Dalam Markus 6:3 dikatakan, “Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria, saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon? Dan bukankah saudara-saudara-Nya yang perempuan ada bersama kita?" Lalu mereka kecewa dan menolak Dia”. Kata yang diterjemahkan “tukang kayu” dalam teks bahasa Yunani ditulis “tektoon” (τέκτων). Saya membaca sebuah status di Facebook yang memperlihatkan video percakapan dimana ada sebuah keterangan guide di Israel yang nampaknya mahir dalam bahasa Indonesia yang menjelaskan dengan yakin bahwa istilah “tukang kayu” bagi Yesus tidak benar dikarenakan sejak Israel kuno hingga sekarang di Nazaret hanya ada rumah-rumah batu dan tidak ada tukang-tukang kayu ditemui. Anehnya, komentar tersebut lantas disambut dengan gembira oleh beberapa pendengar dan dishare ke media sosial dengan memberikan keterangan seolah-olah pernyataan tersebut adalah sebuah penyingkapan tanpa memeriksa lebih jauh melalui prosedur tafsir teks Kitab Suci yang meliputi analisis teks bahasa sumber dan analisis konteks.
Benarkah
kata Yunani “tektoon” (τέκτων) bermakna “tukang batu” dan bukan “tukang
kayu” sebagaimana dipercaya selama ini oleh publik Kekristenan? Kita
akan memeriksa kemunculan kata “tektoon” (τέκτων) dalam Septuaginta
(TaNaKh – Torah, Neviim, Ketuvim) dalam bahasa Yunani, Abad 3 sM) yang
dalam bahasa Ibrani “kharash” (חרשׁ) dalam TaNaKh.
Istilah “kharash” (חרשׁ) muncul sebanyak 33 kali dalam Kitab TaNaKh versi Masoretik Teks dan diterjemahkan dalam Septuaginta dengan “tektoon” (τέκτων). Baik kata Ibrani “kharash” (חרשׁ) maupun “tektoon” (τέκτων) sebenarnya bermakna “tukang” atau “seorang ahli pertukangan”. Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) menerjemahkan kata tersebut secara berbeda-beda tergantung kontekskalimatnya sehingga bisa diterjemahkan “tukang besi” atau “tukang tembaga” atau “tukang emas”bahkan “tukang kayu” sebagaimana muncul dalam beberapa teks berikut:
“Seorang tukang besi (τέκτων, tektoon /חרשׁ, kharash) tidak terdapat di seluruh negeri Israel, sebab orang Filistin berkata: "Jangan-jangan orang Ibrani membuat pedang atau tombak” (1 Sam 13:19)
“Dia adalah anak seorang janda dari suku Naftali, sedang ayahnya orang Tirus, tukang tembaga (τέκτων χαλκοῦ, tektoon chalkou / חרשׁ נחשׁת, khoresh nekhoset); ia penuh dengan keahlian, pengertian dan pengetahuan untuk melakukan segala pekerjaan tembaga; ia datang kepada raja Salomo, lalu melakukan segala pekerjaan itu bagi raja.” (1 Raj 7:14)
”Orang-orang Israel itu? Itu dibuat oleh tukang (τέκτων, tektoon /חרשׁ, kharash), dan itu bukan Tuhan! Sungguh, akan menjadi serpih anak lembu Samaria itu!” (Hos 8:6)
“Patungkah? Tukang besi (τέκτων, tektoon /חרשׁ, kharash) menuangnya, dan pandai emas (χρυσοχόος ,crusocoos/ צרף,tsoref) melapisinya dengan emas, membuat rantai-rantai perak untuknya. Orang yang mendirikan arca, memilih kayu yang tidak lekas busuk, mencari tukang yang ahli untuk menegakkan patung yang tidak lekas goyang” (Yes 40:19-20)
“Tukang besi (τέκτων, tektoon /חרשׁ, kharash) menguatkan hati tukang emas (χαλκεὺς,chalkeus/ צרף,tsoref) dan orang yang memipihkan logam dengan martil menguatkan hati orang yang menempa di atas landasan; ia berkata tentang patrian: "Itu baik," lalu menguatkannya dengan paku-paku, sehingga tidak goyang” (Yes 41:7)
