditulis semula dalam bahasa Aramaik lalu diterjemahkan dalam bahasa Yunani. Kelompok ini dinamakan Aramaic Primacits[5]. Kelompok ketiga meyakini bahwa naskah Matius berbahasa Ibrani yang diinformasikan Papias menjadi dasar bagi penerjemahan berbagai naskah Injil dalam bahasa Yunani[6]. Masing-masing pendirian dalam kedua kelompok tersebut memiliki kelebihan dan kekurangannya.
Terlepas mana teori yang benar kita tidak akan memperdebatkannya dalam kajian ini karena dalam artikel yang saya tulis dengan judul Sumber-Sumber Semitik Kitab Perjanjian Baru[7] telah dibahasa panjang lebar kekuatan dan kekurangan masing-masing teori tersebut dan dimana saya mengambil sikap atas perbedaan pendapat tersebut.
Kita memiliki sejumlah edisi terjemahan Kitab Suci baik TaNaKh (bahasa Ibrani) dan Kitab Perjanjian Baru (bahasa Yunani) dalam bahasa Inggris mulai dari terjemahan Wyclife Bible (1380), King James Version (1611) sampai terjemahan modernEnglish Revised Version (2006). Bagan berikut akan menolong kita melihat berbagai versi terjemahan berbahasa Inggris yang mendasarkan pada naskah Masoretik untuk TaNaKh dan naskah Textus Receptus untuk Perjanjian Baru berbahasa Yunani.
Bagan berikut akan mempermudah kita menjelajahi proses terjemahan tersebut.
Gambar 1: [8]
Gambar 2[9]
Gambar 3[10]
Setelah adanya terjemahan berbahasa Inggris dengan berbagai versi di atas, maka diperlukan sebuah usaha untuk menerjemahkan Kitab Perjanjian Baru untuk komunitas Yahudi agar mereka menerima Yesus sebagai Mesias. Upaya-upaya tersebut muncul dari kalangan sarjana-sarjana Kristen yang ahli di bidang bahasa-bahasa Semitik.
Berikut saya kutipkan berbagai versi terjemahan Ibrani yang merujuk dari naskah Perjanjian Baru berbahasa Yunani al.,
- 1537, Gospel of Matthew, Sebastian Münster, Basel – (didasarkan pada salah satu terjemahan Rabinik Injil Matius)
- 1551, 1550 Gospel of Matthew, J. Quinquarboreus (Jean Cinqarbres) and 1550 Jean Mercier (Hebraist), Paris - confused with Sebastian Münster's adaption of a Rabbinical text of Matthew, but prepared from another of the Rabbinical translations of Matthew, purchased in Italy by bishop Jean du Tillet.
- 1553, Psalms and first 2 chapters of Matthew, Anton Margaritha, Leipzig - a Jewish convert.
- 1557, Epistle to the Hebrews, Sebastian Münster, Basel
- 1560s? unpublished manuscript of the New Testament. Erasmus Oswald Schreckenfuchs (1511-1579) Professor of Mathematics, Rhetorics, and Hebrew, first at Tubingen, afterwards at Freiburg in Breisgau.
- 1569, Tremellius publishes an edition of the Syriac Peshitta in Hebrew letters.
- 1574, Gospel of Luke, Fredericus Petrus, Lutheran pastor of the church of Brunswick.
- 1575, Gospel of Mark, Walther Herbst, Wittemberg
- 1576, The Anniversary Gospels in four languages, Johannes Claius (Johann Klaj), Leipzig
- 1586, The Anniversary Epistles in four languages, ed. Conrad Neander, Leipzig
- 1598, Epistles to the Galatians and the Ephesians, György Thúri (Georgius Thurius), Wittenberg
- 1599, New Testament in 12 languages, Elias Hutter, Nuremburg
- 1661, New Testament, William Robertson, London. Revised version of Hutter 1599
- 1668, Latin-Hebrew Gospels, Jona, Giovanni Battista (1588–1668), (originally Jehuda Jona ben-Isaac), Rome
- 1734, Epistle to the Hebrews, Friedrich Albert Christian, Halle
- 1735, Gospel of Luke, Heinrich Frommann, Halle
- 1766, Epistle to the Hebrews, György Kalmár, Amsterdam
- 1796, New Testament, Dominik von Brentano, Vienna and Prague
- 1798-1805, NT, Richard Caddick, London. Revised version of Hutter 1599 and Robertson 1661
- 1805, The Four Gospels, Thomas Yeates, London Apparently a revision of Jona, Giovanni Battista 1668
- 1813-1817, New Testament, Thomas Fry and W. B. Collyer, London
- 1831, New Testament, Novum Testamentum, Hebraice ed. William Greenfield, London
- 1838, New Testament, Alexander M'Caul (1799–1863), Johann Christian Reichardt (1803–1873), Stanislaus Hoga and Michael Solomon Alexander for the London Society for Promoting Christianity Amongst the Jews.
