RSS Feed

PARALELISASI HARI RAYA IEDUL FITRI & HARI RAYA YOM KIPPUR SERTA KESADARAN MANUSIA AKAN DOSA SEMESTA

Posted by Teguh Hindarto




Dosa, merupakan istilah untuk mengungkapkan penyimpangan atau pelanggaran dari hukum Tuhan. Dosa menimbulkan keterpisahan hubungan antara manusia dengan Tuhan. Dosa menimbulkan kerusakan hubungan antara manusia satu dengan manusia yang lainnya.

Agama-agama Semitik atau yang lahir dari kebudayaan Timur Tengah seperti Yudaisme, Kristen, Islam memiliki tata cara bagaimana mengatasi dosa individual.

Perayaan Iedul Fitri dalam Agama Islam berkaitan dengan pembersihan manusia dari dosa selama satu tahun melalui kegiatan ibadah yaitu puasa dan sedekah dan shalat tarawih serta tadarus.

Dari al-Hasan bin Ali dan Muhammad bin al-Mutawakkil keduanya dari Abd al-Razaq dari al-Ma’mar dari al-Hasan dan Malik bin Anas dari al-Zuhri dari Abi Salamah dari Abi Hurairah berkata bahwa Muhamad senang melaksanakan Qiyam Ramadhan (Tarawih) meskipun tidak mewajibkannya. Muhamad bersabda : ”Barangsiapa melaksanakan Qiyam ramadhan (tarawih) karena Allah dan mencari pahala dari Allah akan diampuni dosanya yang telah lalu"

Dari Muhammad bin Salam dari Muhammad bin Faudhail dari Yahya bin Sa’id dari Abi Salamah dari Abi Hurairah berkata bahwa Muhamad bersabda : "Barangsiapa yang berpuasa pada bulan ramadhan dengan kepercayaan bahwa perintah puasa itu dari Allah dan hanya mengharap pahala dari Allah akan diampuni dosanya").

Ketika umat Islam merayakan Iedul Fitri dengan menyelesaikan masa berpuasa selama satu bulan penuh maka dipercaya bahwa telah terjadi penghapusan dosa umat selama satu tahun dan pada hari itu diyakini bahwa manusia kembali kepada fitrah atau naturnya sebagai mahluk yang suci. Dosa manusia kepada Tuhan telah dihapuskan melalui pertobatan kepada Tuhan dan dosa kepada sesama terhapus melalui saling bermaafan serta silaturahmi.

Konsep demikian pun diyakini dalam Yudaisme melalui perayaan Yom Kippur atau Hari Raya Pendamaian. Kata pendamaian berasal dari kata Kiper  dan Kaparah yang bermakna “menutupi”. Dalam konteks religius bermakna “penebusan atau pendamaian”. Orang berdosa pada hakikatnya adalah orang yang terjual dibawah kuasa dosa dan telanjang di hadapan Tuhan YHWH. Maka YHWH bertindak menutup, menyelubungi, menebus seseorang dari ketelanjangan dan kuasa dosa. Tanda pendamaian adalah melalui darah anak domba. Ketika darah anak domba yang disembelih, maka terjadi pendamaian antara YHWH dengan umat. Dalam TaNaKh (Torah, Neviim, Ketuvim atau lazim disebut dengan Kitab Perjanjian Lama), kata “Pendamaian” memiliki fungsi yang beragam. Tidak semata-mata suatu perayaan tahunan yang ditandai dengan pengakuan dosa, puasa dan penyembelihan korban penghapus dosa, namun menjadi suatu kegiatan yang bersifat insidentil diantara umat YHWH, seperti pengampunan dosa pribadi dan penyucian peralatan ibadah.

