RSS Feed

PENYALIBAN YESUS DIMATA KAUM AHMADIYAH

Posted by Teguh Hindarto



Siapakah yang dimaksudkan dengan Ahmadiyah itu?[1] 

Ahmadiyah adalah gerakan reformis Islam yang didirikan di British India menjelang akhir abad ke-19, yang berasal dengan kehidupan dan ajaran (1835-1908), yang mengklaim sebagai nabi dan telah memenuhi nubuat sebagai pembaharu dunia akhir zaman, yang akan memberitakan mengenai akhir zaman tersebut seperti yang diperkirakan dalam tradisi agama-agama dunia dan mengadakan berbagai kemenangan akhir Islam sesuai nubuatan Islam.

Mirza Ghulam Ahmad mengklaim bahwa dia adalah mujaddid (pembaharu ilahi) Islam ke-14, Mesias yang dijanjikan dan Mahdi yang dinantikan oleh umat Islam. Para pengikut gerakan Ahmadiyah disebut sebagai Ahmadiyah atau Ahmadi Muslim. Ahmadi penekanan  pada keyakinan bahwa Islam adalah dispensasi akhir untuk kemanusiaan sebagaimana diturunkan kepada Muhammad dan perlunya memulihkan untuk itu esensi sejati dan bentuk murni, yang telah hilang selama berabad-abad. Dengan demikian, Ahmadi melihat diri mereka sebagai yang memimpin kembali dan melakukan propagasi damai Islam. Kaum Ahmadiyah telah ada di antara komunitas Muslim paling awal yang tiba di Inggris dan negara-negara Barat lainnya.

Mirza Ghulam Ahmad mendirikan gerakan ini pada tanggal 23 Maret 1889 dan menyebutnya Jama'at Muslim Ahmadiyah serta menganggap itu sebagai revitalisasi Islam. Ahmadiyah menganggap diri Muslim dan mengklaim menerapkan Islam dalam bentuk yang murni, namun, pandangan Ahmadiyah tentang keyakinan tertentu dalam Islam telah menjadi kontroversi bagi Muslim tradisional sejak lahirnya gerakan itu. Muslim tradisional tidak menganggap Ahmadiyah sebagai muslim, dengan mengutip khususnya sudut pandang Ahmadiyah tentang kematian dan kembalinya Yesus, konsep Ahmadiyah Jihad dalam format damai dan pandangan masyarakat tentang finalitas kenabian dengan khususnya mengacu pada interpretasi Quran 33:40.

Di negara-negara Islam Ahmadiyah beberapa hari ini telah terpinggirkan oleh masyarakat mayoritas beragama; mengalami penganiayaan berat. Berbagai penindasan sistematis telah menyebabkan Ahmadiyah banyak yang pindah dan menetap di tempat lain.

Perbedaan Diantara Jemaat Ahmadiyah[2] 

Para pengikut Ahmadiyah, yang disebut sebagai Ahmadi atau Muslim Ahmadi, terbagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama ialah "Ahmadiyya Muslim Jama'at" (atau Ahmadiyah Qadian). Pengikut kelompok ini di Indonesia membentuk organisasi bernama Jemaat Ahmadiyah Indonesia, yang telah berbadan hukum sejak 1953 (SK Menteri Kehakiman RI No. JA 5/23/13 Tgl. 13-3-1953).

Kelompok kedua ialah "Ahmadiyya Anjuman Isha'at-e-Islam Lahore" (atau Ahmadiyah Lahore). Di Indonesia, pengikut kelompok ini membentuk organisasi bernama Gerakan Ahmadiyah Indonesia, yang mendapat Badan Hukum Nomor I x tanggal 30 April 1930. Anggaran Dasar organisasi diumumkan Berita Negara tanggal 28 November 1986 Nomor 95 Lampiran Nomor 35.

Atas nama Pemerintah Indonesia, Menteri Agama, Menteri Dalam Negeri, dan Jaksa Agung Indonesia pada tanggal 9 Juni 2008 telah mengeluarkan Surat Keputusan Bersama, yang memerintahkan kepada penganut Ahmadiyah untuk menghentikan kegiatannya yang bertentangan dengan Islam. 

