REINTERPRETASI TERHADAP KATA "APOKULIOO" DALAM MARKUS 16:4
Ada
dua penafsiran mengenai pada hari apa Yesus mengalami kewafatan. Pertama, kepercayaan Kristen pada
umumnya (Ortodox, Katolik, Protestan dll) meletakkan kewafatan Yesus pada hari
Jum’at. Sejak itulah dikenal istilah “Jum’at Agung” (Good Friday) yang
kemudian disusul dengan Minggu Kebangkitan yang disebut Paskah (Easter). Kedua, kepercayaan Messianic
Judaism yaitu komunitas Yahudi dan Yudaisme yang telah menerima Yesus
sebagai Mesias namun tetap mengekspresikan ibadah dalam bingkai Yahudi dan
Yudaisme meyakini bahwa Yesus wafat pada saat orang Yahudi melaksanakn Pesakh
Tanggal 14 Nisan.
Kedua
belah pihak memberikan tafsir yang berbeda terhadap satu ayat yang melaporkan
perihal kewafatan Yesus sbb: “Karena
hari itu hari persiapan dan supaya pada
hari Sabat mayat-mayat itu tidak tinggal tergantung pada kayu salib --
sebab Sabat itu adalah hari yang besar -- maka datanglah orang-orang Yahudi
kepada Pilatus dan meminta kepadanya supaya kaki orang-orang itu dipatahkan dan
mayat-mayatnya diturunkan” (Yohanes 19:31). Mayoritas kekristenan
mengartikan frasa, “pada hari Sabat” sebagai sabat pekanan yang jatuh pada hari
sabtu sementara Messianic Judaism mengartikan sebagai sabat moedim atau sabat
hari raya Paskah yang selalu jatuh pada tanggal 14 Nisan.
Perbedaan ini akan menimbulkan perbedaan mengenai
kapan hari Yesus mengalami kewafatan. Mayoritas Kekristenan selalu meletakkan
hari Jumat sebelum Sabat sebagai sebagai peristiwa dimana Yesus mengalami
kewafatan dan disusul dengan hari Minggu sebagai Paskah kebangkitan Yesus. Yang
menarik, mayoritas Kekristenan menetapkan secara berbeda kaidah penetapan Natal
25 Desember yang selalu tetap harinya dikarenakan menggunakan sistem
perhitungan matahari, sementara untuk Paskah mereka menggabungkan antara
kalender matahari dan bulan sehingga Paskah selalu akan jatuh pada hari Minggu
sebagaimana dikatakan M. Zaid Wahyudi, “Penentuan
Natal mengacu pada sistem penanggalan Matahari (solar). Acuannya adalah waktu
yang dibutuhkan Bumi untuk mengelilingi Matahari satu putaran penuh. Adapun
Paskah ditentukan berdasarkan sistem penanggalan Bulan-Matahari (luni-solar),
paduan sistem penanggalan Matahari dan penanggalan Bulan”[1].
Sementara itu Messianic Judaism akan mengikuti kalender dan penanggalan Yahudi
yang selalu menjatuhkan perayaan Pesakh pada tanggal 14 Nisan tidak peduli
harinya kapan.
Namun jika kita mengkaji berdasarkan data-data
dalam Kitab Suci sesungguhnya Yesus tidak wafat pada hari Jum’at karena jika
benar Yesus wafat pada hari Jum’at maka pernyataan Yesus gagal memenuhi
faktanya sebagaimana dikatakan, “Sebab
seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga
hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim
bumi tiga hari tiga malam” (Mat 12:40). Kajian saya terkait
ketidakmungkinan Yesus wafat pada hari Jumat telah saya tuangkan dalam artikel
tersendiri dengan judul “Apakah Yesus
Wafat Pada Hari Jumat?”[2]
Apapun perbedaannya baik Kristen maupun Messianic
Judaism meyakini fakta-fakta dalam Kitab Perjanjian Baru yaitu Yesus wafat di
salibkan, Yesus dikuburkan dan pada hari ketiga bangkit dari kematian serta
memperlihatkan diri kepada murid-muridnya serta banyak orang selama empat puluh
hari empat puluh malam sebelum akhirnya beliau naik ke Sorga dan duduk di
sebelah kanan Tuhan (idiom Ibrani yang artinya kembali kepada kedudukan kemuliaan).
