RSS Feed

DEREK YAHWEH

Posted by Teguh Hindarto

Midrash Shabat: Yeremia 6:1-26
Nats: Yeremia 6:16; 5:4-5, Amsal 2:20

Yeremia pasal 6:1-26 memberikan gambaran perihal kondisi yang akan dialami oleh Bangsa Israel yaitu “malapetaka” (ay 1) dan “hukuman” (ay 6) serta “penyerbuan” dari musuh” (ay 11, Band. Ay 22-26). Apa yang menyebabkan hal-hal di atas? Karena “telinga mereka tidak bersunat dan Firman Tuhan menjadi bahan cemoohan” (ay 10) dan dikatakan “baik nabi maupun umat mengejar untung” (ay 13-15), “tidak mau menempuh jalan orang terdahulu” (ay 16), “tidak memperhatikan para penjaga” (ay 17), “tidak memperhatikan Torah” (ay 19).

Pada ayat 16 dikatakan bahwa orang Israel tidak mau menempuh “jalan orang terdahulu” atau “jalan yang baik”, dimana mereka seharusnya mendapat ketentraman. Apakah jalan yang dimaksudkan itu? Dalam Amsal 2:20 digemakan kembali sbb, “Sebab itu tempuhlah jalan orang baik, dan peliharalah jalan-jalan orang benar” (Ibr: lema’an telek bederek tovim, wearkhot ha tsadiqim tishmor).


Untuk memahami makna “jalan orang terdahulu” atau “jalan orang baik” atau “jalan orang benar”, maka kita harus membaca terlebih dahulu Yeremia pasal 5:1-5 sbb: Lintasilah jalan-jalan Yerusalem, lihatlah baik-baik dan camkanlah! Periksalah di tanah-tanah lapangnya, apakah kamu dapat menemui seseorang, apakah ada yang melakukan keadilan dan yang mencari kebenaran, maka Aku mau mengampuni kota itu. Sekalipun mereka berkata: "Demi YHWH yang hidup," namun mereka bersumpah palsu. Ya YHWH, tidakkah mata-Mu terarah kepada kebenaran? Engkau memukul mereka, tetapi mereka tidak kesakitan; Engkau meremukkan mereka, tetapi mereka tidak mau menerima hajaran. Mereka mengeraskan kepalanya lebih dari pada batu, dan mereka tidak mau bertobat. Lalu aku berpikir: "Itu hanya orang-orang kecil; mereka adalah orang-orang bodoh, sebab mereka tidak mengetahui jalan YHWH, hukum Tuhan mereka. Baiklah aku pergi kepada orang-orang besar, dan berbicara kepada mereka, sebab merekalah yang mengetahui jalan YHWH, hukum Tuhan mereka." Tetapi mereka pun semuanya telah mematahkan kuk, telah memutuskan tali-tali pengikat”.

Yang dimaksudkan dengan jalan dimana umat israel harus menempuhnya adalah “Jalan YHWH (Yahweh)” atau dalam bahasa Ibrani disebut “Derek YHWH”. Jalan YHWH adalah “jalan Tuhan mereka”. Jalan YHWH adalah aturan main yang telah ditetapkan oleh Tuhan agar umat-Nya mengalami ketentraman dan jika peraturan dan ketetapan ini dilanggar, mereka akan mengalami hukuman.

Mari kita lihat lebih jauh apa itu “Jalan YHWH” atau “Derek YHWH”. Kitab Suci memberikan keterangan sbb:
  1. Ketundukkan pada hukum dan ketetapan-Nya
Mengenai aku, jauhlah dari padaku untuk berdosa kepada YHWH dengan berhenti mendoakan kamu; aku akan mengajarkan kepadamu jalan yang baik dan lurus. Hanya takutlah akan YHWH dan setialah beribadah kepada-Nya dengan segenap hatimu, sebab ketahuilah, betapa besarnya hal-hal yang dilakukan-Nya di antara kamu. Tetapi jika kamu terus berbuat jahat, maka kamu akan dilenyapkan, baik kamu maupun rajamu itu." (1 Sam 12:23-25)
  1. Kepatuhan pada hukum dan ketetapan-Nya
sebab aku tetap mengikuti jalan YHWH dan tidak menjauhkan diri dari Tuhanhku sebagai orang fasik. Sebab segala hukum-Nya kuperhatikan, dan dari ketetapan-Nya aku tidak menyimpang” (2 Sam 22:22-23)
  1. Kepatuhan pada perintah-Nya
Oleh sebab itu haruslah engkau berpegang pada perintah YHWH Tuhanmu, dengan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya dan dengan takut akan Dia” (Ul 8:6)

Dari pemaparan di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa “Jalan YHWH” atau “Derek YHWH” merupakan seperangkat sistem dan kepercayaan pada YHWH yang ditunjukkan dalam peribadatan dan ketaatan melakukan huku, aturan, perintah serta ketetapan YHWH. Dimanakah kita dapat menemukan hukum, aturan, ketetapan YHWH itu? Jawabannya, Torah!