- 1846, New Testament, Johann Christian Reichardt (1803–1873), London
- 1851-1867, Luke, Acts, Romans and Hebrews, Johann Heinrich Raphael Biesenthal (1800–1886), Berlin
- 1863, New Testament, Hermann Heinfetter, London
- 1865, New Testament, Ezekiel Margoliouth, London Jews' Society, London. This is the only complete cantillated translation of the New Testament.
- 1866, New Testament, J. C. Reichardt and J. H. R. Biesenthal, London
- 1869, Gospel of Matthew, Elias Soloweyczyk
- 1875, Gospel of Matthew, William Henry Guillemard, Cambridge
- 1877-1889, New Testament, Franz Delitzsch (1813-1890), Leipzig. The first edition was published in 1877, the 10th edition - which was the last one revised by Delitzsch himself - in 1889. The first edition was based on the Codex Sinaiticus. However, at the behest of the British and Foreign Bible Society, subsequent editions followed the Textus Receptus, a more traditional and less critical edition. The translation was revised by Arnold Ehrlich (1848–1919).
- 1885, New Testament, Isaac Salkinsohn (c. 1820-1883)
- 1886, New Testament, I. Salkinson and C. D. Ginsburg, London. This edition is a profound revision of Salkinsohn 1885 by Christian David Ginsburg (1831–1914). It was first distributed by the Trinitarian Bible Society, now distributed by The Society for Distributing Hebrew Scriptures. Background information on the translation is available, and there is a revised and modernized by Eri S. Gabe (2000). The translation is issued in bilingual editions (such as Hebrew-English on facing pages) with the explicit aim of making it appealing to Jews.
- 1892, New Testament, Delitzsch and Gustaf Dalman. This is the 11th edition of Delitzsch, profoundly revised by Dalman, based on older manuscripts. Most later printed editions of Delitzsch are based on this one.
- 1948-1950, Gospels of Matthew and Mark, J.-M. Paul Bauchet, Jerusalem. These are slightly revised versions of Delitzsch.
- 1957, Gospel of John, Moshe I. Ben Maeir, Denver
- 1969, The Gospel of Mark, Robert Lisle Lindsey
- 1975, New Testament, J.-M. Paul Bauchet and D. Kinneret Arteaga, Rome. In modern Hebrew, without vowel points.
- 1977, New Testament, United Bible Societies, Jerusalem. This is a modern Hebrew translation prepared by an ecumenical team of scholars in the beginning of the seventies. The translation was first published by The Bible Society in Israel in 1977. It has been revised several times, latest in 2010. Part of this translation - primarly the four gospels and to a lesser grade the Book of Revelations - is apparently based on Delitzsch (see above), while the Acts of the Apostles and the Epistles seem to be independent translations.
- 1977, New Testament, Living Bible International, translator unknown. This is more a paraphrase than a literal translation in modern Hebrew, in line with other translations of The Living Bible. The four gospels and the Acts of the Apostles were published in Israel in 1977 under the title Beit ha-lahmi.[11]
Seiring dengan kebangkitan Messianic Judaism yaitu kelompok orang-orang Yahudi dan Yudaisme modern yang menerima Yesus sebagai Mesias dan beribadah dengan tata cara Yahudi dan mereka tidak mau disebut Kristen, maka dihasilkanlah berbagai versi terjemahan berbahasa Inggris yang mengacu pada naskah Perjanjian Baru berbahasa Yunani namun dengan mengangkat idiom-idiom Semitik Yudaik. Beberapa terjemahan Kitab Suci tersebut al.,
Restoration Scriptures[12]
The Sacred Scriptures[13]
The Scriptures[14]
Complete Jewish Bible & Jewish New Testament[15]
The Hebraic Root Version Scriptures[16]
Orthodox Jewish Brit Chadasha[18]
Dari berbagai versi Perjanjian Baru hasil terjemahan dari bahasa Yunani ke dalam bahasa Ibrani yang populer dipergunakan adalah versi Hebrew New Testament [19]dari Salkinson dan Ginsburg yang juga kerap disebut Ha Berit ha Khadasha.
Karya berikutnya adalah terjemahan Hebrew Gospel [20]dari Franz Delitzh dipuji sebagai sebuah terjemahan yang menampilkan karakter bahasa Semitik dalam setiap ucapan Yesus dan keseluruhan Kitab Perjanjian Baru sehingga mengena ke dalam konteks orang-orang Yahudi[21]. Terjemahan pertama dikerjakan pada tahun 1877-1889 dan sekarang telah diperbarui dengan bentuk yang lebih menarik.
