RSS Feed

TANGGAPAN ATAS ARTIKEL ARKHIMANDRIT RM. DANIEL BYANTORO 2

Posted by Teguh Hindarto


AJARAN ALKITAB TENTANG SABAT


Arkhimandrit Rm. Daniel Byantoro :

Patut diperhatikan bahwa Perjanjian Baru keseluruhannya tak pernah memberitakan sedikitpun mengenai sentralitas dan pentingnya Sabbat ini. Jika Sabbat itu disinggung hanya karena konflik yang muncul antara para murid Yesus dengan orang-orang Yahudi mengenai masalah perayaan Hari Sabbat itu saja dan juga karena lingkup sejarah penulisan Perjanjian Baru itu adalah diantara bangsa Yahudi sehingga dalam menghitung waktu dan hari tak mungkin lepas begitu saja tanpa menyebutkan Hari Sabbat. Tetapi Sabbat itu sendiri tidak pernah menjadi inti berita Perjanjian Baru. Kristus dan karyaNyalah focus berita Perjanjian Baru. Bukan Hukum Sepuluh dan jelas bukan Sabbat.
-----------
Ibadah Kristiani pada awalnya berakar pada Yudaisme. Yesus Sang Mesias adalah seorang Yahudi (Ibr 7:14) dan beribadah secara Yahudi. Demikian pula murid-murid Yesus dan para rasulnya meneruskan tata cara ibadah Yudaisme tersebut. Pilar ibadah Kristiani yang berakar pada Yudaisme meliputi sbb:
1.      Ibadah Harian tiga kali sehari (Tefilah Sakharit, Minkhah, Maariv – Kis 3:1; 10:3)
2.      Ibadah Pekanan (Sabat – Kis 13:14,27,42,44)
3.      Ibadah Bulanan (Rosh kodesh – Kol 2:16-17)
4.      Ibadah Tahunan atau Tujuh Hari Raya (Sheva Moedim – Kis 20:16, 1 Kor 16:8)

Para ahli liturgi Kristen pun mengakui bahwa beberapa tradisi liturgis dalam gereja Katholik, Orthodox dan Protestan, sebenarnya berakar dari Yudaisme. Pdt. Theo Witkamp, Th.D., menjelaskan dalam artikelnya sbb:  

 “Gereja Kristen dimulai sebagai suatu sekte Yahudi. Oleh karena itu, kalau kita ingin tahu tentang asal-usul dan latar belakang ibadah Kristen awal, kita terutama harus memandang kebiasaan-kebiasaan liturgis dan musikal dari agama Yahudi pada Abad Pertama Masehi (Mazmur-Mazmur Kekristenan Purba Dalam Konteks Yahudi Abad Pertama, dalam Jurnal Teologi GEMA Duta Wacana, No 48 Tahun 1994, hal 16)

Rashid Rahman mengatakan, “Praktek ibadah harian gereja awal dilatarbelakangi oleh praktek ibadah harian Yudaisme hingga abad pertama. Latar belakang tersebut dapat berupa kontinuitas, diskontinuitas atau pengembangan dari ibadah Yudaisme” (Ibadah Harian Zaman Patristik, Bintang Fajar, 2000, hal 5). Selanjutnya dikatakan, “Gereja awal tidak memiliki pola ibadah tersendiri dan asli. Mereka beribadah bersama dengan umat Yahudi dan kemudian mengambil beberapa ritus Yahudi untuk menjadi pola ibadah harian” (Ibid., hal 36)

Dengan mengatakan, “Perjanjian Baru keseluruhannya tak pernah memberitakan sedikitpun mengenai sentralitas dan pentingnya Sabbat ini” tentu saja merupakan bentuk kegagalan memahami kedudukan Sabat sebagai bagian dari 4 pilar ibadah Yudaisme yang juga diteruskan oleh Yesus dan rasul-rasulnya. Bagaimana mungkin mereka akan memfokuskan pada ibadah Sabat sebagai fokus pemberitaan Perjanjian Baru jika Sabat adalah gaya hidup dan ibadah mereka selama ini? Tentu saja mereka hanya akan memberitakan apa yang dinubuatkan yaitu Mesias yang dalam hal ini tersublimasi dalam tokoh dan karakter Yesus Sang Mesias, Juruslamat dan Junjungan Agung Yang Ilahi.