Torah YHWH adalah isi dari Jalan YHWH. Perhatikan frasa “…menolak pengajaran-Ku” (Yer 6:19). Kata “pengajaran-Ku” dipergunakan bahasa Ibrani “Torati”. Torah mengatur perihal yang kudus dan yang najis. Torah mengatur mana yang diperbolehkan dan mana yang diularang. Torah mengatur mana yang gelap dan mana yang terang. Torah mengatur perihal berbuat keadilan terhadap sesama dan bagaimana memperlakukan para janda dan anak yatim serta orang miskin.

Jalan YHWH atau Derek YHWH adalah istilah resmi yang dipergunakan untuk menamai perilaku religius orang Israel kuno untuk membedakan dengan kepercayaan bangsa-bangsa di sekeliling mereka. Dengan kata lain, inilah Agama Israel Kuno: Jalan YHWH atau Derek YHWH.

Agama? Apakah YHWH mendirikan agama? Apakah Yesus mendirikan agama? Banyak orang-orang Kristen yang anti dengan istilah agama dan tidak setuju jika Kekristenan dianggap sebagai agama yang sama dengan agama-agama lainnya. Mereka berpandangan bahwa agama adalah upaya dan usaha manusia untuk menemui Tuhan. Sementara Kekristenan adalah Tuhan yang mendatangi manusia? Benarkah pernyataan tersebut?

Istilah “Agama” yang dalam bahasa Inggris “Religion” memiliki aneka ragam definisi. Charles Samuel Branden memetakan definisi agama berdasarkan “what people do” (apa yang kerjakan manusia) dan “why people do what they do” (mengapa orang melakukan apa yang mereka lakukan)1
 
Berdasarkan kategori “what people do” maka agama didefinisikan sbb:
  1. Agama adalah kepercayaan terhadap keberadaan yang spiritual (Taylor)
  2. Agama adalah penyembahan terhadap kekuasaan tertinggi yang muncul dari suatu perasaan yang membutuhkan sesuatu (Menzies)
  3. Agama adalah kehidupan Tuhan dalam jiwa manusia (Newton Clarke)
Berdasarkan kategori “why people do what they do” maka agama didefinisikan sbb:
  1. Agama adalah pelestarian milai-nilai (Hofding)
  2. Agama adalah kesadaran nilai sosial tertinggi (Amos)
  3. Agama adalah pertanyaan tang mengiringi setelah kemapanan hidup (Hayden)
Apapun definisi dan kontroversi agama dan apakah Yudaisme dan Kristen merupakan agama atau bukan, yang jelas baik Yudaisme dan Kekristenan yang mewarisi nilai-nilai Jalan YHWH terkategori agama karena memiliki konsep religius tentang Tuhan dan bagaimana peribadatan yang benar dihubungkan dengan pribadi-Nya serta kitab suci sebagai pedoman moral.

Apakah ajaran Yesus merupakan kelanjutan dari Jalan YHWH atau suatu jalan yang berbeda sepenuhnya? Adalah Marcion, seorang bidat gereja yang mengajarkan bahwa Yesus datang dari Bapa yang tidak dikenal. Yesus berbeda dengan Tuhan dalam Kitab Torah. Oleh karenanya Marcion hanya mempergunakan Kitab Perjanjian Baru, itupun dengan menolak keberadaan Kitab Matius dan berbagai surat rasuli yang berbau Yahudi. Baginya, Yesus tidak ada sangkut paut dengan Jalan YHWH. Baginya, Yesus datang bukan dari Tuhan yang digambarkan oleh Kitab Torah. Namun pemahaman Marcion keliru. Ajaran Yesus adalah kelanjutan dari Jalan YHWH. Yesus bersabda sbb:

"Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya” (Mat 5:17)

Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi”(Luk 24:27)

Sebab jikalau kamu percaya kepada Musa, tentu kamu akan percaya juga kepada-Ku, sebab ia telah menulis tentang Aku” (Yoh 5:46)

Dari kutipan perkataan Yesus di atas, kita dapat melihat bahwa Yesus memiliki kesadaran bahwa diri-Nya adalah yang datang dari YHWH. Dia tidak membawa syariat baru yang menghancurkan syariat lama. Keberadaan diri-Nya telah dinubuatkan dalam Torah.

