Dalam Kitab Perjanjian Baru berbahasa Yunani dikenal sejumlah terminologi (peristilahan) baik yang dihubungkan dengan Ketuhanan maupun jabatan kemanusiaan. Istilah “Theos” dan “Kurios” adalah sejumlah istilah yang kerap muncul dan dipergunakan dalam penulisan dibanding sejumlah istilah lainnya seperti: Pantokrator, Despotes dll. Dalam Kitab Perjanjian Baru berbahasa Aramaik seperti Peshitta kedua gelar tersebut diterjemahkan “Alaha” dan “Maran”. Sekalipun kita tidak memiliki naskah Perjanjian Baru dalam bahasa Ibrani dari periode Abad 1-3 Ms namun kita memiliki sejumlah naskah Injil Matius dalam bahasa Ibrani yang ditulis pada Abad XV Ms seperti Shem Tov, Munster, Du Tillet, Crawford, dimana istilah “Theos” dan “Kurios” dipadankan dengan “Elohim” dan “Adon”. Sementara di Abad XX Ms tersedia Kitab Perjanjian Baru versi terjemahan bahasa Ibrani Salkinson dan Ginsburgh (New Testament) dan Franz Delitsch (Hebrew Gospel) yang menerjemahkan kedua istilah Yunani di atas dengan “Elohim” dan “Adon”.
Lembaga
Alkitab Indonesia (LAI) telah menerjemahkan kedua istilah di atas yaitu “Theos”
dan “Kurios” dengan “Allah” dan “Tuhan”. Dalam artikel berjudul, “Meninjau
Ulang Penggunaan Nama Allah Dalam Terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia”[1]
saya telah mengulas kekeliruan penggunaan nama Allah untuk menerjemahkan
istilah “Theos” atau “Elohim” yang berujung pada berbagai kerancuan
terminologis. Dan saya mengusulkan opsi istilah “Tuhan” dan “Sesembahan”
sebagai pengganti istilah Allah. Dan dalam artikel berjudul, “Pemahaman
Mengenai Sebutan Kurios Bagi Yesus Sang Mesias”[2]
saya pun meredefinisi istilah “Tuhan” bagi Yesus menjadi beberapa opsi yaitu
“Tuan” dan “Junjungan Agung” serta “Junjungan Agung Yang Ilahi”.
Artikel
berikut hendak memperdalam dan mempertajam sebuah upaya kritis dan “gugatan
kebahasaan” terhadap penerjemahan kata “Kurios” bagi Yesus yang diterjemahkan
“Tuhan” oleh Lembaga Alkitab Indonesia (LAI)
Makna Kata “Theos” dan
“Kurios”
“The
Theological Wordbook of The Old Testament” memberikan penjelasan mengenai
kata Yunani “Theos” dan “Kurios” serta kata Ibrani “Elohim” dan “Adon” sbb:
Kurios : one
having legal power lord, master.
Adon. Lord, Lord, LORD, master, owner….Adon
usually refers to men[5].
Elohim : is the
assumed root of El, Eloah, and Elohim, which mean "god" or "God”[6]
Dari
analisis tekstual diatas, istilah Yunani “Theos” dan “Kurios”, setara dengan
sebutan “Elohim” dan “Adon” dalam bahasa Ibrani. Sebutan “Kurios”, “Adon”, “Mar”
serta “Maran”, dapat dikenakan kepada manusia, orang terhormat, raja, tuan
tanah, orang kaya, bangsawan, dll namun juga dapat dikenakan untuk menyapa Sang
Pencipta. Sementara sebutan “Theos”, “Elohim”, “Alaha”, “Elah”, hanya patut
ditujukan bagi yang “dipertuhan”. Dalam konteks paganisme, tentunya petung
dewa-dewa dapat disebut elohim atau theos. Sementara dalam konsep monoteistik
Yudaisme dan Kekristenan, sebutan “Theos” atau “Elohim”, menunjuk kepada Bapa
Surgawi, yaitu YHWH sebagai Tuhan Pencipta.
Kata “Kurios” Dalam
Kitab Perjanjian Baru
Kata
Yunani “Kurios” tidak memiliki makna tunggal melainkan makna beragam. Dalam
Kitab Perjanjian Baru diterjemahkan dalam beragam istilah al., pemilik yang menguasai
sebidang tanah, hamba atau budak (Luk 19:33, Mat 20:8, Kis 16:16, Gal 4:1),
majikan (Mat 6:24, Mat 24:50, Ef 6:5), kaisar atau raja (Kis 25:26, Why 17:14),
berhala (1 Kor 8:5), sapaan penghormatan yang ditujukan pada ayah, suami,
malaikat, orang yang belum dikenal bahkan Yesus (Mat 21:29, 1 Ptr 3:6, Mat
13:27, Luk 13:8, Mat 27:63, Kis 10:4, Why 7:14, Yoh 12:21, Yoh 20:15, Kis
16:30, Kis 9:5, Kis 22:8, Mat 8:2, Yoh 4:11, Mat 8:25, Luk 5:8, Yoh 6:68)[7].
Kita
akan kutipkan beberapa kemunculan kata “Kurios” dengan beragam istilah dan
makna yang ditujukkan pada subyek tertentu sbb:
1.
Pemilik yang menguasai sebidang
tanah, hamba atau budak
“Ketika mereka melepaskan keledai
itu, berkatalah orang yang empunya
(kurios) keledai itu: "Mengapa kamu melepaskan keledai itu?" (Luk
19:33)
2.
