MENGUJI GUGATAN HERMENEUTIS TOKOH ISMAEL
DALAM KITAB TANAKH VERSI MASORETIK
DALAM KITAB TANAKH VERSI MASORETIK
Resensi dan Tanggapan Kritis Terhadap Buku Karya Menahem Eli
(Dosen Filologi Islam Asia Tenggara dan Studi Semitik, UNAIR)
"Ishmael Dalam Mushaf Masorah Ben Asher dan Naskah Khirbet Qumran"
Harga Rp. 60.000 (sudah dengan ongkir). Edisi E-Book Rp. 20.000
Pemesanan: 081327274269
Harga Rp. 60.000 (sudah dengan ongkir). Edisi E-Book Rp. 20.000
Pemesanan: 081327274269
DAFTAR ISI
PENGANTAR…………………………………………………………….............................3
BAB I
Resensi dan Pandangan Umum……………………………………………...................8
BAB II
Apakah Agama Islam Merupakan Warisan Agama Abraham?....................13
Apakah Agama Islam Merupakan Warisan Agama Abraham?....................13
BAB III
Benarkah Ishak dan Ishmael Berkedudukan Sejajar?...................................28
Benarkah Ishak dan Ishmael Berkedudukan Sejajar?...................................28
Benarkah Otentisitas Naskah Masoretik Bermasalah
Dalam Melaporkan Status Ishmael
Dibandingkan Naskah Laut Mati?.....................................................................36
BAB V
Keturunan Ishmael Berjasa Sebagai Penemu Naskah Qumran,
So What?................................................................................................................73
BAB VI
Mempertanyakan Logika Taman Eden Sebagai Tanah Perjanjian
Bagi Keturunan Ishmael………………………………………………………..................92
Mempertanyakan Logika Taman Eden Sebagai Tanah Perjanjian
Bagi Keturunan Ishmael………………………………………………………..................92
PENGANTAR
Umat Muslim berusaha
untuk meyakinkan umat Yudaisme dan Kristen jika agama Islam yang diwartakan
oleh Muhamad memiliki rujukannya dalam Taurat dan Injil, maka beraneka ragam
buku diterbitkan untuk meyakinkan pembaca Yudaisme dan Kristen. Buku “Muhammad in The Bible” karya Prof. Abdul
Ahad Dawud (nama aslinya, David Benjamin Keldani)”[1]
(2008) adalah upaya terkini untuk menebarkan keyakinan tersebut melalui kajian
yang nampaknya ilmiah teologis dengan melakukan sejumlah analisis bahasa
Ibrani, Aram, Arab dari seorang yang mengaku mantan petinggi gereja dan seorang
intelektual Katolik ritus Kaldea
Buku dengan judul, “Israel Dalam Mushaf Masorah Ben Asher dan
Naskah Khirbet Qumran”[2]
adalah buku yang memiliki gema yang sama namun dengan pendekatan yang lebih
sofistik dan bertujuan membangun sebuah pengakuan terhadap keberadaan Ishmael
sebagai keturunan Abraham yang setara dengan Ishak sebagaimana dinyatakan oleh
penulisnya, “Terbitnya buku ‘Israel Dalam
Mushaf Masorah Ben Asher dan Naskah Khirbet Qumran: Tafsir Rashi dan Rabi
Saadia Gaon’ ini bertujuan untuk memberikan pencerahan kepada semua komunitas
lintas iman yang berada pada naungan rumpun agama-agama Semitik, terutama kaum Kristiani agar juga
mulai merefleksi diri dan menelaah ulang atas penggambaran karakter Ishmael
yang selalu disalahpersepsikan. Kekeliruan pencitraan yang amat negatif
terhadap karakter sosok Ishmael dalam Alkitab justru dapat memanipulasi pesan
nubuatan kenabian Ishmael sebagaimana yang dikehendaki oleh nas kitab suci itu
sendiri. Oleh karena itu, penerbitan buku ini dipandang penting dalam mendedah
ketidaktahuan dan prasangka umat beriman akibat kesalahpahaman mengenai
Ishmael, anak Abraham berdasarkan kajian filologi, linguistik dan arkeologi” (hal
xxiii).