“Tukang besi (τέκτων σίδηρον,tektoon sideron/ חרשׁ ברזל,kharash barzel) membuatnya dalam bara api dan menempanya dengan palu, ia mengerjakannya dengan segala tenaga yang ada di tangannya. Bahkan ia menahan lapar sehingga habislah tenaganya, dan ia tidak minum air sehingga ia letih lesu. Tukang kayu (τέκτων ξύλον,tektoon xulon/ חרשׁ עצים,kharash etsim) merentangkan tali pengukur dan membuat bagan sebuah patung dengan kapur merah; ia mengerjakannya dengan pahat dan menggarisinya dengan jangka, lalu ia memberi bentuk seorang laki-laki kepadanya, seperti seorang manusia yang tampan, dan selanjutnya ditempatkan dalam kuil” (Yes 44:12-13)
Dari kutipan ayat-ayat di atas, nampak bahwa sebenarnya kata Ibrani “kharash” (חרשׁ) atau “tektoon” (τέκτων) diterjemahkan “tukang besi”, “tukang emas”, “tukang perak”, “tukang kayu” berdasarkan konteks kata tersebut diletakkan. Diterjemahkan dengan “tukang besi” karena dihubungkan dengan kalimat “pedang atau tombak” (1 Sam 13:19) atau langsung ditambahi kata “kharash barzel” (חרשׁ ברזל) atau “tektoon sideron” (τέκτων σίδηρον) sebagaimana dalam Yesaya 44:12-13. Nyatanya saat ditambahi kata Ibrani “etsim” atau kata Yunani “xulon” menjadi “tektoon xulon” (τέκτων ξύλον) “kharash etsim” (חרשׁ עצים) maka diterjemahkan “tukang kayu” (Yes 44:12-13).
Istilah “kharash” (חרשׁ) muncul sebanyak 33 kali dalam Kitab TaNaKh versi Masoretik Teks dan diterjemahkan dalam Septuaginta dengan “tektoon” (τέκτων). Baik kata Ibrani “kharash” (חרשׁ) maupun “tektoon” (τέκτων) sebenarnya bermakna “tukang” atau “seorang ahli pertukangan”. Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) menerjemahkan kata tersebut secara berbeda-beda tergantung kontekskalimatnya sehingga bisa diterjemahkan “tukang besi” atau “tukang tembaga” atau “tukang emas”bahkan “tukang kayu” sebagaimana muncul dalam beberapa teks berikut:
“Seorang tukang besi (τέκτων, tektoon /חרשׁ, kharash) tidak terdapat di seluruh negeri Israel, sebab orang Filistin berkata: "Jangan-jangan orang Ibrani membuat pedang atau tombak” (1 Sam 13:19)
“Dia adalah anak seorang janda dari suku Naftali, sedang ayahnya orang Tirus, tukang tembaga (τέκτων χαλκοῦ, tektoon chalkou / חרשׁ נחשׁת, khoresh nekhoset); ia penuh dengan keahlian, pengertian dan pengetahuan untuk melakukan segala pekerjaan tembaga; ia datang kepada raja Salomo, lalu melakukan segala pekerjaan itu bagi raja.” (1 Raj 7:14)
”Orang-orang Israel itu? Itu dibuat oleh tukang (τέκτων, tektoon /חרשׁ, kharash), dan itu bukan Tuhan! Sungguh, akan menjadi serpih anak lembu Samaria itu!” (Hos 8:6)
“Patungkah? Tukang besi (τέκτων, tektoon /חרשׁ, kharash) menuangnya, dan pandai emas (χρυσοχόος ,crusocoos/ צרף,tsoref) melapisinya dengan emas, membuat rantai-rantai perak untuknya. Orang yang mendirikan arca, memilih kayu yang tidak lekas busuk, mencari tukang yang ahli untuk menegakkan patung yang tidak lekas goyang” (Yes 40:19-20)
“Tukang besi (τέκτων, tektoon /חרשׁ, kharash) menguatkan hati tukang emas (χαλκεὺς,chalkeus/ צרף,tsoref) dan orang yang memipihkan logam dengan martil menguatkan hati orang yang menempa di atas landasan; ia berkata tentang patrian: "Itu baik," lalu menguatkannya dengan paku-paku, sehingga tidak goyang” (Yes 41:7)