Majikan
“Tak seorang pun dapat mengabdi
kepada dua tuan (kurios). Karena
jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia
akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat
mengabdi kepada Tuhan dan kepada Mamon” (Mat 6:24)
3.
Kaisar atau raja
“Tetapi tidak ada apa-apa yang pasti
yang harus kutulis kepada Kaisar
(kurios) tentang dia. Itulah sebabnya aku menghadapkan dia di sini kepada
kamu semua, terutama kepadamu, raja Agripa, supaya, setelah diadakan
pemeriksaan, aku dapat menuliskan sesuatu” (Kis 25:26)
4.
Berhala
“Sebab sungguhpun ada apa yang
disebut "tuhan", baik di sorga, maupun di bumi -- dan memang benar
ada banyak "tuhan" dan banyak "tuan"
(kurios) yang demikian –“ (1 Kor 8:5)
5.
Ayah
“Jawab anak itu: Baik, bapa (kurios). Tetapi ia tidak pergi” (Mat
21:29)
6.
Suami
“sama seperti Sara taat kepada
Abraham dan menamai dia tuannya (kurios).
Dan kamu adalah anak-anaknya, jika kamu berbuat baik dan tidak takut akan
ancaman” (1 Ptr 3:6)
7.
Malaikat
“Ia menatap malaikat itu dan dengan
takut ia berkata: "Ada apa, Tuan?"
(kurios) Jawab malaikat itu: "Semua doamu dan sedekahmu telah naik ke
hadirat Tuhan dan Tuhan mengingat engkau” (Kis 10:4)
8.
Tuan
“Maka datanglah hamba-hamba tuan ladang itu
kepadanya dan berkata: Tuan (kurios), bukankah benih baik, yang
tuan taburkan di ladang tuan? Dari manakah lalang itu?” (Mat 13:27)
9.
Penguasa
“dan mereka berkata: "Tuan (kurios), kami ingat, bahwa si
penyesat itu sewaktu hidup-Nya berkata: Sesudah tiga hari Aku akan bangkit” (Mat
27:63)
10. Orang terhormat
“Orang-orang itu pergi kepada Filipus, yang
berasal dari Betsaida di Galilea, lalu berkata kepadanya: "Tuan (kurios), kami ingin bertemu
dengan Yesus" (Yoh 12:21)
11. Yesus
Jawab Saulus: "Siapakah Engkau, Tuan? (kurios)" Kata-Nya:
"Akulah Yesus yang kauaniaya itu” (Kis 9:5)
Jawab mereka: "Percayalah kepada
Tuan (kurios) Yesus Kristus dan
engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu” (Kis 16:31)
12. YHWH
“Hal itu terjadi supaya genaplah yang
difirmankan Tuan (Kurios) oleh nabi:
"Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak
laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel" -- yang berarti: Tuhan
menyertai kita” (Mat 1:22-23 mengutip Yesaya 7:14 berisikan sabda YHWH kepada
Yesaya)
Dari
analisis kemunculan kata Yunani “Kurios” berikut arti dan maknanya serta subyek
yang dituju, maka kata “Kurios” lebih tepat diterjemahkan dengan “Tuan” (Lord)
atau “Penguasa” sementara istilah Yunani “Theos” lebih tepat diterjemahkan
dengan “Tuhan” (God) atau “Sesembahan”. Sekalipun nama YHWH yang dalam tradisi
lisan disapa “Adonay” lalu diterjemahkan dalam bahasa Yunani dengan “Kurios”
tetap saja bermakna “Tuan” atau “Penguasa” berdasarkan arti teksnya sehingga
tidak harus diterjemahkan “Tuhan”.
Benarkah Kata “Kurios”
Bagi Yesus Diterjemahkan “Tuhan”?
Karena
kita tinggal di Indonesia maka kita pergunakan definisi dan rumusan pemahaman
tentang “Tuhan” di Indonesia. Kita akan merujuk “Kamus Besar Bahasa Indonesia”
(KBBI) mengenai definisi kata “Tuhan” sbb:
“1 n sesuatu yg diyakini, dipuja, dan
disembah oleh manusia sbg yg mahakuasa, mahaperkasa, dsb: tuhan allah; tuhan
yang mahaesa; 2 n sesuatu yg dianggap sbg tuhan: pd orang-orang tertentu
uanglah sbg tuhannya”[8]
Sikap
“sujud dan sembah” sebagai wujud ketakziman terhadap realitas absolut dan
subyek perasaan beragama yang tertinggi lazim ditujukan pada apa yang dinamakan
“Tuhan”. Sekalipun Yesus menerima sujud dan sembah namun pengertian sujud dan sembah
terhadap Yesus bukan selayaknya ditujukan pada Tuhan YHWH melainkan ditujukan
terhadap status keilahian Yesus sebagai Anak Tuhan, Sang Firman yang menjadi
manusia sebagaimana dikatakan,
“Dan orang-orang yang ada di perahu menyembah Dia, katanya: "Sesungguhnya
Engkau Anak Tuhan” (Mat 14:33)
“Tiba-tiba Yesus berjumpa dengan mereka
dan berkata: "Salam bagimu." Mereka mendekati-Nya dan memeluk
kaki-Nya serta menyembah-Nya” (Mat
28:9)
Bahkan
dalam Kitab Perjanjian Baru, kita tidak mendapatkan data apapun bahwa sikap
sujud dan sembah kepada Yesus dikarenakan beliau mendakwa dirinya sebagai
“Tuhan” (Theos – Elohim). Sebaliknya beliau justru memerintahkan para muridnya
percaya dan sujud menyembah Tuhan (Theos-Elohim)
“Tuhan (Theos) itu Roh dan barangsiapa
menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran” (Yoh 4:24)
"Janganlah gelisah hatimu;
percayalah kepada Tuhan (Theos),
percayalah juga kepada-Ku” (Yoh 14:1)
“Inilah hidup yang kekal itu, yaitu
bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Tuhan
(Theos) yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus” (Yoh
17:3)
Sekalipun
sudah lazim umat Kristen di Indonesia menyebut “Kurios Iesous” dengan “Tuhan
Yesus” namun kita harus menghadapi sejumlah persoalan teologis yang cukup
serius untuk difikirkan.
