Lukisan Michael Spooner Tentang Masa Remaja Yesus di Ladakh, Tibet
Yesus pernah ke India? Yesus pernah belajar dari rahib-rahib Budha di Tibet pada usia 12-30 tahun sebelum kembali ke Palestina? Yesus luput dari kematian di salibkan dan mengungsi ke Kashmir dan wafat dalam usia tua di sana?
Tidak ada habis-habisnya kontroversi mengenai tokoh Yesus Sang Mesias yang selalu dihubungkan dengan berbagai kisah-kisah memicu perdebatan di luar kisah yang dituliskan dalam keempat Injil (Injil Sinoptik) yang kanonik. Novel Da Vinci Code menuding bahwa Yesus menikah dengan Maria Magdalena. Dalam film The Lost Tomb of Jesus karya Simcha Jacobovici dan bukunya yang berjudul The Jesus Family Tomb: the Discovery, the Investigation, and the Evidence That Could Change History, dikatakan bahwa Yesus mati secara wajar dan tidak bangkit kembali dan makamnya di temukan di timur Yerusalem yaitu Talpiot. Dan masih sederet kisah-kisah thriler yang layak dijual ke publik untuk meraih keuntungan ekonomis sekaligus membuat kebingungan mengenai akidah Kristiani.
Demikian pula dengan pendapat yang berkembang pada tahun 1800-an dan 1900-an mengenai Yesus pernah berada di India. Ada dua jalur penulisan yang beranggapan bahwa Yesus pernah berada di India. Pertama, melalui karya Nicolas Notovich seorang jurnalis dan mata-mata yang banyak menuliskan buku. Dan salah satu bukunya yang menimbulkan kontroversi pada tahun 1887 dengan judul Life of Saint Issa, (Kehidupan Orang Kudus Isa) yang kemudian tahun 1894 diterjemahkan dalam bahasa Prancis dengan judul La vie inconnue de Jesus Christ (Unknown Life of Jesus Christ). Menurut pengakuannya, terjemahan dalam buku tersebut dia peroleh berdasarkan informasi dari sebuah manuskrip di Himis yang berada di Ladakh, Tibet kecil. Seorang Lama menunjukkan salinan teks dalam bahasa Pali yang mengisahkan bahwa Yesus (dengan nama Isa) telah berada di Tibet pada usia 17 tahun[1]. Kedua, melalui karya Mirzha Ghulam Ahmad, pendiri Ahmadiyah melalui buku yang dia terbitkan dengan judul, Jesus in India pada tahun 1908. Berbeda dengan laporan dan terjemahan Notovitch, maka Mirza Ghulam Ahmad justru menuding tulisan Notovitch adalah pemalsuan karena tidak ada bukti bahwa Yesus pernah berada di India pada usia 17 tahun. Sebaliknya, Ghulam Ahmad membuat teori baru dengan sejumlah referensi kuno untuk membuktikan bahwa Yesus pernah ke India saat dia terluput dari penyaliban dan mengungsi serta wafat tua di Kashmir pada usia 120 tahun[2]
Benarkah Yesus Belajar Agama Budha di India Pada Usia 12-30 Tahun?
Sebelum Nicolas Notovitch menerbitkan buku Life of Saint Issa pada tahun 1887, telah beredar sejumlah buku yang berupaya menuliskan kehidupan kanak-kanak Yesus dan pararelisasinya dengan agama Hindu dan Budha. Beberapa penulis tersebut al., Louis Jacolliot menerbitkan buku berjudul La Bible dans l'Inde, Vie de Iezeus Christna (The Bible in India, or the Life of Jezeus Christna) pada tahun 1869. Menurutnya, kisah kelahiran Yesus adalah mitologi yang didasarkan kisah India kuno. Murid-murid Krishna memberi nama Jezeus kepada Yesus yang artinya “hakikat yang murni” dalam bahasa Sansekerta. Setelah itu pada tahun 1908 Levi H. Dowling menerbitkan buku dengan judul the Aquarian Gospel of Jesus the Christ, dimana melalui bukunya Dowling melaporkan hasil penelusuran gaibnya mengenai tahun-tahun Yesus yang hilang[3].
Dikarenakan buku Notovitch menimbulkan kontroversi yang besar dibandingkan buku sebelum dan sesudahnya, maka kita akan memfokuskan untuk menguji kesahihan pendapat dalam buku tersebut.
Penemuan Manuskrip Himis
Dalam buku The Lost Years of Jesus: Documentary Evidence of Jesus' 17-Year Journey to the East yang telah diterbitkan dalam bahasa Indonesia dengan judul Tahun-tahun Yesus Yang Hilang, karya Elizabeth Clare Prophet, dikisahkan mengenai penemuan manuskrip Himis oleh Notovitch di Ladakh, Tibet sbb:
Setelah perang Rusia-Turki tahun 1877-1878, Notovitch melakukan perjalanan ke Timur. Dia tertarik dengan masyarakat dan arkeologi India. Sampailah Notovitch di India melalui Afghanistan.
Pada tanggal 14 Oktober 1887, Notovitch meninggalkan Lahore menuju Rawalpindi dengan tujuan Kashmir dan Ladakh di Tibet. Dari tempat itu dia berencana menuju Rusia melalui Karakorum, Cina dan Turki.
Dalam perjalanannya, dia mengunjungi biara Budha di Mulbekh. Di Mulbekh Notovitch diterima seorang Lama (sebutan biksu Tibet) yang menginformasikan mengenai adanya dokumen yang tersimpan di Lhasa, ibu kota Tibet dan kediaman Dalai Lama yang menyimpan naskah kuno mengenai Isa (nama Timur untuk Yesus).
Notovitch ingin mendapatkan dokumen tersebut dan meninggalkan Mulbekh. Dalam perjalanannya ke beberapa biara, sampailah dia di biara Himis yang berada di Ladakh, Himalaya.
Saat bertemu dan bercakap-cakap dengan Lama di biara Himis, Notovitch mendapatkan keterangan bahwa Agama Budha menghormati Isa dan salinan kisah kehidupannya disimpan di Himis dalam bahasa Tibet. Menurut pengakuan Lama di Himis, naskah tersebut di bawa dari India ke Nepal lalu ke Tibet dan ditulis dalam bahasa Pali dan diterjemahkan dalam bahasa Tibet dan di simpan di biara Himis.
Saat Notovitch meminta dokumen tersebut, biksu-biksu tersebut tidak mengerti letaknya dokumen tersebut namun berjanji akan memperlihatkan pada Notovitch jika dia kembali lagi ke biara tersebut.
Karena tidak ingin terburu nafsu memperoleh dokumen tersebut, Notovitch berpamitan dan meninggalkan biara Himis. Namun ditengah perjalanan terjatuh dari kudanya dan patah kaki. Dia memanfaatkan momentum ini untuk kembali ke biara Himis.
Saat dalam perawatan, Notovitch akhirnya diperlihatkan dokumen tersebut yang dideskripsikan sebagai dua buah naskah diselimuti daun yang menguning termakan waktu. Biksu tersebut membacanya keras-keras dan penerjemah yang mendampingi Notovitch menerjemahkannya dalam bahasa Inggris dan Notovitch menyalinnya dalam notes.
Hasilnya adalah 244 ayat yang dikelompokkan menjadi 14 Bab. Hasil terjemahannya ini kemudian dibukukan dan diterbitkan dengan judul The Life Saint of Issa. Bagian pertama yaitu Bab I-4 mengisahkan kondisi yang menuntun pra inkarnasi Yesus, kelahirannya dan awal kehidupannya. Bagian kedua yaitu Bab 5-8 mengisahkan tahun-tahun kehidupan masa kecil Yesus yang hilang antara usia 13-29 ketika Yesus belajar agama Budha di Himalaya, India. Bagian ketiga yaitu Bab 9014 mengisahkan peristiwa perjalanan misi Yesus di Palestina[4]
Ringkasan Isi Manuskrip Himis
Isi Manuskrip Himis yang diterjemahkan oleh Notovitch mengisahkan bangsa Israel di Mesir, kemerosotan moral bangsa Israel, invasi bangsa-bangsa asing dan penaklukan oleh Roma kemudian inkarnasi anak suci diantara orang tua yang miskin dan saleh. Tuhan berbicara melalui mulut bayi tersebut dan banyak orang dari penjuru dunia ingin mendengarnya.
Dalam manuskrip tersebut dikisahkan bahwa mulai usia 13 tahun Isa meninggalkan Yerusalem dan pergi ke Timur dengan menaiki kereta kuda pedagang untuk menyempurnakan dirinya dalam mempelajari agama Budha.
Pada usia 14 tahun Isa menyebrangi Sind di bagian Lembah Sungai Indus, Tenggara Pakistan dan berada diantara bangsa Aryan. Namun Isa pergi ke Juggernaut dimana dia diterima dengan tangan terbuka oleh para pendeta Brahmin yang mengajarkannya membaca Vedas untuk kepentingan mengajar, menyembuhkan dan mengusir setan.
Isa menghabiskan enam tahun belajar dan mengajar di Juggernaut, Rajagriha, Benares dan kota-kota suci lainnya. Pada suatu ketika Isa terlibat konflik dengan Brahmin dan Kshatriya (kasta imam dan satria) karena mengajarkan naskah suci kepada kasta bawah yaitu Vaisya (petani dan pedagang) serta Sudras (buruh). Para Brahmin bersikeras bahwa kasta Vaisya boleh mendengar Vedas saat hari raya saja sementara kasta Sudras tidak boleh mendengarkan sama sekali.
