MEMBACA FENOMENA PENDATARAN DUNIA
Posted by
RESENSI DAN NOTASI BUKU,
"THE WORLD IS FLAT: SEJARAH RINGKAS ABAD 21"
Penulis:
Thomas
L. Friedman
Penerbit:
Dian
Rakyat
Tahun:
2009
Tebal:
673
Alfin
Tofler, seorang Futurolog di tahun
1970 mengatakan, “Tingginya kecepatan
perubahan dapat diacak pada banyak faktor. Pertambahan penduduk, urbanisasi,
pergeseran proporsi usia ua dan muda – semua mempunyai peranan sendiri-sendiri.
Namun kemajuan teknologi jelas merupakan simpul yang kritis dalam jaringan
sebab musabab; bahkan boleh jadi simpul yang menggerakkan seluruh jaringan.
Oleh karena itu, suatu strategi yang tangguh dalam perjuangan mencegah kejutan
masa depan secara massal, menghendaki pengaturan kemajuan teknologi itu secara
sadar” (Kejutan Masa Depan,
1992:382). Beberapa puluh tahun kemudian, di tahun 1990, John Naisbitt dan
Patricia Aburdane menuliskan, “Ketika
kita berpikir tentang Abad ke-21, kita berpikir tentang teknologi perjalanan
angkasa, bioteknologi, robot. Tetapi wajah masa depan lebih kompleks daripada
teknologi yang kita gunakan untuk membayangkannya”(Megatrend 2000: Sepuluh Arah Baru Untuk Tahun 1990-an, 1990:6).
Kedua futurolog itu sepakat bahwa telah terjadi perubahan yang begitu cepat
akibat revolusi teknologi. Tofler mengingatkan dampak fisik dan psikologis
serta strategi tangguh untuk mengantisipasi kejutan masa depan (future shock)
sementara Naisbitt menggambarkan kompleksitas masa depan khususnya tahun 2000
yang akan disongsong melalui pembacaan trend yang terjadi di tahun 1990-an.
Namun
kejutan masa depan Alfin Tofler dan kompleksitas masa depan John Naisbit sudah
tiba di sini di tahun 2000-an dan sedang kita alami bersama-sama. Buku karya
jurnalis The New York Times bernama
Thomas L. Friedman dengan judul The World is Flat (Dunia itu Datar)
mendeskripsikan kompleksitas kehidupan masa kini yang masih menjadi masa depan
bagi Tofler dan Naisbit yang sebagian besar dihasilkan dari ledakan teknologi
informasi yang luar biasa serta bagaimana beradaptasi di tengah dunia yang
semakin terkoneksi satu sama lain oleh kekuatan teknologi yang diistilahkan
oleg Friedman “dunia sedang didatarkan” (hal 7).
Apa
yang dimaksudkan dengan “dunia sedang didatarkan?” Friedman tidak memberikan
definisi akademis mengenai istilah tersebut namun memberikan sejumlah contoh
dari berbagai peristiwa fenomenal yang dia alami di berbagai belahan dunia yang
dia kunjungi dimana teknologi informasi telah mengubah pemetaan kehidupan
ekonomi, sosial, budaya, politik tiap-tiap negara sehingga dapat terkoneksi
dengan begitu cepat secepat cahaya.
Dalam
Bab Pertama, Friedman membagi “tiga wilayah globalisasi” dengan
karakteristiknya yang semakin mencirikan kedataran dunia sbb: Globalisasi 1.0
yang berlangsung sejak 1492 ketika Columbus berlayar, membuka perdagangan
antara Dunia Lama dan Dunia Baru hingga sekitar tahun 1800. Pelaku utama
globalisasi di periode ini adalah negara dengan memberdayakan seluruh kekuatan
alam dan sumber daya manusia dan hewan untuk dimanfaatkan bagi kegiatan
produksi. Proses globalisasi di periode ini menyusutkan dunia menjadi ukuran
sedang. Globalisasi 2.0 yang berlangsung sejak tahun 1800 hingga 2000 yang
diselingi masa Depresi Besar dan Perang Dunia 1 dan 2. Pendorong perubahan di
era ini adalah perusahaan-perusahaan multinasional. Proses globalisasi di
periode ini menyusutkan dunia dari ukuran sedang menjadi ukuran kecil.
