Masih banyak
dijumpai pemahaman dalam lingkungan Kekristenan yang mengatakan bahwa Satan dan
roh-roh jahat adalah tahayul dan isapan jempol hasil dari ketakutan manusia
serta kesalahan dalam menilai gejala psikologis tertentu. Tidak sedikit
rohaniawan Kristen yang tidak mempercayai keberadaan roh-roh jahat sebagai
mahluk yang nyata.
Tidak
mengherankan ketika terjadi berbagai kasus demonis seperti kerasukan, tenung,
sihir, gendham, teluh, santet yang dialami jemaat Kristen, tidak banyak pendeta
yang mengerti bagaimana cara menangani kasus tersebut sehingga membuat beberapa
jemaat tersesat dan mencari pertolongan kepada paranormal dan dukun-dukun.
Shatan ada
dan masih melakukan aktivitasnya sampai hari ini. Shatan adalah musuh kita.
Yesus berkuasa atas Shatan. Yesus memberikan kuasa kepada murid-muridnya dan
semua orang yang percaya padanya untuk mengusir Shatan.
Kajian ini
hendak memberikan uraian ringkas mengenai apa dan bagaimana Shatan menurut pandangan
Kitab TaNakh dan Perjanjian Baru dan bagaimana kita dapat melibatkan diri dalam
pelayanan Exorcisme atau pelepasan dari kuasa Shatan dengan menerapkan beberapa
prinsip Firman Tuhan.
Asal Usul
Satan:
Sebelum kita
mengupas asal usul Satan, kita akan mengkaji dia istilah penting dalam
terjemahan LAI berkaitan dengan roh-roh jahat yaitu istilah “Iblis” dan “Jin”. Kata ini bertebaran dalam sejumlah ayat-ayat dalam Al
Qur’an al.,[1]
“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat:
"Sujudlah kamu kepada Adam," maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia
enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir: (Qs 2;34)
“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat:
"Sujudlah kamu kepada Adam, maka sujudlah mereka kecuali Iblis. Dia adalah
dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. Patutkah kamu
mengambil dia dan turanan-turunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku,
sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (dari
Allah) bagi orang-orang yang zalim” (Qs
18;50)
Dan istilah yang sama, muncul pula dalam sejumlah ayat-ayat dalam
terjemahan TaNaKh dan Kitab Perjanjian Baru dalam bahasa Indonesia versi Lembaga Alkitab
Indonesia al.,25
“Pada suatu hari datanglah anak-anak Allah menghadap
TUHAN dan di antara mereka datang juga Iblis untuk menghadap TUHAN. Maka
bertanyalah TUHAN kepada Iblis: "Dari mana engkau?" Lalu jawab
Iblis kepada TUHAN: "Dari perjalanan mengelilingi dan menjelajah
bumi." Firman TUHAN
kepada Iblis: "Apakah engkau memperhatikan hamba-Ku Ayub? Sebab
tiada seorang pun di bumi seperti dia, yang demikian saleh dan jujur, yang
takut akan Allah dan menjauhi kejahatan. Ia tetap tekun dalam kesalehannya,
meskipun engkau telah membujuk Aku melawan dia untuk mencelakakannya tanpa
alasan." Lalu jawab Iblis kepada TUHAN: "Kulit ganti kulit! Orang
akan memberikan segala yang dipunyainya ganti nyawanya. Tetapi ulurkanlah
tangan-Mu dan jamahlah tulang dan dagingnya, ia pasti mengutuki Engkau di
hadapan-Mu." Maka firman TUHAN kepada Iblis: "Nah, ia dalam
kuasamu; hanya sayangkan nyawanya." Kemudian Iblis pergi dari
hadapan TUHAN, lalu ditimpanya Ayub dengan barah yang busuk dari telapak
kakinya sampai ke batu kepalanya.” (Ayb 2:1-7)
Adapun kata “Jin” muncul dalam
beberapa ayat terjemahan berikut,
“Janganlah
mereka mempersembahkan lagi korban mereka kepada jin-jin, sebab menyembah jin-jin
itu adalah zinah. Itulah yang harus menjadi ketetapan untuk selama-lamanya bagi
mereka turun-temurun” (Im 17:7)
“Di
sana berpapasan binatang gurun dengan anjing hutan, dan jin bertemu
dengan temannya; hantu malam saja ada di sana dan mendapat tempat perhentian”
(Yes 34:14)
Namun jika kita mengkaji dengan
seksama dalam teks Masoretik, ketiga kutipan di atas ternyata memiliki
terminologi yang berbeda. Kata “iblis” dalam Ayub 2:1-7 ternyata digunakan kata
“shatan”, sebagaimana saya kutipkan bunyi Ayub 2:1, “wayehi hayyom wayyabou beney ha Elohim lehityasev al YHWH wayavo gam ha
Shatan betokam lehityyass al YHWH”.
Demikian pula dengan kata Jin dalam Imamat 17:7 dalam teks
Masoretik ditulis dengan Sheirim
sebagaimana saya kutipkan, “welo yizbekhu
‘od et zivkheyhem la she’irim asyer hem zonim akhareyhem khuqat ‘olam,
tihye zot lahem ledorotam”. Adapun mengenai kata Jin dalam Yesaya
34:14, dalam teks Masoretik tertulis Lilit
sebagaimana saya kutipkan, “upagshu
tsiyyim et iyyim we sha’ir ‘al re’ehu yiqra ak sham hirgiyah lilit
umatsa lah manoah”[2]
Persoalannya adalah, setarakah istilah Iblis untuk menerjemahkan Shatan atau Jin untuk menerjemahkan kata Lilit dan Sheirim? Marilah kita lihat penjelasan Ahmad Azhar
Basyir mengenai Iblis, Setan dan Jin sbb: “Iblis adalah sebangsa Jin yang membangkang perintah-perintah atau hukum
Allah. Dapat dikatakan bahwa Iblis merupakan nenek moyang syetan. Sedangkan
syetan sendiri berarti pribadi Jin yang memberontak pada Allah”[3].
TaNaKh dan Kitab Perjanjian Baru tidak mengenal konsep “nenek moyang syetan”.
TaNaKh hanya menyebut istilah Shatan yang artinya “Musuh” (Ayb 1:12-19)
dan beberapa mahluk yang disebut dengan She’irim yang bermakna “malhluk
berbulu lebat (Im 17:7), lalu Lilith atau “roh jahat yang ada di
Edom” (Yes 34:14).
Lembaga Alkitab Indonesia menerjemahkan Shatan
(Ayb 1:12-19) dengan Iblis dan She’irim (Im 17:7)
dengan Jin, padahal konsep yang terkandung di dalamnya sangat jauh
berbeda. Lebih baik tidak perlu diterjemahkan untuk memunculkan makna aslinya.