Beberapa
persoalan teologis yang dapat kita temukan adalah sbb: Dalam Yohanes 4:11 versi
Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) dikatakan,
“Kata
perempuan itu kepada-Nya: "Tuhan,
Engkau tidak punya timba dan sumur ini amat dalam; dari manakah Engkau
memperoleh air hidup itu?”
Bagaimana
mungkin perempuan Samaria menyapa dengan sebutan “Tuhan”, karena sebutan
“Tuhan”, selalu menunjuk pada Sang Pencipta? Persoalan selanjutnya ditemukan
dalam 2 Korintus 11:26,
“Sebab
setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan” .
Bagaimana
mungkin sebutan Tuhan yang dikhususkan bagi Sang Pencipta, dapat mengalami
kematian dan menjadi mayat? Kita masih
terngiang ungkapan kontroversial dan sarkastis filsuf Friedrich Nietzhe “God is
Dead”. Mungkinkah Tuhan mati? Demikian pula dalam Lukas 24:3 dikatakan,
”…dan setelah masuk mereka tidak
menemukan mayat Tuhan Yesus”.
Tuhan
menjadi mayat? Sungguh tidak dapat dibayangkan bahwa Kekristenan bertuhankan
mayat. Persoalan-persoalan teologis yang mengemuka ini harus disikapi dengan
melakukan analisis teks bahasa, Yunani, Aram, Ibrani sebagai bahasa yang
dipergunakan pertama kali untuk mengkomunikasikan kehidupan dan ajaran Yesus
Sang Mesias. Tanpa analisis kebahasaan, akan menimbulkan sejumlah persepsi yang
spekulatif dan tidak biblikal.
Konsekswensi
logis dari pemahaman di atas, bahwa “Tuan Yesus dapat mengalami kematian
sebagai manusia”, “Tubuh Tuan Yesus yang mati, dapat dikafani”. Artinya, Sang
Firman yang telah menjadi manusia itu yang dijuluki “Tuan”, benar-benar logis
jika mengalami kematian dan mayatnya dikafani. Namun jika “Tuhan mati” atau
“mayat Tuhan dikafani”, maka akan menimbulkan pelecehan terhadap Tuhan Semesta
Alam dan merendahkan hakikat-Nya yang kekal dan tidak nampak.
Darimana Terjemahan “Tuhan”
Bagi Yesus Berasal?
Orang
yang pertama kali menerjemahkan kata “Kurios” bagi Yesus menjadi “Tuhan” adalah
Melchior Lejdecker, jauh sebelum Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) berdiri dan
meneruskan proyek kolonial dalam menerjemahkan Kitab Suci berbahasa Ibrani –
Yunani ke dalam bahasa Melayu.
Mengenai
upaya Lejdecker menerjemahkan kata Yunani “Kurios” menjadi “Tuhan”, bukan
dikarenakan beliau menyisipkan huruf “h” yang diambil dari kata “Hyang”. Sebaliknya,
upaya Lecdecker merupakan bentuk “superlatif” alias “tingkat perbandingan yang
teratas”[9].
Upaya Lejdecker ini merupakan tindakan revisi terhadap terjemahan sebelumnya
yang dilakukan Browerius yang menerjemahkan kata “Kurios” dengan “Tuan” sbb:
“Dalam kitab suci Nasrani
bahasa Melayu beraksara Latin terjemahan Brouwerius yang muncul pada tahun
1668, untuk kata yang dalam bahasa Yunaninya, Kyrios, dan sebutan ini
diperuntukkan bagi Isa Almasih, diterjemahkannya menjadi tuan.... Melalui
terjemahan Leijdecker-lah kita menemukan perubahan harafiah dari Tuan menjadi
Tuhan”[10]
Selain
bentuk superlatif, masuknya huruf “h” dalam kata “Tuhan” lebih dikarenakan
persoalan khas kebahasaan saja seperti kasus kata “asut menjadi hasut, utang
menjadi hutang”. Dan sejak itulah istilah Tuhan dipatenkan, termasuk untuk menyebut
Yesus sebagaiamana dikatakan:
“Jelas, yang tadinya oleh Brouwerius
diterjemahkan Tuan-sama dengan bahasa Portugis Senhor, Perancis Seigneur,
Inggris Lord, Belanda Heere-melalui Leijdecker berubah menjadi Tuhan. Nanti
pada abad-abad berikut, sepanjang 200 tahun, penerjemah Alkitab bahasa Melayu
melanjutkan penemuan Leijdecker tersebut. Kini kata Tuhan yang mula-mula
ditemukan Leijdecker untuk mewakili dua pengertian pelik insani & ilahi
dalam teologi Kristen atas sosok Isa Almasih-masalah rumit yang memang telah
menyebabkan gereja bertikai dan setelah itu melahirkan kredo-kredo: Nicea,
Constantinopel, Chalcedon-akhirnya menjadi lema khas dalam bahasa Indonesia.
Apa yang dilakukan
Leijdecker, mengapa Tuan menjadi Tuhan, merupakan masalah khas bahasa Indonesia.