Terlepas dari perbedaan kapan Yesus wafat dan
pergeseran makna Paskah dalam Yudaisme dan Paskah dalam Kekristenan, saya ingin
memfokuskan pada pengkajian mengenai pintu penutup makam Yesus. Apa yang
menarik dari penelitian ini? Adanya ketidaksinkronan fakta dalam Kitab
Perjanjian Baru dengan fakta bentuk makam-makam kuno pada periode Bait
Suci Kedua di Yerusalem. Kitab Markus 16:4 mengatakan, “Tetapi
ketika mereka melihat dari dekat, tampaklah, batu yang memang sangat besar itu
sudah terguling. Frasa “terguling” mengesankan sebuah batu bulat
digelindingkan dan hampir semua terjemahan bahasa Inggris menggunakan frasa “rolled away” (menggulingkan, KJV, NIV,
YLT) dan “rolled back”
(menggelindingkan, NET, CJB, NJB). Semua terjemahan di atas mengacu pada kata
Yunani “anakekulistai” yang
merupakan bentuk kata kerja orang ketiga tunggal pasif dari kata “apokulioo”.
Artikel ini merujuk pada kajian dan riset yang
dilakukan Amos Kloner, seorang arkeolog dan professor emeritus pada Martin Szusz Department of the Land of
Israel Studies di Bar Ilan University
di Ramat Gan, Israel, tempat dimana belia mengajar mengenai arkeologi Romawi,
Yunani serta Byzantin. Beliau pernah memimpin ekskavasi makam Talpiot yang
menghebohkan yang didanai Israel
Antiquities Authority.
Ada pernyataan Amos Kloner yang menarik, “The most surprising of my findings is that
the blocking stone in front of the tomb was square, not round. So it could not,
as many New Testament translations have it, be “rolled away”; it could only be
pulled back or away” (Yang paling mengejutkan dari temuan saya adalah bahwa
batu penutup di depan makam itu berbentuk persegi, bukan bulat. Jadi tidak
harus - sebagaimana banyak terjemahan Perjanjian Baru melakukannya –
semata-mata diterjemahkan terguling atau digelindingkan - Did a Rolling Stone Close Jesus’ Tomb? Biblical Archaeology
Society, 2007, p. 9)[3].
Pintu Makam Talpiot
Dalam penyelidikan beliau terhadap kuburan kuno
pada periode Bait Suci Kedua (1-70 Ms) di Yerusalem, beliau mendapatkan data
bahwa hampir 98% pintu penutup kubur berbentuk persegi. Bukan berarti pintu
penutup kubur berbentuk bulat tidak ada namun tidak lazim dipergunakan. Dari
jumlah 900 kuburan kuno di Yerusalem hanya 4 yang ditemukan menggunakan pintu
penutup berbentuk bulat. Dalam penelitian Kloner, penutup makam berbentuk bulat
lebih banyak terjadi pada zaman Bizantin (Abad VII Ms) dan bukan pada zaman
Yesus.
Amos Kloner pun memberikan deskripsi mengenai pemakaman
kuno yang biasanya berupa lubang gua di bukit-bukit kapur yang keras
sebagaimana digambarkan dalam Markus 15:46. Kebanyakan pintu masuknya berbentuk
segi empat dan sempit. Di dalamnya terdapat Arcosolia
jika ceruk yang dibuat di dinding di dalam kuburan berbentuk lengkungan dan Quadrosolia jika ceruk yang dibuat di
dinding di dalam kuburan berbentuk segiempat. Masing-masing memiliki panjang 6
kaki. Ada juga yang disevut Loculi
dengan kedalaman 6 kaki.
Loculi
Arcosolia
Batu penutup makam dibuat berbentuk seperti gabus
penutup botol dimana bagian yang menghubungkan dengan pintu makam (golal).
Literatur Yahudi yang disebut Mishnah memberikan gambaran bahwa batu penutup
makam biasanya ditambahi batu penopang lainnya di luar yang disebut dengan Dofek Dofkin.
Selain data-data arkeologis yang dipergunakan
Kloner untuk membantah penafsiran dan penerjemahan kata Yunani anakekulistai (dari kata apokulioo) sebagai batu berbentuk bulat
sebagaimana dijelaskan di atas, Kloner pun melakukan rekonstruksi ulang dan
reinterpretasi dengan merujuk sejumlah data dalam Kitab Perjanjian Baru.