Globalisasi 3.0 terjadi sejak tahun 2000 hingga kini dimana terjadi penyatuan
global dengan dimotori oleh jatuhnya biaya telekomunikasi berkat penyebaran
telegraf, telepon, PC, satelit, serat optik, World Wide Web versi awal yang melahirkan
ekonomi global dan pasar global. Pendorong perubahan di era ini adalah kekuatan
baru yang ditemukan untuk bekerjasama dan bersaing secara individual dalam
kancah global melalui kekuatan teknologi informasi. Proses globalisasi di
periode ini menyusutkan dunia dari ukuran kecil menjadi sangat kecil (hal
9-10).
Melalui
buku ini, Friedman hendak menyampaikan pesan, “Akibatnya semua orang sekarang harus bertanya: Dimana posisi dan
peluang saya sebagai individu dalam persaingan global saat ini serta bagaimana
saya pribadi bekerja sama dengan orang lain secara global pula?” (hal 11)
dan pada bagian berikutnya dijelaskan, “Mereka
yang terjebak di masa lalu dan menolak perubahan akan menjadi tak lebih dari
sekedar barang dagangan (commoditization). Mereka yang mampu menciptakan nilai
melalui kepemimpinan, hubungan dan kreatifitas akan mengubah industri ini serta
memperkuat jalinan relasi dengan klien mereka” (hal 15). Pesan tersebut
diulangi kembali dalam halaman berikutnya, “Itulah
sebabnya tantangan terbesar jaman kita adalah bagaimana cara menyerap perubahan
ini agar tidak menenggelamkan atau meninggalkan kita. Semua ini tidak akan
mudah. Tetapi itulah tugas kita. Ini tidak bisa dielakkan dan tak dapat
ditolak. Ambisi buku ini adalah menawarkan kerangka bagaimana menanggapi tugas
ini dan menangganinya demi keuntungan maksimum kita” (hal 53).
Pendataran
dunia ini bukan berarti tanpa diiringi oleh berbagai risiko yang menakutkan. Di
halaman sebelumnya, Friedman telah mengingatkan, “Meskipun demikian, memikirkan dunia yang datar juga membuat saya
dipenuhi rasa takut, baik secara profesional maupun pribadi. Ketakutan saya
bersumber dari kenyataan bahwa tidak hanya para penulis perangkat lunak dan
‘setan komputer’ saja yang diberdayakan untuk bekerjasama dalam dunia yang
datar; Al Qaeda dan jaringan teroris lain juga. Lapangan permainan tidak hanya
didatarkan sedemikian rupa itu juga menarik dan memberdayakan kelompok baru
yakni orang-orang yang benci, kecewea dan tertindas” (hal 8).
Kita
teringat dengan model-model adaptasi yang digagas Robert K. Merton dalam
bukunya Social Theory and Social Structure ketika terjadi kesenjangan antara tujuan
budaya dan struktur sosial dalam masyarakat hingga menimbulkan situasi Anomie
atau Normless (tanpa hukum). Model-model adaptasi tersebut meliputi: Conformity
(mencapai tujuan sosial dengan cara yang diterima secara sosial), Innovation
(mencapai tujuan sosial dengan cara yang menyimpang), Ritualism (menerima
sarana-sarana mencapai namun mengorbankan tujuan), Retretism (penolakkan
sarana dan tujuan serta melarikan diri dari realitas sosial) Rebellion (penolakkan
sarana dan tujuan serta diiringi perlawanan dengan tujuan mengganti struktur
sosial dan budaya). Mereka yang beradaptasi secara positip terhadap “pendataran
dunia” bisa dikategorikan sebagai kelompok yang conformity sementara
mereka yang berusaha melawan “pendataran dunia” dan menyalahgunakan kekuatan
pendatar untuk mencapai tujuan-tujuan mereka, sebagaimana kelompok teroris Al
Qaedah dan juga ISIS yang akhir-akhir ini menyita perhatian seluruh dunia
dengan brutalismenya, bisa dikategorikan sebagai kelompok rebellion.
Jika Tofler menawarkan social futurism untuk
mengatasi future shock yang berdampak pada fisik dan psikologis akibat
perubahan dunia yang begitu cepat, maka Friedman menawarkan kerangka
bagaimana menanggapi pendataran dunia dan menangganinya demi keuntungan
maksimum kita.