Arkhimandrit Rm. Daniel Byantoro :

Memang setiap hari Sabbat “menurut kebiasaanNya… ia masuk ke rumah Ibadat (Luk 4:16), namun dia melakukanNya bukan karena Sabbat dan segala ketentuannya itu berkuasa “atas” dia, justru sebaliknya dia masuk ke rumah Ibadat setiap hari Sabbat itu untuk menunjukkan bahwa sekarang bukan lagi Sabbat yang harus menjadi tanda perjanjian justru DiriNyalah yang berkuasa atas segala sesuatu termasuk hari sabbat, sehingga manusia hidup buakan lagi untuk hari Sabbat artinya tujuan hidup manusia bukan digunakan untuk mengabdi pada sabbat, namun sebaliknya “hari Sabbat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabbat” (Markus 2:27). Sabbat menjadi pada kepentingan manusia.

Itulah sebabnya tak pernah sekalipun Yesus dalam pengajaranNya meninggikan atau menyanjung Sabbat, Dia membicarakan tentang sabbat hanyalah dalam konteks konfrontasi perjumpaanNya dengan pemimpin agama Yahudi yang menentang sikapnya terhadap Sabbat yang justru oleh mereka dilihat sebagai hujatan dan bertentangan dengan ketetapan dari Kitab Suci perjanjian Lama.
-------------
Tidak ada pernyataan Yesus setelah membaca petikan Yesaya 61 kemudian berkata, “sejak saat ini akulah yang harus menjadi fokus perhatian kalian dan Sabat tidak memiliki relevansi yang mengikat lagi bagi kehidupan ibadah kalian”. Sama sekali tidak ada! Fokus pengutipan Yesaya 61 bukan mengenai hari Sabat melainkan pemenuhan nubuat mengenai Mesias.

Terkait pembacaan Yesaya 61 oleh Yesus Sang Mesias, beberapa literatur rabinik mempercayai bahwa saat Mesias datang, Mesias akan mengucapkan perkataan dalam Yesaya 61 (Lexicon oleh Rabbi David Kimchi sebagaimana dikutip dari buku A Manual of Christian Evidences for Jewish People, Vol 2, p.76). Kenyataan ini mendorong pada kesimpulan bahwa Mesias akan datang pada saat perayaan Yom Kippur dalam Tahun Yobel yang terakhir untuk memberikan pembebasan pada orang-orang Yahudi sebagaimana dikatakan dalam Talmud Sanhedrin 97b sbb: “Dunia akan berakhir tidak kurang dari 85 Yobel dan diakhir Yobel, Mesias Putra Dawid akan datang”. Unsur penting lainnya adalah bahwa dalam sinagoge Abad Pertama Masehi, Yesaya 61 tidak dibaca di sinagog selama Yom Kippur melainkan berhenti sampai di Yesaya 58 karena orang Yahudi memiliki pola pembacaan tiga lapis setiap tahunnya. Maka ketika Mesias membaca Yesaya 61 di sinagog dia hendak menegaskan kemesiasan dirinya. Bukan hanya itu, Yesus pun hendak menyatakan bahwa peristiwa pembacaan Yesaya 61 terjadi saat perayaan Yom Kippur. Yesus menggunakan kata-kata yang tepat pada waktu yang tepat untuk menyatakan siapa diri-Nya. 

Membuat kesimpulan “dia masuk ke rumah Ibadat setiap hari Sabbat itu untuk menunjukkan bahwa sekarang bukan lagi Sabbat yang harus menjadi tanda perjanjian justru DiriNyalah yang berkuasa atas segala sesuatu termasuk hari sabbat” adalah sebuah LOMPATAN yang MENGABAIKAN teks dari konteksnya. Meminjam julukan yang diberikan Arkhimandrit Rm. Daniel Byantoro kepada umat Kristen yang memelihara Sabat dengan sebutan “pemerkosaan kebenaran” dan “tindak sewenang-wenang terhadap nats kitab suci” (Lihat pernyataan pertama yang saya tanggapi)

Arkhimandrit Rm. Daniel Byantoro :