Hadirnya huruf ‘h’ dalam beberapa kata bahasa Indonesia, seperti ‘asut’ menjadi
‘hasut’, ‘utang’ menjadi ‘hutang’, ‘empas’ menjadi ‘hempas’, ‘silakan’ menjadi
‘silakan’, agaknya seiring dengan kasus nominatif dan singularis dalam
tatabahasa Sansekerta ke Kawi dan Jawa. Misalnya tertulis ‘hana’ dibaca ‘ono’,
‘hapa’ dibaca ‘opo’. Di samping itu gagasan Leijdecker mengeja Tuhan untuk
mengiring lafaz palatal ‘n’ dengan tepat. Banyak orang yang baru belajar
Melayu, bekas budak Portugis asal Goa, terpengaruh Portugis, melafaz ‘n’
menjadi ‘ng’. Juga di Ambon, di pusat tujuan bangsa-bangsa Barat untuk
memperoleh rempah-rempah, Tuan dibaca Tuang. Bahkan setelah Leijdecker mengeja
Tuhan pun, orang Ambon tetap membacanya Tuang, sampai sekarang. Maka, di Ambon
Tuang Ala berarti Tuhan Allah. Selain itu orang Kristen Ambon menyebut Allah
Bapa sebagai Tete Manis, harafiahnya berarti ‘kakek yang baik’[11].
Mengembalikan Makna
“Kurios” Bagi Yesus Tanpa Menyangkal Keilahiannya
Apakah
dengan menyebut Yesus sebagai “Tuan” atau “Junjungan Agung”, kita merendahkan
hakikat Yesus yang adalah “Firman Tuhan?” apakah kita menyangkal Ketuhanan-Nya?
Sekali-kali tidak! Dengan menyebut Yesus sebagai “Tuan”, kita menegaskan bahwa
Dia merupakan pribadi atau sosok yang berkuasa, baik di bumi maupun di Sorga.
Dengan menyebut Dia “Tuan”, kita menempatkan secara tepat panggilannya dalam
kaidah tata bahasa. Dengan menyebut Yesus “Tuan”, kita menghilangkan skandalon
(batu sandungan) terhadap komunitas Islam khususnya yang memiliki anggapan bahwa
beberapa orang Kristen telah menyamakan begitu saya Isa dengan Allah yang
dianggap sebagai Tuhan Pencipta.
Jika
kita tidak meluruskan kerancuan penggunaan gelar “Tuhan” bagi Yesus, maka dalam
pembacaan teks Kitab Suci, akan menimbulkan kekacauan terminologis an kekacauan
teologis. Contoh berikut dapat memberikan gambaran. Lembaga Alkitab Indonesia (LAI)
menerjemahkan 1 Korintus 8:6 sbb:
“Namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari
pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus,
yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup”
Di
mana letak kerancuan tersebut? Dalam pemikiran seluruh penduduk Indonesia,
khususnya komunitas Islam, “Allah” adalah nama (personal name) dari Tuhan
Pencipta (Qs 20:14). Sementara istilah “Tuhan” adalah salah satu gelar
penghormatan yang menekankan sifat kekuasaan Allah (Qs 49:26). Islam membedakan
antara istilah “Ilah” dengan “Allah”. Allah adalah nama dari Ilah yang disembah
kaum Muslim. Gelar lain yang setara dengan “Ilah” adalah “Rabb” yang
diterjemahkan dengan “Tuhan” (Qs 19:36). Maka ketika pembaca Islam membaca teks
1 Korintus 8:6 menjadi binggung. Karena bagi mereka, Allah adalah Tuhan yang
berhak menerima penyembahan dari umat-Nya. Penyebutan Yesus secara langsung
dengan sebutan “Tuhan” tentu saja menimbulkan sandungan.
Jika
kita membaca teks Aramaik dan Yunani 1 Korintus 8:6, maka dibedakan antara
frasa Aramaik, “khad hu Elaha” yang
dalam bahasa Yunani “eis Theos” dan frasa Aramaik “wekhad Marya Yeshua” yang
dalam bahasa Yunani “eis Kurious Iesous”. Perhatikan istilah Aramaik “Elaha”
dan “Marya” serta istilah Yunani “Theos”
dan “Kurios”. Sangat jelas bahwa sebutan “Elaha” atau “Theos”
ditujukan pada Bapa yang Roh ada-Nya dan sebutan “Marya” atau “Kurios”
ditujukan kepada wujud manusia Yesus sebagai penjelmaan Firman. Dan
sebutan Marya maupun Kurios, seharusnya diterjemahkan “Tuan”, sekalipun sebutan
itu dapat ditujukan pada Pencipta maupun ciptaan.
Ada
usaha-usaha yang dilakukan oleh beberapa komunitas Kristen, untuk menghilangkan
penggunaan nama Allah dalam terjemahan Kitab Suci, dengan sebutan Tuhan. Namun
dikarenakan mereka telah memiliki pra paham mengenai sebutan “Tuhan” bagi
Yesus, maka ketika menerjemahkan 1 Korintus 8:6 mereka terjebak dalam kerancuan
yang luar biasa kacau. Perhatikan terjemahan “Kitab Suci Umat Perjanjian Tuhan”
yang diterbitkan mengatasnamakan “Jaringan Pengagung Nama Yahweh” sbb:
“namun bagi kita hanya ada satu Tuhan saja, yaitu Bapa, yang dari
pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus,
yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup”
Di
mana letak kerancuan yang luar biasa tersebut? Dengan adanya frasa, “satu
Tuhan” yang ditujukan untuk Bapa dan
frasa “satu Tuhan” yang ditujukan untuk Yesus, maka dapat menimbulkan persepsi
bahwa ada “dua Tuhan” yang setara dalam keyakinan Kekristenan.
