Dalam Kitab Keluaran 20:8 dikatakan, "Zakor et yom ha shabat le qadsho". Frasa tersebut lebih tepat diterjemahkan, "Ingatlah hari Shabat untuk menguduskannya". Tidak ada kata "dan", sehingga terjemahan LAI kurang tepat. The Scriptures menerjemahkannya sbb ,"Remember the Shabat day, to set it apart"1 . Orang beriman diperintahkan bukan hanya untuk mengingat namun dilanjutkan dengan menguduskan Shabat. Kata "menguduskan" bermakna "dipisahkan".
KARAKTERISTIK SHABAT
Kemudian dalam Keluaran 20:9 dikatakan pula, "Sheshet yamiym taavod we asyita kal melakteka, we yom ha sheviya, shabat le Yahweh Eloheika". Ada tiga kata yang berhubungan dengan suatu pekerjaan, "avad", "Ashah", "malak".
"Avad" artinya bekerja, melayani, hamba, budak. Kata Ibadah, berasal dari kata, "Avodah" bermakna melayani atau menjadi hamba dari Tuhan.
"Ashah" artinya berbuat, mengerjakan sesuatu dari yang sudah ada
"Melekh" artinya raja, berkuasa
Semua aktivitas diatas berkonotasi suatu tindakan rutinitas dalam hidup dalam rangka mendapatkan sesuatu pendapatan hidup. Namun pada hari yang ketujuh, harus dihentikan.
BAGAIMANA MELAKSANAKAN SHABAT
Dijelaskan pada Keluaran 20:10, "Lo taasheh kal melaka, Atta ubeneka ubiteka avdeka waamateka ubehemteka wegerka asher bishareka". Orang beriman tidak diperbolehkan bekerja di hari Shabat. Kata "Bekerja" dalam ayat ini diterjemahkan dari kata "Melakha". Bukan sekedar bekerja biasa namun, "suatu pekerjaan yang bersifat menciptakan atau menguasai terhadap sesuatu"1. Kata ini berhubungan dengan kata "Melekh" (Raja). Yudaisme mengatur mengenai "Melakha" yang tidak boleh dikerjakan, dalam MISNAH SHABAT 7:2, yaitu :2
- Sowing (menabur benih)
- Plowing (membajak)
- Reaping (memungut tuaian)
- Binding sheaves (mengikat berkas)
- Threshing (mengirik)
- Winnowing (menampi)
- Selecting (menyeleksi)
- Grinding (menggiling)
- Sifting (mengayak, menampi)
- Kneading (membuat adonan)
- Baking (membakar)
- Shearing wool (mencukur wool)
- Washing wool (mencuci wool)
- Beating wool (memukul /menumbuk wool)
- Dyeing wool (mencelup wool)
- Spinning (memintal)
- Weaving (menenun, menganyam)
- Making two loops (membuat dua potongan)
- Weaving two threads (menganyam dua benang)
- Separating two threads (memisahkan dua benang)
- Tying (mengikat)
- Untying (membuka)
- Sewing two stitches (menjahit dua jahitan)
- Tearing (menyobek)
- Trapping (menjerat binatang)
- Slaughtering (menyembelih)
- Flaying (menguliti)
- Salting meat (mengasini makanan)
- Curing hide (merawat kulit)
- Scraping hide (memarut kulit)
- Cutting hide up (memotong kulit)
- Writing two letters (menulis dua surat)
- Erasing two letters (menghapus dua surat)
- Building (membangun)
- Tearing a building down (membongkar bangunan)
- Extinguishing a fire (memadamkan api)
- Kindling a fire (mengumpulkan kayu untuk perapian)
- Hitting with a hammer (memukul dengan palu)
- Taking an object from the private domain to the public, or transporting an object in the public domain. (menggunakan benda /alat transportasi yang digunakan untuk kepentingan umum)
Kategorisasi diatas, menolong kita untuk mengenali berbagai aktivitas yang dikategorikan dengan "melakha". Halakha rabinik diatas merupakan penafsiran para rabbi Yahudi untuk menolong umat dalam mengklasifikasikan apa yang tidak boleh dikerjakan. Torah sendiri tidak memberikan kategorisasi yang spesifik. Agar tidak terjebak praktek yang bersifat legalistik (ketaatan pada hukum yang berlebihan, sehingga mengabaikan essensi hukum itu sendiri), kita harus memperhatikan apa yang diajarkan Mesias, "Sabat untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat" (Mrk 2:27). Apa artinya? Sabat hendaklah bukan menjadi beban atau kuk yang memenjarakaan kehidupan orang beriman karena Sabat diperuntukkan bagi manusia untuk beristirahat dan beribadah secara personal dan komunal kepada YHWH. Bahaya melakukan berbagai kategorisasi secara kaku dan mutlak tanpa memperhatikan konteks waktu dan tempat, dapat menimbulkan bahaya legalistik. Yudaisme melaksanakan Shabat sejak jum'at sore sampai sabtu sore. Ada tiga kegiatan saat Shabat : "Shabat Erev"(Jum'at sore), "Ibadah Shabat di Sinagog" (Sabtu pagi), "Havdalah" (Sabtu sore).