Perbedaan Ahmadiyah Qadian dan Ahmadiyah Lahore[3]

Terdapat dua kelompok Ahmadiyah. Keduanya sama-sama mempercayai bahwa Mirza Ghulam Ahmad adalah Isa al Masih yang telah dijanjikan Nabi Muhammad SAW. Akan tetapi dua kelompok tersebut memiliki perbedaan prinsip:

Ahmadiyah Qadian, di Indonesia dikenal dengan Jemaat Ahmadiyah Indonesia (berpusat di Bogor), yakni kelompok yang mempercayai bahwa Mirza Ghulam Ahmad adalah seorang mujaddid (pembaharu) dan seorang nabi yang tidak membawa syariat baru.

Pokok-Pokok Ajaran Ahmadiyah Qadian sebagai berikut:

1.     Mengimani dan meyakini bahwa Mirza Ghulam Ahmad, laki-laki kelahiran India yang mengaku menjadi nabi, adalah nabinya.
2.     Mengimani dan meyakini bahwa "Tadzkirah" yang merupakan kumpulan sajak buatan Mirza Ghulam Ahmad adalah kitab sucinya. Mereka menganggap bahwa wahyu adalah yang diturunkan kepada Mirza Ghulam Ahmad.
3.     Mengimani dan meyakini bahwa kitab "Tadzkirah" derajatnya sama dengan Alquran.
4.     Mengimani dan meyakini bahwa wahyu dan kenabian tidak terputus dengan diutusnya Nabi Muhammad saw. Mereka beranggapan bahwa risalah kenabian terus berlanjut sampai hari kiamat.
5.     Mengimani dan meyakini bahwa Rabwah dan Qadian di India adalah tempat suci sebagaimana Mekah dan Madinah.
6.     Mengimani dan meyakini bahwa surga berada di Qadian dan Rabwah. Mereka menganggap bahwa keduanya sebagai tempat turunnya wahyu.
7.     Wanita Ahmadiyah haram menikah dengan laki-laki di luar Ahmadiyah, namun laki-laki Ahmadiyah boleh menikah dengan wanita di luar Ahmadiyah.
8.     Haram hukumnya salat bermakmum dengan orang di luar Ahmadiyah.

Ahmadiyah Lahore, di Indonesia dikenal dengan Gerakan Ahmadiyah Indonesia (berpusat di Yogyakarta). Secara umum kelompok ini tidak menganggap Mirza Ghulam Ahmad sebagai nabi, melainkan hanya sekedar mujaddid dari ajaran Islam .

Selengkapnya, Ahmadiyah Lahore mempunyai keyakinan bahwa mereka:

1.     Percaya pada semua aqidah dan hukum-hukum yang tercantum dalam al Quran dan Hadits, dan percaya pada semua perkara agama yang telah disetujui oleh para ulama salaf dan ahlus-sunnah wal-jama'ah, dan yakin bahwa Nabi Muhammad SAW adalah nabi yang terakhir.
2.     Nabi Muhammad SAW adalah khatamun-nabiyyin. Sesudahnya tidak akan datang nabi lagi, baik nabi lama maupun nabi baru.
3.     Sesudah Nabi Muhammad SAW, malaikat Jibril tidak akan membawa wahyu nubuwat kepada siapa pun.
4.     Apabila malaikat Jibril membawa wahyu nubuwwat (wahyu risalat) satu kata saja kepada seseorang, maka akan bertentangan dengan ayat: walâkin rasûlillâhi wa khâtamun-nabiyyîn (QS 33:40), dan berarti membuka pintu khatamun-nubuwwat.
5.     Sesudah Nabi Muhammad SAW silsilah wahyu nubuwwat telah tertutup, akan tetapi silsilah wahyu walayat tetap terbuka, agar iman dan akhlak umat tetap cerah dan segar.
6.     Sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW, bahwa di dalam umat ini tetap akan datang auliya Allah, para mujaddid dan para muhaddats, akan tetapi tidak akan datang nabi.
7.     Mirza Ghulam Ahmad adalah mujaddid abad 14 H. Dan menurut Hadits, mujaddid akan tetap ada. Dan kepercayaan kami bahwa Mirza Ghulam Ahmad bukan nabi, tetapi berkedudukan sebagai mujaddid.
8.     Percaya kepada Mirza Ghulam Ahmad bukan bagian dari Rukun Islam dan Rukun Iman, maka dari itu orang yang tidak percaya kepada Mirza Ghulam Ahmad tidak bisa disebut kafir.
9.     Seorang muslim, apabila mengucapkan kalimah thayyibah, dia tidak boleh disebut kafir. Mungkin dia bisa salah, akan tetapi seseorang dengan sebab berbuat salah dan maksiat, tidak bisa disebut kafir.
10. Ahmadiyah Lahore berpendapat bahwa Mirza Ghulam Ahmad adalah pelayan dan pengemban misi Nabi Muhammad SAW.