Kerancuan
yang sama kita dapati ketika membaca Ibrani 7:14,
“Sebab telah diketahui
semua orang, bahwa Tuhan kita berasal dari suku Yehuda dan mengenai suku itu
Musa tidak pernah mengatakan suatu apa pun tentang imam-imam”
Bagaimana
mungkin Tuhan (Elohim/Theos) memiliki garis genealogis kesukuan dengan manusia?
Terjemahan yang masuk akal dan wajar adalah, “Tuan kita (Adonenu/Kurios)
berasal dari suku Yahuda”.
Paham
Arianisme dan Nestorianisme muncul dikarenakan kegagalan memahami aspek Keelohiman
Sang Firman yang menjadi manusia Yesus. Paham Cyrilisme muncul dikarenakan
kegagalan memahami aspek kemanusiaan Yesus sebagai perwujudan Sang Firman YHWH.
Paham Marcionisme muncul dikarenakan kegagalan memahami relasi Ontologis antara
Yesus Sang Firman dengan YHWH Sang Bapa yang berkarya dalam sejarah Bangsa
Israel, maka penyebutan Yesus dengan sebutan “Tuhan” dan bukan “Tuan”,
dikarenakan kegagalan memahami konteks istilah “Adon”, “Kurios”, “Marya”, “Lord”
yang ditujukan bagi Yesus Sang Mesias.
Sekalipun
saya menerjemahkan dengan “Tuan” (untuk semua Injil, Matius,Markus, Lukas,
Yohanes, Yoh 4:11, Yoh 13;13) dan “Tuan Yang Ilahi” atau “Junjungan Agung Yang
Ilahi” (untuk formula doksologis, 1 Kor 8:6, Fil 2;11), bukan bermakna saya
menolak keilahian Yesus sebagai Sang Firman yang menjadi manusia. Namun saya
berusaha memisahkan penerjemahan Kurios dari aspek Keilahian, sebagaimana para
murid dan orang-orang memahami kata Kurios bagi Yesus pada zaman itu
sebagaimana dikatakan:
“Bagi orang-orang Kristen
Yahudi yang tinggal di Palestina, yang sangat giat mempertahankan monotheisme,
'ADONÂY, κυριος - kurios, dapat mengungkapkan imannya kepada Kristus tanpa
merusak keyakinan monotheismenya. Apabila murid-murid yang baru terpilih
menyebut Yesus dengan κυριος - kurios, maka sangat mungkin artinya yang paling
dekat ialah tuan -- yang bagaimanapun juga -- lebih daripada manusia”[12]
Saya
akui bahwa ada pergeseran pemahaman terhadap penggunaan kata “Kurios” bagi
Yesus paska kebangkitan Yesus dari kematian. Kata “Kurios” lebih dipahami
sebagai pembuktian aspek keilahian Yesus sebagai Sang Firman yang menjadi
manusia, sehingga “Kurios” bagi Yesus
bermakna “Tuan di atas segala tuan” sebagaimana dikatakan:
“Sesudah kebangkitan Yesus Kristus,
murid-murid menyebut-Nya κυριος - kurios dalam arti yang penuh secara Kristen.
Kemudian sesudah turunnya Roh Kudus, murid-murid yang telah dihidupi dan diajar
oleh Roh itu, memandang Yesus Kristus sebagai κυριος - kurios dengan
pengertian: bahwa tidaklah menghujat menyebut Dia YHVH. Seperti umum diketahui,
pada abad kedua dan ketiga, kaisar-kaisar Romawi menuntut untuk disebut κυριος
- kurios. Tuntutan ini ditentang mati-matian oleh Gereja Kristen, yang percaya
bahwa Yesus Kristus adalah satu-satunya κυριος κυριων, kurios kuriôn, Tuan di
atas segala tuan”[13]
Dalam
hal ini pun saya tidak menolak pergeseran pemahaman para murid dan umat Gereja
Perdana terkait istilah “Kurios” bagi
Yesus, dari Tuan yang bermakna seseorang yang terhormat menjadi Tuan di atas
segala tuan sebagaimana dikatakan,
“Mereka akan berperang melawan Anak Domba.
Tetapi Anak Domba akan mengalahkan mereka, karena Ia adalah Tuan di atas segala tuan (Kurios Kurioon)
dan Raja di atas segala raja. Mereka bersama-sama dengan Dia juga akan menang,
yaitu mereka yang terpanggil, yang telah dipilih dan yang setia”(Why 17:14)
Bedanya
adalah, saya tetap menerjemahkan kata “Kurios”
bagi Yesus dengan berusaha mempertahankan kelurusan bahasa ditambah
pergeseran pemahaman tentang makna “Kurios”
bagi Yesus sehingga menghasilkan rumusan “Tuan Yesus” (untuk seluruh
Kitab Injil dan juga Kisah Rasul sampai Wahyu) dan “Tuan Yang Ilahi/Junjungan
Agung Yang Ilahi” (untuk Kisah Rasul sampai Wahyu, jika bersifat doksologis,
Fil 2:11, 1 Kor 8:6, Rm 10:9-10). Sementara LAI dan masyarakat Kristen
Indonesia tetap mempertahankan dengan penyebutan Tuhan.
Penyebutan
Tuhan ini saya persoalkan karena istilah ini lebih tepat sebagai bentuk
penerjemahan dari kata Ibrani “Elohim” dan kata Yunani “Theos” serta kata Inggris
“God”, mengingat kata Tuhan dalam KBBI diterjemahkan sebagai “Yang Maha Kuasa”.