Isa menentang larangan para Brahmin dan Kshatriya. Para Brahmin dan Kshatriya akhirnya merencanakan pembunuhan terhadap Isa. Setelah diperingatkan kaum Sudras, akhirnya Isa meninggalkan Juggernaut pada malam hari dan pergi menuju kaki lembah Himalaya di selatan Nepal, tempat kelahiran Budha Sakyamuni 5 Abad lalu.
Setelah enam tahun belajar, Isa yang telah mencapai kesempurnaan ilmu mengenai agama Budha, meninggalkan Himalaya dan menuju Barat, berkotbah menentang para pemuja berhala di sepanjang perjalanan dan akhirnya kembali ke Palestina pada usia 29 tahun[5]
Beberapa Petikan Manuskrip Himis
Berikut ini beberapa petikan manuskrip Himis baik dalam versi bahasa Inggris maupun terjemahan bahasa Indonesia dari sumber yang berbeda dan penomoran yang berbeda.
Tibetan Gospel 4
7 This Divine Seed, To Whom Were Given The Name Of Issa, Commenced Even In His Most Tender Years To Speak Of The One And Indivisible Aumen, Exhorting The People That Had Strayed From The Path Of Righteousness To Repent And Purify Themselves Of The Sins They Had Committed.
8 People Came From All Parts To Listen And Marvel At The Words Of Wisdom That Fell From Their Young Lips; All The Israelites United In Proclaiming That The Eternal Spirit Dwelt Within This Seed.
9 When Issa Had Attained The Age Of Thirteen, When An Israelite Should Take A Spouse, The House In Which His Parents Dwelt And Earned Their Livelihood In Modest Labor, Became A Meeting Place For The Rich And Noble Who Desired To Gain For Family The Young Issa, Already Celebrated For His Edifying Discourses In The Name Of The Almighty.
10 It Was Then That Issa Clandestinely Left His Parents’ House, Went Out Of Yerushalom, And In Company With Some Merchants, Traveled Toward Sindh, That They Might Perfect Themselves In The Divine Word And Study The Laws Of The Great Buddhas[6].
Dalam terjemahan bahasa Indonesia dari buku Elizabeth Clare Prophet, Tahun-tahun Yesus Yang Hilang Bab IV terbagi menjadi 13 ayat, sementara dari sumber Tibetan Gospel hanya ada 10 ayat, namun isi keseluruhan tidak berubah karena versi terjemahan berbahasa Indonesia.
Karya Elizabeth Clare Prophet, Tahun-tahun Yesus Yang Hilang, memecah ayat 9 menjadi ayat 10-11 dan memecah ayat 10 menjadi 12-13 sebagaimana berikut:
Bab IV
10 Ketika Isa menginjak umur tiga belas, sudah waktunya seorang Israel mengambil istri,
11 Rumah yang dimiliki orang tuanya hasil dari usaha sederhana mulai penuh dengan orang-orang kaya dan bangsawan, menginginkan Isa muda menjadi menantu mereka, yang sudah terkenal karena membawa nama Yang Maha Kuasa
12 Karena itu Isa meninggalkan rumah orang tuanya diam-diam, pergi ke Yerusalem, dan bersama seorang pedagang menuju Sind
13 Dengan tujuan menyempurnakan dirinya dalam Perkataan Yang Kuasa dan mempelajari hukum Budha[7]
Tibetan Gospel 5
12 But Issa Would Not Heed Them, And Going To The Sudras, Preached Against The Braumens And The Kshatriyas.
13 They Strongly Denounced The Men Who Robbed Their Fellow-Beings Of Their Rights As Humans, Saying: Our Divine Parents Establish No Difference Between Their Children, Who Are All Equally Dear To Them.
14 Issa Denied The Divine Dictation Of The Vedas And The Pouranas, Declaring To Their Followers That One Law Had Been Given To Humans To Guide Them In Their Actions.
15 Revere Aumen, Bow Down The Knee Before Them Only, And To Them Only Must Thy Offerings Be Made.
16 Issa Denied The Trimurti And The Incarnation Of Para-Brahma In Vishnu, Shiva, And Other Deities, Saying:
17 The Eternal Aumen, The Eternal Spirit, Composeth The One And Indivisible Soul Of The Universe, Which Alone Createth, Containeth, And Animateth The Whole.
18 They Alone Have Willed And Created; They Alone Have Existed From Eternity And Will Exist Forever, And They Have No Equal Either In Heaven Nor On This Earth[8].
Dalam terjemahan bahasa Indonesia dari buku Elizabeth Clare Prophet, Tahun-tahun Yesus Yang Hilang Bab V terbagi menjadi 27 ayat, sementara dari sumber Tibetan Gospel menjadi 30 ayat, namun isi keseluruhan tidak berubah karena versi terjemahan berbahasa Indonesia.
Karya Elizabeth Clare Prophet, Tahun-tahun Yesus Yang Hilang, menyatukan ayat 26-28 dari Tibetan Gospel menjadi ayat 24-25 dan ayat 29-30 menjadi 26-27 sebagaimana berikut:
Bab V
10 Tetapi Isa tidak mendengarkan peringatan mereka dan pergi ke antara orang Sudra, berkotbah menentang para Brahman dan Kshatriya
11 Ia mengecam tindakan manusia yang sombong yang dengan kuasanya mencabut hak asasi sesama manusia; “Karena”, katanya, “(Tuhan) Bapa[9] tidak membedakan antara ana-anak-Nya; semua setara di mata-Nya
12 Isa menyangkal asal muasal Weda dan Puranas. “Karena”, ajarnya kepada pengikutnya, “suatu hukum telah diberikan sebelumnya kepada manusia untuk menuntunnya dalam bertindak;
13 Takutlah akan Tuhan, berlututlah hanya di hadapan-Nya dan bawalah persembahanmu hanya kepada-Nya hasil dari yang engkau dapat
14 Isa menyangkal Trimurti dan inkarnasi para Para-Brahma dalam Wisnu, Siwa dan dewa lain, Ia mengatakan karena:
15 “Hakim Abadi, Roh Abadi, satu roh alam semesta yang tak terlihat, yang mana hanya seorang diri menciptakan, mengetahui dan mengatasi segalanya.
16 “Ia seorang diri telah menciptakan, Ia telah ada dalam keabadian dan keberadaa-Nya tidak akan berakhir. Tidak ada yang setara dengan-Nya baik di surga maupun di bumi”[10]
Aksi dan Reaksi Terhadap Buku Notovitch
Buku karya Notovitch laris manis di pasaran. Paling sedikit 8 edisi diterbitkan di Prancis tahun 1895 dan tiga terjemahan Inggrisnya yang terpisah muncul di Amerika. Terjemahan Inggris lainnya diterbitkan di London tahun berikutnya. Juga diterjemahkan ke bahasa Jerman, Spanyol, Swedia dan Itali[11]
Bukan hanya menuai kelarisan melainkan juga menuai kritik dan serangan tajam baik melalui artikel maupun buku. Beberapa nama yang menuliskan buku untuk memberikan sanggahan terhadap buku Notovitch al., F. Max Muller, profesor bahasa Eropa modern dan perbandingan Filologi dari Universitas Oxford menuliskan buku berjudul The Alleged Sojourn of Christ in India pada tahun 1894.
Muller menuding The Life of Saint Issa adalah palsu, mungkin berasal dari para Lama di Himis namun ditafsirkan lain oleh Notovitch. Muller pun menyangsikan kisah di atas karena tidak ada dalam Kanjur atau katalog standar terjemahan dan uraian Kitab Suci Budha. Muller pun mengutip surat seorang wanita Inggris dengan tanggal Leh, Ladakh, 29 Juni 1894 yang menyatakan tidak pernah ada orang Rusia yang bernama Notovitch yang masuk ke biara Himis dengan patah kaki[12].
J. Archibald Douglas menuliskan artikel dalam New York Times tahun 1896 dan meragukan apakah Notovitch pernah ke Tibet kecil. Kemudian bulan Juni 1895, Douglas menuliskan artikel berjudul The Chief Lama of Himis on the Alleged the Unknown Life of Christ dan diterbitkan April 1896 yang berisikan wawanca dengan Lama di Himis. Saat dibacakan buku Notovitch, seorang Lama yang sudah 42 tahun bertugas di sana mengatakan tidak pernah mendengar mengenai buku-buku Budha di Biara yang menuliskan kehidupan Isa. Semua pertanyaan dan jawaban hasil laporan Douglas dibubuhi tanda tangan Lama dan segel resmi dengan saksi penerjemah Douglas bernama Shahmwell Joldan, mantan kepala kantor pos Ladakh[13]
Untuk membuktikan kebenaran bukunya, Notovitch memberikan sanggahan balik dan sejumlah orang terlibat dalam pembelaan terhadap buku Notovitch al., Swami Abhenanda dalam bukunya Kashmir O Tibbate (In Kashmir and Tibet), Nicolas Roerich dalam tiga bukunya menyinggung soal manuskrip Himis dan kunjungan Isa ke India yaitu Himalaya (1926), Heart of Asia (1929), Altai Himalaya (1929). Terakhir adalah Madam Caspari yang mengabadikan alam bentuk foto-foto Himalaya dan Lama yang memegang manuskrip Himis, sekalipun Madam Caspari tidak memiliki kepentingan apapun terkait keberadaan manuskrip tersebut[14]. Dan masih ada sejumlah nama lainnya disinggung untuk membuktikan bahwa berdasarkan kesaksian mereka (yang namanya tersebut di atas) yang telah mengunjungi Himis, membenarkan adanya dokumen yang kemudian diterjemahkan oleh Notovitch menjadi buku dengan judul The Life of Saint Issa.