Dogma Kashrush Salib

Kaum Ahmadiyah gencar dalam melakukan serangan dan dakwaan yang membantah historitas dan makna soteriologis peristiwa salib. Berbagai kajian dipublikasikan untuk meruntuhkan doktrin dan fakta peristiwa penyaliban Yesus. Dogma mereka dinamakan “Kashrush Salib” dengan merujuk bunyi Hadits sbb: “Demi Dzat yang jiwaku di tangan-Nya, sesungguhnya hampir turun kepadamu Ibnu Maryam menjadi hakim yang adil, maka ia akan memecahkan salib (yaksirush-shalib) …” (H.r. Bukhari) 

Kata yaksirush-shalib menurut Mulla Ali Al-Qari (1041 H/1606 M) artinya adalah membatalkan  kepercayaan  Kristen   (Al-Mirqah, jilid V, hlm. 221). Sedang Ibnu Hajar Al-Asqalani,  Mujaddid abad VIIIH menerangkan bahwa ”yaksirush-shalib artinya mematahkan kepercayaan Kristen” (Fathul-Barri, jilid VI, hlm. 356). Kitab Biharul-Anwar menerangkan, bahwa yaksirush-shalib adalah  menolak  dengan bukti-bukti  yang nyata akan kepercayaan Kristen dan memecahkan kepercayaannya. Jadi yaksirush-shalib adalah membatalkan dan mematahkan atau menolak kepercayaan Kristen dengan bukti-bukti yang nyata atau dalil-dalil yang kuat. Kepercayaan pokok Gereja Kristen adalah ketuhanan Yesus Kristus (5:17,72; lih 1 Kor 12:3), sebagai bukti ketuhananya mati disalib lalu bangkit dari kubur, kemudian naik ke langit nanti pada akhir zaman turun ke  dunia  menjadi hakim yang adil. Jika bantahan Qur’an Suci 4:157 tentang tidak matinya Isa Almasih di tiang salib diungkapkan, simbol salib yang memenuhi bumi dipecah dan dipatahkan, sebab simbol salib  merupakan manifestasi kepercayaan Yesus mati disalib, padahal sejatinya hanya serupamati saja di tiang salib. Maka dari itu kebangkitan  pada  hari ketiga hal  yang wajar, bukan bangkit dari maut, sebab  menurut Kitab Suci orang yang telah mati tak akan  kembali  hidup di dunia, sebagaimana diajarkan oleh Ayub  (Ayub 7: 7-10), Daud (2 Sam 12:19-23) kemudian diperkuat oleh Nabi Suci Muhammad saw (21:95; 36:31)[4].

Ali Yasir, dalam bukunya, Mengungkap Misteri Penyaliban Yesus, menyatakan bahwa Isa memang disalibkan namun tidak mati melainkan nampaknya saja. Kelihatannya Isa mengalami kematian[5].