Dalam
perkembangan selanjutnya, Rasul Paul sangat dominan menggunakan sapaan “Kurios”
(Junjungan Agung) dan “Christos” (Mesias/Yang Diurapi) bagi Yesus dalam setiap
surat-suratnya (Kisah Rasul 16:31, Roma 10:9, 1 Korintus 8:6, 1 Korintus 12:9,
dll). Istilah “Kurios” yang dinisbatkan pada diri Yesus tidak hanya dihubungkan
penggenapan dalam Mazmur 110:1. namun dapat dikaji dari arti kata ”Kurios” itu
sendiri. Kata ”Kurios” berkaitan dengan kata “Kuriotes” yang artinya
“kekuasaan”[14].
Kata “kuriotes” muncul beberapa kali dalam Yudas 1:9,
“Namun demikian
orang-orang yang bermimpi-mimpian ini juga mencemarkan tubuh mereka dan
menghina kekuasaan (Tuhan) serta menghujat semua yang mulia di sorga”.
Frasa “kekuasaan Tuhan” diterjemahkan dari bahasa Yunani
“kurioteta”. Demikian pula dalam Kolose 1:6 sbb: “Karena di dalam Dialah telah
diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang
kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik
pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia”.
Kalimat, “penguasa” dipergunakan bahasa Yunani “Kuriotetes”. Dan akhirnya dalam
Efesus 1:21 sbb:
“Jauh lebih tinggi
dari segala pemerintah dan penguasa dan kekuasaan dan kerajaan dan tiap-tiap
nama yang dapat disebut, bukan hanya di dunia ini saja, melainkan juga di dunia
yang akan datang”.
Kata “penguasa” di ayat ini dipergunakan kata
“Kuriotetos”. Dari kajian ayat di atas, Yesus disapa dengan Kurios
(Tuan/Junjungan Agung Yang Ilahi) bermakna bahwa Dia memiliki pengaruh dan
kuasa yang dinyatakan dalam ajaran dan tindakan penyembuhan dalam karya
Mesianis-Nya.
Opsi Terjemahan Kurios
Dalam Kitab Perjanjian Baru
Kembali
kepada opsi penyebutan “Tuan” dan “Junjungan Agung” bagi Yesus sebagaimana
hasil telaah kritis saya terhadap kata Yunani “Kurios”. sebutan “Tuan” dan
“Junjungan Agung” serta “Junjungan Agung Yang Ilahi”, tidak bisa dipergunakan
secara konsisten diseluruh penerjemahan teks Kitab Perjanjian Baru. Harus ada
pengelompokkan dan kategori penyebutan yang tepat.
Saya
memberikan kategorisasi demikian: Pertama, untuk penyebutan Yesus sebagai “Tuan”,
selayaknya dituliskan dalam seluruh terjemahan atau saat membaca Kitab Injil
Sinoptik yang mencerminkan sifat antropologis.
Mengapa? Karena semua orang yang bercakap-cakap dengan Yesus, baik para murid
maupun orang-orang yang simpati atas pengajaran-Nya, memahami sebutan dalam
bahasa Ibrani “Adon” atau dalam bahasa Yunani “Kurios”, tiada lain bermakna
“Tuan” atau “Seseorang yang memiliki kedudukan terhormat baik secara sosial
maupun religius”. Contoh penerapan kata “Tuan” adalah percakapan Yesus dengan
wanita Samaria yang hendak mengambil air sumur, sbb:
“Kata perempuan itu kepada-Nya: "Tuan, Engkau tidak punya timba dan
sumur ini amat dalam; dari manakah Engkau memperoleh air hidup itu?” (Yoh
4:11).
Kedua, untuk penyebutan
Yesus sebagai “Junjungan Agung”, selayaknya dituliskan pada tulisan-tulisan
rasuli yang bersifat soteriologis (penekanan pada fungsi penyelamatan). Rasul
Paul berkata,
“Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu,
bahwa (Yesus) adalah Junjungan Agung,
dan percaya dalam hatimu, bahwa (Tuhan) telah membangkitkan Dia dari antara
orang mati, maka kamu akan diselamatkan” (Rm 10:9).
Demikian
pula dalam Kisah Rasul 16:29-31 diceritakan,
“Kepala penjara itu menyuruh membawa
suluh, lalu berlari masuk dan dengan gemetar tersungkurlah ia di depan Paulus
dan Silas. Ia mengantar mereka ke luar, sambil berkata: "Tuan-tuan, apakah
yang harus aku perbuat, supaya aku selamat?" Jawab mereka:
"Percayalah kepada Junjungan Agung
(Yesus Sang Mesias) dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu”.
Jika
Anda mengerti bahasa Yunani, kata “Tuan-tuan” dalam Kisah Rasul 16:30
dipergunakan kata ganti jamak “Kurioi” dari kata “Kurios”, sementara kata
“Tuhan Yesus Kristus” dalam terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia, dipergunakan
kata ganti tunggal “Kurion” dari kata yang sama yaitu Kurios. Namun mengapa LAI
menerjemahkan kata “Kurios” yang satu dengan “Tuan” sementara yang satu dengan
“Tuhan?” Ini suatu inkonsistensi. Maka seharusnya secara literal (harafiah)
kata “Kurios” dalam Kisah Rasul 16:30-31 sama-sama diterjemahkan “Tuan”. Namun
karena kita sebagai orang yang mempercayai Yesus sebagai Mesias Putra Tuhan,
memahami hakikat Yesus sepenuhnya, maka formula soteriologis ini sebaiknya
diterjemahkan dengan “Junjungan Agung”.