Kemanakah Yesus Pada Usia 13-30 Tahun?
Kitab Perjanjian Baru hanya memberikan informasi singkat mengenai masa kecil dan latar belakang pekerjaan Yesus sbb:
“Ketika Yesus telah berumur dua belas tahun pergilah mereka ke Yerusalem seperti yang lazim pada hari raya itu” (Luk 4:42)
“Sesudah tiga hari mereka menemukan Dia dalam Bait Tuhan; Ia sedang duduk di tengah-tengah alim ulama,sambil mendengarkan mereka dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada mereka. Dan semua orang yang mendengar Dia sangat heran akan kecerdasan-Nya dan segala jawab yang diberikan-Nya” (Luk 2:46-47)
“Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Tuhan dan manusia” (Luk 2:52)
“Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria, saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon? Dan bukankah saudara-saudara-Nya yang perempuan ada bersama kita?" Lalu mereka kecewa dan menolak Dia” (Mrk 6:3)
Markus 6:3 memberikan latar belakang pekerjaan Yesus sebagai “tukang kayu” (Yun, Tekton). Tidak aktifitas istimewa sebelum berusia 30 dan memulai aktifitas Mesianisnya selain menjalani ibadah Yudaisme Bar Mitswah pada usia 12/13 tahun, belajar pada Ahli Torah. Satu-satunya hal yang menonjol dilaporkan Injil Kanonik bahwa Yesus luar biasa cerdas karena mahir memberikan jawaban dalam soal-soal keagamaan dan hikmat yang bertambah-tambah.
Mengapa Injil Kanonik Tidak Menuliskan Masa Kecil Yesus Dari 12-30 Tahun?
Usia 12/13 tahun adalah usia bagi anak lelaki mengalami Bar Mitswah (untuk anak perempuan Bat Mitswah) ditandai dengan membaca Torah di Bait Suci pada hari-hari raya[15].
Pada usia ini (lelaki 13 tahun dan perempuan 12 tahun) dianggap seorang anak telah memasuki kedewasaan dan memikul tanggung jawab (Maim. Yad, Ishut, 2:9–10) dan berkewajiban melakukan perintah-perintah dalam Torah (Avot 5:1; cf. Yoma 82a)[16].
Usia 12/13 merupakan usia penting dalam kebudayaan dan keagamaan Yudaisme. Yesus lahir dari keluarga penganut Yudaisme dan tentu saja Kitab Perjanjian Baru menganggap tahun-tahun penting selain kelahiran Yesus adalah saat beliau dinyatakan sebagai orang dewasa secara spiritual yaitu usia 12 tahun dan dewasa secara fisik yaitu usia 30 tahun. Di luar tahun tersebut tidak mendapat perhatian untuk dituliskan.
Akibat kekosongan kisah Yesus pada usia 12-30 tahun, maka bermunculanlah sejumlah kisah-kisah yang dibukukan dalam sebuah kitab untuk mengisi kekosongan tersebut dengan berbagai kisah fiktif. Eksistensi kitab-kitab tersebut dinamakan Apokripa Perjanjian Baru[17]. Apokripha artinya “tersembunyi”.
Beberapa daftar kitab-kitab Apokripha Perjanjian Baru meliputi masa kecil Yesus, masa berkarya, kematian dan kebangkitan Yesus[18]. Mengenai daftar kitab-kitab Apokripha Masa Kecil Yesus al., Proto Injil (Proto Evanggelium) Yakobus, Injil Masa Kecil Menurut Thomas, Injil Masa Kecil dalam Bahasa Arab, Kisah Yusuf Si Tukang Kayu, Injil Masa Kecil Menurut Pseudo Matius, Injil Masa Kecil dalam Bahasa Latin, Injil Masa Kecil dalam Bahasa Armenia[19]
Apakah motif-motif penulisan Apokripha Masa Kecil Yesus? Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa Injil Kanonik tidak menuliskan masa kecil Yesus dari usia 12-30 tahun. Kehadiran kitab-kitap Apokripha bertujuan mengisi kesenjangan tersebut sebagaimana dikatakan Deshi Ramadhani, “...Keinginan untuk melengkapi bahan-bahan yang kurang lengkap seperti ini, serta proses untuk terus mencari jawaban atas penyebab kesengsaraan Yesus, akhirnya mendorong lahirnya berbagai tulisan “injil” tentang Yesus”[20]. Selanjutnya Deshi Ramadhani menambahkan, “Seiring dengan proses munculnya tulisan-tulisan yang bertujuan untuk melengkapi kisah Yesus, tulisan-tulisan yang disusun lebih kemudian ini juga diwarnai oleh maksud untuk menyajikan sebuah versi kisah yang berbeda tentang Yesus. Dalam konteks semacam inilah kita bisa berbicara tentang dua jenis tulisan apokrif berdasarkan maksud penulisannya. Jenis pertama adalah tulisan “injil” yang dimaksudkan untuk melengkapibagian-bagian yang kurang. Jenis kedua adalah tulisan “injil” yang dimaksudkan untuk menggantikan tulisan-tulisan yang sudah ada dengan versi yang baru yang diyakini oleh para penyusunya sebagai versi yang lebnih tepat atau lebih benar”[21]
Sekalipun eksistensi kitab-kitab Apokripha Masa Kecil Yesus tidak bersifat kanonik dan tidak dipergunakan oleh gereja, namun bukan berarti tidak memiliki nilai dan kontribusinya bagi Kekristenan modern. Apakah nilai-nilai keberadaan kitab-kitab Aporkripha Masa Kecil Yesus?
C. Marvin Pate dan Sheryl L. Pate memberikan deskripsi sbb: Pertama, tulisan-tulisan yang tersembunyi tersebut merupakan bukti merebaknya tradisi-tradisi, gagasan-gagasan, dan filsafat-filsafat selama jaman kekristenan mula-mula. Kedua, Apokripha Perjanjian Baru mengingatkan kita bahwa orang-orang dan negara-negara Kristen mula-mula bersifat beragam dan rumit, yang mungkin memberikan informasi dengan lebih baik kepada orang-orang Kristen pada masa kini mengenai cara untuk hidup dalam sebuah masyarakat yang majemuk. Ketiga, beberapa kitab apokripha Perjanjian Baru mungkin berisikan kata-kata autentik Yesus di sana-sini yang tidak tercatat dalam keempat Injil. Keempat, Melalui perbandingan, kitab-kitab apokripha ini menegaskan kekhasan kanon Perjanjian Baru[22]
Darimanakah Sumber Kisah Manuskrip Himis?
Setelah kita menguraikan panjang lebar mengenai buku karya Nicolas Notovitch dan bagaimana perspektif Kitab Perjanjian Baru dalam memandang masa kecil Yesus, maka tibalah saatnya menentukan apakah karya terjemahan Notovitch yang berlandaskan manuskrip Himis benar-benar kisah yang otentik atau sebuah pemalsuan? Dapatkah manuskrip Himis dikategorikan sebagai kitab Apokripha? Darimanakah sumber penulisan kisah Isa dalam Manuskrip Himis?
Setidaknya ada empat opsi (pilihan) dimana salah satu dari keempatnya ini benar mengenai asal-usul dan validitas manuskrip Himis. Pertama, karya pemalsuan oleh Nicolas Notovitch sebagaimana ulasan beberapa penulis seperti Muller dan Douglas sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya. Namun jika ini karya pemalsuan, bagaimana menjelaskan sejumlah kesaksian Swami Abhenanda dalam bukunya Kashmir O Tibbate (In Kashmir and Tibet), Nicolas Roerich dalam tiga bukunya yang menyinggung soal manuskrip Himis dan kunjungan Isa ke India yaitu Himalaya (1926), Heart of Asia (1929), Altai Himalaya (1929). Terakhir adalah foto-foto Madam Caspari mengenai seorang Lama yang memegang manuskrip Himis? Maka dugaan bahwa manuskrip Himis dan terjemahannya dalam buku karya Notovitch berjudul The Life of Saint Issa adalah karya pemalsuan tidak dapat dipertahankan.
Kedua, alat propaganda kaum Budhis khususnya di Tibet dalam rangka membendung Kekristenan. D.S. Murdock menuliskan, “Although some of the writings appear to be of Hindu origin, the attack by "Issa" on the Vedas and Brahmans, as in the Notovitch text, represents Buddhist propaganda. It appears that Buddhists were trying to demonstrate that Jesus, the great wise man of the West, was influenced by Buddhism, even having been taught by "Buddha," an eternal disincarnate entity. In this regard, the Notovitch text states, "Six years later, Issa, whom the Buddha had chosen to spread his holy word, could perfectly explain the sacred rolls." (Notovitch, 35) In this way, Buddha usurps Jesus, becoming the Jewish teacher's guru”[23] (Meskipun beberapa dari tulisan tampaknya memilik asal usul Hindu, namun serangan "Issa" terhadap Weda dan Brahmana, sebagaimana tertulisi dalam teks Notovitch, merupakan propaganda Buddha. Nampaknya umat Buddha berusaha untuk menunjukkan bahwa Yesus, orang bijak yang besar dari Barat, dipengaruhi oleh agama Buddha, bahkan menerima pelajaran dari "Buddha," keberadaan kekal yang berinkarnasi. Dalam hal ini, teks Notovitch menyatakan, "Enam tahun kemudian, Dengan tujuan menyempurnakan dirinya dalam Perkataan Yang Kuasa dan mempelajari hukum Budha" (Notovitch, 35). Dengan cara ini, Buddha merampas Yesus, menjadi seorang pengajar Yahudi yang dijuluki Guru). Opsi ini lebih masuk akal karena kedudukan Budha diletakkan lebih superior dibandingkan Yesus bahkan Yesus berguru untuk mendalami ajaran Budha sebelum dia kembali ke Palestina.