Baik istilah Iblis maupun Jin
merupakan konsep yang diusung dari perbendaharaan Al Qur’an, yang memiliki
konsep yang berbeda dengan istilah Shatan dan Sheirim. Perhatikan
nats Qur’an dari QS 18:50 yang berbunyi sbb: “wa iz qulna lil-malaikatisjudi
li Adama fa sajadu illa iblis, kana minal-jinni fa fasaqa an amrih rabbih,…”(dan ingatlah ketika Kami berfirman kepada para
malaikat: sujudlah kamu kepada Adam, maka sujudlah mereka kecuali Iblis. Dia
adalah dari golongan jin, maka dia mendurhakai perintah Tuhannya….).
Mungkin saja ada dugaan bahwa kata Iblis
berasal dari pengaruh kata Yunani,
Diabolos untuk menerjemahkan Shatan.
Kalaupun teori ini benar, namun konsep yang telah melekat dalam istilah Iblis
berdasarkan Qur’an, tidak memungkinkan kita menggunakan kata tersebut dalam
terjemahan Kitab Suci TaNaKh maupun Kitab Perjanjian Baru.
TaNaKh memberikan kesaksian mengenai asal usul Shatan sbb: Malaikat
yang jatuh (Yesh 14:12). Teks Ibrani menyebutkan Heylel ben Shakhar yang artinya “Yang Bercahaya, Putra
Fajar”. Lembaga Alkitab Indonesia menerjemahkan Heylel dengan “Bintang Timur”. Ini merupakan
penafsiran dikarenakan dikaitkan dengan kata berikutnya yaitu “Putra Fajar”,
sehingga menimbulkan penafsiran bahwa ini berkaitan dengan bintang pagi yang
terbit di ufuk timur. Namun secara literal, Heylel bermakna “Yang Bercahaya”. Oleh Kitab Vulgata terjemahan
Yerome, diterjemahkan Luciferous. Dari kata ini dikenal sebutan Lucifer. Namun Lucifer bukanlah
nama malaikat yang jatuh sebagaimana berkembang dalam teologi Kristen tertentu,
Malaikat ini memberontak
pada Tuhan Yahweh. Alasan pemberontakan karena ingin menyamai Tuhan Yang Maha Tinggi (Yekhz 28:17, Yesh 14:12, Luk 10:18)
Berdasarkan pengkajian di atas, maka untuk kata Shatan
tetap dipertahankan dan kata Iblis dihilangkan dalam terjemahan
Kitab Suci. Sementara kata Jin di beberapa tempat dihilangkan dan kata Lilith
(Yes 34:14) serta She’irim (Im
17:7) tetap dipertahankan dan dimunculkan
untuk memberikan pemahaman mengenai jenis dan struktur kekuatan roh-roh jahat
yang berbeda dan berlapis-lapis dalam pemahaman Semitik Yudaik.
Namun bagaimana dengan terjemahan Wahyu 12:9 dan
Wahyu 20:2 di mana kata Shatan dan Iblis
muncul bersamaan?
“Dan naga
besar itu, si ular tua, yang disebut Iblis atau Satan, yang
menyesatkan seluruh dunia, dilemparkan ke bawah; ia dilemparkan ke bumi,
bersama-sama dengan malaikat-malaikatnya”
“Ia menangkap naga, si ular tua itu, yaitu Iblis dan Satan.
Dan ia mengikatnya seribu tahun lamanya”
Dalam naskah Yunani baik Wahyu 12:9 dan Wahyu 20:2, dituliskan Diabolos kai Satanas. Untuk mendapatkan pemahaman yang tepat dalam menerjemahkan atau tepatnya memindahkan (transliteration bukan translation) dalam bahasa Indonesia, perlu membandingkan dengan naskah Peshitta Perjanjian Baru, yaitu naskah dalam bahasa Aramaik yang serumpun dengan bahasa Ibrani.
Dalam naskah Yunani baik Wahyu 12:9 dan Wahyu 20:2, dituliskan Diabolos kai Satanas. Untuk mendapatkan pemahaman yang tepat dalam menerjemahkan atau tepatnya memindahkan (transliteration bukan translation) dalam bahasa Indonesia, perlu membandingkan dengan naskah Peshitta Perjanjian Baru, yaitu naskah dalam bahasa Aramaik yang serumpun dengan bahasa Ibrani.
Peshitta menerjemahkan dua kata tadi dengan sebutan Akelqartsa
wasatana. Adapun Hebrew New Testament,
yaitu terjemahan bahasa Ibrani modern untuk komunitas Yahudi yang menerima
Mesias, dipergunakan kata, hasoten we hasatan.
Kita bisa menempuh
tiga cara dalam menerjemahkan Wahyu 12:9 dan Wahyu 20:2 bahwa kata Greek
“diabolos kai satanas” dapat diterjemahkan dengan: Pertama, akelqartsa
dan shatan, dengan merujuk pada naskah Aramaik. Langkah ini
dilakukan juga oleh Rabbi Moshe Yoseph Koniuchowsky[4] dan DR. James Scott Trimss[5] dalam karya terjemahannya.
Kedua, sang penuduh dan shatan. Kata diabolos
sendiri bermakna “penuduh. Ketiga, diabolos dan shatan, dengan merujuk pada
naskah Yunani.
Apapun pilihan
terjemahan yang kita lakukan, harus disertai pengkajian yang seksama dan
disertakan sebagai catatan kaki, untuk menolong pembaca terjemahan mengenai
alasan yang kita lakukan menerjemahkan dengan salah satu dari pola terjemahan
di atas.
Nama-nama
Satan
Shatan memiliki sejumlah nama dalam
Kitab Suci. Keragaman nama tersebut menunjukkan aktifitas yang dikerjakannnya.