Kitab Maleakhi 3:1 mengatakan sbb: Lihat, Aku menyuruh utusan-Ku, supaya ia mempersiapkan jalan di hadapan-Ku! Dengan mendadak Tuan yang kamu cari itu akan masuk ke bait-Nya! Malaikat Perjanjian yang kamu kehendaki itu, sesungguhnya, Ia datang, firman YHWH semesta alam”. Demikian pula dalam Yesaya 40:3 dikatakan sbb: “Ada suara yang berseru-seru: "Persiapkanlah di padang gurun jalan untuk YHWH, luruskanlah di padang belantara jalan raya bagi Tuhan kita! Dan nubuatan ini digemakan kembali oleh Matius saat dia menuliskan sbb: “Sesungguhnya dialah yang dimaksudkan nabi Yesaya ketika ia berkata: "Ada suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Persiapkanlah jalan untuk YHWH, luruskanlah jalan bagi-Nya."(Mat 3:3).

Ketika Rasul Paul dituduh beribadah dan mengajarkan ajaran yang berbeda dengan adat istiadat Yahudi, dia membantah dan mengatakan bahwa dia tetap beribadah kepada Tuhan nenek moyang Israel, namun dengan pola pemahaman “Jalan Tuan” sebagaimana dikatakan: “Tetapi aku mengakui kepadamu, bahwa aku berbakti kepada Tuhan nenek moyang kami dengan menganut Jalan Tuan, yaitu Jalan yang mereka sebut sekte. Aku percaya kepada segala sesuatu yang ada tertulis dalam Torah dan dalam kitab nabi-nabi” (Kis 24:14).

Apa itu “Jalan Tuan?” Istilah “Jalan Tuan” dalam bahasa Ibrani muncul dalam frasa “Ton Hodon” (Jalan itu) namun Lembaga Alkitab Indonesia biasanya menerjemahkan dengan “Jalan Tuhan” dan frasa “Ten Hodon tou Kuriou” (Jalan Tuan). Istilah “Jalan Tuan” muncul hanya dalam Kitab Kisah Para Rasul dan muncul sebanyak 9 kali dibeberapa tempat yaitu:

Kisah Rasul 9:2, “dan meminta surat kuasa dari padanya untuk dibawa kepada majelis-majelis Yahudi di Damsyik, supaya, jika ia menemukan laki-laki atau perempuan yang mengikuti Jalan Tuan, ia menangkap mereka dan membawa mereka ke Yerusalem”.

Kisah Rasul 13:10, “dan berkata: "Hai anak Iblis, engkau penuh dengan rupa-rupa tipu muslihat dan kejahatan, engkau musuh segala kebenaran, tidakkah engkau akan berhenti membelokkan Jalan Tuan yang lurus itu?”

Kisah Rasul 18:25, “Ia telah menerima pengajaran dalam Jalan Tuan. Dengan bersemangat ia berbicara dan dengan teliti ia mengajar tentang Yesus, tetapi ia hanya mengetahui baptisan Yohanes

Kisah Rasul 18:26, “Ia mulai mengajar dengan berani di rumah ibadat. Tetapi setelah Priskila dan Akwila mendengarnya, mereka membawa dia ke rumah mereka dan dengan teliti menjelaskan kepadanya Jalan Tuhan”.

Kisah Rasul 19:9, “Tetapi ada beberapa orang yang tegar hatinya. Mereka tidak mau diyakinkan, malahan mengumpat Jalan Tuan di depan orang banyak. Karena itu Paulus meninggalkan mereka dan memisahkan murid-muridnya dari mereka, dan setiap hari berbicara di ruang kuliah Tiranus”

Kisah Rasul 19:23, “Kira-kira pada waktu itu timbul huru-hara besar mengenai Jalan Tuan”

Kisah Rasul 22:4, “Dan aku telah menganiaya pengikut-pengikut Jalan Tuan sampai mereka mati; laki-laki dan perempuan kutangkap dan kuserahkan ke dalam penjara

Kisah Rasul 24:14, “Tetapi aku mengakui kepadamu, bahwa aku berbakti kepada Tuhan nenek moyang kami dengan menganut Jalan Tuan, yaitu Jalan yang mereka sebut sekte. Aku percaya kepada segala sesuatu yang ada tertulis dalam Torah dan dalam kitab nabi-nabi

Kisah Rasul 24:22, “Tetapi Feliks yang tahu benar-benar akan Jalan Tuan, menangguhkan perkara mereka, katanya: "Setibanya kepala pasukan Lisias di sini, aku akan mengambil keputusan dalam perkaramu."