Ketiga, upaya para misionaris Kristen yang telah memasuki India untuk membuat kisah mengenai Yesus yang sudah mendatangi India dengan tujuan meningkatkan status mulia Yesus sebagaimana dikatakan D.S. Murdock, ‘Nevertheless, the Notovitch text itself may have been composed originally by proselytizing Christians who attempted to use the natives' belief in Buddha in order to increase Christ's stature. These missionaries may have been appealing to women to follow "Issa," as the text puts great emphasis on women, whose status in India and elsewhere has been abysmally low. The text would also appeal to the Sudras or Pariahs, since it has Issa preaching on their behalf. These groups are targeted to this day by Christian missionaries in India”[24] (Namun demikian, teks Notovitch sendiri memberikan kemungkinan disusun awalnya oleh orang Kristen yang sudah berpindah agama yang mencoba untuk menggunakan keyakinan pribumi mengenai Buddha dalam rangka meningkatkan keagungan Mesias. Misionaris ini mungkin telah menarik perhatian terhadap para wanita untuk mengikuti "Issa," sebagaimana isi teks menempatkan penekanan besar pada perempuan, yang statusnya di India dan di tempat lain teramat rendah. Teks ini juga akan menarik perhatian kaum Sudra atau Paria, karena Issa berkotbah atas nama mereka. Kelompok-kelompok ini telah ditargetkan sampai hari ini oleh misionaris Kristen di India). Kelemahan opsi ini adalah, mengapa kaum misionaris harus mengorbankan kedudukan Yesus menjadi lebih rendah dari Buddha sehingga harus belajar ilmu agama dari Budha?
Keempat, upaya Kristen Nestorian melakukan kristenisasi terhadap sejumlah legenda-legenda non Kristen seperti Osiris, Shiwa, Apollonius dan Bodhisatwa sebagaimana dijelaskan Murdock, “The Issa myth apparently represents a Christianization of legends regarding Osiris, Shiva, Apollonius and other gods and "Bodhisattvas," by the Nestorians, an early Christian sect who lived in India and elsewhere, and may well have spread the syncretistic fable to other Asian ports of call”[25] (Mitologi Issa tampaknya merupakan upaya kristenisasi legenda tentang Osiris, Shiva, Apollonius dan dewa-dewa lain dan "Bodhisattva," oleh kaum Nestorian, sebuah sekte Kristen awal yang tinggal di India dan di tempat lain, dan mungkin telah menyebarkan dongeng sinkretistis mengenai kisah ini ke pelabuhan Asia lainnya). Nicholas Roerich, anggota persatuan profesor di Imperial Archaelogical Institute pun menyinggung peranan Nestorian dengan mengatakan, “...Siapa saja yang meragukan legenda tentang keberadaan Kristus di Asia, mungkin tidak menyadari pengaruh besar oleh Nestorian di seluruh Asia dan bagaimana legenda Apokriphal yang mereka sebarkan sepanjang waktu di masa lalu. Lalu seberapa banyak kebenaran terkandung dalam apa itu yang disebut legenda Apokriphal!”[26].
Siapakah kaum Nestorian? Sejarah gereja mencatat bahwa Nestorius adalah Patriakh Athiokhia (428-431 Ms). Dia murid dari Theodore Mopsuestia dari mazhab Anthiokhia yang menekankan dua pribadi Yesus yang terpisah (Duophysit). Ajaran Nestorius ditentang oleh Patriakh Alexandria bernama Cyrilius yang menekankan kesatuan tabiat Yesus (Monophysit). Nestorius pun menolak sebutan Theotokos (Bunda yang melahirkan Tuhan) bagi Maria. Sebaliknya, Nestorius menggunakan istilah Christotokos (Bunda yang melahirkan Mesias). Ajaran Nestorius ditentang pada konsili Efesus (431 Ms) dan konsili Chalcedon (451 Ms). Pengikut Nestorius hijrah ke Persia dan mengembangkan ajaran dan gereja di sana sekalipun terancam penganiayaan pemerintahan Sasanid Persia yang beragama Zoroaster. Pada tahun 486 Ms, Metropolit Nisibis bernama Bar Shauma menerima Nestorius sebagai guru dan Theodore Mopsuestia sebagai otoritas spiritual. Tahun 489 Ms sekolah Eddesa di Mesopotamia ditutup oleh Kaisar Byzantium bernama Zeno, maka Bar Shauma memindahkan sekolaha tersebut di Nisibis sehingga menuntun gelombang imigrasi kelompok Nestorian ke Persia[27].
Bukan hanya di Persia, namun Kristen Nestorian pun telah mencapai Tibet. Bukti-bukti yang menyatakan bahwa Nestorianisme telah mencapai Tibet al., Pertama, catatan Patriakh Timotius I yang berkarya antara tahun 780 dan tahun 823 Ms menyebutkan Tibet sebagai wilayah pengaruh Kekristenan dalam salah satunya isi doanya.Kedua, penemuan inskripsi di Tibet Utara dengan gambar salib Tibet. Ketiga, adanya isi manuskrip di Sogdian dari Abad IX-X Ms yang berisikan sinkretisme ajaran Budha dan Kristen dalam kalimat berikut, “Man, your ally is the god called “Jesus Messiah”. He acts as Vajrapāṇi and Śrī Śākyamuni. When the gates of the seven levels of heaven have opened, you will accomplish the yoga that you will receive from the judge at the right hand of God. Because of this, do whatever you wish without shame, fear or apprehension. You will become a conqueror, and there will be no demons or obstructing spirits. Whoever casts this lot (mo), it will be very good”[28] (Wahai manusia sekutumu adalah dewa yang disebut "Yesus Sang Mesias". Dia bertindak sebagai Vajrapani dan Śrī Sakyamuni. Ketika gerbang tujuh tingkatan surga telah dibuka, Anda akan mencapai yoga yang akan Anda terima dari Hakim di sebelah kanan Tuhan. Karena itu, lakukan apapun yang Anda inginkan tanpa rasa malu, takut atau cemas. Anda akan menjadi penakluk, dan tidak akan ada setan atau roh yang menghalangi. Barangsiapa melalukan bagian ini maka akan menjadi sangat baik).
Orang-orang Sogdian adalah bangsa Iran-Arya. Pada zaman kuno mereka telah menetap di Asia Tengah, di daerah sekitar Samarkand. Alexander Agung menyerang negara mereka, ia mengalahkan mereka dan menikah dengan putri seorang pemimpin Sogdian. Pada periode setelah pemerintahan Alexander Agung, wilayah Sogdian menjadi bagian dari kerajaan Yunani Baktria. Kemudian agama Kristen masuk ke daerah ini. Yaitu Kristen Oriental (Timur), yang diadopsi oleh Gereja Nestorian Timur, yang berkembang di Persia sampai abad kesepuluh. Misionaris Nestorian mengikuti jalur Sutra menuju Asia Tengah, kemudian mereka mendirikan komunitas Kristen dan berkhotbah di antara penduduk Sogdian[29].
Namun jika manuskrip Himis berasal dari karya kaum Nestorian, menjadi gugur dan mustahil jika kedudukan Yesus direndahkan sebagai salah satu murid Budha. Berbagai bukti berupa inskripsi dan manuskrip sinkretik ajaran Kristen dan Budha di India dan Tibet serta keberadaan orang-orang Nestorian tidak membuktikan bahwa orang-orang Nestorian telah mengarang manuskrip Himis. Sebaliknya bukti-bukti tersebut lebih memperlihatkan bahwa propaganda kaum Budhislah yang melatar belakangi manuskrip Himis dengan referensi kisah-kisah Kristiani yang diperoleh dari sumber-sumber kaum Nestorian di India dan Tibet. Tujuannya untuk membendung pengaruh Kekristenan di wilayah Tibet.
Manuskrip Himis Tidak Bernilai Setara Kitab Apokripha
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya mengenai definisi dan fungsi Kitab-kitab Apokriphal, maka eksistensi manuskrip Himis yang kontroversial dan bentuk propaganda kaum Budhis tersebut, tidak layak dan tidak bisa disejajarkan dengan Kitab Apokriphal. Mengapa? Karena bahasa penulisannya dalam bahasa Tibet yang mana menurut informasi Lama yang menjadi sumber keterangan Notovitch, manuskrip aslinya ditulis dalam bahasa Pali sebagaimana petikan percakapan antara Notovitch dan Lama Tibet berikut: “Dalam bahasa apa naskah asli kehidupan tentang Isa?”, “Dokumen tersebut dibawa dari India ke Nepal dan dari Nepal ke Tibet dan ditulis dalam bahasa Pali dan sekarang berada di Lassa. Tetapi salinan yang menggunakan bahasa kami – yaitu Tibet – ada di biara ini”[30]. Naskah Apokripha setidaknya ditulis dalam bahasa Aram dan Yunani sebagaimana semua daftar naskah Apokriphal yang tersedia sampai hari ini. Tidak mungkin di luar bahasa-bahasa tersebut. Maka manuskrip ini lebih layak disetarakan dengan karya palsu seperti Injil Barnabas karya Abad XV Ms[31]. Sebagaimana judul artikel ini, eksistensi Manuskrip Himis lebih rendah kualitasnya dari Kitab Apokriphal.