Kata Kiper memiliki beberapa pengertian dalam TaNaKh. Pertama, Penebusan umat Israel setahun sekali. Imamat 23:27 "Akan tetapi pada tanggal sepuluh bulan yang ketujuh itu ada hari Pendamaian (yom kippurim); kamu harus mengadakan pertemuan kudus (miqra kodesh) dan harus merendahkan diri (innitem be nafsotekem) dan mempersembahkan korban api-apian kepada YHWH”. Imamat 23:32 “Itu harus menjadi suatu sabat, hari perhentian penuh bagimu, dan kamu harus merendahkan diri. Mulai pada malam tanggal sembilan bulan itu, dari matahari terbenam sampai matahari terbenam (baerev meerev ad erev) kamu harus merayakan sabatmu (tishbetu shabatekem)." Imamat 9:7 “Kata Musa kepada Harun: "Datanglah mendekat kepada mezbah, olahlah korban penghapus dosa dan korban bakaranmu, dan adakanlah pendamaian bagimu sendiri dan bagi bangsa itu; sesudah itu olahlah persembahan bangsa (qorban ha am) itu dan adakanlah pendamaian (kapper) bagi mereka, seperti yang diperintahkan YHWH”.

Kedua, Penyucian benda-benda ibadah. Keluaran 30:10 “Sekali setahun haruslah Akharon mengadakan pendamaian (kipper) di atas tanduk-tanduknya; dengan darah korban penghapus dosa pembawa pendamaian (ha kippurim) haruslah ia sekali setahun mengadakan pendamaian (yekapper) bagi mezbah itu di antara kamu turun-temurun; itulah barang maha kudus bagi YHWH." Imamat 16:20 “Setelah selesai mengadakan pendamaian (mikapper) bagi tempat kudus dan Kemah Pertemuan serta mezbah, ia harus mempersembahkan kambing jantan yang masih hidup itu”.

Ketiga, Menghindari tulah dan diiringi korban berupa uang. Keluaran 30:12 "Apabila engkau menghitung jumlah orang Yishrael pada waktu mereka didaftarkan, maka haruslah mereka masing-masing mempersembahkan kepada YHWH (uang) pendamaian (kopper nafsho la YHWH) karena nyawanya, pada waktu orang mendaftarkan mereka, supaya jangan ada tulah di antara mereka pada waktu pendaftarannya itu”. Bilangan 31:50 “Sebab itu kami mempersembahkan sebagai persembahan kepada YHWH (qorban YHWH) apa yang didapat masing-masing, yakni barang-barang emas, gelang kaki, gelang tangan, cincin meterai, anting-anting dan kerongsang untuk mengadakan pendamaian (lekapper) bagi nyawa kami di hadapan YHWH".

Keempat, Tindakan untuk memohon pengampunan terhadap perbuatan dosa yang bersifat insidentil. Keluaran 32:30 “Keesokan harinya berkatalah Musa kepada bangsa itu: ‘Kamu ini telah berbuat dosa besar, tetapi sekarang aku akan naik menghadap YHWH, mungkin aku akan dapat mengadakan pendamaian (kapperra) karena dosamu itu." Yehkhezkiel 45:20 “Demikianlah engkau harus perbuat pada hari pertama bulan yang ketujuh demi orang-orang yang berbuat dosa dengan tidak sengaja dan tanpa diketahui. Dengan demikian engkau mengadakan pendamaian (kippartem) bagi Bait Suci”.

Kelima, Penyucian diri dan keluarga. Imamat 16:6, “Kemudian Harun harus mempersembahkan lembu jantan yang akan menjadi korban penghapus dosa (qorban ha am) baginya sendiri dan dengan demikian mengadakan pendamaian  (kapper) baginya dan bagi keluarganya”. Keenam, Wujud pembelaan YHWH terhadap umat Israel yang mengalami penindasan bangsa-bangsa, dengan melenyapkan bangsa-bangsa. Ulangan 32:43 “Bersorak-sorailah, hai bangsa-bangsa karena umat-Nya, sebab Ia membalaskan darah hamba-hamba-Nya, Ia membalas dendam kepada lawan-Nya, dan mengadakan pendamaian  (kipper) bagi tanah umat-Nya".

Barney Kasdan dalam bukunya berjudul God’s Appointed Times: A Practical Guide for Understanding and Celebrating the Biblical Holidays[1] memberikan penjelasan mengenai Yom Kippur sbb: Berdasarkan Imamat 16, ritual Yom Kippur berpusat pada persembahan dua korban kambing. Yang satu dinamai dengan “Khatat” yang akan disembelih sebagai lampang penghapusan dosa Yishrael. Sementara kambing yang satu diberi nama “Azazel”.

