RSS Feed

HARUSKAH GELAR KURIOS (ADON) BAGI YESUS DITERJEMAHKAN TUHAN?

Posted by Teguh Hindarto

Dalam Kitab Perjanjian Baru berbahasa Yunani dikenal sejumlah terminologi (peristilahan) baik yang dihubungkan dengan Ketuhanan maupun jabatan kemanusiaan. Istilah “Theos” dan “Kurios” adalah sejumlah istilah yang kerap muncul dan dipergunakan dalam penulisan dibanding sejumlah istilah lainnya seperti: Pantokrator, Despotes dll. Dalam Kitab Perjanjian Baru berbahasa Aramaik seperti Peshitta kedua gelar tersebut diterjemahkan “Alaha” dan “Maran”. Sekalipun kita tidak memiliki naskah Perjanjian Baru dalam bahasa Ibrani dari periode Abad 1-3 Ms namun kita memiliki sejumlah naskah Injil Matius dalam bahasa Ibrani yang ditulis pada Abad XV Ms seperti Shem Tov, Munster, Du Tillet, Crawford, dimana istilah “Theos” dan “Kurios” dipadankan dengan “Elohim” dan “Adon”. Sementara di Abad XX Ms tersedia Kitab Perjanjian Baru versi terjemahan bahasa Ibrani Salkinson dan Ginsburgh (New Testament) dan Franz Delitsch (Hebrew Gospel) yang menerjemahkan kedua istilah Yunani di atas dengan “Elohim” dan “Adon”.

Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) telah menerjemahkan kedua istilah di atas yaitu “Theos” dan “Kurios” dengan “Allah” dan “Tuhan”. Dalam artikel berjudul, “Meninjau Ulang Penggunaan Nama Allah Dalam Terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia”[1] saya telah mengulas kekeliruan penggunaan nama Allah untuk menerjemahkan istilah “Theos” atau “Elohim” yang berujung pada berbagai kerancuan terminologis. Dan saya mengusulkan opsi istilah “Tuhan” dan “Sesembahan” sebagai pengganti istilah Allah. Dan dalam artikel berjudul, “Pemahaman Mengenai Sebutan Kurios Bagi Yesus Sang Mesias”[2] saya pun meredefinisi istilah “Tuhan” bagi Yesus menjadi beberapa opsi yaitu “Tuan” dan “Junjungan Agung” serta “Junjungan Agung Yang Ilahi”.

Artikel berikut hendak memperdalam dan mempertajam sebuah upaya kritis dan “gugatan kebahasaan” terhadap penerjemahan kata “Kurios” bagi Yesus yang diterjemahkan “Tuhan” oleh Lembaga Alkitab Indonesia (LAI)

Makna Kata “Theos” dan “Kurios”

“The Theological Wordbook of The Old Testament” memberikan penjelasan mengenai kata Yunani “Theos” dan “Kurios” serta kata Ibrani “Elohim” dan “Adon” sbb:

“Theos[3]:  as the supreme divine being, the true, living, and personal God”[4]

Kurios : one having legal power lord, master.  

Adon. Lord, Lord, LORD, master, owner….Adon usually refers to men[5]

Elohim : is the assumed root of El, Eloah, and Elohim, which mean "god" or "God[6]
 
Dari analisis tekstual diatas, istilah Yunani “Theos” dan “Kurios”, setara dengan sebutan “Elohim” dan “Adon” dalam bahasa Ibrani. Sebutan “Kurios”, “Adon”, “Mar” serta “Maran”, dapat dikenakan kepada manusia, orang terhormat, raja, tuan tanah, orang kaya, bangsawan, dll namun juga dapat dikenakan untuk menyapa Sang Pencipta. Sementara sebutan “Theos”, “Elohim”, “Alaha”, “Elah”, hanya patut ditujukan bagi yang “dipertuhan”. Dalam konteks paganisme, tentunya petung dewa-dewa dapat disebut elohim atau theos. Sementara dalam konsep monoteistik Yudaisme dan Kekristenan, sebutan “Theos” atau “Elohim”, menunjuk kepada Bapa Surgawi, yaitu YHWH sebagai Tuhan Pencipta.

Kata “Kurios” Dalam Kitab Perjanjian Baru

Kata Yunani “Kurios” tidak memiliki makna tunggal melainkan makna beragam. Dalam Kitab Perjanjian Baru diterjemahkan dalam beragam istilah al., pemilik yang menguasai sebidang tanah, hamba atau budak (Luk 19:33, Mat 20:8, Kis 16:16, Gal 4:1), majikan (Mat 6:24, Mat 24:50, Ef 6:5), kaisar atau raja (Kis 25:26, Why 17:14), berhala (1 Kor 8:5), sapaan penghormatan yang ditujukan pada ayah, suami, malaikat, orang yang belum dikenal bahkan Yesus (Mat 21:29, 1 Ptr 3:6, Mat 13:27, Luk 13:8, Mat 27:63, Kis 10:4, Why 7:14, Yoh 12:21, Yoh 20:15, Kis 16:30, Kis 9:5, Kis 22:8, Mat 8:2, Yoh 4:11, Mat 8:25, Luk 5:8, Yoh 6:68)[7].