Beberapa namanya al.,
• Ular Tua (Kej 3:1, Why 12:9)
• Bintang Timur (Yes 14:12)
• Baazebub (Mat 12:24)
• Penguasa Dunia(Yoh 12:31)
• Ilah Zaman ini (2 Kor 4:4)
• Belial (2 Kor 6:15)
• Penggoda (1 Tes 3:5)
• Singa Yang Mengaum (1 Ptr 5:8)
• Pendakwa (Why 12:10)
• Pembunuh dan Pendusta (Yoh 8:44)
• Penguasa Udara (Ef 2:2)
Pekerjaan
Satan
Shatan bukan pemalas. Sejak awal
Shatan sudah bergiat dalam menjatuhkan manusia ciptaan Tuhan dengan berbagai
tipu daya dan cara-cara licik. Kitab Suci memberikan kesaksian sbb:
• Memperdaya manusia ( Kej 3:1-5, 2 Kor 11:3)
• Mengelilingi bumi (Ayb 1:7)
• Mengirimkan bencana (Ayb 1:12-19)
• Mengirimkan penyakit (Ayb 2:6-7)
• Menggoda orang beriman (Mat 4:2)
• Mencuri Firman yang ditabur (Mat 13:19)
• Merasuk manusia (Yoh 13:27)
• Menyamar sebagai malaikat terang (2 Kor 11:14)
• Membuat mujizat palsu (2 Tes 2:9)
• Menyesatkan (Why 12:9)
• Membuat bisu dan tuli (Mrk 9:25)
Kedudukan
Yesus Sang Mesias Terhadap Satan
Kitab
Perjanjian Baru menegaskan kewibawaan Yesus Sang Mesias terhadap Shatan sbb:
“Maka tersiarlah berita tentang Dia di
seluruh Siria dan dibawalah kepada-Nya semua orang yang buruk keadaannya, yang
menderita pelbagai penyakit dan sengsara, yang kerasukan, yang sakit ayan dan
yang lumpuh, lalu Yesus menyembuhkan mereka” (Mat 4:24)
“Dia telah melucuti
pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa dan menjadikan mereka tontonan
umum dalam kemenangan-Nya atas mereka “(Kol 2:15)
“Barangsiapa yang tetap berbuat dosa,
berasal dari Satan, sebab Satan berbuat dosa dari mulanya. Untuk inilah Anak
Tuhan menyatakan diri-Nya, yaitu supaya Ia membinasakan perbuatan-perbuatan Satan
itu “(1 Yoh 3:8)
Sungguh
malang dan tersesat jika Gereja dan Umat Kristen tidak mempercayai keberadaan
Shatan dan roh-roh jahat dan hanya menganggapnya sebagai tahayul serta gejala
psikologis belaka. Shatan itu nyata dan kuasa Yesus Sang Mesias sangat nyata
terhadap Shatan.
Kedudukan orang Beriman Terhadap Satan
Yesus bukan
hanya menunjukkan dirinya berkuasa atas Shatan namun dia juga melimpahkan kuasa
yang sama kepada para muridnya dimanapun yang percaya bahwa dirinya adalah
Mesias dan Anak Tuhan (Mat 16:16). Yesus bersabda mengenai otoritas yang
dimiliki oleh orang beriman sbb: “Lalu Ia berkata kepada mereka: Pergilah ke
seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan
dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum. Tanda-tanda
ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir
setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru
bagi mereka, mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut,
mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang
sakit, dan orang itu akan sembuh” (Mrk 16:15-18).
Perhatikan kalimat “Tanda-tanda ini
akan menyertai orang-orang yang percaya” dan bukan “Tanda-tanda ini akan menyertai orang-para pendeta
atau majelis atau rohaniwan”. Apa
artinya? Siapapun yang beriman bahwa Yesus adalah Mesias dan Anak Tuhan serta
memiliki hubungan pribadi dengannya maka mereka akan menerima kuasa untuk
mengusir Shatan dan berbagai kuasa kegelapan.
Apakah
Kerasukan Setan itu?
Ada beberapa kata untuk mengungkapkan
kerasukan Shatan. Dalam bahasa Yunani en
pneumati akathartooi (Mrk 5;20 dan daimonizomai
(Mat 4:24). Kata Yunani En
bermakna didalam. Berarti mengisyaratkan bentuk penguasaan dan pengendalian.
Kerasukan bermakna kondisi dibawah pengaruh kuasa jahat sehingga kehilangan
kesadaran dan pengendalian diri serta menampilkan pribadi yang bukan dirinya.
Contoh
Kasus Kerasukan Setan dalam TaNaKh
“Tetapi Roh YHWH telah mundur dari
pada Saul, dan sekarang ia diganggu oleh roh jahat yang dari pada YHWH”
(1 Sam 16:14)
“...baiklah tuanku menitahkan
hamba-hambamu yang di depanmu ini mencari seorang yang pandai main kecapi.
Apabila roh jahat yang dari pada Tuhan itu hinggap padamu, haruslah ia
main kecapi, maka engkau merasa nyaman” (1 Sam 16:16)
“Tetapi roh jahat yang dari
pada YHWH hinggap pada Saul, ketika ia duduk di rumahnya, dengan tombaknya di
tangannya; dan Daud sedang main kecapi” (1 Sam 19:9)
Contoh
Kasus Kerasukan Setan dalam Kitab Perjanjian Baru
“Baru saja Yesus turun dari perahu,
datanglah seorang yang kerasukan roh jahat dari pekuburan menemui Dia”
(Mrk 5:2)
“Dan sesudah Yudas menerima roti itu, ia
kerasukan Satan. Maka Yesus berkata kepadanya: "Apa yang hendak
kauperbuat, perbuatlah dengan segera.“ (Yoh 13:27)
“Di situ ada seorang perempuan yang
telah delapan belas tahun dirasuk roh sehingga ia sakit sampai bungkuk
punggungnya dan tidak dapat berdiri lagi dengan tegak” (Luk 13:11)
Apakah
Orang Kristen dapat Kerasukan Setan?
Jawabannya
bisa Ya dan bisa Tidak. Tergantung
Keimanan seseorang. Jika keimanan seseorang hidup dan melekat dengan Tuhan maka
tidak mungkin seseorang dikuasai oleh roh jahat karena dikatakan, “Kamu berasal
dari Tuhan, anak-anakku, dan kamu telah mengalahkan nabi-nabi palsu itu; sebab Roh
yang ada di dalam kamu, lebih besar dari pada roh yang ada di dalam dunia (1 Yoh 4:4)
De,mikian
pula janji Tuhan dikatakan, “Sebab tidak ada mantera yang mempan terhadap
Yakub, ataupun tenungan yang mempan terhadap Israel. Pada waktunya akan
dikatakan kepada Yakub, begitu juga kepada Israel, keajaiban yang diperbuat
Tuhan” (Bil 23:23)
Bagaimana
Mengenali Kerasukan Setan?
Setidaknya
ada beberapa ciri untuk mengenali perilaku kerasukan sbb: Perubahan Kepribadian
dan Perilaku, Kekuatan yang bertambah,
Disiksa dengan penyakit. Ciri-ciri
tersebut dapat kita temui dalam kisah pembebasan orang gila dari Gerasa oleh
Yesus sbb: “Lalu sampailah mereka
di seberang danau, di daerah orang Gerasa. Baru saja Yesus turun dari perahu,
datanglah seorang yang kerasukan roh jahat dari pekuburan menemui Dia. Orang
itu diam di sana dan tidak ada seorang pun lagi yang sanggup mengikatnya,
sekalipun dengan rantai, karena sudah sering ia dibelenggu dan dirantai, tetapi
rantainya diputuskannya dan belenggunya dimusnahkannya, sehingga tidak
ada seorang pun yang cukup kuat untuk menjinakkannya. Siang malam ia
berkeliaran di pekuburan dan di bukit-bukit sambil berteriak-teriak dan memukuli
dirinya dengan batu” (Mrk 5:1-5)
Bagaimana
Menangani Kasus Kerasukan Setan?