Kambing ini tidak disembelih namun dibuang ke hutan dan ditandai kain merah kesumba. Kambing ini sebagai lambang dosa Israel yang dibuang. Ritual di atas merupakan ketetapan Tuhan yang agung, yaitu mengenai penebusan dan pengampunan melalui korban pengganti.

Karena Rosh ha Shanah dan Yom Kippur berdekatan dalam berjarak sepuluh hari, maka perayaan Yom Kippur menjadi sangat penting. Apa yang telah dimulai pada bulan Tishri sebagai evaluasi diri dan pertobatan maka pada hari kesepuluh digenapi dengan penebusan dan pengampunan. Sejak Bait Suci (Bet ha Miqdash) di Yerusalem hancur pada tahun 70 Ms. Maka muncul kebingungan diantara para rabbi, mengenai bagaimana pelaksanaan korban Yom Kippur yang berpusat di Bait Suci. Pada perkembangannya para rabbi membuat korban pengganti melalui “Tseloshah Taw” atau “TIGA T” yaitu: Tefilah (doa), TsedaqahTeshuvah (pertobatan). (perbuatan baik, derma) dan

Nama lain yang diberikan untuk perayaan Yom Kippur adalah “Yomim Nora’im” (hari yang khidmat) karena merupakan perluasan Rosh ha Shanah. Pada hari ini orang-orang Yahudi tradisional melakukan doa, puasa dan pengampunan atas dosa-dosanya selama setahun. Dalam rumah keluarga-keluarga Yahudi, Tgl 9 Tishri petang menjelang pergantian ke Tgl 10 Tishri, mereka akan makan malam dan memulai puasa sampai Tgl 10 Tishri petang. Saat makan malam memulai dan mengakhiri puasa, meja akan dihiasi kain putih dan masing-masing berpakaian putih sebagai lambang pengharapan atas pembersihan dosa (Yes 1:18). Ibadah keluarga ditandai dengan penyalaan lilin, pembacaan birkat dan makan roti dan meminum anggur. Orang-orang yang blayak berpuasa adalah mereka yang telah memasuki usia Bar/Bat Mitswah (usia 13 tahun) sementara yang memiliki ganguan kesehatan dan wanita hamil dilarang berpuasa. Pada petang hari menjelang penutupan puasa, keluarga Yahudi berkumpul di Sinagog untuk melaksanakan “Kol Nidrey” yaitu doa-doa yang dlantunkan untuk memohon agar Tuhan mengampuni berbagai sumpah yang tidak ditepati. Asal usul doa ini berasal dari Abad Pertengahan saat orang-orang Yahudi banyak mengalami penganiyaan dan pemaksaan pindah ke agama Kristen. Orang-orang Yahudi meyakini bahwa saat Yom Kippur berakhir pada petang hari, Tuhan telah mengadili dan memberikan pengampunan. Dan doa-doa yang dinaikkan berisikan permohonan agar orang-orang Yahudi tertulis dalam buku kehidupan. Selain Kol Nidrey juga Neilah atau penutupan pintu gerbang. Kemudian shofar ditiup sebagai lambang bahwa nasib seseorang telah dimeteraikan pada tahun yang akan datang.