Matius menerangkan saat dan hari ketika Yesus mengalami derita akhir dari hidupNya itu demikian, sesudah membicarakan saat malam Yesus diolok dan dicemooh dan paginya (hari Jumat) dibawa menghadap Pilatus (Matius 27:1-2), dan disalibkan pada hari itu juga.:”keesokan harinya, yaitu sesudah hari persiapan, datanglah imam-imam kepala dan orang-orang Farisi bersama-sama menghadap Pilatus (Matius 27:62). Jadi menurut ayat ini hari ketika Yesus disalibkan dan dikuburkan dalam ayat-ayat sebelumnya, Matius 27 ini disebut oleh Matius (perhatikan: bukan oleh Yesus) sebagai ”Hari Persiapan” (parskevee), yaitu hari Jumat sebagai “Hari Persiapan” bagi orang Yahudi untuk merayakan hari Sabbat. Sedangkan dalam Matius 28:1, ketika para murid wanita mengunjungi kuburan pada saat kebangkitan Yesus disebut demikian:” setelah hari Sabbat lewat… pada hari pertama Minggu itu”, yang menunjukkan bahwa Yesus tidak melakukan apapun secara fisik diantara hari persiapan sampai dengan hari Pertama minggu itu, yaitu selama hari sabbat itu Yesus berada di kuburan pasif tergeletak seolah-olah beristirahat dari semua karyaNya selama enam hari bagi penciptaan baru atas dunia ini, sejak Minggu Palem (Matius 21:1-23), Senin Kudus (Matius 24:3-35), Selasa Kudus (Matius 24:36-26:2), Rabu Kudus (Matius 26:2-16) “dua hari lagi akan dirayakan paskah”(ayat 2) menunjukan saat itu hari Rabu, karena Paskah terjadi hari Sabtu ), Kamis Kudus (Matius 26:7-75), dan Jumat Agung (Matius 27:1-61) dan pada hari Sabtu yaitu hari ketujuh Yesus berhenti atau beristirahat dari segala karya penciptaan baru yang dilakukanNya selama enam hari di dalam kuburan menanti penggenapannya yang dimeteraikannya segala karya tadi oleh kebangkitan, pada hari sesudah Sabbat lewat, yaitu hari pertama Minggu itu hari Pertama atau hari Satu itulah hari Ahad dalam bahasa Arab. Dan karena hari ahad (satu) itu adalah hari Kebangkitan Tuhan sebagai puncak dari karyaNya selam enam hari dan beristirahat selama hari ketujuh dalam kuburan, maka hari pertama itu disebut hari Tuhan (Kuriakee/Kyriaki) yang sampai sekarang masih disebut demikian dalam kalender Gereja Orthodox dan kalender nasional negara Yunani, yang kata kuriakee (kyriaki dari kata kyrios-Tuhan) itu disebut dalam bahasa Portugis “dominggos” (Hari Tuhan) dan menjadi bahasa Indonesia Minggu.

Demikianlah dalam penciptaan baru Allah melalui sabdaNya yang menjelma, berkarya selama enam hari dan beristirahat pada hari ketujuh di dalam tergeletaknya Sang Sabda menjelma ini di dalam kuburan. Namun berbeda dengan perciptaan lama dimana padahari ketujuh itu sudah lengkap selesai penciptaan itu, dalam penciptaan baru ini, selesai dan puncak karya selama enam hari bagi penebusan sejak Minggu Palem itu bukan pada hari terkuburnya atau beristirahatNya Kristus dalam kuburan, namun kebangkitanNya pada ahad atau hari pertama, karena jika “Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu”( 1 Kor 15:17).

Itulah sebabnya jika hari ketujuh sebagai hari perhentian itu harus dirayakanpun maknanya sudah berbeda dari Sabbat dalam Perjanjian lama. Ini harus berpusat pada karya penciptaan baru yang dilakukan Kristus selama seminggu kesengsaraanNya atau Pekan Sengsara itu. Dengan demikian hari Sabbat sekarang mengingat saat penguburan atau perhentian Kristus dari segala karyaNya untuk menunggu penggenapannya dalam hari kebangkitanNya yang terjadi pada hari Pertama (Hari Ahad = hari Minggu) tadi. Itulah sebabnya dalam Gereja Purba yang tetap dilakukan oleh gereja Orthodox sampai sekarang, Sabbat itu tetap hari Sabtu, bukan Minggu, namun makna Sabbat itu berbeda dari makna yang diberikan oleh Perjanjian Lama. Bukan lagi itu tanda Perjanjian pelepasan dari Mesir, namun sebagai peringatan akan perhentian karya Kristus di dalam kuburan, dengan demikian meskipun kita merayakan hari Sabtu sebagai hari Sabbat kita tak terikat lagi pada ketentuan-ketentuan Sabbat seperti yang digariskan oleh Kristus sendiri.
--------------
Benarkah Yesus wafat pada hari Jumat? Persoalannya adalah, benarkah Yesus wafat pada hari jum’at sore?? Padahal Yesus pernah berkata demikian: “Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam” (Mat 12:40)