Beberapa langkah berikut dapat kita
tempuh untuk membebaskan seseorang dari kuasa Shatan dan roh-roh jahat yaitu:
Pertama, Mengidentifikasi nama roh jahat (Luk
8:30). Ketika
Yesus menanyai roh-roh yang merasuk seseorang, kita mendapati fakta bahwa
roh-roh jahat merespon dan menamai diri mereka sesuai dengan karakter mereka.
Ini penting kita lakukan agar kita mudah mengusir kuasa jahat melalui nama-nama
yang teridentifikasi.
Kedua,
Mengusir roh jahat dalam nama Yahshua Sang Mesias (Luk 4:35,
9:42, Kis 16:18). Perhatikan kata menghardik,
menegor yang ditujukan pada Shatan saat kita berdoa mengusir aktifitas
mereka. Artinya, berdoa mengusir Shatan dan roh-roh jahat yang merasuk berbeda
dengan jenis doa makan, doa hendak tidur dan bangun tidur yang tidak
membutuhkan kekuatan kata-kata yang berwibawa. Saat mengusir kuasa Shatan, kita
harus menghardik dengan kuat agar kuasa Shatan pergi dan membebaskan orang yang
dikuasainya.
Ketiga, Pentahiran dengan minyak urapan. Penggunaan minyak urapan diperlukan saat penyucian atau pengudusan seseorang
baik saat sakit maupun berada dalam pengaruh kuasa kegelapan. Mengenai
penggunaan minyak dapat kita temukan dalilnya dalam Yakobus 5:14 sbb, “Kalau
ada seorang di antara kamu yang sakit, baiklah ia memanggil para penatua
jemaat, supaya mereka mendoakan dia serta mengolesnya dengan minyak dalam
nama Tuan”.
Keempat,
Pengampunan dosa. Dosa bisa menjadi
penghalang berkat. Dosa bisa menjadi penyebab berbagai kemungkinan mudahnya
kuasa kegelapan datang dan menguasai hidup seseorang sebagaimana dikatakan dalam
mazmur 107 :17-20 sbb: “Ada orang-orang menjadi sakit oleh
sebab kelakuan mereka yang berdosa, dan disiksa oleh sebab
kesalahan-kesalahan mereka; mereka muak terhadap segala makanan dan mereka
sudah sampai pada pintu gerbang maut. Maka berseru-serulah mereka kepada YHWH
dalam kesesakan mereka, dan diselamatkan-Nya mereka dari kecemasan mereka,
disampaikan-Nya firman-Nya dan disembuhkan-Nya mereka, diluputkan-Nya mereka
dari liang kubur”
Kelima,
Berpuasa (Mrk 9:29). Saat para murid bertanya mengenai
jenis roh-roh jahat yang tidak segera pergi ketika diusir, Yesus bersabda, “Jenis ini tidak dapat diusir kecuali dengan
berdoa". LAI mendasarkan pada naskah Yunani edisi Critical Text yang
didasarkan pada naskah yang lebih muda yang tidak mencantumkan kata penting
berikutnya yaitu “berpuasa”. Sementara naskah Yunani tertua seperti Textus Receptus menuliskan Me en
proseuche kai nesteia sebagaimana naskah Peshitta Aramaik menuliskan Ela
batsauma wa batsaluta yang kemudian diterjemahkan dalam bahasa Ibrani
modern Franz Delitzh dengan Im bitefila ubetsom. Kita perlu berpuasa
untuk jenis roh-roh jahat tertentu.
Proses
Penyembuhan/Pemulihan Setelah Kerasukan Setan
Jangan membiarkan tubuh, jiwa, roh
tidak terawat
Mereka yang telah dibebaskan dari
ikatan kuasa jahat harus senantiasa mengisi kehidupannya dengan pendalaman akan
Firman Tuhan serta berkomitmen untuk hidup kudus. Jika tidak, maka kuasa jahat
akan berlipat-lipat menguasai kembali sebagaimana dikatakan, “ "Apabila
roh jahat keluar dari manusia, ia pun mengembara ke tempat-tempat yang tandus
mencari perhentian, dan karena ia tidak mendapatnya, ia berkata: Aku akan
kembali ke rumah yang telah kutinggalkan itu. Maka pergilah ia dan mendapati
rumah itu bersih tersapu dan rapi teratur. Lalu ia keluar dan mengajak tujuh
roh lain yang lebih jahat dari padanya, dan mereka masuk dan berdiam di
situ. Maka akhirnya keadaan orang itu lebih buruk dari pada keadaannya semula”
(Luk 11;24-26)
Tinggal dalam Firman Tuhan terus
menerus
Agar kita terbebas sepenuhnya dari
kuasa kegelapan maka kita harus memberikan diri kita mendalami kebenaran akan
Tuhan dan kehendak-Nya sehingga kebenaran itu akan memerdekakan diri kita
sebagaimana dikatakan, “Maka kata-Nya
kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya: "Jikalau kamu tetap
dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan
mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu." (Yoh
8:31-32).
Kiranya penjelasan singkat ini bukan
hanya memberikan dasar biblikal pemahaman mengenai demonologi (perihal Shatan) dan exorcisme
(pengusiran roh-roh jahat) melainkan memberikan petunjuk teknis dan praktis
dalam menghadapi kasus-kasus demonologis di sekeliling kita.