Benarkah Yesus Wafat di Kashmir India?
Setelah kita mengkaji secara panjang lebar mengenai manuskrip Himis yang menghubungkan Yesus telah berada di India sejak usia 12-30 tahun, maka perngkajian kita akan diperluas untuk membuktikan validitas klaim bahwa Yesus berada di India saat terluput dari hukuman penyaliban.
Mirza Ghulam Ahmad pendiri Gerakan Ahmadiyah. Apa dan bagaimana Ahmadiyah itu? Ahmadiyah adalah gerakan reformis Islam yang didirikan di British India menjelang akhir abad ke-19, yang berasal dengan kehidupan dan ajaran (1835-1908), yang mengklaim sebagai nabi dan telah memenuhi nubuat sebagai pembaharu dunia akhir zaman, yang akan memberitakan mengenai akhir zaman tersebut seperti yang diperkirakan dalam tradisi agama-agama dunia dan mengadakan berbagai kemenangan akhir Islam sesuai nubuatan Islam.
Mirza Ghulam Ahmad mengklaim bahwa dia adalah mujaddid (pembaharu ilahi) Islam ke-14, Mesias yang dijanjikan dan Mahdi yang dinantikan oleh umat Islam. Para pengikut gerakan Ahmadiyah disebut sebagai Ahmadiyah atau Ahmadi Muslim. Ahmadi penekanan pada keyakinan bahwa Islam adalah dispensasi akhir untuk kemanusiaan sebagaimana diturunkan kepada Muhammad dan perlunya memulihkan untuk itu esensi sejati dan bentuk murni, yang telah hilang selama berabad-abad. Dengan demikian, Ahmadi melihat diri mereka sebagai yang memimpin kembali dan melakukan propagasi damai Islam. Kaum Ahmadiyah telah ada di antara komunitas Muslim paling awal yang tiba di Inggris dan negara-negara Barat lainnya.
Mirza Ghulam Ahmad mendirikan gerakan ini pada tanggal 23 Maret 1889 dan menyebutnya Jama'at Muslim Ahmadiyah serta menganggap itu sebagai revitalisasi Islam. Ahmadiyah menganggap diri Muslim dan mengklaim menerapkan Islam dalam bentuk yang murni, namun, pandangan Ahmadiyah tentang keyakinan tertentu dalam Islam telah menjadi kontroversi bagi Muslim tradisional sejak lahirnya gerakan itu. Muslim tradisional tidak menganggap Ahmadiyah sebagai muslim, dengan mengutip khususnya sudut pandang Ahmadiyah tentang kematian dan kembalinya Yesus, konsep Ahmadiyah Jihad dalam format damai dan pandangan masyarakat tentang finalitas kenabian dengan khususnya mengacu pada interpretasi Quran 33:40.
Di negara-negara Islam Ahmadiyah beberapa hari ini telah terpinggirkan oleh masyarakat mayoritas beragama; mengalami penganiayaan berat. Berbagai penindasan sistematis telah menyebabkan Ahmadiyah banyak yang pindah dan menetap di tempat lain[32].
Ringkasan Buku Jesus in India
Mirza Ghulam Ahmad menuliskan buku berjudul Jesus in India. Struktur pembahasan dalam buku tersebut meliputi sbb:
Pengantar, Bab 1 (Bukti dari Injil), Bab 2 (Bukti dari Quran dan Tradisi Otentik), Bab 3 (Bukti dari Sastra Medis dan daftar sejumlah buku yang menyebutkan mengenai teknis Marham-i-Isa (salep Yesus), dan salep itu disiapkan untuk menyembuhkan luka Yesus), Bab 4 (Bukti dari Rekaman Sejarah) yang terdiri beberapa sub bahasa yaitu Bagian 1 (Bukti dari literatur Islam tentang perjalanan Yesus dan kemungkinan peta perjalanan Yesus ke India), Bagian 2 (Bukti dari rekaman tertulis penganut agama Buddha), Bagian 3 (Bukti dari tulisan-tulisan sejarah yang menunjukkan perjalanan Yesus ke Punjab dan wilayah sekitarnya yang tidak tersanggah) dan daftar mengenai 24 suku Abdales[33].
Yang menarik dari buku Mirza Ghulam Ahmad, dalam kata pengantarnya justru mengritik buku karya Notovitch (The Life of Saint Isa) yang mendasarkan pada Manuskrip Himis dan menyebutnya sebagai teori yang tidak mendapatkan bukti-bukti dari sejarah sebagaimana dikatakan, “Some of these writers hold the view that Buddhistic teachings must somehow have reached Palestine and been assimilated by Jesus in his own sermons. But there is absolutely no historical proof to support this theory. A Russian traveller named Nicolas Notovitch stayed for quite some time with Lamas in Tibet and had their sacred books translated for him. He is of the opinion that Jesus must have come to Tibet before the crucifixion and gone back to Palestine after having imbibed Buddhistic teachings. This also is a mere statement unsupported by reliable historical evidence”[34] (Beberapa penulis ini berpandangan bahwa ajaran-ajaran Buddha entah bagaimana telah mencapai Palestina dan telah berasimilasi dengan Yesus dalam khotbahnya. Tapi sama sekali tidak ada bukti sejarah untuk mendukung teori ini. Seorang pelancong Rusia bernama Nicolas Notovitch tinggal selama beberapa waktu dengan para Lama di Tibet dan telah menerjemahkan kitab suci milik para Lama tersebut. Dia berkeyakinan bahwa Yesus pasti datang ke Tibet sebelum penyaliban dan kembali ke Palestina setelah menyerap ajaran Buddha. Ini juga hanyalah bentuk pernyataan yang tidak mendapatkan dukungan dari bukti sejarah yang dapat dipertanggungjawabkan).
Mirza Ghulam Ahmad menegaskan dalam Bab IV mengenai ketidakmungkinan Yesus telah mengunjungi India pada usia 12-30 tahun sbb: “Now it is worth pondering why there was so much resemblance between the Buddha and Jesus. The Aryas in this connection say that Jesus became acquainted with Buddhism in the course of his journeys in India, and having acquired knowledge of the fact of Buddha's life, made his gospel out of this on return to his native country; that Jesus composed his moral precepts by plagiarizing the moral teaching of the Buddha, that just as the Buddha called himself the Light and Knowledge and adopted other titles, so Jesus ascribed all such titles to himself, so much so, that, even the long story of the Temptation of a Buddha was appropriated by him. This, however, is a fabrication of the Aryas. It is quite untrue that Jesus came to India before the event of the Cross; he had no need to take such a journey at that time; he had need to take such a journey when the Jews of Judaea had rejected him and, as they believed, had crucified him. A fine divine design, however, saved him”[35] (Sekarang patut direnungkan mengapa ada begitu banyak kemiripan antara Buddha dan Yesus. Kaum Arya dalam hubungan ini mengatakan bahwa Yesus berkenalan dengan agama Buddha dalam perjalanannya di India, dan setelah memperoleh fakta pengetahuan mengenai kehidupan Buddha, membuat Injil kemudian kembali ke negara asalnya, bahwa Yesus menyusun ajaran moralnya dengan menjiplak ajaran moral Sang Buddha, bahwa sama seperti Buddha menyebut dirinya Terang dan Pengetahuan serta mengadopsi gelar-gelar lainnya, sehingga Yesus mengambil semua gelar-gelar tersebut untuk dirinya, begitu banyak, bahkan cerita panjang mengenai penggodaan terhadap Buddha disesuaikan olehnya. Bagaimanapun kisah ini adalah fabrikasi kaum Arya. Hal ini sangat tidak benar bahwa Yesus datang ke India sebelum penyaliban, sehingga ia tidak perlu melakukan perjalanan tersebut pada waktu itu, yang ia perlukan adalah melakukan perjalanan seperti ketika orang Yahudi dari Yudea telah menolaknya sebagaimana mereka percayai, bahwa mereka telah menyalibkan Yesus. Rencana Tuhan yang baik adalah menyelamatkannya)
Pokok Pembuktian Dalam Buku Jesus in India
Dalam Bab II bukunya, Ghulam Ahmad membuat penafsiran terhadap teks Qs 4:157-158 yang berbunyi, “dan karena ucapan mereka: "Sesungguhnya kami telah membunuh Al Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah", padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa. Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”, bahwa Isa hanya seolah-olah mati. Dia hanya pingsan saja. Alasan ketidakmungkinan Isa mati adalah Tuhan tidak membiarkan orang kudusnya mengalami kebinasaan sehingga Tuhan harus menyelamatkannya.
Tuhan menyelamatkan Isa dan mengangkat derajatnya menjadi mulia, tapi bukan di negerinya, Yerusalem melainkan di negeri lain yaitu India, khususnya Srinagar, Kashmir dimana ditemukan sebuah kuburan bernama Yus Asaf. Tafsiran ini didukung oleh Hadits Islam yaitu Kanzul Ummal dimana Isa wafat pada usia 120 tahun[36].