“Tukang besi (τέκτων σίδηρον,tektoon sideron/ חרשׁ ברזל,kharash barzel) membuatnya dalam bara api dan menempanya dengan palu, ia mengerjakannya dengan segala tenaga yang ada di tangannya. Bahkan ia menahan lapar sehingga habislah tenaganya, dan ia tidak minum air sehingga ia letih lesu. Tukang kayu (τέκτων ξύλον,tektoon xulon/ חרשׁ עצים,kharash etsim) merentangkan tali pengukur dan membuat bagan sebuah patung dengan kapur merah; ia mengerjakannya dengan pahat dan menggarisinya dengan jangka, lalu ia memberi bentuk seorang laki-laki kepadanya, seperti seorang manusia yang tampan, dan selanjutnya ditempatkan dalam kuil” (Yes 44:12-13)
Dari kutipan ayat-ayat di atas, nampak bahwa sebenarnya kata Ibrani “kharash” (חרשׁ) atau “tektoon” (τέκτων) diterjemahkan “tukang besi”, “tukang emas”, “tukang perak”, “tukang kayu” berdasarkan konteks kata tersebut diletakkan. Diterjemahkan dengan “tukang besi” karena dihubungkan dengan kalimat “pedang atau tombak” (1 Sam 13:19) atau langsung ditambahi kata “kharash barzel” (חרשׁ ברזל) atau “tektoon sideron” (τέκτων σίδηρον) sebagaimana dalam Yesaya 44:12-13. Nyatanya saat ditambahi kata Ibrani “etsim” atau kata Yunani “xulon” menjadi “tektoon xulon” (τέκτων ξύλον) “kharash etsim” (חרשׁ עצים) maka diterjemahkan “tukang kayu” (Yes 44:12-13).
Lantas
dari mana Kekristenan menetapkan bahwa kata Yunani “tektoon” (τέκτων)
dalam Markus 6:3 sebagai tukang kayu ? Pekerjaan tukang kayu adalah
salah satu dari pekerjaan yang ada di era Yesus. Sejumlah kegiatan
industri yang berkembang pada masa itu adalah salah satunya adalah
kerajinan sebagaimana dikatakan Joachim Jeremias mengatakan dalam
bukunya, “the typical form of industry of the period was the craftsman's
shop; i.e. the producer owned the means of production, put them to use
and sold his products directly to the consumer without intermediary. The
crafts were held in high esteem in Judaism at the time: 'He who does
not teach his son a craft teaches him brigandage' (b. Kidd. 29a)....This
was an unusual sign of reverence, for whereas everyone else had to
greet scholars by rising to their feet, craftsmen were exempt while
engaged in their occupation (b. Kidd. 33a)....A list of the earliest
scribes mentioned in the Talmud shows the following professions among
others: nail maker, flax trader, baker, miller of pearl barley, currier,
scrivener, sandal maker, master builder, asphalt merchant,
tailor” (Bentuk khas industri pada masa itu adalah toko kerajinan; yaitu
produsen memiliki alat produksi, menempatkan mereka untuk menggunakan
dan menjual produknya langsung ke konsumen tanpa perantara.
Kerajinan-kerajinan itu sangat dihargai dalam Yudaisme saat itu
sebagaimana dikatakan dalam Talmud: 'Barangsiapa tidak mengajar anaknya
sebuah kerajinan mengajarkan kepadanya perampokan' (b. Kidd 29a)...Ini
adalah tanda penghormatan yang tidak biasa, karena sementara orang lain
harus menyapa para sarjana dengan bangkit berdiri, para pengrajin
dikecualikan saat melakukan pekerjaan mereka (b. Kidd. 33a)....Daftar
ahli Taurat paling awal yang disebutkan di Talmud menunjukkan profesi
berikut ini antara lain: pembuat kuku, pedagang rami, tukang roti,
penggiling jelai mutiara, kurir, penata rambut, pembuat sandal, ahli
bangunan, pedagang aspal, penjahit - Jerusalem in Time of Jesus: An
Investigation Economic and Social Conditions During the New Testament
Period, Philadhelphia: Fortress Press 1969:3).