Istilah “Jalan Tuan” menunjuk pada sistem kepercayaan pada Yesus Sang Mesias Anak Tuhan Yang Hidup (Mat 16:16) yang telah dinuibuatkan dalam Torah dan Kitab Para Nabi. Orang Yahudi menyebutkan dengan “Sekte Nasrani”(Yun: Nazoraeoos Haereseoos, Kis 24:5) dan orang non Yahudi menjuluki dengan sebutan “Kristen” (Yun: Christianoi, Kis 11:24). Julukan “Sekte Orang Nasrani” ditujukan pada orang-orang Yahudi yang menerima Yesus sebagai Mesias dan sebutan “Kristen” ditujukan bagio pengikut Yesus dari golongan non Yahudi.

Apakah Kekristenan modern masih memelihara Jalan YHWH? Sekalipun secara historis akar Kekristenan berasal dan kelanjutan dari Jalan YHWH dan Jalan Tuan yang menunjuk pada gerakan Yesus, namun banyak yang tidak menyadari aspek historis tersebut. Bahkan praktek keimanan dan kehidupan Kekristenan modern cenderung menjauhi spirit dan perilaku Jalan YHWH yang berpusat pada Torah. Kita dapat melihat pemahaman orang Kristen mengenai doktrin “kebebasan” dan “serba boleh”. Serba boleh makan hewan termasuk babi, anjing, ular dll padahal hewan-hewan ini dikategorikan “tame” dalam Imamat 11. Kita tidak menemukan orang Kristen melaksanakan ibadah Tefilah atau doa harian sebanyak 3 kali sebagaimana dilakukan Daniel (Dan 6:11) dan juga pada rasul (Kis Ras 3:1). Kita jarang mendapati Kekristenan melaksanakan peribadatan Shabat padahal jalan orang terdahulu tetap memelihara Shabat (Kis Ras 13:14). Kita jarang melihat wanita-wanita Kristen mengenakan kerudung padahal wanita-wanita beriman dahulu mengenakan kerudung.

Apa yang saat ini kita jalani dan istilah dengan “Kembali ke Akar Ibrani” atau “Back to Hebraic Root Theology” sesungguhnya merupakan RESPON orang beriman di abad modern ini untuk memenuhi panggilan Tuhan agar kita bertobat dan berpaling dari jalan yang menjauh dari jalan yang dikehendaki-Nya dan berjalan di Jalan YHWH yang berpusat pada Torah dan Mesias. Bukan hanya respon melainkan KOMITMEN kita untuk tetap berada di Jalan YHWH sampai Mesias datang kembali dan menyempurnakan keimanan dan ibadah kita serta memberikan upah kekekalan.

Orang sering menyalahpahami dan menuduh kita bergerak mundur ke belakang, kembali kepada kuk Torah, dll. Namun apa yang kita jalani hari-hari ini dengan memulihkan pemahaman Gereja dan Kekristenan tentang nama Tuhan yang benar yang bernama YHWH (Yahweh) dan nama Mesias yaitu Yahshua (Yeshua) serta peran Torah sebagai sumber peraturan orang-orang yang telah mengalami keselamatan (Kis 21:20), mengembalikan peribadahan Jalan YHWH dan Jalan Mesias yaitu Tefilah (Ibadah harian), Shabat (ibadah pekanan), Rosh Kodesh (ibadah bulanan), Moedim (ibadah tahunan atau Hari Raya), penggunaan kerudung untuk wanita, penggunaan bahasa Ibrani dalam kajian kotbah dll, semua itu merupakan respon dan komitmen kita untuk kembali menuju Jalan YHWH dan Jalan Mesias dan menempuh jalan itu dengan penyandaran diri pada Tuhan.

Marilah kita kembali pada Jalan YHWH dan Jalan Mesias yang merupakan jalan orang terdahulu, jalan para tsadiq (orang benar) dan jalan yang baik. Marilah kita menempuh jalan itu agar kita menerima kehidupan sebagaimana dikatakan, "Ambillah tempatmu di jalan-jalan dan lihatlah, tanyakanlah jalan-jalan yang dahulu kala, di manakah jalan yang baik, tempuhlah itu, dengan demikian jiwamu mendapat ketenangan…” (Ibr: weshaalu linetivot olam, ey zeh derek hatov uleku ba. Umitsu margoa linafshotekem, Yer 6:16)

--------
1 The World’s Religious, New York: Abingdon Press, 1954, p. 16

0 komentar:

Posting Komentar