Dalam Bab IV bagian I bukunya, Ghulam Ahmad mengembangkan argumentasinya berdasarkan sebuah pernyataan dari buku sejarah Islam berjudul Rauzat as Safa yang menyatakan bahwa Isa adalah musafir yang telah mendatangi Nasibain (wilayah di Persia) bersama ibu dan para muridnya. Ghulam mengembangkan dugaan itu dengan mengatakan bahwa Yesus mengunjungi Persia lalu Afghanistan sebelum sampai di Kashmir, Yesus sudah melewati Punjab. Mengapa daerah-daerah tersebut yang harus dikunjungi? Karena disitulah terletak 10 suku Israel yang hilang, hal mana Yesus datang untuk mencari suku-suku Israel yang hilang. Ghulam menuliskan, “Jesus, however, wisely adopted the route through Afghanistan, so that the lost tribes of Israel, known as Afghans, might profit from him. The eastern frontier of Kashmir touches Tibet. From Kashmir he could easily go to Tibet. Having come to the Punjab, he had no difficulty in wandering through the important places of Hindustan before going to Kashmir or Tibet. It is, therefore, quite possible, as some old historical records of this country show, that Jesus may have seen Nepal, Benares, and other places. He then must have gone to Kashmir through Jammu or Rawalpindi”[37] (Bagaimanapun juga, Yesus dengan bijaksana mengambil jalur melalui Afghanistan, sehingga suku Israel yang hilang, yang dikenal sebagai Afghanistan, mengambil keuntungan darinya. Perbatasan timur Kashmir menyentuh Tibet. Dari Kashmir ia bisa dengan mudah pergi ke Tibet. Setelah datang ke Punjab, ia tidak memiliki kesulitan dalam mengembara melalui tempat-tempat penting di wilayah Hindustan sebelum pergi ke Kashmir atau Tibet. Oleh karena itu, sangat mungkin, sebagaimana beberapa catatan sejarah kuno negara ini menunjukkan, bahwa Yesus mungkin telah melihat Nepal, Benares, dan tempat-tempat lainnya. Dia kemudian pergi menuju Kashmir melalui Jammu atau Rawalpindi).
Setelah selamat dari kematian di kayu salib, Yesus menyingkir menuju Kashmir melalui Afghanistan dan menemui suku-suku Israel yang hilang di sana. Ghulam Ahmad membuktikan bahwa orang-orang Afghanistan dan Kashmir adalah keturunan Israel sebagaimana dia katakan, “There is no doubt, however, that the Afghans are Israelites, like the Kashmiris”[38] (Bagaimanapun juga, tidak diragukan lagi bahwa orang-orang Afghanistan adalah Israel seperti juga orang-orang Kashmir).
Dalam Bab IV bagian 2 bukunya, Ghulam Ahmad menyitir pendapat beberapa penulis yang mempararelisasikan (menyejajarkan) antara gelar-gelar, peristiwa-peristiwa dan ajaran-ajaran Yesus dan Budha dan menyimpulkan bahwa kesamaan-kesamaan yang menyolok itu membuktikan bahwa Yesus pernah ke India, “All these points of resemblance arise from the fact of Jesus' visit to India, which was a piece of good luck for the followers of the Buddhist Faith, from his staying among them for a considerable time and from Buddhists acquiring a good knowledge of the facts of his life and of his noble teaching. Consequently, it was inevitable that a great part of that teaching and ceremonial should find its way into Buddhistic records for Jesus was respected and taken for the Buddha by the Buddhists. These people, therefore, recorded his sayings in their books and ascribed them to the Buddha”[39] (Semua titik-titik kemiripan yang muncul berasal dari kenyataan mengenai kunjungan Yesus ke India, yang merupakan serpihan keberuntungan bagi para penganut agama Buddha, dari tinggalnya Yesus diantara mereka untuk waktu yang cukup dan dari penganut Buddha yang memperoleh pengetahuan yang baik tentang fakta-fakta hidupnya dan ajarannya yang mulia. Akibatnya, hal itu tak terelakkan bahwa sebagian besar ajaran dan tata cara peribadatan harus mencari jalan ke catatan kaum Buddhis darimana Yesus menerima penghormatan dan dibawa untuk Buddha oleh penganut Buddha. Orang-orang ini selanjutnya mencatat perkataan Yesus dalam buku-buku mereka dan melekatkan itu pada Buddha).
Pernyataan tersebut menegaskan ulang pernyataan sebelumnya, “So it is likely that when they came to know the facts of Jesus' life and his moral teaching, they mixed these with many other things introduced by themselves and ascribed them to the Buddha”[40] (Jadi ada kemungkinan bahwa ketika mereka datang untuk mengetahui fakta-fakta kehidupan Yesus dan ajaran moral, mereka mencampur hal ini dengan banyak hal lain yang diperkenalkan oleh mereka sendiri dan dan dilekatkan pada Buddha). Dengan demikian ada perbedaan pandangan antara Notovitch dan Ghulam Ahmad mengenai data-data nama Isa tertulis dalam literatur kaum Budhis. Bagi Notovitch, itu membuktikan bahwa Yesus pernah datang pada usia remajanya ke India. Sementara bagi Ghulam Ahmad, justru paska peristiwa penyaliban dimana Yesus tinggal di India, kaum Budhis telah berjumpa dengan Yesus dan menghormati Yesus dengan menghubungkan sejumlah kesamaan baik dalam gelar dan ajaran Yesus kepada Buddha.
Ghulam membuktikan kembali dengan mengutip buku karya Oldenberg yang menuliskan isi kitab Laggawati Sutatta yang berisikan ramalan Budha akan datangnya Budha kedua yang disebut Metteya yang setara dengan istilah Masiha (Mesias). Ghulam menyimpulkan bahwa penganut Buddha yang berjumpa Yesus di India dan Tibet meyakini Yesus adalah Metteya atau Maitreya yang dijanjikan setelah mereka melihat sejumlah kesamaan signifikan antara Yesus dan Budha selama perjumpaan mereka dengan Yesus di India dan Tibet[41]
Menguji Validitas Buku Jesus in India
Tiba saatnya menguji validitas pernyataan Ghulam Ahmad dengan menghadapkan pada bukti teks Kitab Suci baik Kitab Perjanjian Baru dan Qur’an serta catatan sejarah.
Pertama, tidak satupun Injil non kanonik yang pernah menyebutkan bahwa Yesus selamat dari penyaliban kecuali n Wahyu Petrus. Namun kitab non kanonik tersebut tidak pernah menyebutkan bahwa Yesus melarikan diri menuju India atau Kashmir. Gema pernyataan Wahyu Petrus bahwa orang lainlah yang disalibkan, muncul dalam Qs 4:157-158[42]
Kedua, Qs 4:157-158 tidak menyebutkan apapun mengenai pingsannya Isa selain pernyataan bahwa ada seseorang disalibkan namun bukan Isa karena Isa sudah diangkat ke langit oleh Tuhan. Tidak ada ayat yang mengatakan bahwa Isa seolah-olah mati atau pingsan dan kemudian selamat dari kematian lalu hijrah menuju India khususnya Kashmir. Solusi Qur’an (sekalipun samar dan menimbulkan sejumlah penafsiran yang beragam, khususnya dengan Ahmadiyah) dengan jelas mengatakan, “tidak dibunuh”, “tidak disalib”, “orang yang diserupakan baginya”, “Aku mengangkatnya kepada-Ku”. Tidak ada kata atau kalimat yang mengindikasikan Yesus pingsan apalagi mengungsi menuju Kashmir, India.
Ketiga, Sekalipun ada sejumlah bukti bahwa orang-orang Afghanistan[43] dan Kashmir[44] merupakan keturunan Israel, namun ada sejumlah keraguan dan bantahan yang muncul dari orang Yahudi juga dan menolak klaim tersebut sebagai mitos[45]. Dari sejumlah pemaparan tentang eksistensi orang Yahudi yang mengalami diaspora sampai ke Kashmir dan Afghanistan, tidak satupun membuktikan bahwa Yesus pernah dan harus mencari suku-suku Israel yang terhilang. Jika suku-suku Israel yang terhilang, mengapa Yesus tidak mengunjungi Cina[46], Eropa dan Amerika[47], Persia[48], Arabia[49], dimana suku-suku Yahudi terserak di wilayah tersebut? Mengapa harus India? Mengapa harus Kashmir? Alasan Yesus mengunjungi suku-suku Israel yang hilang tidak memberikan jawaban yang benar selain khayalan dan ilusi Ghulam Ahmad untuk membenarkan sejumlah asumsinya.
Keempat, Ghulam Ahmad dan pengikutnya sampai hari ini meyakini bahwa kuburan keramat dengan nama Yus Asaf di distrik Khanyar di pusat ibukota Kashmir, Srinagar. Namun sebelum Ghulam Ahmad sampai pada kesimpulan tersebut, dia telah memproklamirkan terlebih dahulu pada tahun 1891 melalui bukunya yang berjudul,Izala Auham bahwa letak kuburan Yesus ada di Galiela. Kemudian pada tahun 1894 dia menulis buku berjudulIttemam-ul-Hujjat dan berpendapat bahwa kuburan Yesus ada di Syria. Dan akhirnya pada tahun 1902, Ghulam Ahmad memastikan bahwa kuburan Yesus ada di Srinagar[50].