Yang menarik untuk dikaji, dalam Lukas 4:16-22 dilaporkan bahwa Yesus Sang Mesias membaca Yesaya 61 di Sinagog dan menghubungkan ayat tersebut dengan diri-Nya. Beberapa literatur rabinik mempercayai bahwa saat Mesias datang, Mesias akan mengucapkan perkataan dalam Yesaya 61[2]. Kenyataan ini mendorong pada kesimpulan bahwa Mesias akan datang pada saat perayaan Yom Kippur dalam Tahun Yobel yang terakhir untuk memberikan pembebasan pada orang-orang Yahudi sebagaimana dikatakan dalam Talmud Sanhedrin 97b sbb: “Dunia akan berakhir tidak kurang dari 85 Yobel dan diakhir Yobel, Mesias Putra Dawid akan datang”. Unsur penting lainnya adalah bahwa dalam sinagoge Abad Pertama Masehi, Yesayah 61 tidak dibaca di sinagog selama Yom Kippur melainkan berhenti sampai di Yesaya 58 karena orang Yahudi memiliki pola pembacaan tiga lapis setiap tahunnya. Maka ketika Mesias membaca Yesaya 61 di sinagog dia hendak menegaskan kemesiasan dirinya. Bukan hanya itu, Yesus pun hendak menyatakan bahwa peristiwa pembacaan Yesaya 61 terjadi saat perayaan Yom Kippur. Yesus menggunakan kata-kata yang tepat pada waktu yang tepat untuk menyatakan siapa diri-Nya.

Bagaimana Kristen memandang penghapusan dosa? Kitab Ibrani 10:1-18 menjadi rujukan utama. Penulis surat Ibrani menghubungkan perayaan Yom Kippur, dengan karya Yesus Sang Mesias yaitu menjadi KORBAN PENDAMAIAN antara YHWH dengan manusia.  Sebagaimana dikatakan dalam Ibrani 10:1 bahwa korban anak domba adalah BAYANGAN (Skia, Yun) dari SESUATU YANG BAIK (Agathon, Yun) yang akan datang, dan BUKAN WUJUD (Eikona, Yun) sesuatu yang baik yang akan datang. Apakah yang dimaksud “yang baik yang akan datang?” pembebasan manusia dari kutuk dosa yaitu maut! Oleh karenanya Rasul Paul berulang kali mengingatkan bahwa Torah memiliki guna dan manfaat yang luar biasa. Torah membentuk kepribadian individu dan bangsa, Torah membentuk spiritualitas individu dan bangsa, Torah mempertajam kepekaan moralitas, Torah menunjukkan jalan menuju kepandaian, Torah menuntun menuju berkat dan hidup bahagia. Namun Torah bukan SUMBER keselamatan. Torah menjaga seseorang dari perbuatan berdosa dan menuju kebinasaan namun Torah bukan sumber pembebasan dari dosa. Torah adalah penuntun (Gal 3:24-25) pada sesuatu yang baik yang akan datang. Torah adalah bayangan (Ibr 10:1) akan sesuatu yang baik yang akan datang.  Siapakah yang baik yang akan datang dan menyatakan pembebasan dosa sepenuhnya? Yesus Sang Mesias!

Penulis Kitab Ibrani menegaskan bahwa ritual korban pada saat Yom Kippur yang diperintahkan Torah tidak memberikan pembebasan atas dosa secara menyeluruh dan eksistensial. Justru korban-korban itu mengingatkan seseorang akan dosa-dosanya (Ibr 10:3) dan darah anak domba tidak mampu meghapuskan dosa manusia (Ibr 10:4). Ritual korban ini diperlukan sebagai gambaran dan penuntun yang akan menjadi korban sejati dan untuk selama-lamanya atas dosa manusia. Hanya Yesus Sang Mesias yang mampu melakukan ini semua. Kematian Yesus mengerjakan suatu perkara yang luar biasa bagi manusia berdosa yaitu “menguduskan orang-orang berdosa sekali dan untuk selama-lamanya” (Ibr 10:10) dan “menyempurnakan mereka yang telah dikuduskan” (Ibr 10:14). Hal ini tidak bisa dikerjakan oleh Imam Besar maupun darah hewan yang dikorbankan. Konsekwensi logis dari perbuatan Mesias yang agung ini adalah, korban anak domba TIDAK DIPERLUKAN LAGI sebagaimana dikatakan, “Jadi apabila untuk semuanya itu ada pengampunan, tidak perlu lagi dipersembahkan korban karena dosa” (Ibr 10:18).

