Ada dua kecenderungan
akhir-akhir ini terhadap eksistensi literatur rabinik khususnya dalam polemik
keagamaan di Indonesia. Sebagian kelompok
Islam yang rajin mencari dukungan terhadap keyakinannya dengan agama-agama
sebelumnya khususnya Yudaisme, berusaha membangun sebuah jembatan melalui
tulisan rabi Saadia Gaon yang hidup di Baghdad pada era pemerintahan Islam yang
melahirkan Tafsir at Tawrat atau tafsiran terhadap Pentateukh dalam bahasa
Judeo Arabic. Berbeda dengan
pendekatan para polemikus sebelumnya yang memposisikan Yahudi dan Yudaisme
secara negatif dan menyalahkan ketiadaan nubuatan kenabian Islam dalam Kitab
TaNaKh, maka kali ini kelompok The Yeshiva Institute (http://yeshivainstitute.net/blog/) yang dimotori Mohamad Ali alias Menachem Eli mengambil jalan berbeda
dengan mengadaptasi karya-karya rabinik era Islam tersebut.
Dalam Markus 6:3 dikatakan, “Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria, saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon? Dan bukankah saudara-saudara-Nya yang perempuan ada bersama kita?" Lalu mereka kecewa dan menolak Dia”. Kata yang diterjemahkan “tukang kayu” dalam teks bahasa Yunani ditulis “tektoon” (τέκτων). Saya membaca sebuah status di Facebook yang memperlihatkan video percakapan dimana ada sebuah keterangan guide di Israel yang nampaknya mahir dalam bahasa Indonesia yang menjelaskan dengan yakin bahwa istilah “tukang kayu” bagi Yesus tidak benar dikarenakan sejak Israel kuno hingga sekarang di Nazaret hanya ada rumah-rumah batu dan tidak ada tukang-tukang kayu ditemui. Anehnya, komentar tersebut lantas disambut dengan gembira oleh beberapa pendengar dan dishare ke media sosial dengan memberikan keterangan seolah-olah pernyataan tersebut adalah sebuah penyingkapan tanpa memeriksa lebih jauh melalui prosedur tafsir teks Kitab Suci yang meliputi analisis teks bahasa sumber dan analisis konteks.
Dalam artikelnya berjudul, "Bahasa Arab Bukan Warisan Peradaban Kristen: Inskripsi Yahudi Sephardi di Marocco (Maghrib)" (http://yeshivainstitute.net/bahasa-arab-bukan-warisan-peradaban-kristen/0), Menahem Eli atau Muhamad Ali membuat tafsiran terhadap sebuah kertas bertuliskan penggalan bahasa Ibrani dan Arab. Saya kutipkan pernyataannya sbb:
Langganan:
Postingan (Atom)