RSS Feed

TANGGAPAN ATAS ARTIKEL ARKHIMANDRIT RM. DANIEL BYANTORO 3

Posted by Teguh Hindarto


AJARAN ALKITAB MENGENAI SABAT


Arkhimandrit Rm. Daniel Byantoro :

Dan hari Sabbat sebagai peringatan hari perhentian (penguburan) Kristus itu dirayakan dengan menjalankan ibadah sembahayang senja, yang lambang-lambang ibadah itu secara detail menggambarkan keberadaan Kristus dalam kuburan tadi. Dengan demikian hari Sabtu tak dilanggar, ketetapan-ketetapan Tauratpun tak dilanggar, karena sekarang kita bebas dari ketentuan Sabbat dalam Taurat, namun terikat dengan Kristus dalam peringatan deritanya tadi. Namun karena hari Tuhan itu adalah hari Pertama tadi, yaitu pada hari Minggu, dimana pada hari Tuhan ini kita dipersatukan dengan Tubuh Tuhan yang bangkit itu melalui perayaan Perjamuan Kudus yang dirayakan setiap kali kita bertemu pada hari Tuhan ini. Jadi jelas Minggu itu bukan Hari Sabbat, namun hari Tuhan. Ini bukan perayaan hari perhentian namun perayaan hari Kebangkitan. Sedangkan Sabtu itulah Sabbat, namun bukan sebagai tanda Perjanjian Keluaran dari Mesir, justru sebagai peringatan hari Perhentian Kristus dalam kuburan. Dengan demikian Sabtu itu bukan hari terpuncak, namun harus dimeteraikan oleh Hari Kebangkitan ( Hari Ahad = Hari Pertama).
---------------
Pernyataan Romo Daniel Byantoro di atas cukup menggembirakan saya, dimana dalam Gereja Orthodox, Sabat tidak ditiadakan dan digantikan dengan hari Minggu dan tetap dirayakan dengan ibadah senja. Namun disayangkan, bahwa sejumlah tesis yang dibangun dalam menguraikan Sabat (sebagaimana sudah saya tanggapi di atas), mendudukan Sabat dalam posisi vis a vis dengan Yesus dan memberikan kesan kuat bahwa Yesus memberikan petunjuk secara langsung dan tidak langsung bahwa Yesus mengubah fungsi dan makna Sabat melalui kematian dan kebangkitan dirinya.

Arkhimandrit Rm. Daniel Byantoro :

Adalah suatu kekeliruan besar jika kita mengatakan bahwa Sabbat itu sudah diganti hari Minggu. Dalam kalender resmi Orthodox yang juga kelender nasional negara Yunani hari Sabtu itu disebut “Sabbato”. Jelas Sabbat itu hari Sabtu. Dan juga suatu kekeliruan besar mengatakan bahwa hari Minggu atau “Hari Tuhan” itu berasal dari perayaan kafir. Sabbat tetap Sabtu, seperti yang sudah kita katakan, namun itu harus dimeteraikan oleh perayaan hari kebangkitan yaitu Hari Minggu. Bagaimana suatu peringatan dari peristiwa maha penting ini dianggap sebagai perayaan agama kafir, adalah suatu yang merupakan teka-teki besar?
------------
Sejak Abad ke-2 Ms, muncul suatu kesadaran baru bahwa Yesus yang bangkit dari kematian, pada hari pertama minggu itu, dimaknai sebagai suatu bentuk hari beribadah Kekristenan non Yahudi, yang setara dengan sabat Yahudi. Gejala ini semakin memuncak saat Kekristenan menjadi agama negara dibawah pengaruh kaisar Konstantin. Pada tahun 321, dia mengeluarkan ketetapan yang disebut Edik Milano sbb: "pada saat hari Matahari yang diagungkan, biarlah para pegawai pemerintah dan rakyat beristirahat di kota-kota dan hendaklah semua toko-toko ditutup. Namun demikian, di kota dimana masyarakat sibuk dalam pertanian, dibebaskan dan diijinkan untuk melanjutkan kegiatannya; sebab hal itu hanya dapat dilaksanakan pada hari itu dan tidak dapat pada hari lain untuk menebar benih atau menanam anggur. Dengan mengabaikan waktu yang tepat untuk bekerja, maka rahmaat surgawi akan hilang" (Harry R. Boer, A Short History of the Early Church, Grand Rapids, Michigan: William B. Eerdmans Publishing Company, 1986, p. 143).
Harry R. Boer memberi komentar terhdap keputusan dalam Edik Milano sbb: It is noteworthy that Constantine did not relate his legiaslation to Christian practice or to the Fourth Commandement. He designated Sunday by its traditional pagan name, the Day of the Sun, not the Shabath or the Day of the Lord. Pagans could therefore accept it. Christians gave the natural sun a new meaning by thinking of Christ the Sun of Rigteousness" (Patut dicatat baahwasanya Konstantin menghubungkan ketetapannya, tidak berhubungan dengan ibadah Kristen atau Hukum yang keempat dari Sepuluh Hukum. Dia menghubungkan hari Minggu melalui nama kekafiran yang secara tradisional disebut Hari Matahari, bukan Hari Sabat atau Hari Tu(h)an. Orang-orang kafir selanjutnya dapat menerima hari itu. Orang-orang Kristen memberikan tabiat matahari dengan makna baru dengan menghubungkan Mesias sebagai Matahari Kebenaran, ibid). 
Arkhimandrit Rm. Daniel Byantoro :