Terkait masalah dosa, dalam perspektif Kekristenan ada konsep mengenai dosa asal (orginal sin) dan dosa perbuatan (action sin). Dosa asal berbicara mengenai sejarah kejatuhan manusia pertama yaitu Adam dan Hawa saat melanggar perintah Tuhan untuk tidak memakan pohon pengetahuan baik dan pohon pengetahuan buruk (Kej 3:7-8). Inilah awal mula dosa manusia terjadi. Al Quran pun mengakui kenyataan tersebut dalam Qs 20 (Thaha) 120-122 sbb:

Kemudian syaitan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata: "Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa?" Maka keduanya memakan dari buah pohon itu, lalu nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun (yang ada di) surga, dan durhakalah Adam kepada Tuhan dan sesatlah ia . Kemudian Tuhannya memilihnya maka Dia menerima taubatnya dan memberinya petunjuk

Fakta lain disitir dalam Qs 2 (Al Baqarah 36-37) sbb:

Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: "Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan." Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang .


Akibat adanya dosa pertama atau dosa asal dalam terminologi Kekristenan maka manusia kehilangan kemuliaan Tuhan sehingga manusia mengalami berbagai dampak dari dosa yang berujung pada maut.

  • Permusuhan manusia dengan Tuhan (Kej 3:23-24), dimana manusia kehilangan relasi yang benar dengan Tuhan
  • Permusuhan manusia dengan hewan (Kej 3:15). Terjadilah siklus ekologis dimana manusia memangsa hewan dan sebaliknya
  • Permusuhan manusia dengan alam (Kej 3:17-19). Manusia harus bekerja menaklukan alam yang telah kena kutuk
  • Permusuhan manusia dengan manusia (Kej 4:1-16), Qayin membunuh Qabel.
  • Perempuan melahirkan dengan kesakitan (Kej 3:16)
  • Manusia mengalami kefanaan yaitu maut (Kej 3:19)[3]
Bagaimana Tuhan Yahweh mengatasi dosa yang masuk dalam dunia dan merusak hubungan manusia dengan Tuhan dan alam semesta? Kejadian 3:15 menyatakan, “Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akanmeremukkan tumitnya." Oleh para Bapa Gereja, ayat ini disebut sebagai PROTO EVANGGELIUM atau Injil Mula-mula, karena di dalamnya dideklarasikan bahwa keturunan manusia perempuan yang jatuh, akan melahirkan seorang anak yang akan meremukkan kepala ular. Secara teologis, ayat ini menunjuk pada karya Mesias yang mengalahkan maut sebagaimana dikatakan dalam 1 Korintus 15:25-26, ”Karena Ia harus memegang pemerintahan sebagai Raja sampai (Tuhan) meletakkan semua musuh-Nya di bawah kaki-Nya. Musuh yang terakhir, yang dibinasakan ialah maut”. Namun Secara universal, ayat ini merupakan suatu wewenang yang diberikan kepada orang-orang yang telah mengalami penebusan di dalam kematian dan kebangkitan Yesus Sang Mesias sebagaimana dikatakan oleh Rasul Paul dalam Roma 16:20, “Semoga (Tuhan), sumber damai sejahtera, segera akan menghancurkan Shatan di bawah kakimu. Kasih karunia Yesus, Junjungan Agung kita, menyertai kamu!”. Dan juga dikatakan dalam Wahyu  12:17, “Maka marahlah naga itu kepada perempuan itu, lalu pergi memerangi keturunannya yang lain, yang menuruti hukum-hukum Tuha  dan memiliki kesaksian Yahshua”. Tuhan Yahweh telah MENJANJIKAN Penebus atas manusia yang mengalami kutuk dosa yaitu maut.

Dan manusia pertama yang jatuh dalam dosa, telah mengalami penebusan saat itu. Darimana kita memperoleh fakta ini? Kejadian 3:17 melaporkan, “Dan Tuhan Yahweh membuat pakaian dari kulit binatang untuk manusia dan untuk isterinya itu, lalu mengenakannya kepada mereka” (Kej 3:21). Kata “pakaian dari kulit binatang” (Ibr: katnot o’r/Septuaginta: khitonas dermatinous) menunjukkan adanya suatu hewan yang dikorbankan. Korban adalah LAMBANG penebusan yang kelak akan dilakukan oleh Yesus Sang Mesias. Kulit hewan yang telah dikorbankan, dipakai menjadi pakaian atau jubah yang menutupi ketelanjangan manusia.