Catatan Kasus dan Penilaian
The Exorcism of Emily Rose [6]
Banyak film yang diambil dari kisah nyata
dan menjadi box office di Amerika. Tapi dari semua kisah nyata yang diangkat ke
layar lebar, ada satu film yang menjadi box office nomor satu sepanjang masa di
Amerika, judulnya "The Exorcism Of Emily Rose". Film tersebut
mengalahkan film-film kisah nyata lainnya termasuk film-film karya Spielberg
sekalipun. Film tersebut, walaupun merupakan box office nomor satu sepanjang
masa di Amerika, mendapatkan kritik tajam dari berbagai kalangan. Ada yang
melihat bahwa film tersebut hanyalah sebuah dramatisasi berlebihan dari kejadian
sesungguhnya, ada yang bilang terlalu mengekspliotasi nama keluarga asli tokoh
utama film tersebut, dan masih banyak lagi kritikan tajam lainnya. Tapi di akui
atau tidak, selain memang menjadi box office nomer satu sepanjang masa di
Amerika, film ini juga mendapat pujian yang cukup banyak. Terlepas dari masalah
anda menyukai atau tidak film tersebut, yang pasti saya sangat merekomendasikan
film ini sebagai bahan tontonan bermutu dan sangat pantas untuk dijadikan
koleksi teratas film-film anda. Tapi, bukan masalah filmnya yang akan saya
bahas, tapi kisah nyata dibalik dahsyatnya film tersebut. Emily Rose yang
sebenarnya bernama Anneliese Michel. Seorang gadis muda cantik (anda bisa
melihat betapa cantiknya gadis muda tersebut pada gambar dibawah) yang sedang
mengejar karir sebagai pengajar ahli dibidang pendidikan dasar. Ia lahir pada
tanggal 21 September 1952 di sebuah desa kecil di Bavaria, Jerman. Ia tumbuh
menjadi seorang gadis muda cantik di Klingernberg am Main, Jerman. Ayahnya
membuka jasa penggergajian kayu dan mendidik si cantik Anneliese untuk menjadi
seorang Katolik yang taat. Anneliese melalui masa kecilnya dengan normal
seperti anak-anak kecil lainnya dan kemudian tumbuh menjadi seroang gaPadis
yang begitu taat akan ajaran Katoliknya.
Kecantikan, kepandaian dan keimanannya
mungkin penyebab ia menjadi yang terpilih. Pada usia 17 tahun, kehidupan
Anneliese berubah menjadi sebuah mimpi buruk bagi dirinya, keluarganya dan
siapa saja yang mengetahui dan mendengar kisah hidupnya. Ia mulai mengalami
serangan tak lazim pada tubuhnya sepanjang malam. Ia melukiskan bahwa serangan
itu berupa gejala-gejala kelumpuhan dan berlanjut dengan seperti ada beban
berat yang menekan dadanya. Saat serang itu terjadi tubuhnya menjadi kaku dan
sama sekali tidak dapat bergerak dan juga berbicara.
Dokter yang memeriksanya berhipotesa bahwa
Anneliese menderita serangan ayan biasa dan dapat disembuhkan. Tapi serangan
itu terus berlanjut sampai Anneliese harus menghabiskan hampir satu tahun di
rumah sakit jiwa di Mittleberg, Jerman. Dan selama tinggal di rumah sakit
tersebut, Anneliese mulai melihat penampakkan wajah-wajah iblis menyeramkan,
Terutama setiap kali ia melakukan do'a harian. Ia pun mendengarkan
bisikan-bisakan yang mengatakan bahwa ia adalah seorang terkutuk. Mendengar
hal-hal yang diceritakan Anneliese, Dokter memberinya obat-obatan yang dirasa
ampuh untuk menurunkan tingkat stressnya. Yang terjadi malah sebaliknya,
Anneliese makin bertambah frustasi karena obat-obatan tersebut sama sekali
tidak berpengaruh bagi dirinya. Penampakan demi penampakan yang disertai
bisikan-bisikan itu semakin menjadi dan semain membuatnya tertekan luar biasa.
Akhirnya karena tidak mengalami perkembangan, Anneliese kembali kerumahnya dan
meneruskan sekolahnya sampai kemudian ia tamat pendidikan tinggi dengan
prestasi yang mengagumkan pada tahun 1970. Ia kemudian pindah ke kota besar
untuk melanjutkan penddidikannya di Universitas Wurzburg. Karena prestasinya,
gadis cantik dan pintar ini menjadi mahasiswa di universitas tersebut dengan
bea siswa penuh dari universitas yang bersangkutan. Tahun 1973 ia diwisuda
dengan predikat yang mengagumkan. Bukti nyata dari Anneliese yang tidak hanya
cantik tapi juga pintar, selama dalam tekanan dari penampakan dan suara-suara
yang selalu menghantuinya dan menyakitinya secara fisik, Anneliese tetap bisa
menyelesaikan sekolahnya dengan predikat luar biasa.
Menyadari bahwa obat-obatan sama sekali
tidak menolong dirinya, gangguan-gangguan tersebut diyakini sebagai fenomena
kerasukan. Ia merasa ada iblis didalam dirinya yang semakin hari semakin muncul
keluar dan mengantui dirinya. Untuk itu ia meminta Gereja untuk melakukan
ritual pengusiran hantu dari dalam tubuhnya, Exorcism. Tapi bukannya menolong,
gereja malah menolaknya dan menyuruh gadis yang sudah terkenal akan keimanan
Katoliknya ini untuk lebih beriman lagi. Entah mengapa gereja menganggapnya
masih kurang beriman. Orang-orang dilingkungannya mengatakan bahwa Anneliese
adalah seorang biarawati yang tidak hidup didalam biara.
Gangguan yang menurut dokter adalah
penyakit biasa tersebut semakin bertambah parah, ia mulai melukai tubuhnya
sendiri, menggigit anggota keluarganya sendiri, memakan lalat, batu bara,
laba-laba dan bahkan menggigit kepala burung yang sudah mati. Ia juga mulai sering
menyobek pakaiannya sendiri dan menggonggong seperti anjing. Parahnya lagi,
terkadang ia juga kencing dilantai dan menjilati air kencingnya sendiri. Ia
tidak lagi tidur diatas kasurnya, ia lebih menyukai tidur diatas lantai batunya
yang dingin sambil berdo'a memohon pengampunan dosa yang sama sekali ia tidak
mengerti dosa apa yang menyebabkan ia sampai harus dihukum seperti itu. Dan
kemudian, Tubuh Anneliese seakan didiami oleh dua ruh, ruh Anneliese itu
sendiri dan ruh iblis yang keluar saling bergantian.
Anneliese segera melakukan pertobatan dan
memohon kepada tuhan untuk mengampuni dosa-dosanya yang menyebabkan ia harus
menderita seperti itu, segera ketika ia sadar bahwa ia sekarang sedang dalam
kendali penuh atas tubuhnya. Tapi ketika kendalinya hilang, maka Anneliese yang
begitu kuat iman Katoliknya berubah menjadi kebalikannya. Ia menghancurkan
sergala simbol Katoliknya, mulai dari rosario, salib dan semua gambar dan
lukisan Yesus.
Setelah lima tahun hal mengerikan tersebut
berjalan, orang tua Anneliese berkeliling memohon kesetiap pendeta untuk
melakukan ritual pengusian hantu kepada putrinya disamping mereka juga memohon
kesetiap dokter untuk melanjutkan pengobatan dan penelitian terhadap penyakit
mengerikan yang diderita putri tercintanya. Orang tua Anneliese telah
mengusahakan segala sesuatunya, baik itu secara spiritual maupun ilmiah.