ALASAN TEOLOGIS MELAKSANAKAN SHABAT
Dalam Keluaran 20:11 diberikan petunjuk bagaimana melaksanakan Shabat, "Ki sheshet yamiym asya YHWH et ha shamayim we et haaret et hayim we et kal asyer bam wayanakh bayom ha shevii. Al ken berak Yahweh et yom ha shabat wayeqadshehu".wa yekal Elohim ba yom ha sheviyi melakto asyer asah wa yishbot ba yom ha sheviyi mikal melakto asyer asah" (dan Tuhan telah menyelesaikan semua yang diperbuat-Nya, pada hari yang ketujuh. Dan berhentilah Dia pada hari yang ketujuh dari semua yang diperbuatnya) Ada hubungan antara kata "sheviyi" (ketujuh) dan "yishbot" (beristirahat), yang berakar dari kata "shin"-"bet"-"taw" yang bermakna "menghentikan", "mengakhiri", "beristirahat"2 . Secara gramatikal, Sabat memiliki makna, "ketujuh" dan "berhenti". Dalam Kejadian 2:2 disebutkan, "
Secara essensial, Sabat dihubungkan dengan karya penciptaan YHWH. Ketika YHWH menyelesaikan proses penciptaan langit dan bumi serta isinya, Dia melanjutkan dengan "memberkati" dan "menguduskan" hari ketujuh, dimana Dia mengakhiri proses penciptaan. Dalam Kejadian 2:3 disebutkan, "wa yebarek Elohim et yom ha sheviyi wa yeqadesh otto ki vo shavat mikal melakto asyer bara Elohim la ashot" (maka diberkatilah oleh Tuhan hari yang ketujuh itu dan dikuduskan-Nya, sebab pada hari itu Dia berhenti dari semua yang diperbuat-Nya saat menciptakan). Sabat adalah hari yang diperkenan atau diberkati serta dikuduskan atau dipisahkan secara khusus dari hari-hari yang lain.
Yang menarik untuk kita perhatikan, jika pada kata "berhenti", dalam Kejadian 2:2 dan kata "memberkati" serta "menguduskan" dalam Kejadian 2:2 digunakan bentuk kata imperfek (menunjukkan pekerjaan yang belum diselesaikan, sedang berlangsung)3, maka kata "berhenti" dalam Kejadian 2:3 digunakan bentuk "perfek" yang bermakna, "menunjuk pada suatu kejadian yang sudah dikerjakan,lengkap"4. Hal ini bermakna bahwa YHWH Sang Pencipta telah menyelesaikan pekerjaan penciptaan tersebut dalam perspektif historis. Hari ini Yahweh TIDAK MENCIPTAKAN APAPUN. Hari ini, YHWH bertanggung jawab (mengawasi, mengatur, mengontrol) proses regenerasi (kelahiran) dan bukan kreasi (penciptaan) pada mahluk hidup, baik manusia, hewan maupun tumbuhan. Pengkajian Kejadian 2:2-3 memberikan petunjuk pada kita bahwa Sabat bukan semata-mata ibadah yang secara ekslusif dihubungkan dengan keberadaan orang Yahudi atau Bangsa Israel kuno. Sabat merupakan pola Sang Pencipta yang ditetapkan sebagai hari peringatan untuk perhentian dan menghormati hari yang diberkati serta dikuduskan oleh-Nya.