Kalau manusia pertama telah mengalami penebusan, mengapa Tuhan Yahweh masih menjanjikan Penebus? Pertama, penebusan dengan menggunakan korban hewan hanyalah temporal dan bayangan dari penebusan sejati yang akan dilakukan oleh Yesus Sang Mesias (Ibr 10:1, 4, 11-12). Kedua, umat manusia akan bertambah banyak dan bertambah banyak pulalah orang yang mengalami kematian akibat dosa. Maka Tuhan memberikan Penebus sejati untuk mengatasi dosa yang berujung pada maut, yaitu Yesus Sang Mesias. Mereka yang menerima karya kematian dan kebangkitan Yesus dari maut untuk menghapus dosa, maka beroleh penebusan dan kehidupan kekal[4].

Adapun dosa perbuatan adalah perbuatan manusia yang dapat dihitung pelanggaranterhadap hukum Tuhan yang jamak dikerjakan manusia hingga hari ini seperti membunuh, mencuri, merampok, korupsi, memfitnah, dll. Apakah orang yang sudah menerima karya penebusan Yesus Sang Mesias tidak akan mengalami dosa perbuatan? Tentu saja tidak demikian. Orang yang telah menerima karya penebusan yang dikerjakan Yesus bukan diubah menjadi malaikat yang tidak bisa melakukan dosa. Sebaliknya potensi itu masih dapat terjadi namun sekarang kita tidak memerlukan korban hewan untuk membayar dosa kita melainkan memohon pengampunan melalui nama Yesus dan melalui darah pengorbanannya. Dengan kita bertaubat dan menghampiri Tuhan Sang Bapa melalui darah Yesus yang telah menyucikan kita maka kita dapat diampuni dari segala perbuatan berdosa yang masih dapat kita lakukan sampai hari ini.

Dengan demikian, kematian Yesus dan darahnya yang ditumpahkan, bukan hanya meniadakan dosa asal yang berujung pada maut kekal namun juga memungkinkan orang-orang yang beriman yang telah menerima karya penebusan namun masih dapat berbuat dosa dan kesalahan, akan dapat segera menerima pengampunan di dalam nama Yesus Sang Mesias.

Kembali kepada Perayaan Yom Kippur. Bagaimana relevansi perayaan Yom Kippur bagi Kekristenan? Kekristenan yang berakar pada nilai-nilai Yudaisme dan Semitisme tetap merayakan Yom Kippur namun dengan penekanan pemahaman yang berbeda dengan Yudaisme.

Rasul Yohanes menuliskan, “Dan Dia adalah pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia” (1 Yoh 2:21). Perayan Yom Kipur memiliki nilai dan relevansi bagi umat Kristiani karena kematian Mesias dihubungkan dengan fungsi Pendamaian/Penebusan dalam Perayaan Yom Kippur.

Jika Yudaisme masih mengharapkan Mesias yang akan menghapus dosa mereka dan memohon agar nama mereka tertulis dalam Kitab Kehidupan (Sefer ha Khayim, Ibr), maka Kekristenan mengucap syukur atas pengampunan dan penghapusan dosa yang telah dikerjakan Mesias melalui pengorbanan-Nya di palang salib. Dosa yang mengakibatkan seluruh manusia mengalami maut dan kebinasaan kekal telah diakhiri. Selain itu, Kekristenan  tetap menjadikan momentum Yom Kippur sebagai permohonan pengampunan atas dosa-dosa harian yang mungkin tidak kita sadari saat berinteraksi dengan sesama


End Notes:
[1] Ibid., p. 77-86

[2] Lexicon oleh Rabbi David Kimchi sebagaimana dikutip dari buku A Manual of Christian Evidences for Jewish People, Vol 2, p.76

[3] http://teguhhindarto.blogspot.com/2011/06/hakikat-dosa-makna-pohon-pengetahuan.html

[4] Ibid.,

0 komentar:

Posting Komentar