Gereja kemudian mengajukan beberapa syarat
sebelum mereka setuju untuk melakukan Exorcism (ritual pengusiran hantu), yaitu
dengan mengadakan ritual pendahuluan sebelum exorcism pada Anneliese dilakukan.
Ritual tersebut adalah mengadakan pengujian pada Anneliese untuk memastikan
bahwa ia memang kerasukan. Diantara penelitian itu adalah dengan menggunakan
kekuatan supranatural, penggunaan bahasa-bahasa asing dan juga penggunaan
berbagai simbol agama.
Tahun 1975, Gereja menyatakan bahwa
Anneliese memang kerasukan setan. September 1975, Uskup Josef Stangl,
memerintahkan untuk melakukan exorcism pada Anneliese dan yang bertugas untuk
melakukan hal tersebut adalah Pastor Ernst Alt dan Father Arnold Renz.
Ternyata....,
Tidak hanya satu iblis yang merasuki
Anneliese. Masing-masing iblis mengaku sebagai Hitler, Cain, Kaisar Nero,
Judas, Legion, Belial dan Lucifer. Kedua nama yang disebutkan terakhir adalah
nama Iblis dalam tradisi kristen. Anneliese, ketika ia tidak sadar, ia
berbicara dengan penuh amarah dan geraman yang mengerikan dengan suara iblis
dalam tradisi kristen. Ia juga berbicara dengan bahasa-bahasa asing yang
kemudian diketahui bahwa bahasa-bahasa itu adalah bahasa-bahasa yang dipakai
oleh tokoh-tokoh yang merasuki Anneliese. Bahkan beberapa bahasa yang terdengar
kemudian oleh ahli sejarah diketahui sebagai bahasa yang sudah punah lebih dari
1500 tahun yang lalu. Bahasa-bahasa yang sama sekali tidak mungkin diketahui
dan dikuasai Anneliese yang malang.
exorcism mulai dilakukan pada September
1975 sampai Juni 1976. Selama sepuluh bulan Exorcism tersebut, yang dilakuakn
dua minggu sekali dengan durasi yang mencapau empat jam setiap kali dilakukan,
Anneliese menjadi begitu kuat sampai mereka harus merantai Anneliese pada
tempat tidurnya agar tidak lepas dan menyerang para exorcist.
Kesehatan fisik Anneliese menurun secara
drastis. Selama sepuluh bulan ritual exorcism tersebut ia sering menolak makanan
karena menurutnya iblis-iblis tersebut tak pernah membiarkannya makan.
Tempurung lutunya pun mengalami beberapa keretakan akibat tidak kurang dari 600
kali Anneliese malang harus berlutut dan bangun selama ritual exorcism
tersebut.
Ketika sadar dan tubuhnya kembali dikuasai
oleh Anneliese, ia menulis surat pada para pendeta yang melakukan ritual
exorcism tersebut. Di surat itu ia berkata bahwa Perawan Suci Maria telah
mendatanginya dan memberinya dua pilihan: Pertama adalah kebebasan segera dan total
dirinya dari para iblis yang berada didalam tubuhnya atau membiarkan terus
kesurupannya untuk memberikan kabar kepada dunia kekuatan iblis yang
sesungguhnya.
Pilihan pertama tidak lain adalah
kematian. Dengan kematian ini ia tidak perlu lagi mengalami semua siksaan
tersebut. Dan ia akan meninggalkan dunia dengan tenang sebagai seorang Katolik
yang beriman. Pilihan kedua ia tetap dalam kerasukannya dan siksaan yang tidak
ada habisnya dari iblis-iblis tersebut untuk dijadikan pelajaran bagi dunia
bahwa iblis memang ada dan memiliki kekuatan yang mengerikan.
Si cantik Anneliese memang tidak hanya
pandai tapi juga beriman dan begitu memikirkan orang lain dengan tidak
mempedulikan penderitaan dirinya. Ia memilih untuk terus hidup dan
menjadikannya dirinya sebagai pelajaran bagi seluruh umat manusia mengenai
keberadaan dan kekuatan iblis dengan membiarkan dirinya tersiksa. Ia memutuskan
untuk menghentikan ritual exorcism tersebut, sekali lagi, dengan tujuan untuk
mengabarkan dunia tentang keberadaan iblis dan kekuatan gelapnya dengan
membiarkan dirinya tersiksa. Dan setelah keputusna itu diambil ia meramalkan
waktu kematian dirinya.
Tengah malam, 1 Juli 1976, hari dan jam
yang sama dengan yang Anneliese ramalkan mengenai kematian dirinya, ia
memejamkan mata dengan tersenyum dan nampak tertidur dengan penuh kebahagiaan.
Sinar wajahnya yang sudah tidak lagi cantik dibalik tubuhnya yang kurus kering
dan rusak tersebut kembali bersinar. Anneliese tertidur denga penuh kedamaian
dan kebahagian tanpa pernah bangun kembali.
Sampai disinilah kisah Anneliese yang
malang. Di makamnya begitu banyak tulisan dari para peziarah yang intinya
adalah ucapan termikasih yang sedalam-dalamnya atas kesediaan Anneliese untuk
menderita demi umat manusia, sama seperti halnya Yesus....Dan beberapa kalangan
gereja merasa bahwa tak lama lagi Anneliese Michel akan menjadi seorang
Saint.
Setelah Wafatnya Anneliese...,
Tubuhnya di autopsy, dan dikatakan bahwa
Anneliese telah mengalami kekurangan gizi dan juga dehidrasi. Seorang wanita
yang semula begitu cantik menjadi hampir tidak dikenali lagi dengan bobot badan
yang hanya 68 pound (30,8 kilogram). Penelitian ilmiah mengatakan bahwa
Anneliese mati kelaparan. Akhirnya kedua orang tua Anneliese dan juga seorang
pastor beserta pendetanya didakwa dengan tuduhan tidak mempedulikan tanda-tanda
bunuh diri dari Anneliese. Sidang mereka dimulai pada bulan Maret 1978.
Tak ada yang bisa dilakukan oleh mereka
untuk membuktikan bahwa Anneliese memang kerasukan dan mereka tidak bersalah seperti
yang telah dituduhkan pengadilan. Tepat sebelum pengadilan di mulai, orang tua
Anneliese meminta agar makam putri tercintanya digali kembali. Seorang
biarawati yang tidak mereka kenal sama sekali telah menemui kedua orang tua
Anneliese dan mengatakan bahwa ia mendapat penglihatan bahwa tubuh Anneliese
tidak membusuk sama sekali walaupun telah dikubur. Semua ini untuk membuktikan
bahwa peristiwa yang menimpa Anneliese adalah benar-benar peristiwa
supranatural.
Permintaan kedua orang tua Anneliese dikabulkan.