Kelak, ketika YHWH memilih suatu bangsa untuk menjadi saksi dan terang Firman-Nya, yaitu Israel, maka Yahweh berbicara melalui Musa, bahwa Sabat dihubungkan sebagai proses peringatan terhadap pembebasan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir (Ul 5:12, 15). Kitab TaNaKh memberikan kesaksian bagaimana Yahweh memberikan petunjuk teknis dalam memelihara Sabat, melalui kehidupan Bangsa Israel, sebagai prototype bangsa non Yahudi. Dalam petunjuk-petunjuk ini, ada yang bersifat situasional (bergantung pada konteks setempat) namun ada pula yang bersifat eternal (tidak berubah). Sifat situasional dikarenakan kondisi alam kehidupan dan bentuk komunitas sosial Bangsa Israel pada waktu itu. Beberapa petunjuk teknis memelihara Sabat dalam Kitab TaNaKh adalah sbb :
PETUNJUK YANG BERSIFAT SITUASIONAL
Bekerja di hari sabat mendapat hukuman mati
Dalam Bilangan 15:32-36, disebutkan ada seorang lelaki yang mengumpulkan kayu api pada hari Sabat (Bil 15:32), lalu dipergoki oleh sesamanya. Orang ini lalu dibawa kepada Musa dan Harun serta orang-orang Israel (Bil 15:33). Selanjutnya dia dimasukkan dalam tahanan karena belum ada keputusan mengenai bentuk hukuman yang tepat [Bil 15:34]. YHWH akhirnya menetapkan bentuk hukuman mati bagi orang tersebut (Bil 15:35). Akhirnya, orang itupun dilontari batu hingga mati (Bil 15:36). Pernyataan bentuk hukuman mati di sebutkan juga dalam Nehemia 10:31 dan Yeremia 17:21.
Mempersembahkan korban bakaran
Dalam Bilangan 28:9-10, diperintahkan agar setiap jatuh Sabat, harus mempersembahkan dua ekor domba berumur setahun yang tidak bercela dan dua persepuluh efa tepung yang terbaik sebagai korban sajian (Bil 28:9).
PETUNJUK YANG BERSIFAT UNIVERSAL
Hari perhentian penuh dan ibadah
"Hari itu harus menjadi Sabat, hari perhentian penuh bagimu dan kamu harus merendahkan diri dengan berpuasa. Itulah suatu ketetapan untuk selama-lamanya" (Im 16:31)
Hari pertemuan kudus
"Enam hari lamanya boleh dilakukan pekerjaan, tetapi pada hari yang ketujuh, haruslah ada Sabat, hari perhentian penuh, yakni hari pertemuan kudus..."(Im 22:3)
Kesempatan untuk sirkulasi tanah
"Enam tahun lamanya kamu harus menaburi dan mengumpulkan hasil tanah itu, tetapi pada tahun ketujuh haruslah ada bagi tanah itu, suatu Sabat, masa perhentian penuh, suatu Sabat bagi YHWH. Ladangmu janganlah kau taburi dan kebun anggurmu janganlah kau rantingi" (Im 25:3-4)
Mengapa hukuman mati dan mempersembahkan korban dikategorikan petunjuk yang bersifat situasional? Sebenarnya, inti dari Bilangan 15:32-36, Nehemia 10:31 serta Yeremia 17:21, mengisyaratkan bahwa melanggar Sabat membawa konsekwensi berupa hukuman. Makna hukuman adalah mendisiplin atau membuat jera serta memberi contoh agar yang lain tidak meniru perbuatan yang serupa. Bentuk hukuman mati, adalah bentuk yang terikat situasi pada zaman itu. Bentuk hukuman ini dilakukan bagi kasus pelanggaran berat. Jauh sebelum Torah diturunkan di Sinai sekitar tahun 1444 SM 5, telah berdiri Kerajaan Babilonia dengan rajanya bernama Hammurapi (1792-1750 SM). Dalam penemuan di Susa tahun 1902 Ms, didapatkan beberapa batu tulis yang menggambarkan bentuk peraturan yang disusun Hammurapi sebanyak 282 aturan yang diilhami oleh penyembahan pada dewa Marduk. Dalam Codex Hammurapi ditemukan banyak kasus pelanggaran hukum yang dapat dikenakan hukuman mati6.
Codex Hammurapi memberikan suatu wawasan bagi pembaca Kitab Suci, mengenai hukum yang berlaku periode adanya hukum Musa7. Beberapa bentuk hukuman mati dalam Codex Hammurapi dihubungan dengan beberapa kasus pelanggaran al., (1) Seseorang yang kedapatan mencuri perabotan istana, akan mengalami kematian. Hal tersebut terjadi karena perabotan istana lebih suci dibandingkan kehidupan itu sendiri (2) Pembeli barang curian akan mengalami hukuman mati setimpal seperti pencuri (3) Seorang wanita yang dituduh melakukan perzinahan, diperintahkan untuk menceburkan dirinya kedalam sungai (4) Seorang wanita yaang meninggalkan rumahnya, berkeluyuran dan memandang rendah suaminya, diperintahkan untuk masuk kedalam air sungai (5) Seorang yang berdusta dan menolak orang tuanya, lidahnya akan dipotong (6) Seorang ibu yang menyebabkan anaknya mati, akan dipotong buah dadanya8. Jika membandingkan bentuk hukuman mati di zaman Hammurapi dan Musa, nampaknya ada kesamaan.