Berkaitan dengan temuan makam di Talpiot yang kemudian dihubung-hubungkan dengan makam Yesus dari Nazaret, oleh sekelompok orang yang mengklaim dirinya pakar Kitab Suci dan arkeologi, maka klaim Ghulam Ahmad mengenai kuburan Yesus di Srinagar, menarik untuk di konvergensikan. Mana yang benar dari penemuan tersebut? Apakah Yesus benar-benar wafat dan tidak bangkit kembali dan tubuhnya dibaringkan di Talpiot Yerusalem atau dia mati suri kemudian menyingkir dan mati di Srinagar? Daripada kita membiarkan diri kita dibingungkan oleh berbagai argumentasi yang menyesatkan di seputar berbagai serangan terhadap iman Kristen dengan mendasarkan dan mengatasnamakan penemuan ilmiah, biarlah kita melihat berbagai “interpretasi manipulatif” terhadap data dan fakta mengenai suatu tempat atau benda saling beradu klaim. Dari klaim-klaim yang tidak sepakat tersebut kita sudah dapat melihat kerapuhan pernyataan-pernyataan mereka mengenai pribadi Yesus Sang Mesias. Hal ini akan semakin menarik jika asumsi Dan Brown yang menulis novel kontroversialDa Vinci Code dilibatkan dalam perseteruan interpretasi lawan-lawan Kristen ini. Bukankah Dan Brown beranggapan bahwa Sophie Neveu adalah pewaris garis keturunan Yesus melalui perkawinanya dengan Maria Magdalena? Sophie Neveu menurut novel Da Vinci Code tinggal di Prancis di mana makam Maria berada. Adji A. Sutama memberikan komentarnya, “DNA Sophie Neveu ini tentunya dapat dijadikan rujukan untuk mencari tulang Yesus atau keluarga Yesus, entah di Talpiot atau dimanapun juga. Tanpa Sophie Neveu, semua tulang di Talpiot atau di seluruh Palestina sulit dipastikan sebagai tulang Yesus Nazaret atau keluarga-Nya. Jadi, Jacobovici dan kawan-kawan seharusnya bekerjasama dengan Dan Brown” (hal 224). Jika pernyataan Adji ini diperluas pada klaim Ghulam Ahmad, kita akan menyaksikan suatu kerumitan dan perselisihan di antara mereka yang mengklaim menemukan kuburan Yesus. Alih-alih penemuan makam Talpiot yang dianggap sebagai ancaman terhadap doktrin Kekristenan justru sebaliknya penemuan makam Talpiot, jika benar-benar milik Yesus dan keluarganya harus diperhadapkan pada berbagai dalil dan penemuan yang akan menentangnya, yaitu asumsi Dan Brown dan asumsi Ghulam Ahmad[51].
Bahkan klaim Ghulam Ahmad bahwa kuburan Yesus ada di India harus dikonfrontir dengan dugaan lain bahwa kuburan Yesus ada di Jepang[52]. Jadi mana yang benar mengenai letak kuburan Yesus? Di Talpiot, Yerusalem? Di Kashmir, India? Di Jepang?
Kelima, mengenai pararelisasi ajaran Budha dan Yesus hanyalah sebuah upaya untuk menyamakan hal-hal remeh namun mengabaikan perbedaan-perbedaan yang menyolok. Perbedaan paling menyolok adalah Kristen mengakui Tuhan sebagai Pencipta yang Esa sementara Budhisme tidak pernah membahas perihal Ketuhanan[53]. Dalam buku berjudul, Keyakinan Umat Budha dijelaskan mengenai sebuah pertanyaan, “Apakah Budhisme Atheis?” sbb: “Sang Buddha telah mengutuk ketidakbertuhanan yang Ia artikan sebagai penolakkan pemujaan, penolakkan kewajiban moral, spiritual dan sosial dan penolakkan kehidupan religius. Ia dengan sangat tegas menghargai keberadaan nilai-nilai moral dan spiritual. Ia menyambut gembira supremasi hukum moral. Hanya dalam satu hal Buddhisme dapat digambarkan sebagai atheis, dalam hal menolak adanya suatu Tuhan yang maha kuasa yang abadi atau Maha dewa yang merupakan pencipta dan pengatur dunia dan secara ajaib bisa menyematakan orang”[54]. Belum lagi jika kita mengeskplorasi ajaran mengenai Samshara dan roda Reinkarnasi dll. Ketidaksamaan signifikan ini diabaikan demi mencari pembenaran Ghulam Ahmad bahwa ajaran Budha dipengaruhi Kekristenan karena perjumpaannya dengan Yesus di India.
Keenam, adalah tidak benar sama sekali bahwa istilah Metteya (bhs Pali) atau Maitreya (bahasa Sanskrit) merupakan pelafalan kata Ibrani Masiha atau Mesias. Apakah makna Maitreya atau Metteya itu? Maitreya atau Metteya adalah Budha masa depan dalam doktrin eskatologi agama Budha yang juga dianggap sebagai Boddhisatva yang menampilkan dirinya di bumi setelah menerima pencerahan sebagaimana dikatakan, “Maitreya (Sanskrit), Metteyya (Pāli), Maithree (Sinhala), Jampa (Tibetan) or Di-Lặc in Vietnamese, is regarded by Buddhists as a future Buddha of this world in Buddhist eschatology. In some Buddhist literature, such as the Amitabha Sutra and the Lotus Sutra, he is referred to as Ajita Bodhisattva. Maitreya is a bodhisattva who in the Buddhist tradition is to appear on Earth, achieve complete enlightenment, and teach the pure dharma. According to scriptures, Maitreya will be a successor of the historic Śākyamuni Buddha. The prophecy of the arrival of Maitreya refers to a time when the Dharma will have been forgotten by most on Jambudvipa. It is found in the canonical literature of all major Buddhist schools (Theravāda, Mahāyāna, Vajrayāna), and is accepted by most Buddhists as a statement about an event that will take place when the Dharma will have been mostly forgotten on Earth”[55].
Bahkan dalam keyakinan mazhab Theravada diyakini bahwa Maitreya akan datang 5000 tahun setelah Buddha Sakyamuni dimana zaman akan mengalami kemerosotan[56].
Kesimpulan
Dari hasil analisis mengenai teori dan dugaan bahwa Yesus pernah mengunjungi India, ternyata terbagi dalam dua penjelasan yang saling kontroversi satu sama lain. Notovitch meyakini bahwa Yesus telah mendatangi India pada usia 12-30 tahun sementara Mirzha Ghulam Ahmad membantahnya dan menuding itu adalah fabrikasi kaum Arya dan tidak ada bukti-bukti sejarah yang mendukung. Bagaimana sebuah kebenaran mengenai Yesus mengunjungi dan wafat di India saling bertolak belakang?
Kisah bahwa Yesus pernah datang dan belajar serta wafat di India tidak lebih hanya sebuah kisah isapan jempol yang bertujuan untuk meniadakan fakta sejarah bahwa Yesus Sang Mesias benar-benar disalibkan dan bangkit dari kematian sebagaimana telah dinubuatkan dalam Kitab Torah dan Para Nabi (TaNaKh). Keaneka ragaman teori yang bertentangan satu sama lain memperlihatkan adanya dugaan upaya untuk memadamkan fakta peristiwa soteriologis (penyelamatan) oleh Yesus Sang Mesias, Anak Tuhan, Sang Firman yang menjadi manusia.
Kualitas kedua kisah yang saling bertolak belakang tersebut (The Life of Saint Issa karya Notovitch dan Jesus in India karya Mirza Ghulam Ahmad) tidak menampakkan bobot yang setara dengan kitab-kitab Apokriphal atau Ekstrakanonik yang ditolak Gereja. Minimal, jika kedua kisah dusta tersebut setara dengan kitab Apokriphal, seharusnya menggunakan bahasa Yunani atau Aram. Sebaliknya, kedua kisah hanya ditulis dalam bahasa Tibet dan bahasa Inggris, sebagaimana Injil Barnabas dituliskan dalam bahasa Latin Abad XV.
Kiranya kajian apologetis ini memberikan manfaat untuk memperlengkapi umat Mesias menghadapi berbagai fitnah dan dusta yang menistakan Keilahian Yesus sebagai Sang Firman yang menjadi manusia, kematiannya yang menghapuskan kuasa dosa yaitu maut dan kebangkitannya yang memastikan kehidupan kekal bagi semua pengikut Mesias yang menerimanya dengan iman.