Menurut Kamus Lisanul-‘Arab dan Tajul –‘Arus “shalb adalah  cara membunuh yang sudah terkenal” sehingga kata “shalabahu artinya membunuh dia dengan cara yang sudah terkenal.” (Lane –Lexicon). Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan menyalib artinya menghukum matipada kayu salib (tangan dan kaki orang yang dihukum itu direntangkan dan diikat atau dipaku pada kayu salib). Dari empat kamus itu terang sekali bahwa kata shalb atau penyaliban adalah cara membunuh atau menghukum mati pada  kayu salib. Jadi kalau hanya direntangkan kedua tangan dan kaki dipakukan pada tiang salib, tetapi tidak sampai mati-hanya  seperti mati saja – namanya bukan disalib. Dengan demikian kalimat ma shalalabuhu dalam ayat 4:157 itu tak sekali-kali mendustakan dipakukannya Isa Almasih  pada tiang salib, tetapi hanya  mendustkana wafatnya Nabi Isa Almasih pada tiang salib sebagai akibat penyaliban. Jadi kalimat itu membantah ucapan  kaum Yahudi dan sekaligus mendustkan dogma sentral Gereja Kristen, pengakuan Iman Rasuli pasal ke-4 kematian Yesus Kristus disalib. Arti ini selaras dengan  fungsi Qur’an Suci sebagai Mushaddiq (dalam arti membenarkan  atau mengoreksi) terhadap Kitab-kitab Suci atau agama terdahulu[6].

Ali Yasir meneruskan, “Jadi yang diserupakan bukan orang lain, melainkan Yesus Kristus, yakni kematian Yesus yang diserupakan. Tegasnya, sejak pukul sekitar pukul 15.00 waktu setempat, Yesus nampak seperti telah mati. Seperti telah mati itu tidak atau belum mati. Tatkala diturunkan dari tiang salib, lalu dikafani dan akhirnya dimakamkan itu dalam keadaan seperti telah mati saja. Jadi hayat masih dikandung badan.”.[7] Dengan mendasarkan pada sejumlah ayat dalam Kitab TaNaKh dan Perjanjian Baru, Ali Yasir berusaha memberikan teori bahwa Isa masih hidup ketika diturunkan dari kayu salib[8]

Kita akan kritisi pandangan Ali Yasir di atas. Menafsirkan frasa “wama shalabuhu” (mereka tidak menyalibkan) berdasarkan Qs 4:157-158 dengan berasumsi bahwa, “Jadi kalau hanya direntangkan kedua tangan dan kaki dipakukan pada tiang salib, tetapi tidak sampai mati-hanya  seperti mati saja – namanya bukan disalib” adalah tidak dapat dibenarkan. Frasa tersebut sangat jelas mengatakan bentuk negasi (penolakkan) bahwa Isa berhasil dihukum dengan model penyaliban. Pembuktian definisi kata “salib” berdasarkan 4 kamus bahasa Arab di atas tidak berhasil menyanggah fakta Quranik yang menyangkal terjadinya peristiwa penyaliban.


Menafsirkan “walakin syubbiha lahum” (orang yang diserupakan bagi mereka) sebagai Yesus seolah-olah mati sangat tidak dibenarkan karena Quran sangat jelas memberikan bentuk negasi bukan hanya terhadap penyaliban bahkan pembunuhan Isa dengan mengatakan “wama qataluhu” (dia tidak dibunuh). Menafsirkan bahwa Isaseolah-olah mati, sangat bertentangan dengan data dalam Quran sendiri karena tidak ada kata-kata “seolah-olah” dalam Qs 4:157-158.

Teori yang dikemukakan oleh Ali Yasir bukan hanya bertentangan dengan Qur’an bahkan bertentangan dengan TaNaKh dan Kitab Perjanjian Baru. Mesias yang akan datang telah dinubuatkan akan mengalami kewafatan dan kebangkitan.