Bab
kedua memberikan ulasan brilian mengenai 10 kekuatan yang menyebabkan
“pendataran dunia” meliputi: Pertama, 9/11/89
(Abad Baru Kreatifitas: Ketika Dinding Runtuh dan Jendela Dibangun). Pendataran
pertama dilakukan oleh sebuah momentum historis yaitu runtuhnya Tembok Berlin
yang memisahkan Jerman Barat dan Jerman Timur dimana, “Runtuhnya Tembok
Berlin pada 9 Nopember 1989 telah meruntuhkan kekuatan dan juga membebaskan
semua orang yang terbelenggu di Kekaisaran Soviet. Sesungguhnya kejadian itu
berdampak besar, sehingga mempengaruhi kekuasaan di seluruh dunia ke arah
pemerintahan yang demokratis, berlandaskan konsensus dan berorientasi pasar bebas,
serta meninggalkan dukungan terhadap pemerintahan otoriter yang menerapkan
perekonomian terkendali secara pusat” (hal 55). Dibagian lain dijelaskan, “Akhirnya,
keruntuhan tembok itu tidak hanya membuka jalan bagi lebih banyak orang untuk
menimba ilmu dari orang lain, melainkan juga ikut membuka jalan bagi penerimaan
standar umum tentang tata perekonomian yang harus dijalankan, teknik
pengelolaan perbankan, teknik pembuatan PC dan teknik penyusunan karya-karya
ilmiah tentang ilmu ekonomi” (hal 58).
Kedua, 09/08/95 (Zaman Konektivitas: Ketika Web Mendunia
dan Netscape Memasyarakat). Peristiwa-peristiwa di tahun 90-an yaitu munculnya
internet World Wide Web sebagai alat konektivitas global yang murah dan Web
browser murah yang dapat mengunduh materi-materi yang diperlukan yang
tersimpan dalam Web site serta menayangkannya di layar komputer pribadi
merupakan “revolusi di bidang konektivitas yang terjadi secara tiba-tiba
menghasilkan gaya pendataran yang utama” (hal 64). Jika konsep World Wide
Web dikembangkan oleh ahli komputer Ingris Tim Barners-Lee, maka browser
komersial dan budaya web browsing diperkenalkan oleh Netscape,
sebuah perusahaan kecil yang berdiri di Mountain View, California. Netscape go
public pada 9 Agustus 1995 dan sejak itu dunia berubah drastis. “Netscape
menjadi kekuatan pendatar besar karena beberapa alasan. Pertama, browser
Netscape tidak hanya menghidupkan internet, tetapi juga mudah diakses siapapun
dari umur 5 sampai 90 tahun…Permintaan ini dipenuhi oleh kejadian lain:
peluncuran Windows 95 terjadi 15 hari setelah Netscape menjual sahamnya kepada
publik. Dalam waktu singkat, Windows 95 menjadi sistem operasi yang digunakan
oleh kebanyakan orang di seluruh dunia” (hal 66-67).
Ketiga, Perangkat Lunak Alur Kerja. Dibalik keruntuhan
Tembok Berlin, muncul efek domino lainnya berupa kebangkitan perangkat lunak
alur kerja. “Runtuhnya Tembok Berlin merupakan peristiwa historis bergaung
besar yang tak mungkin terlewatkan. Go public-nya Netscape juga banyak disorot.
Namun kebangkitan dan integrasi perangkat lunak alur kerja adalah revolusi
sunyi yang tidak disadari kebanyakan orang. Kristalisasinya terjadi pada
pertengahan sampai akhir 1990-an. Ketika itu terjadi, dampaknya bagi dunia sama
besarnya dengan kedua pendatar sebelumnya. Hal ini memungkinkan lebih banyak
orang di lebih banyak tempat merancang, mempertunjukkan, mengelola dan bekerja
sama menanggani data bisnis yang sebelumnya dilakukan secara manual. Akibatnya,
pekerjaan mulai mengalir jauh lebih cepat, baik di dalam maupun antar perusahaan
bahkan benua” (hal 85).