Bahwa pertemuan hari minggu itu akhirnya menjadi kebiasaan umat Kristen; dapat kita lihat dari Kisah 20:7 “ pada hari pertama dalam Minggu itu, ketika kami berkumpul untuk memecah-mecahkan roti” juga dalam tulisan Paulus” pada hari pertama dari tiap-tiap minggu hendaklah kamu masing-masing… menyisihkan sesuatu “( 1Kor 16:2).
--------------
Kisah Rasul 20:7, diterjemahkan oleh Lembaga Alkitab Indonesia, sbb : "Pada hari pertama minggu itu,...". terjemahan ini mengesankan bahwa sakramen Perjamuan Kudus dilaksanakan tiap-tiap hari minggu. Dalam naskah Yunani dituliskan, "en de te mia ton sabbaton sunegmenon hemon klasai arton Paulos dielegeto hautois". Dalam naskah Yunani saja tertulis kata 'sabat', mengapa dalam terjemahan Indonesia tidak tertulis? Teks diatas selayaknya diterjemahkan “Pada hari pertama usai Sabat itu…”. Kata “en de te mia” , menurut DR. David Stern, menunjuk pada “Motsaei Shabat” atau “Departure of the Shabat” (Sabat sore/ sabtu sore) (Jewish New Testament Commentary, JNTP, 1992, p.299)


Selanjutnya beliau menjelaskan, “pertemuan sabtu malam akan lebih tepat bersamaan dengan perayaan Sabat Yahudi, dimana semangat Sabat terkadang dilaksanakan pada sabtu sore setelah upacara Sabat selesai, yang dilaksanakan sesudah matahari tenggelam ketika menjelang gelap, dimana saat yang cukup untuk melihat tiga bintang dilangit” (ibid). 

Dalam Ortodox Jewish Brit Chadasha, diterjemahkan: “And on Yom Rishon, when we met for a firen tish (it was Motzoei Shabbos when there was a Melaveh Malkeh communal meal), Rav Sha'ul was saying a shiur to them, since he would have to depart early the next day and was having to extend the message until chatzot halailah

Kata “Yom Rishon” artinya hari yang pertama setelah melewati Sabat yang jatuh sekitar pukul 19.00 sampai malam. Perhitungan hari menurut orang-orang Yahudi, dimulai bukan pada saat matahari terbit, melainkan saat matahari mulai tenggelam. Dalam buku Passover: A Memorial for All Time disebutkan: “Thus it is clear that Biblical days begin at evening with the setting of the sun and not at sunrise as in ancient Egypt” (Telah jelas dikatakan bahwa hari menurut Kitab Suci dimulai saat matahari terbenam dan bukan saat matahari terbit, seperti di Mesir) (Yahweh’s New Covenant Assembly, 1992, p.11)