Yesaya 53:1-12 mengatakan, “Siapakah yang percaya kepada berita yang kami dengar, dan kepada siapakah tangan kekuasaan YHWH dinyatakan? Sebagai taruk ia tumbuh di hadapan YHWH dan sebagai tunas dari tanah kering. Ia tidak tampan dan semaraknya pun tidak ada sehingga kita memandang dia, dan rupa pun tidak, sehingga kita menginginkannya. Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kita pun dia tidak masuk hitungan. Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Tuhan. Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh. Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi YHWH telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian. Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya. Sesudah penahanan dan penghukuman ia terambil, dan tentang nasibnya siapakah yang memikirkannya? Sungguh, ia terputus dari negeri orang-orang hidup, dan karena pemberontakan umat-Ku ia kena tulah. Orang menempatkan kuburnya di antara orang-orang fasik, dan dalam matinya ia ada di antara penjahat-penjahat, sekalipun ia tidak berbuat kekerasan dan tipu tidak ada dalam mulutnya. Tetapi YHWH berkehendak meremukkan dia dengan kesakitan. Apabila ia menyerahkan dirinya sebagai korban penebus salah, ia akan melihat keturunannya, umurnya akan lanjut, dan kehendak YHWH akan terlaksana olehnya. Sesudah kesusahan jiwanya ia akan melihat terang dan menjadi puas; dan hamba-Ku itu, sebagai orang yang benar, akan membenarkan banyak orang oleh hikmatnya, dan kejahatan mereka dia pikul. Sebab itu Aku akan membagikan kepadanya orang-orang besar sebagai rampasan, dan ia akan memperoleh orang-orang kuat sebagai jarahan, yaitu sebagai ganti karena ia telah menyerahkan nyawanya ke dalam maut dan karena ia terhitung di antara pemberontak-pemberontak, sekalipun ia menanggung dosa banyak orang dan berdoa untuk pemberontak-pemberontak

Saat makan Jamuan Paskah, Yesus berkata dalam Matius 22:17 dan 20 sbb: “Kemudian Ia mengambil sebuah cawan, mengucap syukur, lalu berkata: "Ambillah ini dan bagikanlah di antara kamu. Demikian juga dibuat-Nya dengan cawan sesudah makan; Ia berkata: "Cawan ini adalah perjanjian baru oleh darah-Ku, yang ditumpahkan bagi kamu”. Dikatakan pula dalam Lukas 22:19 sbb: ”Lalu Ia mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka, kata-Nya: "Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku."

Penegasan Yesus membuktikan sebuah kesadaran bahwa Yesus akan mengalami kematian untuk menggenapi nubuatan para nabi dimana kematiannya merupakan penggenapan korban yang sejati yang akan menghapus kutuk dosa manusia yaitu maut. Dengan demikian, teori yang diusulkan gugur dan bertentangan baik dengan Qur’an maupun Taurat serta Injil.

Selanjutnya, dalam buku Syafi R. Batuah, Dari Palestina ke Kashmir, dijelaskan bahwa Isa mengalami mati suri, dirawat oleh para muridnya lalu hijrah ke Kashmir dan mati tua disana dalam usia 120 tahun. Sampai hari ini ada kuburan Isa yang dikenal dengan sebutan Yus Asaf di India. Berbagai penemuan kontroversial segera diklaim sebagai bukti-bukti bahwa Yesus wafat dalam usia tua setelah selamat dari penghukuman disalib. Berbagai bukti yang diklaim membenarkan keyakinan mereka al., penemuan kain kafan Turin, hasil foto wajah di kain kafan Turin, kisah pertemuan Raja Shalewahin (78 Ms) dengan Yesus di Srinagar yang ditulis dalam bahasa Sanskrit dengan judul Bhavisha Maha Purana, serta penemuan kuburan atas nama Yus Asaf[9].

Mengenai Kain Kafan Turin, menarik mengutip pandangan C. Marvin Pate dalam bukunya Disalibkan Oleh Media. Setelah mengutip dan menguraikan berbagai hasil penelitian ilmiah dan kontroversi hasil riset mengenai Kain Kafan Turin, beliau memberikan kesimpulan sbb: “Asli atau palsu? Perdebatan terus berlanjut...Kami menyimpulkan bahwa kain kafan tersebut paling mungkin merupakan gambaran seorang seniman mengenai penderitaan Yesus yang bertarikh sekitar abad ketiga belas (berdasarkan penentuan tarikh dengan Karbon 14). Gambar tersebut mungkin dibuat dengan cat, tetapi kami tidak mengesampingkan kemungkinan bahwa seorang artis menggunakan darahnya sendiri atau darah orang lain untuk menciptakan gambar pada kain kafan tersebut. Walaupun gambar pada kain kafan tersebut mungkin diciptakan oleh seorang yang ingin membuat sebuah pemalsuan yang lihai, gambar pada kain kafan tersebut mungkin juga diciptakan oleh seorang yang beritikad baik yang ingin menggambarkan penderitaan Yesus dalam lukisan-tetapi tidak untuk menyesatkan orang-orang bahwa kain tersebut sesungguhnya adalah kain yang digunakan untuk menguburkan Yesus”[10]