Keempat, Uploading. Saat perusahaan Microsoft, IBM, Oracle,
Netscape bersaing dan berlomba membuat web server komersial, sekelompok
karyawan yang bekerja di kantor Alan Cohen, manajer perusahaan IBM meluncurkan
perangkat lunak karya komunitas dan meng-uploadnya- ke seluruh dunia. “Tetapi
berkat tatanan dunia datar, semakin banyk orang tergila-gila menawarkan berita
dan opini mereka sendiri di web, jalur surat kabar sebagai perantara terpotong.
Itulah yang disebut blogging. Komunitas penggila itu kini menulis eksiklopedia
sendiri, lalu meng-uploadnya ke dunia dan memotong ensiklopedia tradisional
yang bernetuk buku, bahkan juga yang digital seperti Encarta. Ensiklopedia ini
disebut Wikipedia” (hal 101)…”Penciptaan tatanan dunia datar tidak hanya
memungkinkan lebih banyak orang menulis content, tetapi juga berkolaborasi atas
materi itu. Penciptaan ini juga memungkinkan mereka – secara perorangan ataupun
sebagai bagian dari komunitasnya – meng-upload file dan membuat materi itu
mengglobal tanpa harus melalui organisasi atau institusi tradisional” (hal
102).
Kelima, Outsourcing. India merupakan negara dengan banyak
sumber daya outsourcing bagi kepentingan Barat. Di akhir tahun 90-an muncul
krisis komputer Y2K – yang disebut millenium bug. Millenium bug ini terjadi
dikarenakan komputer dilengkapi dengan jam internal saat pembuatan. Ja, ini
mendata tanggal hanya dengan enam digit – dua untuk hari, dua untuk bulan dan
dua untuk tahun. Konsekwensinya, jam hanya bisa berjalan hingga 31/12/99. Saat
kalender menunjukkan 1 Januari 2000, banyak komputer tua akan tertahan dan
tidak mencatatnya sebagai 01/01/2000 melainkan sebagai 01/01/00 alias diartikan
tahun 1900. Akibatnya sejumlah besar komputer perlu disesuaikan jam internalnya
maupun sistem yang terkait dengannya. Jika tidak ditanggulangi, komputer akan
mati dan terjadi krisis global, mengingat semua sistem kendali mulai dari air
minum, lalu lintas udara dan lainnya dilakukan komputer. Karena beratnya tugas
pemulihan komputer ini, maka Amerika berhasil menemukan India dengan para ahli
teknologi lulusan ITI (Institut Teknologi India), perguruan teknik swasta dan
sekolah komputer. “Dengan adanya ancaman Y2K, Amerika dan India pun mulai
melakukan perjanjian. Hubungan ini menjadi kekuatan pendatar yang besar karena
hubungan itu menunjukkan kepada dunia bisnis bahwa kombinasi PC, internet dan
kabel serat optik sudah menciptakan kemungkinan kolaborasi bentuk baru serta
penciptaan nilai horisontal: outsourcing…Dengan menggunakan tempat kerja yang
terhubung dengan kabel serat optik, para ahli teknologi India bisa masuk ke
komputer perusahaan dan melakukan penyesuaian, meskipun terletak di balik bumi
sekalipun” (hal 143).
Keenam, Offshoring. “Semenjak China bergabung dengan
WTO, mereka maupun negara-negara lain harus semakin cepat berlari. Hal ini
karena bergabungnya China ke WTO mendorong satu bentuk kolaborasi lain –
Offshoring. Offshoring, yang sudah ada selama berpuluh tahun berbeda dengan
outsourcing. Outsourcing berarti mengambil fungsi tertentu, namun terbatas,
yang selama ini perusahaan kita lakukan sendiri – seperti penelitian, call
centre, perhitungan piutang – dan meminta perusahaan lain melakukan fungsi yang
persis sama untuk perusahaan operasional kita. Sedangkan offshoring adalah bila
suatu perusahaan mengambil salah satu pabriknya yang beroperasi di Canton, Ohio
dan memindahkan seluruh pabrik ke luar negeri, ke Canton, Cina. Di luar negeri
ini, pabrik itu memproduksi produk yang persis sama dan dengan cara yang juga
sama, hanya saja dengan upah lebih rendah. Seperti Y2K telah membawa India dan
dunia ke tahapan baru offshoring – dengan semakin banyak perusahaan memindahkan
produksi ke luar negeri untuk diintegrasikan ke dalam rantai pemasok global
mereka” (hal 150).