Kita akan kutipkan beberapa kemunculan kata “Kurios” dengan beragam istilah dan makna yang ditujukkan pada subyek tertentu sbb:

1.   Pemilik yang menguasai sebidang tanah, hamba atau budak
“Ketika mereka melepaskan keledai itu, berkatalah orang yang empunya (kurios) keledai itu: "Mengapa kamu melepaskan keledai itu?" (Luk 19:33)

2.   Majikan

“Tak seorang pun dapat mengabdi kepada dua tuan (kurios). Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Tuhan dan kepada Mamon” (Mat 6:24)

3.   Kaisar atau raja

“Tetapi tidak ada apa-apa yang pasti yang harus kutulis kepada Kaisar (kurios) tentang dia. Itulah sebabnya aku menghadapkan dia di sini kepada kamu semua, terutama kepadamu, raja Agripa, supaya, setelah diadakan pemeriksaan, aku dapat menuliskan sesuatu” (Kis 25:26)

4.   Berhala

“Sebab sungguhpun ada apa yang disebut "tuhan", baik di sorga, maupun di bumi -- dan memang benar ada banyak "tuhan" dan banyak "tuan" (kurios) yang demikian –“ (1 Kor 8:5)

5.   Ayah

“Jawab anak itu: Baik, bapa (kurios). Tetapi ia tidak pergi” (Mat 21:29)

6.   Suami

“sama seperti Sara taat kepada Abraham dan menamai dia tuannya (kurios). Dan kamu adalah anak-anaknya, jika kamu berbuat baik dan tidak takut akan ancaman” (1 Ptr 3:6)

7.   Malaikat

“Ia menatap malaikat itu dan dengan takut ia berkata: "Ada apa, Tuan?" (kurios) Jawab malaikat itu: "Semua doamu dan sedekahmu telah naik ke hadirat Tuhan dan Tuhan mengingat engkau” (Kis 10:4)

8.   Tuan

 “Maka datanglah hamba-hamba tuan ladang itu kepadanya dan berkata: Tuan (kurios), bukankah benih baik, yang tuan taburkan di ladang tuan? Dari manakah lalang itu?” (Mat 13:27)

9.   Penguasa

 “dan mereka berkata: "Tuan (kurios), kami ingat, bahwa si penyesat itu sewaktu hidup-Nya berkata: Sesudah tiga hari Aku akan bangkit” (Mat 27:63)

10.  Orang terhormat

 “Orang-orang itu pergi kepada Filipus, yang berasal dari Betsaida di Galilea, lalu berkata kepadanya: "Tuan (kurios), kami ingin bertemu dengan Yesus" (Yoh 12:21) 

11.  Yesus

Jawab Saulus: "Siapakah Engkau, Tuan? (kurios)" Kata-Nya: "Akulah Yesus yang kauaniaya itu” (Kis 9:5)

Jawab mereka: "Percayalah kepada Tuan (kurios) Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu” (Kis 16:31)

12.  YHWH

“Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuan (Kurios) oleh nabi: "Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel" -- yang berarti: Tuhan menyertai kita” (Mat 1:22-23 mengutip Yesaya 7:14 berisikan sabda YHWH kepada Yesaya)

Dari analisis kemunculan kata Yunani “Kurios” berikut arti dan maknanya serta subyek yang dituju, maka kata “Kurios” lebih tepat diterjemahkan dengan “Tuan” (Lord) atau “Penguasa” sementara istilah Yunani “Theos” lebih tepat diterjemahkan dengan “Tuhan” (God) atau “Sesembahan”. Sekalipun nama YHWH yang dalam tradisi lisan disapa “Adonay” lalu diterjemahkan dalam bahasa Yunani dengan “Kurios” tetap saja bermakna “Tuan” atau “Penguasa” berdasarkan arti teksnya sehingga tidak harus diterjemahkan “Tuhan”.

Benarkah Kata “Kurios” Bagi Yesus Diterjemahkan “Tuhan”?

Karena kita tinggal di Indonesia maka kita pergunakan definisi dan rumusan pemahaman tentang “Tuhan” di Indonesia. Kita akan merujuk “Kamus Besar Bahasa Indonesia” (KBBI) mengenai definisi kata “Tuhan” sbb:

“1 n sesuatu yg diyakini, dipuja, dan disembah oleh manusia sbg yg mahakuasa, mahaperkasa, dsb: tuhan allah; tuhan yang mahaesa; 2 n sesuatu yg dianggap sbg tuhan: pd orang-orang tertentu uanglah sbg tuhannya”[8]

Sikap “sujud dan sembah” sebagai wujud ketakziman terhadap realitas absolut dan subyek perasaan beragama yang tertinggi lazim ditujukan pada apa yang dinamakan “Tuhan”. Sekalipun Yesus menerima sujud dan sembah namun pengertian sujud dan sembah terhadap Yesus bukan selayaknya ditujukan pada Tuhan YHWH melainkan ditujukan terhadap status keilahian Yesus sebagai Anak Tuhan, Sang Firman yang menjadi manusia sebagaimana dikatakan,

“Dan orang-orang yang ada di perahu menyembah Dia, katanya: "Sesungguhnya Engkau Anak Tuhan” (Mat 14:33)

“Tiba-tiba Yesus berjumpa dengan mereka dan berkata: "Salam bagimu." Mereka mendekati-Nya dan memeluk kaki-Nya serta menyembah-Nya” (Mat 28:9)

Bahkan dalam Kitab Perjanjian Baru, kita tidak mendapatkan data apapun bahwa sikap sujud dan sembah kepada Yesus dikarenakan beliau mendakwa dirinya sebagai “Tuhan” (Theos – Elohim). Sebaliknya beliau justru memerintahkan para muridnya percaya dan sujud menyembah Tuhan (Theos-Elohim)

 “Tuhan (Theos) itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran” (Yoh 4:24)

"Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Tuhan (Theos), percayalah juga kepada-Ku” (Yoh 14:1)

“Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Tuhan (Theos) yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus” (Yoh 17:3)
Sekalipun sudah lazim umat Kristen di Indonesia menyebut “Kurios Iesous” dengan “Tuhan Yesus” namun kita harus menghadapi sejumlah persoalan teologis yang cukup serius untuk difikirkan.