Makam Anneliese kembali digali. Hanya saja entah atas kepentingan apa, pihak
berwenang tidak mengijinkan siapapun melihat jasad Anneliese. Termasuk kedua
orang tua dan suster tersebut juga masyarakat dan wartawan dari berbagai media
masa.
Kemudian pihak berwenang mengeluarkan
pernyataan bahwa tubuh Anneliese telah membusuk sama seperti tubuh lainnya yang
telah dimakamkan tanpa mau memberikan bukti apapun juga.
Orang tua Anneliese kemudian hanya melihat
sebuah peti mati indah yang dipercaya didalamnya terdapat tubuh membusuk dari
putri tercintanya. Dan peti mati itu di kubur di tempat yang layak dengan
upacara pemakaman yang layak pada 25 February 1978.
Kasus Anneliese adalah kasus pengusiran
hantu yang resmi diketahui dan diijinkan Gereja untuk terakhir kalinya.
Permintaan terakhir Anneliese pada para pendeta yang melakukan ritual exorcism
tersebut adalah sebuah pengampunan dosa atas seluruh dosanya. Kata-kata
Terakhir Anneliese Sebelum Wafat....,"Mother, I'm Afraid."
Komentar Terhadap Kasus Anneliese
Saya tertarik untuk mengkaji kasus
Anneliese karena beberapa alasan: Pertama, sejak saya kuliah Teologi, saya
menaruh perhatian khusus pada pelayanan exorcisme. Bukti minat tersebut saya
tuangkan dalam skripsi S-1 yang saya beri judul: “Pemahaman & Peranan
Pengajaran Alkitab Tentang Pengusiran Setan Dalam Rangka Pastoralia di Kalangan
Majelis GKJ Tengahan, Klirong, Kebumen 1997”. Kedua, sejak tahun 1995-2006 saya
banyak kerap menangani kasus-kasus satanis, demonis yang harus menuntut saya terlibat
melakukan exorcisme. Akhir-akhir ini saya lebih menekuni bidang studi teks
Kitab Suci secara teologis dan akademis, namun tidak berarti pensiun sama
sekali terhadap kasus-kasus yang membutuhkan exorcisme. Dua alasan di atas
cukup memberikan landasan kompetensi saya untuk memberikan komentar dan kajian
atas kasus Anneliese.
Mengenai Religiusitas Anneliese
Diakatakan, “Anneliese melalui masa
kecilnya dengan normal seperti anak-anak kecil lainnya dan kemudian tumbuh
menjadi seroang gadis yang begitu taat akan ajaran Katoliknya”. Dalam
kepercayaan Kristen (saya adalah seorang rohaniawan Kristen dan Teolog yang
mendalami Kitab Suci) tidak mungkin seorang yang taat pada Tuhan akan mengalami
ganguan kerasukan. Dalil kepercayaan kami adalah sbb:
Orang yang percaya bahwa Yahshua ha
Mashiah (Yasu’a Al Masih (Ibr)/Yeshu ha Meshikha (Arm)/Yesus Kristus(Ind)
adalah Mesias dan Juruslamat serta Putra Tuhan, mereka diberi otoritas untuk
mengusir Shatan, sebagaimana dikatakan: “Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang
yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan
berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, mereka akan memegang ular,
dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka;
mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh”
(Mrk 16:17-18).
Dalam diri orang beriman Yahshua ha
Mashiah (Yasu’a Al Masih (Ibr)/Yeshu ha Meshikha (Arm)/Yesus Kristus(Ind)
sebagai Mesias dan Juruslamat serta Putra Tuhan dalam diri-Nya memiliki Roh
Tuhan yang lebih besar dibandingkan roh dunia sebagaimana dikatakan: “kepada
Kamu berasal dari (Tuhan), anak-anakku, dan kamu telah mengalahkan nabi-nabi
palsu itu; sebab Roh yang ada di dalam kamu, lebih besar dari pada roh yang ada
di dalam dunia”.
Berdasarkan dua prinsip dasar di atas,
sangat tidak mungkin orang yang TAAT kepada YAHWEH, Tuhan Semesta Alam di dalam
Yahshua ha Mashiah (Yasu’a Al Masih (Ibr)/Yeshu ha Meshikha (Arm)/Yesus
Kristus(Ind), akan mengalami kerasukan, sebaliknya mereka akan mengusir roh-roh
jahat. Hak melakukan exorcisme bukan pada rohaniawan, pendeta saja melainkan
SEMUA ORANG BERIMAN.
Oleh karenanya kata “taat” yang dilekatkan
terhadap Anneliese (tanpa bermaksud menghakimi beliau) perlu ditelaah. Sejauh
mana beliau telah taat? Ketaatan yang bagaimana yang telah beliau lakukan?
Apakah ketaatan yang bersifat ritual lahiriah belaka dapat meluputkan orang
beriman terhadap serangan satan dalam bentuk kerasukan, sihir, gendam, santet
dll? Ketaatan religius seharusnya BERBANDING LURUS dengan perilaku moral dan
otoritas spiritual. Mungkin secara moralitas, Anneliese telah terbukti. Sayang,
satu hal yang tidak nampak dalam diri Anneliese, OTORITAS SPIRITUAL atas
roh-roh jahat.
Saya tidak hendak mengatakan jika beriman
Yahshua ha Mashiah (Yasu’a Al Masih (Ibr)/Yeshu ha Meshikha (Arm)/Yesus
Kristus(Ind), maka segala hal yang berkaitan dengan fenomena satanisme, demonik
dan sejenisnya dapat dengan mulus diselesaikan. Tidak! Bahkan Rasul Paul pun
mengalami sebuah keluhan yang dia namai“duri dalam daging” yang mengganggu
dalam karya pelayanannya, sekalipun dia telah mengusir berbagai roh-roh jahat
dan orang-orang yang kerasukan. Dalam suratnya dia mengatakan: “Dan supaya aku
jangan meninggikan diri karena penyataan-penyataan yang luar biasa itu, maka
aku diberi suatu duri di dalam dagingku, yaitu seorang utusan (Shatan) untuk
menggocoh aku, supaya aku jangan meninggikan diri. Tentang hal itu aku sudah
tiga kali berseru kepada (YHWH), supaya utusan (Shatan) itu mundur dari padaku.
Tetapi jawab (YHWH) kepadaku: "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab
justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." Sebab itu terlebih
suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa (Mesias) turun menaungi aku”
(2 Korintus 12:7-9). Namun demikian, ketidakberdayaan Rasul Paul bukan suatu
kekalahan dan tidak berakhir dengan sebuah kekakalahan sebagaimana yang dialami
Anneliese (tanpa bermaksud menghakimi beliau). Rasul Paul justru semakin
mengalami kekuatan spiritual atas tekanan tersebut.