The New Bible Dictionary menyimpulkan bahwa Hukum Musa lebih menghargai kemanusiaan. Berikut keterangan selengkapnya: "In other cases the offences are the same but the penalty differs, the Hebrew being seemingly the more consistently humane”9
Dikarenakan hukuman mati adalah bentuk hukuman yang terikat konteks zamannya, maka bentuk hukuman mati bersifat fleksibel dan bukan satu-satunya hukum mutlak jika terjadi pelanggaran Sabat. Hukuman terhadap pelanggaran Sabat diatur sistem yang Teokratis, dimana YHWH sebagai Raja dan Tuhan yang memerintah Israel pada waktu itu yang didelegasikan melalui Musa dan tua-tua Israel. Disaat ini, dimana sistem Teokrasi tidak menjadi sistem yang dominan, maka bentuk hukuman mati tidak mengikat untuk diterapkan bagi pelanggar Sabat. Demikian pula dengan mempersembahkan korban. Korban adalah bentuk ibadah pra Mesias, yang menunjuk pada Anak Domba yang dikorbankan, sekali dan untuk selamanya, yaitu Yesus Sang Mesias (Ibr 10:1-4,10). Yesus telah dikorbankan/dipersembahkan sekali dan untuk selama-lamanya, maka kita tidak perlu mempersembahkan korban hewan kembali. Sistem ibadah korban adalah pola ibadah Imamat Lewi yang dipusatkan di Bait Tuhan, namun sistem Imamat Melkitsedek bukan ditandai dengan persembahan korban. Sistem Imamat Melkitsedek membaharui dan menyempurnakan sistem Imamat Lewi (Ibr 7:11-12, 19). Essensi Bilangan 29:9-1- adalah bahwa setiap jatuh Sabat, persembahkanlah sesuatu kepada YHWH (baik pujian, ucapan syukur, doa-doa, harta, dll).
BERKAT YAHWEH BAGI YANG MELAKSANAKAN SHABAT
YHWH menghendaki Maaminim (orang beriman) yang telah menerima Mesias, baik dari kalangan Yahudi maupun non Yahudi tetap memelihara Sabat, bukan hanya secara literal (sesuai dengan perintah yang tertulis) namun secara spiritual (kerinduan hati yang mendalam dan penuh ketulusan). YHWH memberikan janji-Nya bagi siapapun yang dengan tekun memelihara Sabat dalam Firman-Nya, sbb:
Yesaya 58:13-14
"Apabila engkau tidak menginjak-nginjak Sabat dan tidak melakukan urusanmu pada hari kudus-Ku; apabila engkau menyebutkan Sabat, 'hari kenikmatan' (oneg) dan hari kudus YHWH, 'hari yang mulia' (mekubad); apabila engkau menghormatinya dengan tidak menjalankan segala acaramu dan dengan tidak mengurus urusanmu atau berkata omong kosong, maka engkau akan bersenang-senang karena YHWH dan Aku akan membuat engkau melintasi puncak bukit-bukit di bumi dengan kendaraan kemenangan; Aku akan memberi makan engkau dari milik pusaka Yakub, bapa leluhurmu, sebab mulut YHWHlah yang mengatakan-Nya"
Yeremia 17:24-26
"Apabila kamu sungguh-sungguh mendengarkan Aku, demikianlah Firman YHWH dan tidak membawa masuk barang-barang melalui pintu-pintu gerbang kota ini pada hari Sabat, tetapi menguduskan hari Sabat dan tidak melakukan sesuatu pekerjaan pada hari itu, maka melalui pintu-pintu gerbang kota ini akan berarak masuk raja-raja dan pemuka-pemuka, yang akan duduk di atas tahta Daud, dengan mengendarai kereta dan kuda; mereka dan pemuka-pemuka mereka, orang-orang Yahda dan penduduk Yerusalem dan kota ini akan didiami orang untuk selama-lamanya. Orang akan datang dari kota-kota Yahda dan dari tempat-tempat sekitar Yerusalem, dari tanah Benyamin dan dari Sefelah dari pegunungan dan dari tanah Negeb, dengan membawa korban bakaran (meviim olah), korban sembelihan (zebakh), korban sajian (minkhah) dan kemenyan (levonah), membawa korban syukur (mevie todah) kedalam rumah YHWH".