Jika Yesus wafat pada hari jum’at, apakah lama waktu Yesus dikubur didalam bumi ada tiga hari tiga malam, jika Dia bangkit pada hari minggu? Waktu dari jum’at sore sampai minggu pagi adalah 1 hari 2 malam, benar bukan? 

Banyak pakar teologia dan sarjana keagamaan mencoba untuk menyelesaikan persoalan tersebut dengan berpendapat bahwa beberapa bagian siang atau malam dihitung seperti satu hari atau satu malam. Selanjutnya, beberapa menit terakhir dari jum’at sore dihitung sebagai satu hari dan keseluruhan hari sabtu, dihitung hari kedua, dan beberapa menit minggu pagi dihitung sebagai hari ketiga. Apakah alasan tersebut terdengar masuk akal?



Hari Persiapan: Kunci Pembuka Tabir

Lalu bagaimana kita dapat mengetahui pada hari apa Yesus wafat? Rujukan pertama dapat kita kaji dari Yohanes 19:31 sbb: “Karena hari itu hari persiapan dan supaya pada hari Sabat mayat-mayat itu tidak tinggal tergantung pada kayu salib -- sebab Sabat itu adalah hari yang besar -- maka datanglah orang-orang Yahudi kepada Pilatus dan meminta kepadanya supaya kaki orang-orang itu dipatahkan dan mayat-mayatnya diturunkan

Apakah yang dimaksud dengan “hari persiapan” itu? Jika melihat kalimat selanjutnya, tentulah “hari sabat”. Namun “sabat” yang mana? Karena Torah mengatur bahwa ada dua jenis “sabat”, yaitu “Sabat Mingguan” yang selalu jatuh pada hari ketujuh, yaitu hari sabtu, dan yang YHWH memerintahkan untuk senantiasa dipelihara (Kel 20:8-10). Dan berikutnya “Sabat Tahunan” yang jatuh tiap-tiap jatuh hari raya dari keseluruhan Sheva Moadey (tujuh hari raya) dalam Imamat 23:1-44. 

Yang dimaksud dengan hari persiapan, dimana akan jatuh Sabat, bukanlah Sabat mingguan yaitu Sabtu, melainkan Sabat hari raya. Hari raya apa? Pesakh dan Hari Raya Roti Tidak Beragi. Imamat 23:5-7 menjelaskan bahwa saat Pesakh dan ha Matsah atau Roti Tidak Beragi, harus ada sabat atau perhentian. Dengan demikian, yang dimaksud dengan “Hari Persiapan” dalam Yohanes 19:31, bukan menunjuk pada Sabat yang jatuh pada hari Sabtu, melainkan Sabat Moedim atau Sabat Perayaan, yaitu Pesakh dan ha Matsah. Matius 27:61 melaporkan “keesokkan harinya, yaitu sesudah Hari Persiapan, datanglah imam-imam kepala dan orang-orang Farisi bersama-sama menghadap Pilatus”. Hari apakah sesudah “Hari Persiapan?” Bukan hari Minggu, melainkan hari Kamis atau bahkan Jum’at.

Jika “Hari Persiapan” tidak jatuh pada hari sabtu, lalu kapankah persisnya “Hari Persiapan” itu? Penentuan dengan tepat “Hari Persiapan”, akan membuka tabir pada hari apa Yesus wafat dan pada hari apa Yesus makan Seder Pesakh. Jika Yesus ditemukan pagi-pagi sekali pada hari pertama minggu itu (Mark 16:2, Luk 24:1), maka kita dapat menarik mundur sejumlah tiga hari tiga malam terhitung dari sabtu, jum’at, dan kamis, sesuai dengan perkataan Yesus bahwa Dia ada dalam rahim bumi selama tiga hari tiga malam (Mat 12:40). Maka dapat disimpulkan bahwa Yesus wafat pada hari rabu sore, Tgl 14 nisan akhir (karena dalam kalender Yahudi, hari dimulai pada petang hari dan berakhir pada petang hari kembali) bertepatan kaum Farisi hendak melaksanakan Hari Raya Roti Tidak Beragi yang jatuh pada Tgl 15 nisan awal. Inilah yang disebut “Hari Persiapan” atau “Sabat Hari Raya” yang jatuh pada rabu sore atau kamis awal. Yesus makan Seder Pesakh pada Tgl 14 Nisan awal, yang jatuh pada hari selasa petang. Luar biasa!! 