Berkaca dari pemahaman teologis di atas,
maka sebuah ketaatan yang tidak berbanding lurus dengan otoritas spiritual atas
shatan, menimbulkan suatu keraguan atas jenis dan kualitas ketaatan tersebut.
Mungkin saja itu hanya suatu ketaatan lahiriah dan ritualistik belaka, tanpa
adanya suatu PENGENALAN dan PEMAHAMAN atas Tuhan dan kuasa Tuhan. Sekali lagi,
ini praduga saya terhadap kasus Anneliese dan bukan satu-satunya penjelasan
yang mutlak benar. Bagi peminat dan yang concern terhadap pelayanan Exorcisme,
dapat memberikan wawasan dari perspeketif lain.
Mengenai Jumlah Roh yang Merasuki
Dikatakan, “Tidak hanya satu iblis yang
merasuki Anneliese. Masing-masing iblis mengaku sebagai Hitler, Cain, Kaisar
Nero, Judas, Legion, Belial dan Lucifer”. Kasus ini telah terekam dalam Besorah
(Injil) yang merekam pelayanan Yahshua ha Mashiah (Yasu’a Al Masih (Ibr)/Yeshu
ha Meshikha (Arm)/Yesus Kristus(Ind), dalam karya mesianisnya. Dikisahkan dalam
Markus 5:1-15 sbb: “Lalu sampailah mereka di seberang danau, di daerah orang
Gerasa. Baru saja Yesus turun dari perahu, datanglah seorang yang kerasukan roh
jahat dari pekuburan menemui Dia. Orang itu diam di sana dan tidak ada seorang
pun lagi yang sanggup mengikatnya, sekalipun dengan rantai, karena sudah sering
ia dibelenggu dan dirantai, tetapi rantainya diputuskannya dan belenggunya
dimusnahkannya, sehingga tidak ada seorang pun yang cukup kuat untuk
menjinakkannya. Siang malam ia berkeliaran di pekuburan dan di bukit-bukit
sambil berteriak-teriak dan memukuli dirinya dengan batu. Ketika ia melihat
Yesus dari jauh, berlarilah ia mendapatkan-Nya lalu menyembah-Nya, dan dengan
keras ia berteriak: "Apa urusan-Mu dengan aku, hai Yesus, Anak (Tuhan)
Yang Mahatinggi? Demi (Tuhan), jangan siksa aku!" Karena sebelumnya Yesus
mengatakan kepadanya: "Hai engkau roh jahat! Keluar dari orang ini!"
Kemudian Ia bertanya kepada orang itu: "Siapa namamu?" Jawabnya:
"Namaku Legion, karena kami banyak." Ia memohon dengan sangat supaya
Yesus jangan mengusir roh-roh itu keluar dari daerah itu. Adalah di sana di
lereng bukit sejumlah besar babi sedang mencari makan, lalu roh-roh itu meminta
kepada-Nya, katanya: "Suruhlah kami pindah ke dalam babi-babi itu,
biarkanlah kami memasukinya!" Yesus mengabulkan permintaan mereka. Lalu
keluarlah roh-roh jahat itu dan memasuki babi-babi itu. Kawanan babi yang
kira-kira dua ribu jumlahnya itu terjun dari tepi jurang ke dalam danau dan
mati lemas di dalamnya. Maka larilah penjaga-penjaga babi itu dan
menceriterakan hal itu di kota dan di kampung-kampung sekitarnya. Lalu
keluarlah orang untuk melihat apa yang terjadi. Mereka datang kepada Yesus dan
melihat orang yang kerasukan itu duduk, sudah berpakaian dan sudah waras, orang
yang tadinya kerasukan legion itu. Maka takutlah mereka”.
Dari penggalan kisah di atas, kita melihat
beberapa data sbb: (1) roh yang merasuki orang gila tersebut jumlahnya banyak
dan bernama “Legion”. (2) roh-roh jahat takut terhadap Yahshua ha Mashiah
(Yasu’a Al Masih (Ibr)/Yeshu ha Meshikha (Arm)/Yesus Kristus(Ind) (3) roh-roh
jahat berpindah ke dalam babi-babi (4) orang yang dirasuk legion, sembuh.
Fenomena yang dialami Anneliese, merupakan
fenomena “Legionisme” yaitu jumlah roh yang merasuk sangat banyak. Yang
dipertanyakan adalah, apakah pelayan exorcisme telah menerapkan pola exorcisme
dengan benar? Justru saya mempertanyakan otoritas spiritual Sang Exorcis
(dijauhkan saya dari sikap menghakimi orang lain). Mengapa aksi legion ini
tidak tertangani dengan baik, sehingga nama Tuhan dipermalukan dan mengesankan
Shatan begitu kuat dan hebat? Bukankah seharusnya akhir dari exorcisme
sebagaimana prosedur yang dilaporkan dalam Markus 5:1-15?
Demikian komentar dan kajian saya atas
kasus Anneliese. Kiranya ini mendorong komentator lain untuk terlibat dan
memberikan sedikit pencerahan dan menimbulkan kewaspadaan atas kegiatan Shatan
yang membinasakan. Tuhan memberkati!
[1] Al Qur’an Digital Versi
2.0,
Al Quran, Freeware, 2004,
Website http://www.alquran-digital.com
25 Alkitab Elektronik
2.0.0, Alkitab Terjemahan Baru, 1974
[2] Bible Work seri 6, Biblica Hebraica Transliterated,
1993-2003
[3] Pendidikan Agama Islam I (Aqidah), Yogyakarta: Andi Offset, 1983, hal 78
[4] Restoration Scriptures, Your Arms to Yishrael Publishing, 2005
[5] The Hebraic Root Scriptures, Society for Advancement Nazarene
Judaism, 2001
[6] The Exorcism of
Anneliese Michael http://teguhhindarto.blogspot.com/2011/03/exorcism-of-anneliese-michael.html
2 komentar:
Saya setuju dengan pandangan dan keyakinan dari Pak Teguh Hindarto tentang kerasukan roh jahat, karena saya sendiri telah menulis buku tentang kerasukan roh jahat (tipis saja hanya 66 halaman) berdasarkan pengalaman dan pelayanan pribadi, kesaksian sumber2 terpercaya (lebih dari dua saksi mata) serta studi literatur/kepustakaan lebih dari 30 buku. kiranya tulisan Pak Teguh Hindarto boleh menambah wawasan /khasanah pemahaman kita tentang fenomena okultisme, eksorsisme and demonisasi. Amin
Pada suatu hari datanglah anak-anak Allah menghadap TUHAN dan di antara mereka datang juga Iblis untuk menghadap TUHAN
Posting Komentar