Jika Bapa Surgawi memberikan janji yang demikian indah, bagaimana mungkin seseorang mengatakan bahwa Hari Sabat merupakan 'warisan kultus Yahudi?'. Jika Bapa Surgawi memberikan janji berkat, maka siapapun yang menaatinya, beroleh janji berkat yang sama sebagaimana Bangsa Israel telah menerimanya.
SIKAP POSITIP YESUS TERHADAP TORAH
Bagaimana sikap Yesus sendiri terhadap Sabat? Sabat merupakan bagian dari perintah dalam Torah. Matius 5:17-20 memberikan gambaran mngenai sikap Yesus terhadap Torah, yaitu : (1) Aku datang bukan untuk meniadakan Torah dan Kitab para Nabi melainkan menggenapinya (2) Selama belum lenyap langit dan bumi, satu yod dari Torah tidak akan lenyap, sebelum semuanya terjadi (3) Barangsiapa meniadakan Torah, sekalipun yang palig kecil, dia akan rendah kedudukannya dalam Kerajaan Surga (4) Jika kebenaran orang yang percaya pada Mesias tidak lebih benar dari sikap hidup ahli Torat dan Farisi , pengikut Mesias tidak akan masuk Kerajaan Surga.
Jika Yesus berpandangan positip terhadap Torah, maka tidak mungkin jika Dia akan melanggar Torah. Bahkan Yesus masuk Sinagog untuk membaca Torah disetiap tiba hari Sabat (Luk 4:16). Dilain kesempatan dilaporkan bahwa Yesus masuk ke rumah orang Farisi untuk melakukan Erev Shabat (Luk 14:1). Dalam tradisi Yahudi, Sabat dirayakan dalam bentuk ibadah keluarga dan komunal. Ibadah keluarga dilaksanakan Sabat awal (jum’at sore) dengan melaksanakan Sabat Erev, yaitu berkumpul bersama keluarga dan membaca bagian-bagian Firman dan berdoa. Lalu Sabat pagi beribadah secara komunal dan Sabat akhir (sabtu sore), keluarga Yahudi melaksanakan Havdalah atau penutupan Sabat. Peristiwa yang dilaporkan dalam Lukas 14:1 ,merupakan peristiwa dengan latar belakang Erev Sabat.
SIKAP POSITIP RASUL PAUL TERHADAP TORAH
Sebagaimana sikap Sang Guru, rasul Paul pun memiliki pandangan yang tidak jauh berbeda dengan Yesus. Dalam suratnya kepada jemaat di Roma, dia berkata, "Jika demikian, adakah kami membatalkan Torah karena iman? Sama sekali tidak! Sebaliknya, kami meneguhkannya"(Rm 3:31). lalu didalam surat yang sama, Paul berkata, "Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Apakah Torah itu dosa? Sekali-kali tidak! Sebaliknya, justru oleh Torah aku telah mengenal dosa" (Rm 7:7).
Dalam bagian lain, kita melihat bagaimana Rasul Paul tetap memelihara Sabat, sekalipun dia bekerjasama dengan rasul yang lain untuk membuka pertemuan rohani diluar Sabat. Rasul Paul masuk Sinagog pada hari Shabat untuk mengajar (Kis 13:13-14,42,44). Peristiwa ini terjadi beberapa tahun setelah Yesus naik ke Sorga. Demikian pula dengan rasul-rasul yang lain. Mereka tetap memelihara sabat (Kis 15:21).
AYAT-AYAT YANG KELIRU DITERJEMAHKAN DAN KELIRU DITAFSIRKAN
Terjemahan yang buruk dan asumsi teologis yang keliru mengenai makna kedatangan Mesias, mengakibatkan pemahaman yang keliru terhadap aspek Torah, yaitu Sabat. Berikut ayat yang keliru diterjemahkan dan keliru ditafsirkan sehingga menghasilkan pemahaman yang keliru.
Keliru diterjemahkan
Pertama, Dalam Yohanes 5:18, menurut terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia, sbb: "dengan demikian Dia membatalkan Sabat". Dalam Yohanes 5:1-18, dikisahkan bahwa Yesus menyembuhkan seorang yang lumpuh selama tiga puluh delapan taahun saat berada di kolam Betesda pada hari Sabat (Yoh 5:5-9). Orang Yahudi marah karena Yesus menyembuhkan orang di hari Sabat (Yoh 5:16). Namun komentar Yohanes yang disalin dalam teks Greek berbunyi, "...luen ton sabbaton", banyak diartikan, "dia meniadakan Sabat". Kata "Luo" memiliki beragam makna sbb :
- untie, loose from ropes or straps (Mk 1:7)
- set free, release from condition or circumstance (Lk 13:16)
- destroy, to ruin by tearing or breaking (Ac 27:41; Eph 2:14)
- dismiss, disperse (Ac 13:43)
- transgress, failing to conform to a law or regulation (Mt 5:19; Jn 5:18)
- permit, allow, exercise authority (Mt 16:19; 1Jn 4:3)
- do away with, remove, eliminate (Ac 2:24)
- put an end to, cause to come to an end (1Jn 3:8)10
Kata "Luo", dapat juga diartikan "mengijinkan" (permit) dan "melaksanakan kekuasaan" (exercise authority). Dalam Orthodox Jewish Brit Chadasha diterjemahkan: "Because of this, therefore, those of Yehudah were seeking all the more to kill Rebbe, Melech HaMoshiach, because not only was he not Shomer Shabbos, but also Rebbe was saying that his own Av was Hashem, thereby making himself equal with Elohim (Yochanan 1:1)”11.