Beberapa persoalan teologis yang dapat kita temukan adalah sbb: Dalam Yohanes 4:11 versi Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) dikatakan, 

 “Kata perempuan itu kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tidak punya timba dan sumur ini amat dalam; dari manakah Engkau memperoleh air hidup itu?”

Bagaimana mungkin perempuan Samaria menyapa dengan sebutan “Tuhan”, karena sebutan “Tuhan”, selalu menunjuk pada Sang Pencipta? Persoalan selanjutnya ditemukan dalam 2 Korintus 11:26, 

 “Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan” . 

Bagaimana mungkin sebutan Tuhan yang dikhususkan bagi Sang Pencipta, dapat mengalami kematian dan menjadi mayat?  Kita masih terngiang ungkapan kontroversial dan sarkastis filsuf Friedrich Nietzhe “God is Dead”. Mungkinkah Tuhan mati? Demikian pula dalam Lukas 24:3 dikatakan,

”…dan setelah masuk mereka tidak menemukan mayat Tuhan Yesus”. 

Tuhan menjadi mayat? Sungguh tidak dapat dibayangkan bahwa Kekristenan bertuhankan mayat. Persoalan-persoalan teologis yang mengemuka ini harus disikapi dengan melakukan analisis teks bahasa, Yunani, Aram, Ibrani sebagai bahasa yang dipergunakan pertama kali untuk mengkomunikasikan kehidupan dan ajaran Yesus Sang Mesias. Tanpa analisis kebahasaan, akan menimbulkan sejumlah persepsi yang spekulatif dan tidak biblikal.

 
Didasarkan pada analisis diatas, maka sebutan Kurios bagi Yesus dalam naskah Perjanjian Baru berbahasa Yunani, seharusnya diterjemahkan dengan sebutan “Tuan” atau “Junjungan Agung”.  Maka pernyataan, “Legei hautoi Kurie houte antlema ekheis kai to phrear estin bathu phosen houn ekheis to udoun to zoon” (Yoh 4:11) seharusnya diterjemahkan "Tuan, Engkau tidak punya timba dan sumur ini amat dalam; dari manakah Engkau memperoleh air hidup itu?”. Demikian pula pernyataan, “Hosakis gar ean esthiete ton arton touton kai to poterion ton thanaton tou kuriou kataggelete akhris hou elthe (1 Kor 11:26) seharusnya diterjemahkan, “Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuan . Maka pernyataan, “Eiselthousai de oux euron to soma tou Kuriou Iesou” (Luk 24:3) pun seharusnya diterjemahkan, ““dan setelah masuk mereka tidak menemukan mayat Tuan Yesus”.
 
Konsekswensi logis dari pemahaman di atas, bahwa “Tuan Yesus dapat mengalami kematian sebagai manusia”, “Tubuh Tuan Yesus yang mati, dapat dikafani”. Artinya, Sang Firman yang telah menjadi manusia itu yang dijuluki “Tuan”, benar-benar logis jika mengalami kematian dan mayatnya dikafani. Namun jika “Tuhan mati” atau “mayat Tuhan dikafani”, maka akan menimbulkan pelecehan terhadap Tuhan Semesta Alam dan merendahkan hakikat-Nya yang kekal dan tidak nampak.

Darimana Terjemahan “Tuhan” Bagi Yesus Berasal?

Orang yang pertama kali menerjemahkan kata “Kurios” bagi Yesus menjadi “Tuhan” adalah Melchior Lejdecker, jauh sebelum Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) berdiri dan meneruskan proyek kolonial dalam menerjemahkan Kitab Suci berbahasa Ibrani – Yunani ke dalam bahasa Melayu.

Mengenai upaya Lejdecker menerjemahkan kata Yunani “Kurios” menjadi “Tuhan”, bukan dikarenakan beliau menyisipkan huruf “h” yang diambil dari kata “Hyang”. Sebaliknya, upaya Lecdecker merupakan bentuk “superlatif” alias “tingkat perbandingan yang teratas”[9]. Upaya Lejdecker ini merupakan tindakan revisi terhadap terjemahan sebelumnya yang dilakukan Browerius yang menerjemahkan kata “Kurios” dengan “Tuan” sbb:

“Dalam kitab suci Nasrani bahasa Melayu beraksara Latin terjemahan Brouwerius yang muncul pada tahun 1668, untuk kata yang dalam bahasa Yunaninya, Kyrios, dan sebutan ini diperuntukkan bagi Isa Almasih, diterjemahkannya menjadi tuan.... Melalui terjemahan Leijdecker-lah kita menemukan perubahan harafiah dari Tuan menjadi Tuhan”[10]

Selain bentuk superlatif, masuknya huruf “h” dalam kata “Tuhan” lebih dikarenakan persoalan khas kebahasaan saja seperti kasus kata “asut menjadi hasut, utang menjadi hutang”. Dan sejak itulah istilah Tuhan dipatenkan, termasuk untuk menyebut Yesus sebagaiamana dikatakan:

 “Jelas, yang tadinya oleh Brouwerius diterjemahkan Tuan-sama dengan bahasa Portugis Senhor, Perancis Seigneur, Inggris Lord, Belanda Heere-melalui Leijdecker berubah menjadi Tuhan. Nanti pada abad-abad berikut, sepanjang 200 tahun, penerjemah Alkitab bahasa Melayu melanjutkan penemuan Leijdecker tersebut. Kini kata Tuhan yang mula-mula ditemukan Leijdecker untuk mewakili dua pengertian pelik insani & ilahi dalam teologi Kristen atas sosok Isa Almasih-masalah rumit yang memang telah menyebabkan gereja bertikai dan setelah itu melahirkan kredo-kredo: Nicea, Constantinopel, Chalcedon-akhirnya menjadi lema khas dalam bahasa Indonesia.