[1] Ahmadiya
http://en.wikipedia.org/wiki/Ahmadiyya

[2] Ahmadiyah
http://id.wikipedia.org/wiki/Ahmadiyyah

[3] Ibid.,

[4] Kashrush Salib
http://samianyasir.wordpress.com/2011/03/07/kashrush-shalib/

[5] Yogyakarta: YABUMI, 1994, hal 18-19

[6] Penyaliban Isa bin Maryam
http://samianyasir.wordpress.com/2011/01/24/penyaliban-isa-bin-maryam/ 

[7] Ibid., hal 19

[8] Ibid., hal 20-24

[9] Jemaat Ahmadiyah Indonesia, 1997, hal 4-6, 30-36

[10] Disalibkan Oleh Media, Yogyakarta: Andi Offset 2007, hal 190

3 komentar:

  1. Manunggaling Kawulo Rasul

    Andaikata Yesus Kristus adalah Isa Al Masih, kita percaya bahwa yang mati disalib adalah Isa Al Masih. Keterangan Al Quran surat An-Nisa ayat 156-157:
    وَبِكُفْرِهِمْ وَقَوْلِهِمْ عَلَىٰ مَرْيَمَ بُهْتَانًا عَظِيمًا
    Dan karena kekafiran mereka (terhadap Isa) dan tuduhan mereka terhadap Maryam dengan kedustaan besar (zina),

    وَقَوْلِهِمْ إِنَّا قَتَلْنَا الْمَسِيحَ عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ رَسُولَ اللَّهِ وَمَا قَتَلُوهُ وَمَا صَلَبُوهُ وَلَٰكِنْ شُبِّهَ لَهُمْ ۚ وَإِنَّ الَّذِينَ اخْتَلَفُوا فِيهِ لَفِي شَكٍّ مِنْهُ ۚ مَا لَهُمْ بِهِ مِنْ عِلْمٍ إِلَّا اتِّبَاعَ الظَّنِّ ۚ وَمَا قَتَلُوهُ يَقِينًا
    dan karena ucapan mereka: "Sesungguhnya kami telah membunuh Al Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah", padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa.

    Dari Surat An-Nisa 156-157 dapat diketahui informasi sebagai berikut:
    1. Mereka [Adalah orang Yahudi yang kafir terhadap Isa dan tuduhan terhadap Maryam dengan kedustaan besar (zina).An-Nisa 156] adalah BENAR telah membunuh dan menyalib "seseorang".
    2. Mereka mengatakan "seseorang" tersebut adalah Al Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah.
    3. Allah memberitakan bahwa "seseorang" tersebut TIDAK Al Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah, namun yang DISERUPAKAN dengan-Nya bagi MEREKA.
    4. Orang-orang yang berSELISIH PAHAM tentang Isa [adalah MEREKA yaitu orang Yahudi yang kafir terhadap Isa dan tuduhan terhadap Maryam dengan kedustaan besar (zina)] benar-benar dalam keragu-raguan dan tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu.
    5. Mereka hanya BERPRASANGKA bahwa "seseorang" tersebut adalah Al Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah.