END NOTES
[1] Nicolas Notovitch
http://en.wikipedia.org/wiki/Nicolas_Notovitch
[2] Jesus in India
http://en.wikipedia.org/wiki/Jesus_in_India_(book)
[3] Unknown Years of Jesus
http://en.wikipedia.org/wiki/Unknown_years_of_Jesus
[4] Elizabeth Clare Prophet, Tahun-tahun Yesus Yang Hilang: Bukti-bukti Dokumenter Tentang Perjalanan Yesus Selama 17 Tahun ke Timur, Jakarta: Bina Communio 2003, hal 16-20
[5] Ibid., hal 19-20
[6] Tibetan Gospel
http://www.essene.com/Issa.htm
[7] Op.Cit., Tahun-tahun Yesus Yang Hilang, hal 129
[8] Op.Cit., Tibetan Gospel
[9] Terjemahan bahasa Indonesia menggunakan frasa “Allah Bapa”
[10] Op.Cit., Tahun-tahun Yesus Yang Hilang, hal 130-131
[11] Ibid., hal 22
[12] Ibid., hal 24-27
[13] Ibid., hal 30-33
[14] Ibid., hal 38-58
[15] Fr.Dr.V.C.Varghese, Early Life of Jesus Christ
http://www.orthodoxherald.com/2011/01/05/early-life-of-jesus-christ/
[16] Bar Mitswah, Bat Mitswah
http://www.jewishvirtuallibrary.org/jsource/judaica/ejud_0002_0003_0_02057.html
[17] New Testament Apocrypha
http://en.wikipedia.org/wiki/New_Testament_apocrypha
[18] Band. Deshi Ramadhani, SJ., Menguak Injil-Injil Rahasia, Yogyakarta: Kanisius 2007
[19] Ibid., hal 59-92
[20] Ibid., hal 24
[21] Ibid., hal 24-25
[22] C. Marvin Pate dan Sheryl L. Pate, Disalibkan Oleh Media: Fakta dan Fiksi Tentang Yesus Sejarah, Yogyakarta: Andi Offset 2007, hal 69-70
[23] Acharya S/D.S. Murdock, Jesus in India, The Myth of the Lost
http://www.truthbeknown.com/jesus_in_india.htm
[24] Ibid.,
[25] Ibid.,
[26] Op.Cit., Tahun-tahun Yesus Yang Hilang, hal 164
[27] Nestorianism
http://en.wikipedia.org/wiki/Nestorianism
[28] Christianity in Early Tibet
http://earlytibet.com/2007/12/02/christianity-in-early-tibet/
[29] Christian Crosses in Litle Tibet
http://www.shlama.be/shlama/content/view/214/180/
[30] Op.Cit., Tahun-tahun Yesus Yang Hilang, hal 118
[31] Mengenai Kitab Barnabas, silahkan membaca artikel saya berjudul, Menjawab Pemahaman Bias Mengenai Injil Dalam Buku Pelajaran Agama Islam
http://teguhhindarto.blogspot.com/2012/02/menjawab-pemahaman-bias-mengenai-injil.html
[32] Teguh Hindarto, Penyaliban Yesus Di Mata Kaum Ahmadiyah
http://teguhhindarto.blogspot.com/2012/04/penyaliban-yesus-dimata-kaum-ahmadiyah.html
[33] Op.Cit., Jesus in India
http://en.wikipedia.org/wiki/Jesus_in_India_(book)
[34] Jesus in India
http://www.alislam.org/library/books/jesus-in-india/intro.html
[35] Ibid.,
http://www.alislam.org/library/books/jesus-in-india/ch4.html
[36] Ibid.,
http://www.alislam.org/library/books/jesus-in-india/ch2.html
[37] Ibid.,
http://www.alislam.org/library/books/jesus-in-india/ch4.html
[38] Ibid.,
[39] Ibid.,
[40] Ibid.,
[41] Ibid.,
[42] Teguh Hindarto, Gema Ajaran Gnostik Dalam Al Qur’an Surah 4(An Nissa): 157-158
http://teguhhindarto.blogspot.com/2011/03/gema-ajaran-gnostik-dalam-al-quran.html
[43] (a) Ancient Manuscripts Indicate Jewish Community Once Thrive in Afghanistan
http://www.cbsnews.com/8301-202_162-57561891/ancient-manuscripts-indicate-jewish-community-once-thrived-in-afghanistan/
(b) History of Jews in Afghanistan
http://en.wikipedia.org/wiki/History_of_the_Jews_in_Afghanistan
[44] The Mystery of the Ten Lost Tribe: Kashmir
http://thekashmirian.blogspot.com/2010/04/mystery-of-ten-lost-tribes-kashmir.html
[45] Kashmir
http://www.jewishvirtuallibrary.org/jsource/judaica/ejud_0002_0011_0_10803.html
[46] History of the Jews in China
http://en.wikipedia.org/wiki/History_of_the_Jews_in_China
[47] The Ten Lost Tribe of Israel
http://www.british-israel.ca/israel.htm
[48] Persian Jews
http://en.wikipedia.org/wiki/Persian_Jews
[49] History of the Jews in the Arabian Peninsula
http://en.wikipedia.org/wiki/History_of_the_Jews_in_the_Arabian_Peninsula
[50] Jesus in Ahmadiyya
http://en.wikipedia.org/wiki/Jesus_in_Ahmadiyya_Islam
[51] Teguh Hindarto, Penemuan Makam Talpiot: Ancaman Bagi Kekristenan?
http://teguhhindarto.blogspot.com/2011/07/penemuan-makam-talpiot-ancaman-bagi.html
[52] (a) Yesus Meninggal di Jepang?
http://www.eonet.ne.jp/~limadaki/budaya/jepang/artikel/utama/agama_herai.html
(b) Dokumen Tunjukkan Bukti Bahwa Yesus Pernah ke Jepang
http://indonesia.ucanews.com/2012/05/16/keluarga-mengatakan-telah-membuktikan-bahwa-yesus-pergi-ke-jepang/
[53] Comparisson Buddhism and Christianity
http://en.wikipedia.org/wiki/Comparison_of_Buddhism_and_Christianity
[54] Sri Dhammananda, Keyakinan Umat Buddha, Jakarta: Pustaka Karaniya 2002, hal 161
[55] Maitreya
http://www.dhammawiki.com/index.php?title=Metteyya
[56] Metteyya
http://www.dhammawiki.com/index.php?title=Metteyya
15 komentar:
Salom..dibnyak blog sering dibhs masalah ini..
Pertanyaan saya kpd penulis pernahkan Anda tau tentang Injil ke 12 Kudus/the gospel of the holy twelve..
Anda ga bakal Nemu rujukan dari bahasa Indonesia silahkan searc pkai bahsa Inggris klo Anda belum tau dn silahkan di translate..akan snagt aneh pertanyaan tentang apakah Yesus pernah ketibet dan tempat lain.
Di bahas ngalor ngidul ga karuan karna cuma ada seorang jurnalistik yg ga jelas
Silahkan anda check sendiri,.silahkan di kupas di blog Anda. Terima kasih
Saya sudah pernah membahas sedikit persoalan Gospel of Twelve yang diterjemahkan Ousley di link berikut:
http://teguhhindarto.blogspot.co.id/2012/04/kitab-didake.html?m=1
Anda bisa baca kritik terhadap the Gospel of Twelve di sini:
http://www.tektonics.org/lp/ouseley01.php
Jadi...siapa bilang tidak ada bahasan di internet soal Gospel of Twelve?
Saya tambah lagi link-nya ya?
http://www.thenazareneway.com/ght_table_of_contents.htm
Jika memang Yesus engga pernah ke India lalu mengapa ada literatur dan kisah Yesus di Inida, dari mana asalhnya kisah tersebut???
Tiap-tiap umat mempunyai rasul; maka apabila telah datang rasul mereka, diberikanlah keputusan antara mereka dengan adil dan mereka (sedikit pun) tidak dianiaya. (Yunus: 47)
QS 17:94 "Dan tidak ada sesuatu yang menghalangi manusia untuk beriman tatkala datang petunjuk kepadanya, kecuali perkataan mereka: "Adakah Allah mengutus seorang manusia menjadi rasuI?"
Jadi itu Yesus datang ke India juga untuk memperingati kaum BRAHMANA akan kesesatannya mengenai sistem sosial KASTA dan penyembahan terhadap BERHALA. Ketika kaum BRAHMAN masuk neraka mereka protes: "Adakah Allah mengutus seorang manusia menjadi rasuI?" Allah jawab kami telah mendatangkan Issa kepada-mu tapi kamu memusuhinya bahkan hendak membunuhnya.
Lha wong Yesus tidak pernah ke Arabia saja thoh ada kisah kehidupannya dan masuk kategori injil apokrif dengan judul, "The Inffacy Gospel of Jesus in Arabic?" Cara membangun argumen bukan seperti itu tapi menelaah data sanggahan
Bahkan Quranpun tidak pernah membahas Yesus ke India
Mengacu pendapat Ahmadiyah sesuai QS 23:50 tempat yesus diselamatkan dengan mengacu daerah yang tinggi,padang rumput luas dan banyak mata air menunjukkan bahwa daerah ini adalah KASHMIR. Bagaimana pendapat anda ??
Untuk tambahan silahkan bapak membuka yesuswafatdikashmir.pdf terjemahan dari buku yesus died in kashmir oleh Andreas Faber Kaiser, semoga bermanfaat ..
1. Quran saja tidak menyebutkan Yesus wafat di India, Kashmir lantas darimana keyakinan ini dianggap valid?
2. Bukankah sudah dijelaskan dalam artikel di atas, "Bahkan klaim Ghulam Ahmad bahwa kuburan Yesus ada di India harus dikonfrontir dengan dugaan lain bahwa kuburan Yesus ada di Jepang[52]. Jadi mana yang benar mengenai letak kuburan Yesus? Di Talpiot, Yerusalem? Di Kashmir, India? Di Jepang?"
Semoga ilmu pengetahuan suatu saat akan membuka semua ini mengenai benar dan tidaknya, bahkan kalau mungkin mengambil sampel DNA dari mayat yang diyakini kaum ahmadi sebagai makam yesus ...
Tempat isa diselamatkan adalah pulau yang subur, mata air banyak.
Itu di lombok.
Posting Komentar