Apa yang dilakukan Leijdecker, mengapa Tuan menjadi Tuhan, merupakan masalah khas bahasa Indonesia. Hadirnya huruf ‘h’ dalam beberapa kata bahasa Indonesia, seperti ‘asut’ menjadi ‘hasut’, ‘utang’ menjadi ‘hutang’, ‘empas’ menjadi ‘hempas’, ‘silakan’ menjadi ‘silakan’, agaknya seiring dengan kasus nominatif dan singularis dalam tatabahasa Sansekerta ke Kawi dan Jawa. Misalnya tertulis ‘hana’ dibaca ‘ono’, ‘hapa’ dibaca ‘opo’. Di samping itu gagasan Leijdecker mengeja Tuhan untuk mengiring lafaz palatal ‘n’ dengan tepat. Banyak orang yang baru belajar Melayu, bekas budak Portugis asal Goa, terpengaruh Portugis, melafaz ‘n’ menjadi ‘ng’. Juga di Ambon, di pusat tujuan bangsa-bangsa Barat untuk memperoleh rempah-rempah, Tuan dibaca Tuang. Bahkan setelah Leijdecker mengeja Tuhan pun, orang Ambon tetap membacanya Tuang, sampai sekarang. Maka, di Ambon Tuang Ala berarti Tuhan Allah. Selain itu orang Kristen Ambon menyebut Allah Bapa sebagai Tete Manis, harafiahnya berarti ‘kakek yang baik’[11].

Mengembalikan Makna “Kurios” Bagi Yesus Tanpa Menyangkal Keilahiannya

Apakah dengan menyebut Yesus sebagai “Tuan” atau “Junjungan Agung”, kita merendahkan hakikat Yesus yang adalah “Firman Tuhan?” apakah kita menyangkal Ketuhanan-Nya? Sekali-kali tidak! Dengan menyebut Yesus sebagai “Tuan”, kita menegaskan bahwa Dia merupakan pribadi atau sosok yang berkuasa, baik di bumi maupun di Sorga. Dengan menyebut Dia “Tuan”, kita menempatkan secara tepat panggilannya dalam kaidah tata bahasa. Dengan menyebut Yesus “Tuan”, kita menghilangkan skandalon (batu sandungan) terhadap komunitas Islam khususnya yang memiliki anggapan bahwa beberapa orang Kristen telah menyamakan begitu saya Isa dengan Allah yang dianggap sebagai Tuhan Pencipta.

Jika kita tidak meluruskan kerancuan penggunaan gelar “Tuhan” bagi Yesus, maka dalam pembacaan teks Kitab Suci, akan menimbulkan kekacauan terminologis an kekacauan teologis. Contoh berikut dapat memberikan gambaran. Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) menerjemahkan 1 Korintus 8:6 sbb: 

 “Namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup” 

Di mana letak kerancuan tersebut? Dalam pemikiran seluruh penduduk Indonesia, khususnya komunitas Islam, “Allah” adalah nama (personal name) dari Tuhan Pencipta (Qs 20:14). Sementara istilah “Tuhan” adalah salah satu gelar penghormatan yang menekankan sifat kekuasaan Allah (Qs 49:26). Islam membedakan antara istilah “Ilah” dengan “Allah”. Allah adalah nama dari Ilah yang disembah kaum Muslim. Gelar lain yang setara dengan “Ilah” adalah “Rabb” yang diterjemahkan dengan “Tuhan” (Qs 19:36). Maka ketika pembaca Islam membaca teks 1 Korintus 8:6 menjadi binggung. Karena bagi mereka, Allah adalah Tuhan yang berhak menerima penyembahan dari umat-Nya. Penyebutan Yesus secara langsung dengan sebutan “Tuhan” tentu saja menimbulkan sandungan.

Jika kita membaca teks Aramaik dan Yunani 1 Korintus 8:6, maka dibedakan antara frasa Aramaik, “khad hu Elaha”  yang dalam bahasa Yunani “eis Theos” dan frasa Aramaik “wekhad Marya Yeshua” yang dalam bahasa Yunani “eis Kurious Iesous”. Perhatikan istilah Aramaik “Elaha” dan “Marya” serta istilah Yunani  “Theos” dan “Kurios”. Sangat jelas bahwa sebutan “Elaha”  atau “Theos”  ditujukan pada Bapa yang Roh ada-Nya dan sebutan “Marya”  atau “Kurios”  ditujukan kepada wujud manusia Yesus sebagai penjelmaan Firman. Dan sebutan Marya maupun Kurios, seharusnya diterjemahkan “Tuan”, sekalipun sebutan itu dapat ditujukan pada Pencipta maupun ciptaan.