Kalimat “he not shomer Shabbos” bermakna, “Dia tidak memelihara Sabat”. DR. James Trimm dalam terjemahannya yang bersumber dari naskah Ibrani Aramaik, menerjemahkan sbb : “…because he has loosed the Shabath”. Dalam catatan kaki kata “loosed”, beliau memberi keterangan bahwa kata tersebut merupakan idiom Yahudi yang bermakna “mengijinkan” (Ber. 5b;6b, San. 28a, b.Hag 3b)12.
Konteks kalimat dalam Yohanes 5:18 bukan dalam pengertian bahwa Yesus membatalkan atau meniadakan Sabat, namun Yesus mengijinkan terjadinya terapeutik (penyembuhan) dihari Sabat, sehingga membawa konsekwensi melanggar aturan diseputar Sabat. Segolongan para rabbi memandang peristiwa terapeutik tersebut telah melanggar Sabat namun bagi Yesus, menolong orang (menyembuhkan) tidaklah melanggar Sabat dikarenakan tidak masuk dalam kategori “melaka” atau “avad” maupun “asha”. Bahkan terapeutik tidak masuk dalam kategori yang disebutkan sebagai pelanggaran Sabat yang tertulis dalam Misnah Sabat 7:2 sebagaimana telah disinggung sebelumnya.
Kedua, dalam Kisah Rasul 20:7, diterjemahkan oleh Lembaga Alkitab Indonesia, sbb : "Pada hari pertama minggu itu,...". terjemahan ini mengesankan bahwa sakramen Perjamuan Kudus dilaksanakan tiap-tiap hari minggu. Dalam naskah Yunani dituliskan, "en de te mia ton sabbaton sunegmenon hemon klasai arton Paulos dielegeto hautois". Dalam naskah Yunani saja tertulis kata 'sabat', mengapa dalam terjemahan Indonesia tidak tertulis? Teks diatas selayaknya diterjemahkan “Pada hari pertama usai Sabat itu…”. Kata “en de te mia” , menurut DR. David Stern, menunjuk pada “Motsaei Shabat” atau “Departure of the Shabat” (Sabat sore/ sabtu sore)13. Selanjutnya beliau menjelaskan, “pertemuan sabtu malam akan lebih tepat bersamaan dengan perayaan Sabat Yahudi, dimana semangat Sabat terkadang dilaksanakan pada sabtu sore setelah upacara Sabat selesai, yang dilaksanakan sesudah matahari tenggelam ketika menjelang gelap, dimana saat yang cukup untuk melihat tiga bintang dilangit”14.
Dalam Ortodox Jewish Brit Chadasha, diterjemahkan: “And on Yom Rishon, when we met for a firen tish (it was Motzoei Shabbos when there was a Melaveh Malkeh communal meal), Rav Sha'ul was saying a shiur to them, since he would have to depart early the next day and was having to extend the message until chatzot halailah”. Kata “Yom Rishon” artinya hari yang pertama setelah melewati Sabat yang jatuh sekitar pukul 19.00 sampai malam. Perhitungan hari menurut orang-orang Yahudi, dimulai bukan pada saat matahari terbit, melainkan saat matahari mulai tenggelam. Dalam buku Passover: A Memorial for All Time disebutkan: “Thus it is clear that Biblical days begin at evening with the setting of the sun and not at sunrise as in ancient Egypt” (Telah jelas dikatakan bahwa hari menurut Kitab Suci dimulai saat matahari terbenam dan bukan saat matahari terbit, seperti di Mesir)15.