Buku ini memiliki nilai
lebih dan nampak berbeda dibandingkan penulis-penulis Islam lainnya khususnya
di Indonesia dikarenakan penulisnya menguasai bahasa-bahasa Semitik baik itu
Ibrani, Aram, Arab dan dihampir setiap pembahasan masing-masing bab menyertakan
kajian teknis berupa analisis filologis sebagaimana dia jelaskan dalam tujuan
penulisan buku ini. Bukan hanya menguasai bahasa-bahasa Semitik dan menerapkan
metode filologi tersebut dalam pembahasan bukunya namun yang menarik adalah
akses Menahem Eli selaku penulis buku kepada karya-karya rabinik Abad
Pertengahan seperti Saadia Gaon al Fayyumiy (892-942 Ms), Rabi Shlomo ben
Yitzhaq – Rashi (1040-1105 Ms) dan menjadikan bahan rujukan tafsir untuk melengkapi
analis teks dalam buku yang ditulisnya. Hal ini dapat dimaklumi mengingat latar
belakang genetis penulis yang mewarisi darah Yahudi dan seorang dosen bidang
Filologi Islam Asia Tenggara yang memiliki kecakapan akademis dibidang
bahasa-bahasa Semitik baik Ibrani, Aram, Arab.
Metodologi pengkajian
sedemikian masih terbilang jarang dilakukan oleh para penulis Muslim khususnya
di Indonesia selain disebabkan kekurangan akses kepada karya-karya Rabinik dan
selain itu bias pemahaman terhadap Yahudi dan Yudaisme yang masih mendominasi
dan menghegemoni pemahaman banyak penulis Muslim di Indonesia sehingga
menjauhkan mereka untuk melakukan studi dan penelaahan dengan melibatkan
sumber-sumber literatur Yudaisme. Setidaknya belum muncul intelektual Muslim sekelas
Mohamed Hawary[3],
seorang profesor kajian bahasa Ibrani dan pemikiran Yahudi di Universitas Ain
Syams, Kairo yang melibatkan kajian Yahudi dan Yudaisme sebagai bagian dari
kajian akademik di Indonesia.
Saya melihat langkah
pendekatan Menahem Eli dengan melibatkan kajian bahasa-bahasa Semitik dan
literatur rabinik bukan hanya dikarenakan faktor hubungan emosional dengan
Yahudi dan Yudaisme serta latar belakang akademiknya dibidang filologi namun
dipengaruhi juga dengan kehadiran Messianic Judaism yaitu kegerakan di kalangan
Yahudi dan Yudaisme yang menerima Yesus sebagai Mesias namun mereka menolak
menyebut dirinya Christianity. Berbagai literatur, penerjemahan kitab suci,
pusat pendidikan telah didirikan kelompok Messianic Judaism/Jewish dengan
metodologi pengkajian Kitab Perjanjian Baru dengan pendekatan kajian bahasa dan
lingkungan budaya Semitik zaman Yesus untuk mendapatkan pemahaman yang lebih
baik terhadap sabda-sabda Yesus[4].
Kecenderungan Menahem Eli dapat dilihat dengan pendirian Yeshiva Intitute[5]dan
buku yang pernah ditulis beberapa tahun sebelumnya dengan judul, “Discovering the Hebraic Roots of Islamic
Messiah:the Study of Semitic Philology on the Hebraica, the Jerusalem Talmud
and the Midrash”[6]
Namun disayangkan
sekali bahwa kajian filologis yang menjadi metodologi utama dalam penulisan
buku ini memiliki sejumlah cacat metodologis dan kelemahan-kelemahan serius
dibagian lainnya khususnya dibidang tafsir atau eksegese narasi Kitab Torah
khususnya. Hal ini saya buktikan dalam bagian kajian tanggapan. Bahkan
pendekatan filologis yang dilakukan Menahem Eli hampir terjatuh dalam dosa
“gothak gathuk mathuk” alias mencocok-cocokkan pararelisasi bunyi untuk
membangun teori-teorinya, sebagaimana saya ulas dibagian akhir pembahasan
bukunya.
Sejumlah kelemahan
serius ini seolah-olah mengubur kembali niatan mulia untuk membangun
rekonsiliasi diantara garis keturunan Abraham melalui jalur Ishak dan Ishmael
yang mewarisi tradisi iman yang sama dikarenakan didasarkan pada pijakan
asumsi-asumsi yang keliru. Ajakan Menahem Eli dengan merujuk Kejadian 25:7-9,
“Abraham mencapai umur
seratus tujuh puluh lima tahun, lalu ia meninggal. Ia mati pada waktu telah
putih rambutnya, tua dan suntuk umur, maka ia dikumpulkan kepada kaum
leluhurnya. Dan anak-anaknya, Ishak dan Ismael, menguburkan dia dalam gua
Makhpela, di padang Efron bin Zohar, orang Het itu, padang yang letaknya di
sebelah timur Mamre Kiranya kajian ringkas ini bermanfaat bagi para pembaca dan
peminat kajian Kitab Suci khususnya” sangat mengesankan
dan mengingatkan kembali para pewaris iman dari jalur Ishak dan Ishmael untuk
tidak saling berseteru dikarena Ishak dan Ishmael tetap menguburkan ayah mereka
secara bersama-sama sebagai lambang kebersamaan.