Ada usaha-usaha yang dilakukan oleh beberapa komunitas Kristen, untuk menghilangkan penggunaan nama Allah dalam terjemahan Kitab Suci, dengan sebutan Tuhan. Namun dikarenakan mereka telah memiliki pra paham mengenai sebutan “Tuhan” bagi Yesus, maka ketika menerjemahkan 1 Korintus 8:6 mereka terjebak dalam kerancuan yang luar biasa kacau. Perhatikan terjemahan “Kitab Suci Umat Perjanjian Tuhan” yang diterbitkan mengatasnamakan “Jaringan Pengagung Nama Yahweh”  sbb: 

 “namun bagi kita hanya ada satu Tuhan saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup”

Di mana letak kerancuan yang luar biasa tersebut? Dengan adanya frasa, “satu Tuhan”  yang ditujukan untuk Bapa dan frasa “satu Tuhan” yang ditujukan untuk Yesus, maka dapat menimbulkan persepsi bahwa ada “dua Tuhan” yang setara dalam keyakinan Kekristenan.
Kerancuan yang sama kita dapati ketika membaca Ibrani 7:14, 

“Sebab telah diketahui semua orang, bahwa Tuhan kita berasal dari suku Yehuda dan mengenai suku itu Musa tidak pernah mengatakan suatu apa pun tentang imam-imam”
Bagaimana mungkin Tuhan (Elohim/Theos) memiliki garis genealogis kesukuan dengan manusia? Terjemahan yang masuk akal dan wajar adalah, “Tuan kita (Adonenu/Kurios) berasal dari suku Yahuda”.

Paham Arianisme dan Nestorianisme muncul dikarenakan kegagalan memahami aspek Keelohiman Sang Firman yang menjadi manusia Yesus. Paham Cyrilisme muncul dikarenakan kegagalan memahami aspek kemanusiaan Yesus sebagai perwujudan Sang Firman YHWH. Paham Marcionisme muncul dikarenakan kegagalan memahami relasi Ontologis antara Yesus Sang Firman dengan YHWH Sang Bapa yang berkarya dalam sejarah Bangsa Israel, maka penyebutan Yesus dengan sebutan “Tuhan” dan bukan “Tuan”, dikarenakan kegagalan memahami konteks istilah “Adon”, “Kurios”, “Marya”, “Lord” yang ditujukan bagi Yesus Sang Mesias.

Sekalipun saya menerjemahkan dengan “Tuan” (untuk semua Injil, Matius,Markus, Lukas, Yohanes, Yoh 4:11, Yoh 13;13) dan “Tuan Yang Ilahi” atau “Junjungan Agung Yang Ilahi” (untuk formula doksologis, 1 Kor 8:6, Fil 2;11), bukan bermakna saya menolak keilahian Yesus sebagai Sang Firman yang menjadi manusia. Namun saya berusaha memisahkan penerjemahan Kurios dari aspek Keilahian, sebagaimana para murid dan orang-orang memahami kata Kurios bagi Yesus pada zaman itu sebagaimana dikatakan:

“Bagi orang-orang Kristen Yahudi yang tinggal di Palestina, yang sangat giat mempertahankan monotheisme, 'ADONÂY, κυριος - kurios, dapat mengungkapkan imannya kepada Kristus tanpa merusak keyakinan monotheismenya. Apabila murid-murid yang baru terpilih menyebut Yesus dengan κυριος - kurios, maka sangat mungkin artinya yang paling dekat ialah tuan -- yang bagaimanapun juga -- lebih daripada manusia”[12]

Saya akui bahwa ada pergeseran pemahaman terhadap penggunaan kata “Kurios” bagi Yesus paska kebangkitan Yesus dari kematian. Kata “Kurios” lebih dipahami sebagai pembuktian aspek keilahian Yesus sebagai Sang Firman yang menjadi manusia, sehingga “Kurios”  bagi Yesus bermakna “Tuan di atas segala tuan” sebagaimana dikatakan:

 “Sesudah kebangkitan Yesus Kristus, murid-murid menyebut-Nya κυριος - kurios dalam arti yang penuh secara Kristen. Kemudian sesudah turunnya Roh Kudus, murid-murid yang telah dihidupi dan diajar oleh Roh itu, memandang Yesus Kristus sebagai κυριος - kurios dengan pengertian: bahwa tidaklah menghujat menyebut Dia YHVH. Seperti umum diketahui, pada abad kedua dan ketiga, kaisar-kaisar Romawi menuntut untuk disebut κυριος - kurios. Tuntutan ini ditentang mati-matian oleh Gereja Kristen, yang percaya bahwa Yesus Kristus adalah satu-satunya κυριος κυριων, kurios kuriôn, Tuan di atas segala tuan”[13]

Dalam hal ini pun saya tidak menolak pergeseran pemahaman para murid dan umat Gereja Perdana terkait istilah “Kurios”  bagi Yesus, dari Tuan yang bermakna seseorang yang terhormat menjadi Tuan di atas segala tuan sebagaimana dikatakan,

 “Mereka akan berperang melawan Anak Domba. Tetapi Anak Domba akan mengalahkan mereka, karena Ia adalah Tuan di atas segala tuan (Kurios Kurioon) dan Raja di atas segala raja. Mereka bersama-sama dengan Dia juga akan menang, yaitu mereka yang terpanggil, yang telah dipilih dan yang setia”(Why 17:14)

Bedanya adalah, saya tetap menerjemahkan kata “Kurios”  bagi Yesus dengan berusaha mempertahankan kelurusan bahasa ditambah pergeseran pemahaman tentang makna “Kurios”  bagi Yesus sehingga menghasilkan rumusan “Tuan Yesus” (untuk seluruh Kitab Injil dan juga Kisah Rasul sampai Wahyu) dan “Tuan Yang Ilahi/Junjungan Agung Yang Ilahi” (untuk Kisah Rasul sampai Wahyu, jika bersifat doksologis, Fil 2:11, 1 Kor 8:6, Rm 10:9-10). Sementara LAI dan masyarakat Kristen Indonesia tetap mempertahankan dengan penyebutan Tuhan.