Ketujuh, Supply-Chainning. Rantai Pemasok (supply
chainning), “adalah cara berkolaborasi secara horisontal – antara pemasok,
pengecer dan konsumen – dalam menciptakan nilai. Rantai pemasok – didatu sisi
dimungkinkan oleh pendataran dunia, di sisi lain juga menjadi pendatar dunia
yang berpengaruh. Semakin banyak rantai pemasok ini tumbuh, semakin besar pula
tekanan untuk adanya keseragaman standar antar perusahaan, sehingga setiap mata
rantai bersesuaian dengan mata rantai berikutnya. Semakin banyak terjadi
gesekan di titik singgung yang diluruskan, semakin banyak pula efisiensi
perusahaan itu diadopsi perusahaan lain dan semain besar pula dukungan untuk
kolaborasi global” (hal 167).
Kedelapan, Insourcing. Apa perbedaan Insourcing dan
Outsourcing dan dampak apa yang dihasilkan Insourcing? Insourcing adalah “Sebuah
bentuk kolaborasi baru yang menciptakan nilai tambah secara horisontal.
Kolaborasi ini dimungkinkan oleh dunia rata dan sekaligus semakin mendatarkan
dunia…Insourcing muncul karena saat dunia menjadi rata, yang kecil bisa
bertindak besar – perusahaan kecil serta merta menyadari bahwa banyak tempat
bisa untuk menjual barang, memproduksi barang atau membeli bahan baku dengan
lebih efisien. Namun banyak diantara mereka yang belum tahu bagaimana melakukan
semua itu atau tidak mampu mengelola sendiri rantai pemasok global yang
kompleks. Banyak perusahaan besar tidak mau menangani kompleksitas ini. Mereka
menganggap hal itu bukan bagian dari kompetensi mereka. Nike memilih
mengeluarkan uang dan energi untuk merancang sepatu tenis yang lebih baik,
bukan rantai pemasoknya” (hal 187).
Kesembilan, In-Forming. “Berkat Google, semua informasi
digital yang kita ciptakan dengan PC kini dapat dicari. Data itu bisa digali.
Yang mencegangkan adalah berapa banyak infomasi-informasi yang dulu tidak dapat
dicari sekalipun, di masa mendatang bisa ditemukan, berkat mesin pencari yang
semakin pintar, yang bisa disaring dari data yang semakin menggunung itu –
mulai dari gambar sampai video, rumah dijual, laporan lalu lintas, sampai koran
sekolah dan pengobatan” (hal 200)…Tetapi in-forminng juga melibatkan
pencarian teman, sekutu dan kolaborator. Hal ini memberdayakan pembentukan
komunitas global, menembus batas negara dan budaya yang merupakan fungsi
pendataran yang penting juga. Orang sekarang bisa mencari rekanan untuk
bekerjasama di bidang proyek atau tema apapun – terutama melalui portal-portal
seperti Yahoo! Gropus. Yahoo! Memiliki sekitar 300 juta pengguna dan 4 juta
kelompok aktif. Grup-grup ini mempunyai 13 juta pengguna yang mengaksesnya
setiap bulan dan seluruh dunia” (hal 203).
Kesepuluh, Steroid. “Saya tahu Amerika akan mengejar
ketertinggalannya dari negara-negara lain dalam teknologi nirkabel ini. Ini
sudah berlangsung. Tetapi, mengenai pendatar ke-10 ini bukan hanya mengenai
nirkabel melainkan juga apa yang saya namakan ‘steroid’. Teknologi baru itu
saya sebut sebagai steroid, karena teknologi itu mengambil semua bentuk
kolaborasi yang disorot dalam bagian ini – outsourcing,offshoring, uploading,
supply-chaining, insourcing, in-forming. Selain itu, teknologi ini juga
memungkinkan kita melakukan semua itu dengan cara digital, bergerak, virtual
dan personal, seperti dikemukakan CEO HP, Carly Fiorina, sehingga meningkatkan
setiap kolaborasi tersebut dan menjadikan dunia semakin rata” (hal 208).