Namun demikian terjemahan Franz Delitzh pun dinilai masih memiliki sejumlah kekurangan serius al., sumber rujukan bukan dari naskah Semitik yaitu Peshitta melainkan dari naskah Yunani. Sekalipun Delitz mencantumkan nama YHWH di 182 tempat dalam terjemahannya namun merujuk pada pemahaman ahli Masoretik yang memperhunakan tanda baca yang menunjuk pemnbacaan YHWH dengan YEHOWAH (Jehovah)[22], dllsehingga Andrew Gabriel Roth menerjemahkan naskah Peshitta dan menerbitkan Aramaic English New Testament yang mendasarkan pada Peshitta Aramaik dan naskah Khabouris[23]
Apa yang dapat kita peroleh dari hasil penelusuran di atas? Pertama, kita telah membuktikan bahwa Ha Berit ha Khadasha yang tiada lain Hebrew Gospel karya Franz Delitzh adalah sebuah karya terjemahan dalam bahasa Ibrani yang menjadikan rujukan pada naskah Yunani. Mengatakan dan memperlakukan Ha Berit ha Khadasha atau Hebrew Gospelsebagai Kitab Perjanjian Baru yang asli, bukan saja menunjukkan ketidakpahaman proses penerjemahan, melainkan menunjukkan sikap fanatik buta dan tidak cermat membaca sejarah. Kedua, terkait pembuktian nama Mesias adalah Yesus.
Kedua, terkait pembuktian nama Mesias adalah Yeshua menjadi gugur (sekalipun secara akademis, saya tidak menolak probabilitas nama Yeshua sebagai nama Mesias) jika mengandalkan Ha Berit ha Khadasha atau Hebrew Gospel karena kitab tersebut dan kitab-kitab terjemahan Ibrani lainnya bukanlah kitab yang asli.
Ketiga, nama Yeshua adalah bentuk Aramaik dari Yeshu. Kitab Peshitta menuliskan nama ܝܶܫܽܘܥ (Yeshu ,huruf Ayin tidak dibaca). Nama Ishoo adalah bentuk pengucapan Neo Aramaik modern dari Timur. Nama Mesias identik dengan nama abdi Musa bernama Yahshua (Yehoshua/Yahushua) ben Nun. Mengapa demikian? Karena nama Yahshua ben Nun (Yoh 1:10) dieja menjadi Yeshua ben Nun (Neh 8:17). Bukan hanya itu, nama Yahshua ben Yahtsadak (Zakh 6:11-13) dieja pula menjadi Yeshua ben Yahtsadak (Ezr 3:2)
Kiranya penjelasan ini dapat memberikan pencerahan yang lebih mencerdaskan bagi pembelajar baru dalam kajian ini sehingga tidak mudah dibingungkan oleh berbagai klaim tanpa penyertaan bukti dan data yang memadai.
---------------------
[1] https://pijarpemikiran.blogspot.com/2011/02/mengenai-nama-atribusi-tuhan-oleh-teguh.html
[2] https://pijarpemikiran.blogspot.com/2011/05/meninjau-ulang-penggunaan-nama-dalam.html
[3] https://pijarpemikiran.blogspot.com/2011/05/nama-sang-juruslamat.html
[4] https://pijarpemikiran.blogspot.com/2011/10/apakah-nama-yahshua-tidak-ada-dalam.html
[5] https://pijarpemikiran.blogspot.com/2011/10/sumber-sumber-semitik-kitab-perjanjian.html
[6] https://pijarpemikiran.blogspot.com/2011/10/sumber-semitik-kitab-perjanjian-baru-2.html
[7] Ibid.,
[8] Modern English Translation
http://www.charlotteicc.org/articles/s-t-u-d-y-t-o-o-l-s
[9] Ir. Harold Lolowang, MSc., Menyibak Kontroversi Dugaan Ketidakaslian Alkitab: Aplogetika Terhadap Misquoting Jesus, Yogyakarta: Andi Offset 2009, hal 92
[10] www.joinedtohashem.org
[11] Bible Translation Into Hebrew
http://en.wikipedia.org/wiki/Bible_translations_into_Hebrew
[12] www.restorationscriptures.org
[13] www.assembliesofyahweh.org
[14] www.isr-messianic.org
[15] http://www.messianicjewish.net/jntp/
[16] http://nazarenespace.com/profiles/blogs/hebraic-roots-version-ebook
[17] http://www.afii.org/ojbible.html
[18] http://www.alibris.com/search/books/isbn/9780939341030
[19] http://dc356.4shared.com/doc/kCZFu2-E/preview.html
[20] http://vineofdavid.org/resources/dhe/
[21] The Delitzsch Hebrew/English Gospels Unveiled
http://www.hopeabbey.com/?p=435
[22] Brit Chadasha
http://www.hebrewnewtestament.com/delitzsch.htm
[23] http://www.hebrewnewtestament.com/
1 komentar:
Amin Tuhan Isa memberkati
Posting Komentar