Selain kerajinan, industri publik lainnya adalah, alat-alat keperluan rumah tangga, perdagangan makanan, barang-barang mewah, aktivitas bangunan, pekerja bangunan (Ibid., p. 4-18). Di era keluarga Herodes, pembangunan gedung-gedung menjadi sangat penting sebagaimana dikatakan Jeremias Joachim, “The princes of the Herodian royal line were enthusiastic builders, and their example challenged imitation. As a result the building trade held an important position in Jerusalem under their rule and for some time afterwards” (Para pangeran keluarga kerajaan Herodian adalah para pembangun yang antusias dan apa yang mereka lakukan mendorong orang lain untuk meniru. Akibatnya, perdagangan bangunan memegang posisi penting di Yerusalem di bawah pemerintahan mereka dan untuk beberapa waktu kemudian- Ibid., p. 10). Berkaitan dengan kegiatan pembangunan gedung-gedung ini diperlukan setidaknya tiga kelompok pekerja yaitu “pekerja harian”, “para ahli pahat dan penghias bangunan” serta “pemelihara bangunan” (Ibid., p.14-17).
Prodesi tukang kayu disinggung juga dalam Talmud Babilonia traktat Avodah Zarah, 50a. Sbb: “Rabi Joseph ben Abba mengatakan: Rabbah b. Yeremia pernah mengunjungi kota kami. Ketika dia datang, dia membawa ajaran ini kepadanya: Jika seorang penyembah berhala mengambil batu dari Mercurius dan membuka jalan beraspal dan jalan-jalan mereka, maka mereka diijinkan; Jika salah satu dari orang Israel mengambil batu dari Mercurius dan membuka jalan beraspal dan jalan-jalan mereka, maka mereka dilarang; dan tidak ada tukang kayu atau anak tukang kayu yang bisa membongkarnya. R. Shesheth berkata: Saya bukan tukang kayu atau anak tukang kayu, namun saya akan membongkarnya” Frasa, “Saya bukan tukang kayu atau anak tukang kayu, namun saya akan membongkarnya” dalam bahasa Aramaik dituliskan “we-leyith naggar we-la bar naggar diparkeina”.
Demikian pula dikatakan oleh Yustinus Martyr (100-165 Ms) seorang Bapa Gereja dalam karyanya “Dialogue With Trypho” menjelaskan bahwa Yesus membuat kuk dan bajak karena dia adalah seorang tukang kayu dan informasi ini diterimanya secara turun temurun. C.C. Mc Cown dalam bukunya, “Ho Tekton: Studies in Early Christianity” mengatakan bahwa kata Yunani “tektoon” (τέκτων) adalah seseorang yang mengkhususkan dirinya dalam pekerjaan dengan menggunakan bahan kayu (David. E. Aune., MA., Justyn Martyr’s Use of The Old Testament, p. 186 - http://www.etsjets.org/.../9/9-4/BETS_9_4_179-197_Aune.pdf).
Nazaret adalah kota Sepforis yang besar dan ramai, yang sedang mengalami ledakan pembangunan di zaman Yesus. Seorang tukang kayu bisa menjadi pilihan logis profesi. Pada masa itu, seorang tukang kayu lebih dari sekadar kontraktor, dia membantu cetak biru, dan pekerjaan teknis yang rumit, seperti engsel dan penutup jendela. Itu adalah satu-satunya profesi yang harus dibayar dengan uang. Dengan standar sekarang, Yesus masuk dalam kategori kelas sosial menengah ke bawah. Itulah sebabnya saat Yesus mengajar di hari Sabat di sianagog, beberapa orang kecewa karena mereka tahu bahwa Yesus adalah anak seorang tukang (kayu) sehingga mereka menolak dan meninggalkannya.