Penyebutan Tuhan ini saya persoalkan karena istilah ini lebih tepat sebagai bentuk penerjemahan dari kata Ibrani “Elohim” dan kata Yunani “Theos” serta kata Inggris “God”, mengingat kata Tuhan dalam KBBI diterjemahkan sebagai “Yang Maha Kuasa”.

Dalam perkembangan selanjutnya, Rasul Paul sangat dominan menggunakan sapaan “Kurios” (Junjungan Agung) dan “Christos” (Mesias/Yang Diurapi) bagi Yesus dalam setiap surat-suratnya (Kisah Rasul 16:31, Roma 10:9, 1 Korintus 8:6, 1 Korintus 12:9, dll). Istilah “Kurios” yang dinisbatkan pada diri Yesus tidak hanya dihubungkan penggenapan dalam Mazmur 110:1. namun dapat dikaji dari arti kata ”Kurios” itu sendiri. Kata ”Kurios” berkaitan dengan kata “Kuriotes” yang artinya “kekuasaan”[14]. Kata “kuriotes” muncul beberapa kali dalam Yudas 1:9, 

 “Namun demikian orang-orang yang bermimpi-mimpian ini juga mencemarkan tubuh mereka dan menghina kekuasaan (Tuhan) serta menghujat semua yang mulia di sorga”. 

Frasa “kekuasaan Tuhan” diterjemahkan dari bahasa Yunani “kurioteta”. Demikian pula dalam Kolose 1:6 sbb: “Karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia”. Kalimat, “penguasa” dipergunakan bahasa Yunani “Kuriotetes”. Dan akhirnya dalam Efesus 1:21 sbb: 

“Jauh lebih tinggi dari segala pemerintah dan penguasa dan kekuasaan dan kerajaan dan tiap-tiap nama yang dapat disebut, bukan hanya di dunia ini saja, melainkan juga di dunia yang akan datang”. 

Kata “penguasa” di ayat ini dipergunakan kata “Kuriotetos”. Dari kajian ayat di atas, Yesus disapa dengan Kurios (Tuan/Junjungan Agung Yang Ilahi) bermakna bahwa Dia memiliki pengaruh dan kuasa yang dinyatakan dalam ajaran dan tindakan penyembuhan dalam karya Mesianis-Nya.

Opsi Terjemahan Kurios Dalam Kitab Perjanjian Baru

Kembali kepada opsi penyebutan “Tuan” dan “Junjungan Agung” bagi Yesus sebagaimana hasil telaah kritis saya terhadap kata Yunani “Kurios”. sebutan “Tuan” dan “Junjungan Agung” serta “Junjungan Agung Yang Ilahi”, tidak bisa dipergunakan secara konsisten diseluruh penerjemahan teks Kitab Perjanjian Baru. Harus ada pengelompokkan dan kategori penyebutan yang tepat. 

Saya memberikan kategorisasi demikian: Pertama, untuk penyebutan Yesus sebagai “Tuan”, selayaknya dituliskan dalam seluruh terjemahan atau saat membaca Kitab Injil Sinoptik yang mencerminkan sifat antropologis. Mengapa? Karena semua orang yang bercakap-cakap dengan Yesus, baik para murid maupun orang-orang yang simpati atas pengajaran-Nya, memahami sebutan dalam bahasa Ibrani “Adon” atau dalam bahasa Yunani “Kurios”, tiada lain bermakna “Tuan” atau “Seseorang yang memiliki kedudukan terhormat baik secara sosial maupun religius”. Contoh penerapan kata “Tuan” adalah percakapan Yesus dengan wanita Samaria yang hendak mengambil air sumur, sbb: 

“Kata perempuan itu kepada-Nya: "Tuan, Engkau tidak punya timba dan sumur ini amat dalam; dari manakah Engkau memperoleh air hidup itu?” (Yoh 4:11).

Kedua, untuk penyebutan Yesus sebagai “Junjungan Agung”, selayaknya dituliskan pada tulisan-tulisan rasuli yang bersifat soteriologis (penekanan pada fungsi penyelamatan). Rasul Paul berkata, 

“Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa (Yesus) adalah Junjungan Agung, dan percaya dalam hatimu, bahwa (Tuhan) telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan” (Rm 10:9). 

Demikian pula dalam Kisah Rasul 16:29-31 diceritakan, 

“Kepala penjara itu menyuruh membawa suluh, lalu berlari masuk dan dengan gemetar tersungkurlah ia di depan Paulus dan Silas. Ia mengantar mereka ke luar, sambil berkata: "Tuan-tuan, apakah yang harus aku perbuat, supaya aku selamat?" Jawab mereka: "Percayalah kepada Junjungan Agung (Yesus Sang Mesias) dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu”. 