Demikianlah
sepuluh kekuatan yang telah “mendatarkan dunia” menurut Thomas L. Friedman.
Dalam bukunya, Friedman bukan hanya mendeskripsikan kekuatan-kekuatan yang
berkontribusi terhadap pendataran dunia namun memberikan sejumlah
langkah-langkah adaptif sebagai respon terhadap pendataran dunia tersebut baik
oleh Amerika sebagai negara Adidaya (hal 289-453), negara-negara berkembang
agar tetap survival (hal 457-497), perusahaan-perusahaan (hal 499-533). Terkait
respon negara berkembang terhadap fenomena pendataran dunia, Friedman
menyarankan sbb: “Seperti coba saya
argumentasikan dalam seluruh buku ini, keputusan yang diambil sebuah negara
untuk membangun saat dunia menjadi datar, sungguh merupakan sebuah pilihan
untuk memusatkan perhatian pada cara memiliki 3 hal mendasar berikut secara
tepat> Ketiga hal itu adalah infrastruktur yang dapat menghubungkan lebih
banyak orang dengan berbagai program dunia yang datar – mulai dari jaringan
internet murah, telepon genggam, sampai bandara udara dan jalan-jalan modern.
Selain itu semakin tersediannya pendidikan yang baik memungkinkan lebih banyak
orang Anda berinovasi dan bekerja sama dalam dunia yang datar. Akhirnya, adanya
pemerintahan yang baik dan mampu mengelola mulai dari kebijakkan fiskal hingga
penegakkan hukum secara benar serta sanggup mengelola aliran antara masyarakat
dari tatanan dunia datar dalam cara paling produktif yang mungkin” (hal
463).
Terkait
dengan respon perusahaan terhadap fenomena pendataran dunia, Friedman
memberikan nasihat, “Jika Anda ingin berkembang dalam dunia yang semakin datar,
Anda harus lebih paham bahwa apapun yang dapat dilakukan akan dilakukan dan itu
lebih cepat daripada yang Anda pikirkan. Satu-satunya pertanyaan adalah apakah
hal ini akan Anda lakukan atau dilakukan pada Anda. Akankah Anda yang
mengendalikan inovasi ataukah salah satu dari kompetitor Anda yang
menggunakannya untuk mengendalikan Anda?” (hal 500). Dalam Bab Sebelas ini
Friedman menetapkan tujuh aturan agar perusahaan memberikan respon proporsional
dan maksimal terkait pendataran dunia (hal 500-531).
Dibagian
akhir bukunya yaitu Bab Kelimabelas, Friedman memberikan sebuah permenungan
mendalam “menstimulasi imajinasi positif
merupakan hal yang terpenting” (hal 635). Pernyataan ini dikaitkan dengan
formasi tanggal yang berbeda yaitu 11/9 (9 November) dan 9/11 (11 September).
Menurutnya, “Dengan merenungkan satu
dekade lalu, saat dunia menjadi datar, menyadarkan saya bahwa hidup kita secara
kuat dibentuk oleh dua tanggal: 11/9 (9 November) dan 9/11 (11 September). Dua
tanggal ini mewakili dua imajinasi yang saling berkompetisi di dunia saat ini:
imajinasi kreatif 11/9 dan imajinasi destruktif 9/11” (hal 633). Yang
dimaksudkan dengan 11/9 (9 November) merujuk pada momentum historis penanda
perubahan global yang konstrukstif yaitu runtuhnya Tembok Berlin dan 9/11 (11
September) menunjuk titik balik sejarah penanda kebangkitan primordialisme dan
radikalisme agama yang destruktif.
Catatan
permenungan lainnya yang layak dipertimbangkan saat Friedman memberikan dikotomi
antara “masyarakat yang lebih banyak memiliki mimpi atau harapan” dan
“masyarakat yang lebih banyak memiliki kenangan atau kebanggaan masa silam”.
Demikian tulisnya, “Jika masyarakat punya
lebih banyak kenangan daripada mimpi. Terlalu banyak orang menghabiskan
sebagian besar harinya dengan memandang ke belakang. Mereka melihat kemuliaan,
penegasan dan harga diri bukan dengan menggali saat ini tapi dengan mengunyah
masa lalu. Bahkan masa lalu itu bukan sesuatu yang nyata, melainkan masa lalu
yang dibayangkan dan diperindah” (hal 644).