Selain kerajinan, industri publik lainnya adalah, alat-alat keperluan rumah tangga, perdagangan makanan, barang-barang mewah, aktivitas bangunan, pekerja bangunan (Ibid., p. 4-18). Di era keluarga Herodes, pembangunan gedung-gedung menjadi sangat penting sebagaimana dikatakan Jeremias Joachim, “The princes of the Herodian royal line were enthusiastic builders, and their example challenged imitation. As a result the building trade held an important position in Jerusalem under their rule and for some time afterwards” (Para pangeran keluarga kerajaan Herodian adalah para pembangun yang antusias dan apa yang mereka lakukan mendorong orang lain untuk meniru. Akibatnya, perdagangan bangunan memegang posisi penting di Yerusalem di bawah pemerintahan mereka dan untuk beberapa waktu kemudian- Ibid., p. 10). Berkaitan dengan kegiatan pembangunan gedung-gedung ini diperlukan setidaknya tiga kelompok pekerja yaitu “pekerja harian”, “para ahli pahat dan penghias bangunan” serta “pemelihara bangunan” (Ibid., p.14-17).
Prodesi tukang kayu disinggung juga dalam Talmud Babilonia traktat Avodah Zarah, 50a. Sbb: “Rabi Joseph ben Abba mengatakan: Rabbah b. Yeremia pernah mengunjungi kota kami. Ketika dia datang, dia membawa ajaran ini kepadanya: Jika seorang penyembah berhala mengambil batu dari Mercurius dan membuka jalan beraspal dan jalan-jalan mereka, maka mereka diijinkan; Jika salah satu dari orang Israel mengambil batu dari Mercurius dan membuka jalan beraspal dan jalan-jalan mereka, maka mereka dilarang; dan tidak ada tukang kayu atau anak tukang kayu yang bisa membongkarnya. R. Shesheth berkata: Saya bukan tukang kayu atau anak tukang kayu, namun saya akan membongkarnya” Frasa, “Saya bukan tukang kayu atau anak tukang kayu, namun saya akan membongkarnya” dalam bahasa Aramaik dituliskan “we-leyith naggar we-la bar naggar diparkeina”.
Demikian pula dikatakan oleh Yustinus Martyr (100-165 Ms) seorang Bapa Gereja dalam karyanya “Dialogue With Trypho” menjelaskan bahwa Yesus membuat kuk dan bajak karena dia adalah seorang tukang kayu dan informasi ini diterimanya secara turun temurun. C.C. Mc Cown dalam bukunya, “Ho Tekton: Studies in Early Christianity” mengatakan bahwa kata Yunani “tektoon” (τέκτων) adalah seseorang yang mengkhususkan dirinya dalam pekerjaan dengan menggunakan bahan kayu (David. E. Aune., MA., Justyn Martyr’s Use of The Old Testament, p. 186 - http://www.etsjets.org/.../9/9-4/BETS_9_4_179-197_Aune.pdf).
Nazaret adalah kota Sepforis yang besar dan ramai, yang sedang mengalami ledakan pembangunan di zaman Yesus. Seorang tukang kayu bisa menjadi pilihan logis profesi. Pada masa itu, seorang tukang kayu lebih dari sekadar kontraktor, dia membantu cetak biru, dan pekerjaan teknis yang rumit, seperti engsel dan penutup jendela. Itu adalah satu-satunya profesi yang harus dibayar dengan uang. Dengan standar sekarang, Yesus masuk dalam kategori kelas sosial menengah ke bawah. Itulah sebabnya saat Yesus mengajar di hari Sabat di sianagog, beberapa orang kecewa karena mereka tahu bahwa Yesus adalah anak seorang tukang (kayu) sehingga mereka menolak dan meninggalkannya.
2 komentar:
Bagus ulasannya pak,
Saya seorang tukang kayu.
Ada baiknya kalau ada informasi tetang kelas tukang kayu dalam masyarakat pada saat itu. serendah apa, semiskin apa atau mungkin sehina apa sehingga Yesus tidak diterima ajarannya dengan alasan Dia adalah anak Yusup si tukang kayu.
Posting Komentar