Ketiga,
untuk penyebutan Yesus sebagai “Junjungan Agung Yang Ilahi”, selayaknya
dituliskan tulisan-tulisan Rasuli yang bersifat doksologis (pemuliaan,
pengagungan). Rasul Paul berkata,
“namun bagi kita hanya ada satu Tuhan
saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia
kita hidup, dan satu Junjungan Agung
Yang Ilahi saja, yaitu Yesus Sang Mesias, yang oleh-Nya segala sesuatu
telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup” (1 Kor 8:6).
Demikian
pula dalam formulasi doksologis
berikut:
“Itulah sebabnya Tuhan sangat
meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya
dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas
bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: " Yesus Sang
Mesias adalah Junjungan Agung Yang Ilahi,"
bagi kemuliaan Tuhan) Bapa!” (Fil 2:9-11).
Kesimpulan
Dari
keseluruhan pengkajian terhadap kata “Kurios”, maka ketika istilah tersebut
dinisbatkan pada diri Yesus, Sang Firman yang menjadi manusia, tetap saja bermakna
dan tetap diterjemahkan lurus berdasarkan arti hurufiahnya sebagai “Tuan” atau
“Junjungan Agung”. Namun dalam kesadaran religius para murid Yesus penulis
Kitab Injil, telah mengalami pergeseran akibat penyingkapan Ilahi melalui
proses penampakkan kebangkitan Yesus dari kewafatan sehingga pengertian
“Kurios” bukan sekedar “Tuan” melainkan “Tuan di atas segala tuan” (Why 17:14;
19:16).
Sekalipun
telah terjadi pergeseran makna dan pemahaman terhadap makna kata “Kurios”,
bukan berarti kata tersebut harus diterjemahkan sebagai “Tuhan” dalam bahasa
Indonesia karena kata “Tuhan” karena akan bertabrakkan dengan definisi kata
“Tuhan” dalam perasaan dan kosa kata orang Indonesia yang ekslusif ditujukan
bagi Realitas Absolut sebagai subyek penyembahan.
Para
rasul Perjanjian Baru pun tidak memberikan istilah lain selain “Kurios”
(khususnya surat-surat rasul Paul) sekalipun mereka mengalami pergeseran makna
penggunaan dan penisbatan kata “Kurios” bagi Yesus.
Bahkan
dalam bahasa Inggris pun kata “Kurios” diterjemahkan dengan “Lord” yaitu sebuah
istilah yang melekat dengan status sosial ekonomi yang istimewa dalam struktur
masyarakat dimana kata ini bisa ditujukkan pada bangsawan kerajaan atau para
tuan tanah serta hartawan.
Jika
sebutan “Kurios Iesous” diterjemahkan “Lord Jesus” maka sebagaimana nama “Lord
Baden Powell” (pendiri kepanduan), “Lord Minto” (pimpinan Gubernur Rafles),
“Lord Mountbaten” tidak ada yang akan berani menerjemahkan, “Tuhan Baden
Powell”, “Tuhan Minto”, “Tuhan Mountbatten”, demikianlah “Lord Jesus” tetap
diterjemahkan dengan “Tuan Yesus” atau “Junjungan Agung Yesus”.
Saya
tidak menolak status keilahian Yesus sebagai Sang Firman yang menjadi manusia.
Namun istilah “Kurios” bagi Yesus tidak berhubungan dengan status keilahian
beliau dan tidak perlu mengubah arti kata “Kurios” yang adalah “Tuan” menjadi
“Tuhan” karena keilahiaan Yesus bukan dibuktikan oleh penggunaan kata “Kurios”
melainkan dibuktikan oleh pernyataan Yohanes 1 mengenai hakikat Yesus sebagai
Sang Firman yang menjadi manusia. Kita harus membedakkan antara gugatan bahasa
dimana saya mempertanyakan akurasi terjemahan kata “Kurios” bagi Yesus dengan
meyakini keilahian Yesus sebagai Sang Firman. Ini dua kasus yang berbeda dan
yang sedang saya persoalkan bukan soal hakikat beliau melainkan penerjemahan
kata “Kurios” dalam bahasa Indonesia.
Marilah
kita kembali kepada dasar pengakuan Gereja Perjanjian Baru yang adalah Gereja
Perdana yang berpusat pada komunitas Yahudi dan Yudaisme yang telah menerima
Yesus sebagai Mesias dan Anak Tuhan yang bersaksi:
“Lalu aku melihat sorga terbuka: sesungguhnya,
ada seekor kuda putih; dan Ia yang menungganginya bernama: "Yang Setia dan
Yang Benar", Ia menghakimi dan berperang dengan adil. Dan mata-Nya
bagaikan nyala api dan di atas kepala-Nya terdapat banyak mahkota dan pada-Nya
ada tertulis suatu nama yang tidak diketahui seorang pun, kecuali Ia sendiri.