TaNaKh menjelaskan mengenai pergantian hari dalam Kejadian 1:5b,8b,13, Ulangan 23:10-11, Imamat 11:24-25; 22:6-7, Imamat 23:32. Maka pertemuan yang diadakan Paul sebenarnya dalam rangka penutupan Sabat  yang diakhiri pukul 19.00. Sebelumnya telah dimulai suatu pertemuan. Lalu dilanjutkan sampai malam. Ini bukan pertemuan istimewa yang menggantikan Sabat sebagaimana anggapan Kekristenan pada umumnya. DR. David Stern melanjutkan memberi komentar: “A Saturday night meeting would continue to God oriented spirit of Shabat, rather than require the believers to shift their concern from workday matters, as would be the case on Sunday night” (Ibid., Jewish New Testament Commentary, p.299)

Konteks Kisah Rasul 20:7 membicarakan mengenai persinggahan Paul dari kegiatan pelayanan di Makedonia, Siria, Filipi dan Troas (Kis 20:1-6). Usai ibadah Sabat di Troas, Paul berbincang-bincang sampai larut malam, sebelum keesokkan harinya berangkat ke Asos, Metilene, Khios, Miletus, Efesus, sebelum kembali ke Yerusalem (Kis 20:13-16). Kata “dielegeto” yang dihubungkan dengan ucapan Paul bukan berkategori kotbah namun setara dengan “berdiskusi”, “berdebat”, “berbicara” (Mrk 9:34, Kis 17:2, Kis 17:17).
Ketiga, dalam 1 Korintus 16:2 dalam terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia: “Pada hari pertama dari tiap-tiap minggu hendaklah kamu masing-masing-sesuai dengan apa yang kamu peroleh-menyisihkan sesuatu dan menyimpannya di rumah, supaya jangan pengumpulan itu diadakan kalau aku datang”. 

  Dalam naskah Yunani tertulis, “kai humeis poiesate kata mian sabbaton ekastos humon par eautoi titheto”. Ayat inipun menggunakan frasa serupa sebagaimana dalam Kisah Rasul 20:7, “kata mian Sabbaton” yang lebih tepat diterjemahkan “sabat sore” atau “hari pertama dari sabat itu”. Konteks 1 Korintus 16:2 tidak memberikan indikasi suatu pertemuan ibadah yang khusus layaknya dilakukan oleh gereja Kristen dimanapun. Perikop ini sedang membicarakan penggalangan dana bagi orang Yahudi di yerusalem dengan pola seperti jemaat di Galatia (1 Kor 16:1). Paul yang mengorganisir pertemuan pengumpulan dana ini. Pengumpulan dana tersebut sangat efektif dilaksanakan setelah ibadah sabat sore saat orang-orang berkumpul (1 Kor 16:2). Hasil pengumpulan akan dikirim ke Yerusalem (1 Kor 16:3). 
  
Keempat, Dalam Wahyu 1:10 terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia menerjemahkan, “Pada hari Tuhan aku dikuasai oleh Roh …”. Naskah Yunani menuliskan, “egenomen en pneumati en te kuriake hemere..”. Kata “te kuriake” hanya muncul satu kali dalam 1 Korintus 11:20, yaitu tentang “jamuan Tuhan” (kuriakon deipnon). Ayat ini tidak berbicara mengenai hari pertama sebagai ibadah. Yechiel Lichtenstein menyatakan bahwa pada Abad 2 Ms., Irreneus pernah menyebutkan adanya tradisi bahwa hari kedatangan Mesias bukan pada hari minggu namun pada  hari pertama saat perayaan Seder Paskah (Ibid., p.791). Nampaknya, kata “te kuriake hemera” lebih menunjuk pada “yom YHWH” dalam Yoel 2:31. Dalam naskah Septuaginta, ‘yom YHWH” diterjemahkan “hemeran kuriou” (hari Tuhan). Konteks Wahyu 1:10 tidak berbicara mengenai hari peribadahan yang tertentu melainkan berbicara mengenai penyingkapam mengenai Akhir Zaman yang harus diberitahukan pada jemaat (Why 1:1-3).



0 komentar:

Posting Komentar