Friedman
juga mengingatkan sebuah negara yang hanya membanggakan sumber daya alamnya dan
bukan pemberdayaan sumber daya manusia dan lembaga-lembaga sbb: “Itulah sebabnya negara yang berfokus pada
sumber daya minyaknya selalu mempunyai lembaga yang lemah atau tidak berfungsi.
Negara yang berfokus pada rakyat mereka harus berfokus pada pengembangan
lembaga yang sebenarnya, hak pemilikkan, aturan hukum, pengadilan independen,
pendidikkan modern, perdagangan luar negeri, investasi asing, kebebasan
berfikir, dan pencarian ilmiah untuk mendapatkan yang terbaik dari pria dan
wanita mereka” (hal 655).
Friedman
juga menyinggung perihal respon yang berbeda di antara negara-negara Muslim
terkait pendataran dunia. Ada yang terbuka dan ada yang mengisolasi dirinya sebagaimana
dikatakan: “Bukanlah kebetulan jika
negara Muslim menambah 20 persen dari populasi dunia tapi hanya 4 persen pada
perdagangan dunia. Jika negara tidak membuat hal-hal yang diinginkan negara
lain, mereka akan sedikit berdagang. Dan sedikitnya perdagangan berarti lebih
sedikit pertukaran gagasan dan keterbukaan pada dunia. Kota-kota yang paling
terbuka dan paling toleran di dunia Muslim saat ini adalah pusat perdagangan –
Beirut, Istambul, Jakarta, Dubai, Bahrain. Kota-kota yang paling terbuka dan toleran
di Cina adalah Hong Kong dan Shanghai. Kota yang paling tertutup di dunia
adalah di pusat Arab Saudi, dimana tak ada orang Kristen, Hindu, Yahudi atau
non Muslim lainnya yang diijinkan menunjukkan agamanya di tempat umum atau
membangun rumah peribadatan dan dalam kasus Mekah, bahkan tidak boleh masuk.
Agama merupakan pelebur dan pencipta imajinasi. Semakin imajinasi berbagai
agama – orang Hindu, orang Kristen, orang Yahudi, Muslim, orang Budha –
dibentuk dalam suatu ruang isolasi, semakin banyak imajinasinya mengalir ke
arah yang berbahaya. Orang yang berhubungan dengan dunia dan terpapar pada
budaya dan perspektif berbeda, lebih mampu mengembangkan imajinasi 11/9.
Masyarakat yang merasa terputus, dimana pribadi dengan kebebasan dan
pemenuhannya merupakan sebuah fantasi utopia , lebih mampu mengembangkan
imajinasi 9/11” (hal 657-58).
Buku
karya Thomas L. Friedman ini layak dibaca bukan hanya oleh para akademisi,
politisi, legislator, mahasiswa namun masyarakat luas termasuk para para
pembentuk opini, para pemimpin religius untuk memiliki sebuah road map (peta jalan) terhadap geliat
era teknologi informasi yang semakin berkontribusi “mendatarkan dunia”. Bukan
hanya memiliki road map namun
menolong setiap pembacanya mengetahui posisi mereka dalam proses “pendataran
dunia” yang terus menerus terjadi serta respon terbaik apakah yang harus
diberikan sebagai bentuk adaptasi. Apakah respon Conformity atau Rebellion
(meminjam terminologi Sosiolog Robert K. Merton) atau “mengembangkan imajinasi
9/11” yang konstruktif atau sebaliknya “mengembangkan imajinasi 11/9 yang destruktif?”
Jika kita gagal memberikan adaptasi yang strategis maka kita hanya akan menjadi
barang komoditas dan pasar dunia yang dikendalikan kekuatan-kekuatan adikuasa sebagaimana
dikatakan Friedman, “Mereka yang terjebak
di masa lalu dan menolak perubahan akan menjadi tak lebih dari sekedar barang
dagangan (commoditization). Mereka yang mampu menciptakan nilai melalui
kepemimpinan, hubungan dan kreatifitas akan mengubah industri ini serta
memperkuat jalinan relasi dengan klien mereka” (hal 15).
Teguh Hindarto,MTh.
Peminat Kajian Sosial
0 komentar:
Posting Komentar