TaNaKh menjelaskan mengenai pergantian hari dalam Kejadian 1:5b,8b,13, Ulangan 23:10-11, Imamat 11:24-25; 22:6-7, Imamat 23:32. Maka pertemuan yang diadakan Paul sebenarnya dalam rangka penutupan Sabat yang diakhiri pukul 19.00. Sebelumnya telah dimulai suatu pertemuan. Lalu dilanjutkan sampai malam. Ini bukan pertemuan istimewa yang menggantikan Sabat sebagaimana anggapan Kekristenan pada umumnya. DR. David Stern melanjutkan memberi komentar: “A Saturday night meeting would continue to God oriented spirit of Shabat, rather than require the believers to shift their concern from workday matters, as would be the case on Sunday night”15.
Konteks Kisah Rasul 20:7 membicarakan mengenai persinggahan Paul dari kegiatan pelayanan di Makedonia, Siria, Filipi dan Troas (Kis 20:1-6). Usai ibadah Sabat di Troas, Paul berbincang-bincang sampai larut malam, sebelum keesokkan harinya berangkat ke Asos, Metilene, Khios, Miletus, Efesus, sebelum kembali ke Yerusalem (Kis 20:13-16). Kata “dielegeto” yang dihubungkan dengan ucapan Paul bukan berkategori kotbah namun setara dengan “berdiskusi”, “berdebat”, “berbicara” (Mrk 9:34, Kis 17:2, Kis 17:17).
Ketiga, dalam 1 Korintus 16:2 dalam terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia: “Pada hari pertama dari tiap-tiap minggu hendaklah kamu masing-masing-sesuai dengan apa yang kamu peroleh-menyisihkan sesuatu dan menyimpannya di rumah, supaya jangan pengumpulan itu diadakan kalau aku datang”.
Dalam naskah Yunani tertulis, “kai humeis poiesate kata mian sabbaton ekastos humon par eautoi titheto”. Ayat inipun menggunakan frasa serupa sebagaimana dalam Kisah Rasul 20:7, “kata mian Sabbaton” yang lebih tepat diterjemahkan “sabat sore” atau “hari pertama dari sabat itu”. Konteks 1 Korintus 16:2 tidak memberikan indikasi suatu pertemuan ibadah yang khusus layaknya dilakukan oleh gereja Kristen dimanapun. Perikop ini sedang membicarakan penggalangan dana bagi orang Yahudi di yerusalem dengan pola seperti jemaat di Galatia (1 Kor 16:1). Paul yang mengorganisir pertemuan pengumpulan dana ini. Pengumpulan dana tersebut sangat efektif dilaksanakan setelah ibadah sabat sore saat orang-orang berkumpul (1 Kor 16:2). Hasil pengumpulan akan dikirim ke Yerusalem (1 Kor 16:3).
Keempat, Dalam Wahyu 1:10 terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia menerjemahkan, “Pada hari Tuhan aku dikuasai oleh Roh …”. Naskah Yunani menuliskan, “egenomen en pneumati en te kuriake hemere..”. Kata “te kuriake” hanya muncul satu kali dalam 1 Korintus 11:20, yaitu tentang “jamuan Tuhan” (Yun: kuriakon deipnon). Ayat ini tidak berbicara mengenai hari pertama sebagai ibadah. Yechiel Lichtenstein menyatakan bahwa pada Abad 2 Ms., Irreneus pernah menyebutkan adanya tradisi bahwa hari kedatangan Mesias bukan pada hari minggu namun pada hari pertama saat perayaan Seder Paskah17. Nampaknya, kata “te kuriake hemera” lebih menunjuk pada yom YHWH dalam Yoel 2:31. Dalam naskah Septuaginta, yom YHWH diterjemahkan hemeran kuriou (hari Tuhan). Konteks Wahyu 1:10 tidak berbicara mengenai hari peribadahan yang tertentu melainkan berbicara mengenai penyingkapan mengenai Akhir Zaman yang harus diberitahukan pada jemaat (Why 1:1-3).
Keliru ditafsirkan
Dalam Markus 2:23-27, terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia berbunyi, "Anak Manusia Tuhan atas hari sabat". Pernyataan ini ditafsirkan bahwa Yahshua berkuasa untuk mengubah hari sabat menjadi hari minggu. Jika kita telaah secara seksama, peristiwa yang dilaporkan dalam perikop diatas menceritakan teguran Yesus terhadap penafsiran orang-orang Yahudi yang keliru mengenai sabat. Ketika murid Yesus berjalan diladang, beberapa murid-Nya memetik bulir gandum (Mrk 2:1). Tindakan "memetik bulir gandum" dikategorikan bekerja oleh orang-orang Yahudi, sehingga mereka mencela para murid dan dianggap telah melanggar sabat (Mrk 2:24). Karena itu, Yesus memberikan kutipan kisah dalam TaNaKh, dimana peristiwa tersebut digunakan sebagai analogi terhadap apa yang dilakukan murid-Nya (Mrk 2:25-26). Yesus mengingatkan orang-orang Yahudi yang mencela agar tidak terjebak pada 'legalisme' (ketaatan pada hukum secara berlebihan) dengan mengatakan bahwa hari sabat ditetapkan baagi manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat. Dengan istilah lain, hukum untuk manusia dan bukan manusia menghamba pada hukum (Mrk 2:27). "memetik bulir gandum" dalam perjalanan tidak termasuk dalam "melaka" namun hanya pekerjaan biasa dan tidak termasuk melanggar sabat.