Dan Ia memakai jubah yang telah dicelup dalam darah dan nama-Nya ialah: "Firman Tuhan." Dan semua pasukan yang di
sorga mengikuti Dia; mereka menunggang kuda putih dan memakai lenan halus yang
putih bersih. Dan dari mulut-Nya keluarlah sebilah pedang tajam yang akan
memukul segala bangsa. Dan Ia akan menggembalakan mereka dengan gada besi dan
Ia akan memeras anggur dalam kilangan anggur, yaitu kegeraman murka Tuhan, Yang
Mahakuasa. Dan pada jubah-Nya dan paha-Nya tertulis suatu nama, yaitu:
"Raja segala raja dan Tuan di atas
segala tuan” (Why 19:11-16)
END NOTES
[1] Teguh Hindarto, Meninjau Ulang Penggunaan
Nama Allah Dalam Terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia http://teguhhindarto.blogspot.com/2011/05/meninjau-ulang-penggunaan-nama-dalam.html
[2] Teguh
Hindarto, Pemahaman Mengenai Sebutan Kurios Bagi Yesus Sang Mesias
http://teguhhindarto.blogspot.com/2011/02/pemahaman-mengenai-sebutan-kurios-bagi.html
http://teguhhindarto.blogspot.com/2011/02/pemahaman-mengenai-sebutan-kurios-bagi.html
[3] Analytycal Greek New Testament, Timothy
& Barbara Friberg, 1994)
[4]
Ibid.,
[5] The
Theological Wordbook of The Old Testament, R. Laird Harris, etc., Moody Press
Chicago, Illinois, 1980
[6]
Ibid.,
[7]
Daud Soesilo, Bapak, Guru, Tuan, Tuhan dalam Forum Biblika Edisi April 1994,
Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, hal 73-75
[8]
Kamus Besar Bahasa Indonesia
http://bahasa.cs.ui.ac.id/kbbi/kbbi.php?keyword=tuhan&varbidang=all&vardialek=all&varragam=all&varkelas=all&submit=kamus
[9] Kamus Bahasa Indonesia on line
http://kamusbahasaindonesia.org/superlatif/mirip
http://kamusbahasaindonesia.org/superlatif/mirip
[10]
Asal Kata Tuhan (Adaptasi artikel Remy Sylado, Bapa Jadi Bapak, Tuan Jadi Tuhan,
Bangsa Jadi Bangsat)
http://smystery.wordpress.com/2008/07/20/asal-kata-tuhan/
http://smystery.wordpress.com/2008/07/20/asal-kata-tuhan/
[11]
Ibid.,
[12] Terjemahan
kata Yunani ΚΥΡΙΟΣ - κυριος - KURIOS ; Tuhan/ Tuanku Rajawali Cineplex”
tp://www.sarapanpagi.org/terjemahan-kata-yunani-kurios-tuhan-tuan-vt1825.html
tp://www.sarapanpagi.org/terjemahan-kata-yunani-kurios-tuhan-tuan-vt1825.html
[13] Terjemahan
kata Yunani ΚΥΡΙΟΣ - κυριος - KURIOS ; Tuhan/ Tuan
http://www.sarapanpagi.org/terjemahan-kata-yunani-kurios-tuhan-tuan-vt1825.html
http://www.sarapanpagi.org/terjemahan-kata-yunani-kurios-tuhan-tuan-vt1825.html
[14]
Teguh Hindarto, Pemahaman Mengenai Sebutan Kurios Bagi Yesus Sang Mesias
http://teguhhindarto.blogspot.com/2011/02/pemahaman-mengenai-sebutan-kurios-bagi.html
http://teguhhindarto.blogspot.com/2011/02/pemahaman-mengenai-sebutan-kurios-bagi.html
9 komentar:
Menurut saya tdak ada yg salah jika Kurios d artikan dngan Tuhan u/ Yesus..
Tergantung konteks x saja ada yg bermakna Tuhan n ada yg lebih cocok Tuan
Saya memang bkan ahli bahasa bkan pula antropolog atau sejarawan namun menurut hemat saya pasti ada alasan napha kata Yunani Kurios d pakai dalam Kitab Suci baik Tanakh (Septuaginta) maupun Perjanjian Baru (Injil)
Bukan soal penggunaan kata Yunani "Kurios" yang dipersoalkan tapi akurasi dan konsistensinya saat diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi "Tuhan" dan "Tuan" tidak dapat dibenarkan dan menimbulkan kerancuan terminologis dan konsep Ketuhanan sebagaimana dijelaskan di atas. Silahkan dibaca berulang dan dengan seksama agar menemukan kesamaan pemahaman
Tepat sekali Tuhan pasti tidak akan mati. Yang mati adalah Tuan.
Seseorang bertanya kepada saya mengapa kata kurios yg dalam bahasa Yunani sebagai tuan di artikan sebagai Tuhan di indonesi. Bagaimanakah saya harus mempersingkat jawaban diatas agar dia mudahe memahami nya. Mohon bantuannya, Terimakasih 🙏
bilang aja gara2 terjemahan leidjecker
Yang lebih cocok itu padanan kurios dari bahasa jawa yg punya makna ganda sbg penguasa langit dan penguasa bumi yaitu GUSTI.
GUSTI YESUS mempunyai dua makna penguasa langit dan penguasa bumi.
Umat kristen Jawa menyapa Yesus Kristus dg term GUSTI,yang artinya penguasa langit dan penguasa bumi.
Adonai, Kurios, Lord, Rabb yg punya makna ganda lebih pas padanannya yg ada dlm bahasa Jawa yaitu Gusti yg juga punya makna ganda penguasa langit dan penguasa bumi sementara
Tuhan dlm bhs Indonesia hanya punya satu makna yaitu penguasa langit.
Pertanyaannya:BERDOSAKAH KITA KARENA KETIDAK TAHUAN KITA MENYEBUT TUHAN KEPADW YESUS....?
Tulisan ini tidak hendak menghakimi apakah seseorang berdosa atau tidak berdosa dengan mispersepsi penerjemahan istilah. Sebaliknya hanya memberikan wawasan berdasarkan tinjauan kebahasaan. Selebihnya diserahkan kepada masing-masing individu yang membacanya. Terimakasih
Posting Komentar