Dalam buku Passover: A Memorial for all Time, dijelaskan: “Dictionary of The New Testament menyingkapkan bahwa beberapa sarjana Yahudi mengakui bahwa Pesakh dilaksanakan bersamaan dengan dua peristiwa pada tahun 31 Ms, yaitu ketika Yahshua dipaku di palang kayu. Tentu saja Sang Juruslamat melaksanakan Pesakh dengan tepat pada tanggal 14 nisan sebagaimana yang dilaksanakan oleh kaum Saduki yang merupakan instruksi ibadah Bait Suci. Dia tidak mengenal Pesakh kedua atau kekeliruan kaum Farisi mengenai Pesakh yang jatuh pada tanggal 15 Nisan, yang masih diikuti sebagian besar kaum Yahudi saat ini”(Yahweh’s New Covenant Assemblies, 1991, p.30) Demikian pula Scott Ashley menuliskan, “Beberapa perangkat lunak program komputer yang ada, mampu untuk menghitung saat tibanya Paskah dan hari raya-hari raya yang ditetapkan Tuhan. Program tersebut menunjukkan bahwa pada tahun 31 Ms, tahun dimana peristiwa  jamuan Paskah terjadi pada hari selasa malam dan rabu petang yang ditandai dengan dimulainya ‘hari besar’, yaitu hari yang pertama dari Hari Raya Roti Tidak Beragi. Kemudian, Yahshua disalibkan dan dikuburkan pada hari rabu sore, bukan pada hari jum’at (Jesus Wasn’t Crucified on Friday – or Resurrected on Sunday!, GOOD NEWS Magazines , Marc-Apr 2006, On www.gnmagazines.org) 


Apakah Yesus bangkit dari kematian pada minggu pagi? (Yoh 20:1) Tidak! Maria dan murid-murid Yesus sudah menemukan kain kafan yang dilipat rapi dan batu penutup kubur terguling, pada minggu pagi, namun pastilah sekitar sabtu petang – entah tidak ada yang tahu – sesuai dengan perkataan-Nya bahwa pada hari ketiga Dia akan bangkit, maka Yesus telah bangkit mengalahkan maut. 

Kronologi Wafat & Kebangkitan Yesus: Sebuah Rekonstruksi

  1. Tgl 14 Nisan awal (selasa malam rabu), Yesus melaksanakan Seder Pesakh, dan memberikan penjelasan bahwa upacara itu menunjuk pada tubuh dan darah-Nya yang akan dikorbankan (Mat 26:17-29). Tengah malam ditangkap prajurit Roma dan dibawa ke markas (Mat 26:55-58) 
  2. Tgl 14 Nisan siang (rabu)Yesus diinterogasi dan pada jam ketiga atau jam sembilan Yesus disalibkan di Golghota (Mrk 15:25). Jam 12.00 kegelapan menyelimuti Golghota (Mat 27:45). Jam 15.00, Yesus wafat (Mat 27:46). Sebelum pukul 18.00, Yesus diturunkan dari kayu salib karena menjelang Sabat Perayaan Roti Tidak Beragi (Yoh 19:38-42). Rabu malam kamis Yesus berada dalam rahim bumi sampai Sabat petang.
  3. Tgl 18 Nisan (minggu pagi), murid-murid menemukan mayat Yesus tidak ada (Mat 20:1). Namun Yesus tidak bangkit pada hari minggu pagi. Tidak ada yang tahu pasti jam berapa Dia telah bangkit. Kemungkinan Sabtu petang atau tengah malam Yesus telah bangkit. Kebangkitan-Nya tepat tiga hari tiga malam (rabu malam kamis dihitung sebagai kamis, karena pergantian hari Ibrani, dimulai petang. Kamis malam jum’at dihitung jum’at. Jum’at malam dihitung sabtu). Sabtu petang atau hari Minggu awal, Yesus  telah bangkit dari maut
BERSAMBUNG....


0 komentar:

Posting Komentar