Pertama, beliau menafsirkan kata
Yunani apokulioo atau kulioo dengan merujuk pada analisis
Gustave Dalman yang pada tahun 1935 mengusulkan bahwa kata kulioo memiliki makna ganda baik “digulingkan”, “digelindingkan”,
“digeser”, “dilepas”.
Kedua, kesaksian Matius 28:2
mengatakan, “Maka terjadilah gempa bumi yang
hebat sebab seorang malaikat YHWH turun dari langit dan datang ke batu itu dan
menggulingkannya lalu duduk di atasnya”. Komentar Kloner, “Indeed, it would be difficult to sit on the
edge of a disk-shaped stone even if it had been pulled back from the tomb
entrance. A square blocking stone would make a much better perch. Of course,
with angels anything can happen, but it seems likely that the human author of
the Gospel would have described the angel sitting on a square stone”(Sesungguhnya,
akan sulit duduk di tepi batu berbentuk kepingan bahkan jika itu telah digelindingkan
kembali dari pintu masuk kuburan. Batu berbentuk persegilah yang akan membuat posisi
bertengger jauh lebih baik. Tentu saja, dengan malaikat apa pun bisa terjadi,
tetapi tampaknya kemungkinan bahwa penulis Injil akan menggambarkan malaikat
duduk di atas batu persegi – Ibid, p. 11).
Ketiga, berdasarkan kesaksian Markus
15:47 dan Yohanes 20:1 menginformasikan bahwa Maria dapat melihat dimana Yesus
dibaringkan. Ini berarti kuburan yang dipakai oleh Yesus bukanlah kuburan yang
memiliki Arcosolia maupun Quadrosolia. Pola bentuk seperti di atas
biasanya dimiliki oleh orang-orang kaya dan keluarga kerajaan
seperti Herodes, Ratu Helena dari Adiabene, areal makam di Lembah Kidron dan
Lembah Hinom. Fakta bahwa Yesus tidak dikubur ditempat yang ada
Arcosolia maupun Quadrosolia nampak dalam kesaksian Yohanes 20:12 “dan tampaklah olehnya dua orang malaikat berpakaian putih, yang seorang duduk di sebelah
kepala dan yang lain di sebelah kaki di tempat mayat Yesus terbaring”.
Tidak mungkin kedua malaikat duduk di Arcosolia maupun Quadrosolia yang tingginya cuma 2 kaki. Tempat penguburan yang
kecil ini patut diduga merupakan tempat penguburan sementara dan tergesa-gesa dalam
pembuatannya mengingat Maria dalam Yohanes 20:1 dan 11 dapat melihat posisi
Yesus dibaringkan dan ketika dia masuk dengan membungkuk (LAI menerjemahkan
kata Yunani parekupsen dengan
“menjenguk”, sementara semua terjemahan berbahasa Inggris menerjemahkan dengan
“stooped
down to the tomb” alias “membungkuk memasuki
kuburan”).
Apa nilai penting pengkajian bentuk pintu penutup
makam Yesus bagi kita? Jika benar analisis Kloner, maka ada dua dampak bagi
Kekristenan. Pertama, mengubah
penggambaran dalam karya seni Kristen yang menggambarkan pintu kubur dimana
Yesus bangkit dari kematian dari bentuk bundar menjadi persegi demi akurasi
teks dan bukti arkeologis.
Kedua, kedudukan kuburan Yesus di Holy Spulchre hanyalah rekonstruksi modern karena berdasarkan
analisis Kloner bentuk altar yang disucikan tidak menggambarkan dari periode
Bait Suci Kedua.
Kiranya kajian ini bermanfaat bagi dinamika
keimanan Kristiani dan penghayatan terhadap aspek historis maupun aspek
spiritual kewafatan Yesus. Yesus yang wafat dan yang kita imani kewafatannya
membawa manfaat soteriologis (keselamatan) adalah Yesus yang wafat dalam ruang
dan waktu historis dan bukan dalam lingkup metahistoris, sehingga keimanan kita
harus dapat dipertanggungjawabkan berdasarkan data-data sejarah yang
berkembang.
2 komentar:
Saya berharap tulisan yang bagus ini dapat menjadi berkat rohani dan kecerdasan spiritual bagi orang-orang Kristen. Y2O
Terimakasih masih tetap setia mengapresiasi tulisan2 saya pak...
Posting Komentar