Jika Anda mengerti bahasa Yunani, kata “Tuan-tuan” dalam Kisah Rasul 16:30 dipergunakan kata ganti jamak “Kurioi” dari kata “Kurios”, sementara kata “Tuhan Yesus Kristus” dalam terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia, dipergunakan kata ganti tunggal “Kurion” dari kata yang sama yaitu Kurios. Namun mengapa LAI menerjemahkan kata “Kurios” yang satu dengan “Tuan” sementara yang satu dengan “Tuhan?” Ini suatu inkonsistensi. Maka seharusnya secara literal (harafiah) kata “Kurios” dalam Kisah Rasul 16:30-31 sama-sama diterjemahkan “Tuan”. Namun karena kita sebagai orang yang mempercayai Yesus sebagai Mesias Putra Tuhan, memahami hakikat Yesus sepenuhnya, maka formula soteriologis ini sebaiknya diterjemahkan dengan “Junjungan Agung”.

Ketiga, untuk penyebutan Yesus sebagai “Junjungan Agung Yang Ilahi”, selayaknya dituliskan tulisan-tulisan Rasuli yang bersifat doksologis (pemuliaan, pengagungan). Rasul Paul berkata, 

“namun bagi kita hanya ada satu Tuhan saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Junjungan Agung Yang Ilahi saja, yaitu Yesus Sang Mesias, yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup” (1 Kor 8:6). 

Demikian pula dalam formulasi doksologis berikut: 

“Itulah sebabnya Tuhan sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: " Yesus Sang Mesias adalah Junjungan Agung Yang Ilahi," bagi kemuliaan Tuhan) Bapa!” (Fil 2:9-11).

Kesimpulan

Dari keseluruhan pengkajian terhadap kata “Kurios”, maka ketika istilah tersebut dinisbatkan pada diri Yesus, Sang Firman yang menjadi manusia, tetap saja bermakna dan tetap diterjemahkan lurus berdasarkan arti hurufiahnya sebagai “Tuan” atau “Junjungan Agung”. Namun dalam kesadaran religius para murid Yesus penulis Kitab Injil, telah mengalami pergeseran akibat penyingkapan Ilahi melalui proses penampakkan kebangkitan Yesus dari kewafatan sehingga pengertian “Kurios” bukan sekedar “Tuan” melainkan “Tuan di atas segala tuan” (Why 17:14; 19:16).

Sekalipun telah terjadi pergeseran makna dan pemahaman terhadap makna kata “Kurios”, bukan berarti kata tersebut harus diterjemahkan sebagai “Tuhan” dalam bahasa Indonesia karena kata “Tuhan” karena akan bertabrakkan dengan definisi kata “Tuhan” dalam perasaan dan kosa kata orang Indonesia yang ekslusif ditujukan bagi Realitas Absolut sebagai subyek penyembahan.

Para rasul Perjanjian Baru pun tidak memberikan istilah lain selain “Kurios” (khususnya surat-surat rasul Paul) sekalipun mereka mengalami pergeseran makna penggunaan dan penisbatan kata “Kurios” bagi Yesus.

Bahkan dalam bahasa Inggris pun kata “Kurios” diterjemahkan dengan “Lord” yaitu sebuah istilah yang melekat dengan status sosial ekonomi yang istimewa dalam struktur masyarakat dimana kata ini bisa ditujukkan pada bangsawan kerajaan atau para tuan tanah serta hartawan.

Jika sebutan “Kurios Iesous” diterjemahkan “Lord Jesus” maka sebagaimana nama “Lord Baden Powell” (pendiri kepanduan), “Lord Minto” (pimpinan Gubernur Rafles), “Lord Mountbaten” tidak ada yang akan berani menerjemahkan, “Tuhan Baden Powell”, “Tuhan Minto”, “Tuhan Mountbatten”, demikianlah “Lord Jesus” tetap diterjemahkan dengan “Tuan Yesus” atau “Junjungan Agung Yesus”.

Saya tidak menolak status keilahian Yesus sebagai Sang Firman yang menjadi manusia. Namun istilah “Kurios” bagi Yesus tidak berhubungan dengan status keilahian beliau dan tidak perlu mengubah arti kata “Kurios” yang adalah “Tuan” menjadi “Tuhan” karena keilahiaan Yesus bukan dibuktikan oleh penggunaan kata “Kurios” melainkan dibuktikan oleh pernyataan Yohanes 1 mengenai hakikat Yesus sebagai Sang Firman yang menjadi manusia. Kita harus membedakkan antara gugatan bahasa dimana saya mempertanyakan akurasi terjemahan kata “Kurios” bagi Yesus dengan meyakini keilahian Yesus sebagai Sang Firman. Ini dua kasus yang berbeda dan yang sedang saya persoalkan bukan soal hakikat beliau melainkan penerjemahan kata “Kurios” dalam bahasa Indonesia.

Marilah kita kembali kepada dasar pengakuan Gereja Perjanjian Baru yang adalah Gereja Perdana yang berpusat pada komunitas Yahudi dan Yudaisme yang telah menerima Yesus sebagai Mesias dan Anak Tuhan yang bersaksi:

“Lalu aku melihat sorga terbuka: sesungguhnya, ada seekor kuda putih; dan Ia yang menungganginya bernama: "Yang Setia dan Yang Benar", Ia menghakimi dan berperang dengan adil. Dan mata-Nya bagaikan nyala api dan di atas kepala-Nya terdapat banyak mahkota dan pada-Nya ada tertulis suatu nama yang tidak diketahui seorang pun, kecuali Ia sendiri. Dan Ia memakai jubah yang telah dicelup dalam darah dan nama-Nya ialah: "Firman Tuhan." Dan semua pasukan yang di sorga mengikuti Dia; mereka menunggang kuda putih dan memakai lenan halus yang putih bersih. Dan dari mulut-Nya keluarlah sebilah pedang tajam yang akan memukul segala bangsa. Dan Ia akan menggembalakan mereka dengan gada besi dan Ia akan memeras anggur dalam kilangan anggur, yaitu kegeraman murka Tuhan, Yang Mahakuasa. Dan pada jubah-Nya dan paha-Nya tertulis suatu nama, yaitu: "Raja segala raja dan Tuan di atas segala tuan” (Why 19:11-16)


END NOTES
 
[1] Teguh Hindarto, Meninjau Ulang Penggunaan Nama Allah Dalam Terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia http://teguhhindarto.blogspot.com/2011/05/meninjau-ulang-penggunaan-nama-dalam.html
[2] Teguh Hindarto, Pemahaman Mengenai Sebutan Kurios Bagi Yesus Sang Mesias
http://teguhhindarto.blogspot.com/2011/02/pemahaman-mengenai-sebutan-kurios-bagi.html

[3] Analytycal Greek New Testament, Timothy & Barbara Friberg, 1994)
[4] Ibid.,
[5] The Theological Wordbook of The Old Testament, R. Laird Harris, etc., Moody Press Chicago, Illinois, 1980
[6] Ibid.,
[7] Daud Soesilo, Bapak, Guru, Tuan, Tuhan dalam Forum Biblika Edisi April 1994, Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, hal 73-75
[9] Kamus Bahasa Indonesia on line
http://kamusbahasaindonesia.org/superlatif/mirip

[10] Asal Kata Tuhan (Adaptasi artikel Remy Sylado, Bapa Jadi Bapak, Tuan Jadi Tuhan, Bangsa Jadi Bangsat)
http://smystery.wordpress.com/2008/07/20/asal-kata-tuhan/

[11] Ibid.,
[12] Terjemahan kata Yunani ΚΥΡΙΟΣ - κυριος - KURIOS ; Tuhan/ Tuanku Rajawali Cineplex”
tp://www.sarapanpagi.org/terjemahan-kata-yunani-kurios-tuhan-tuan-vt1825.html

[13] Terjemahan kata Yunani ΚΥΡΙΟΣ - κυριος - KURIOS ; Tuhan/ Tuan
http://www.sarapanpagi.org/terjemahan-kata-yunani-kurios-tuhan-tuan-vt1825.html

[14] Teguh Hindarto, Pemahaman Mengenai Sebutan Kurios Bagi Yesus Sang Mesias
http://teguhhindarto.blogspot.com/2011/02/pemahaman-mengenai-sebutan-kurios-bagi.html

9 komentar:

  1. NataL 32™

    Menurut saya tdak ada yg salah jika Kurios d artikan dngan Tuhan u/ Yesus..
    Tergantung konteks x saja ada yg bermakna Tuhan n ada yg lebih cocok Tuan
    Saya memang bkan ahli bahasa bkan pula antropolog atau sejarawan namun menurut hemat saya pasti ada alasan napha kata Yunani Kurios d pakai dalam Kitab Suci baik Tanakh (Septuaginta) maupun Perjanjian Baru (Injil)

  1. Teguh Hindarto

    Bukan soal penggunaan kata Yunani "Kurios" yang dipersoalkan tapi akurasi dan konsistensinya saat diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi "Tuhan" dan "Tuan" tidak dapat dibenarkan dan menimbulkan kerancuan terminologis dan konsep Ketuhanan sebagaimana dijelaskan di atas. Silahkan dibaca berulang dan dengan seksama agar menemukan kesamaan pemahaman

  1. Saidi martui

    Tepat sekali Tuhan pasti tidak akan mati. Yang mati adalah Tuan.

  1. Unknown

    Seseorang bertanya kepada saya mengapa kata kurios yg dalam bahasa Yunani sebagai tuan di artikan sebagai Tuhan di indonesi. Bagaimanakah saya harus mempersingkat jawaban diatas agar dia mudahe memahami nya. Mohon bantuannya, Terimakasih 🙏

  1. Unknown

    bilang aja gara2 terjemahan leidjecker

  1. Unknown

    Yang lebih cocok itu padanan kurios dari bahasa jawa yg punya makna ganda sbg penguasa langit dan penguasa bumi yaitu GUSTI.
    GUSTI YESUS mempunyai dua makna penguasa langit dan penguasa bumi.

  1. Unknown

    Umat kristen Jawa menyapa Yesus Kristus dg term GUSTI,yang artinya penguasa langit dan penguasa bumi.
    Adonai, Kurios, Lord, Rabb yg punya makna ganda lebih pas padanannya yg ada dlm bahasa Jawa yaitu Gusti yg juga punya makna ganda penguasa langit dan penguasa bumi sementara
    Tuhan dlm bhs Indonesia hanya punya satu makna yaitu penguasa langit.

  1. Abbitea

    Pertanyaannya:BERDOSAKAH KITA KARENA KETIDAK TAHUAN KITA MENYEBUT TUHAN KEPADW YESUS....?

  1. Teguh Hindarto

    Tulisan ini tidak hendak menghakimi apakah seseorang berdosa atau tidak berdosa dengan mispersepsi penerjemahan istilah. Sebaliknya hanya memberikan wawasan berdasarkan tinjauan kebahasaan. Selebihnya diserahkan kepada masing-masing individu yang membacanya. Terimakasih

Posting Komentar