Menahem Eli pun
mengutip doa-doa Yudaisme dari “the Shalom
Seders: Three Haggadas” yang berisikan harapan perdamaian, “Marilah kita bersama-sama lagi, Oh Ishmael,
di taman peristirahatan abadi ini, demi pusara anak-anak terkasih kita. Demi
padang Efron, setelah sekian lama kita tak bersua, di gua Makhpela ini, tempat
kita menguburkan Abraham, bapa kita” (hal 35-37). Sayang sekali, basis
rekonsialiasi yang dibangun Menahem Eli dalam bagian-bagian ulasannya kemudian
lebih banyak menggangu pikiran saya untuk melakukan tanggapan kritis tinimbang
memberikan ulasan belaka dalam bentuk resensi.
Namun demikian,
terlepas dari sejumlah kekurangan serius yang menguburkan kembali niatan mulia
untuk membangun rekonsiliasi dan kebersamaan tetap harus diberikan apresiasi
dan ruang sebagaimana mestinya. Kehadiran buku ini tetap mendatangkan manfaat
terutama bagi umat Kristiani untuk melihat sosok Ishmael dengan lebih seksama
dan melepaskan bias atau prasangka-prasangka teologis.
Kiranya kajian terhadap
buku karya Menahem Eli ini memberikan manfaat bagi para pembaca dan pengkaji Kitab
Suci untuk melakukan eksplorasi lebih mendalam mengenai sumber-sumber Kitab
Suci untuk membangun rekonsiliasi sekaligus tetap menghormati sejumlah
perbedaan yang tidak dapat dipertemukan dibidang akidah. Penghormatan terhadap
eksistensi agama lain bukan didasarkan pengakuan dan pencarian
kesamaan-kesamaan narasi teologis belaka melainkan pengakuan dan keberanian
menerima perbedaan dan kehadiran pemahaman yang berbeda. Salam pencerahan.
Teguh Hindarto
Indonesian Judeochristianity Institute
[2] Menahem Eli, Israel Dalam Mushaf Masorah Ben Asher dan
Naskah Khirbet Qumran: Tafsir Rashi dan Rabi Sadia Gaon, Surabaya: The
Yeshiva Institute, 2014
[3] Jacob Bender, Pakar Kajian Yahudi dari Mesir Menengok ke Belakang
http://www.commongroundnews.org/article.php?id=26057&lan=ba&sp=0
[4] Band. kajian David Bivin dan sejumlah intelektual lainnya di situs Jerusalem Perspective (http://www.jerusalemperspective.com/) dan Tim Hegg di situs Torah Resources (http://www.torahresource.com/)
[6]
Discovering the Hebraic Roots of Islamic
Messiah:the Study of Semitic Philology on the Hebraica, the Jerusalem Talmud
and the Midrash , Kuala Lumpur, Malaysia: A.S. Noorden Publication, 2009
5 komentar:
Assalamualaikum
salam
Kepada penulis buku diatas , jangan menjadi penumpang diatas endaraan orang lain . anda harus mempertanggung jawabkan tulisan anda minimal kpd pengarang buku yg anda kritisi . Pak Moh ALI menunggu anda mengundang beliau untuk dilakukan bedah buku bersama. siapkan tempatnya , kami akan datang ke tempat saudara .
Wassalam
Edy Prayitno
ini no telp pak Moch ALI pengarang buku " ISHMAEL " 081357823831...KAMI TUNGGU UNDANGAN ANDA UNTUK MEMBEDAH BUKU EBOOK ANDA DAN BUKU KAMI .
BAGI KAUM MUSLIM YG INGIN MEMBELI BUKU " ISHMAEL " BISA HUBUNGI TELP PAK ALI LANGSUNG . AKAN DIKIRIM HARGA Rp. 65.000 , ( belum ongkos kirim ).
Sdr Edy Prayitno, Anda terlalu cepat membuat pernyataan dan kesimpulan dengan didasarkan minimnya informasi. Untuk Anda ketahui bahwa Sdr. Menahem Eli berkawan dan berkomunikasi dengan saya. Dialah yang memberikan bukunya pada saya untuk dikritisi dan disanggah. Saya sudah mengirimkan ebook ini padanya namun sampai hari ini tidak ada keterangan dan jawaban darinya. Jadi Anda sungguh ceroboh ketikan membuat pernyataan, "Kepada penulis buku diatas , jangan menjadi penumpang diatas endaraan orang lain . anda harus mempertanggung jawabkan tulisan anda minimal kpd pengarang buku yg anda kritisi". Atau Sdr M. Ali tidak menjelaskannya pada Anda?
buat seminar aja
Posting Komentar