    Dapat dianalisa bahwa:
    1. MEREKA dari AWAL memang TIDAK PERCAYA/KAFIR terhadap "seseorang" yang mengaku "Raja Yahudi, Putra Allah dan Mesias yang dilahirkan dari PERAWAN SUCI" yang bernama Isa.
    2. MEREKA memang BENAR telah membunuh dan menyalib "seseorang" yang SERUPA dengan Isa.
    3. Namun menurut Allah, MEREKA tidak membunuh dan menyalib Isa, karena MEREKA dari AWAL memang TIDAK PERCAYA/KAFIR terhadap "Raja Yahudi, Putra Allah dan Mesias yang dilahirkan dari PERAWAN SUCI".
    4. Kemudian bagaimana mungkin MEREKA menjadi BERIMAN dan PERCAYA terhadap Al Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah yang MEREKA bunuh dan salibkan ! Bahkan setelah peristiwa tersebut MEREKA masih mengejar dan membunuh pengikut-pengikut Isa yang tetap GIGIH menyebarkan INJIL.
    5. Jadi MEREKA hanya membunuh dan menyalib "seseorang" yang DISERUPAKAN Isa bagi MEREKA, karena keragu-raguan dan tidak mempunyai keyakinan serta hanya berPRASANGKA terhadap keRASULAN Isa.Padahal bagi PENGIKUT_PENGIKUT SETIA Isa, MEREKA telah membunuh dan menyalib Al Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah.

    Kalau tidak salah ayat tersebut termasuk ayat Mutasyabihat atau SAMAR-SAMAR,tidak jelas. Dan hanya Al Kitab atau Injil yang mempunyai PENGETAHUAN untuk menjelaskan tentang hal tersebut. Seperti tertulis dalam Al Quran surat Yunus ayat 94
    فَإِنْ كُنْتَ فِي شَكٍّ مِمَّا أَنْزَلْنَا إِلَيْكَ فَاسْأَلِ الَّذِينَ يَقْرَءُونَ الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكَ ۚ لَقَدْ جَاءَكَ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ فَلَا تَكُونَنَّ مِنَ الْمُمْتَرِينَ
    Maka jika kamu (Muhammad) berada dalam keragu-raguan tentang apa yang Kami turunkan kepadamu, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang membaca kitab sebelum kamu. Sesungguhnya telah datang kebenaran kepadamu dari Tuhanmu, sebab itu janganlah sekali-kali kamu temasuk orang-orang yang ragu-ragu.

  1. Nafiri Zaman

    Tulisan saudara Insyā’ Allāh akan saya tanggapi. Sebagai pendahuluan, kiranya tulisan saya ini memadai:

    http://nafirizaman.blogspot.com/2014/09/penyaliban-isa-as-tersebut-dalam-hadits.html

  1. Dartono

    Kaum Ahmadiyah gencar dalam melakukan serangan dan dakwaan yang membantah historitas dan makna soteriologis peristiwa salib. Berbagai kajian dipublikasikan untuk meruntuhkan doktrin dan fakta peristiwa penyaliban Yesus. Dogma mereka dinamakan “Kashrush Salib” dengan merujuk bunyi Hadits sbb: “Demi Dzat yang jiwaku di tangan-Nya, sesungguhnya hampir turun kepadamu Ibnu Maryam menjadi hakim yang adil, maka ia akan memecahkan salib (yaksirush-shalib) …” (H.r. Bukhari)

    Kata yaksirush-shalib menurut Mulla Ali Al-Qari (1041 H/1606 M) artinya adalah membatalkan kepercayaan Kristen (Al-Mirqah, jilid V, hlm. 221). Sedang Ibnu Hajar Al-Asqalani, Mujaddid abad VIIIH menerangkan bahwa ”yaksirush-shalib artinya mematahkan kepercayaan Kristen” (Fathul-Barri, jilid VI, hlm. 356). Kitab Biharul-Anwar menerangkan, bahwa yaksirush-shalib adalah menolak dengan bukti-bukti yang nyata akan kepercayaan Kristen dan memecahkan kepercayaannya

    (Saya tanggapi ya. Akidah kasrush shalib dengan argumentasi dan bukti nyata ialah sebuah akidah yang menyintai perdamaian dan rasionalitas. perlu diketahui, mayoritas umat Muslim memahami term kasrush shalib sebagai memecah salib dalam arti lahiriah.)

Posting Komentar