Demikian pula dalam Markus 3:1-6. Saat Yesus beribadah di hari Sabat, Dia menjumpai ada orang yang tangannya lumpuh sebelah (Mrk 3:1). Yesus bertanya pada hadirin, manakah yang benar, berbuat baik dihari sabat atau berbuat jahat? (Mrk 3:4). Karena tidak ada yang menjawab, Yesus akhirnya menyembuhkan orang tersebut (Mrk 3:5). Tindakan Yesus menimbulkan misinterpretasi diantara orang Yahudi (Mrk 3:6). Inti kejadian ini hendak mengatakan bahwa di hari sabat diperbolehkan menolong orang. Proses Terapeutik (penyembuhan) tidak termasuk kategori "melaka" yang rutin.
ASAL USUL IBADAH MINGGU
Sebagaimana telah diuraikan dalam kajian sebelumnya, bahwa Pengikut Jalan Tuhan baik dari golongan Yahudi, yang lazim disebut Sekte Netsarim maupun dari golongan non Yahudi, yang lazim disebut Kristen, tetap beribadah pada hari sabat dan bersekutu di sinagog. Namun sejak Abad ke-2 Ms, muncul suatu kesadaran baru bahwa Yesus yang bangkit dari kematian, pada hari pertama minggu itu, dimaknai sebagai suatu bentuk hari beribadah Kekristenan non Yahudi, yang setara dengan sabat Yahudi. Gejala ini semakin memuncak saat Kekristenan menjadi agama negara dibawah pengaruh kaisar Konstantin. Pada tahun 321, dia mengeluarkan ketetapan yang disebut Edik Milano sbb: "pada saat hari Matahari yang diagungkan, biarlah para pegawai pemerintah dan rakyat beristirahat di kota-kota dan hendaklah semua toko-toko ditutup. Namun demikian, di kota dimana masyarakat sibuk dalam pertanian, dibebaskan dan diijinkan untuk melanjutkan kegiatannya; sebab hal itu hanya dapat dilaksanakan pada hari itu dan tidak dapat pada hari lain untuk menebar benih atau menanam anggur. Dengan mengabaikan waktu yang tepat untuk bekerja, maka rahmaat surgawi akan hilang".18 Harry R. Boer memberi komentar terhdap keputusan dalam Edik Milano sbb: It is noteworthy that Constantine did not relate his legiaslation to Christian practice or to the Fourth Commandement. He designated Sunday by its traditional pagan name, the Day of the Sun, not the Shabath or the Day of the Lord. Pagans could therefore accept it. Christians gave the natural sun a new meaning by thinking of Christ the Sun of Rigteousness"19 (Patut dicatat baahwasanya Konstantin menghubungkan ketetapannya, tidak berhubungan dengan ibadah Kristen atau Hukum yang keempat dari Sepuluh Hukum. Dia menghubungkan hari Minggu melalui nama kekafiran yang secara tradisional disebut Hari Matahari, bukan Hari Sabat atau Hari Tuhan. Orang-orang kafir selanjutnya dapat menerima hari itu. Orang-orang Kristen memberikan tabiat matahari dengan makna baru dengan menghubungkan Mesias sebagai Matahari Kebenaran).
Fakta sejarah diatas membuka cakrawala pemahaman kita mengenai asal-usul peribadatan Hari Minggu (Sunday Worship), yaitu penamaan Kristiani dan unsur-unsur Kristiani dari hari perayaan kekafiran yang diperuntukan bagi Dewa Matahari, yang secara politis ditetapkan oleh Kaisar Konstantin dalam Edik Milano tahun 321 Ms. Kini, ibadah Minggu telah meluas diseluruh dunia dan menjadi bagian dari kehidupan spiritual kekristenan, yang dihubungkan dengan kebangkitan Yesus dari kematian, setelah terkubur dalam bumi selama tiga hari tiga malam. Pertanyaannya bagi kita, apakah Yesus pernah mengatakan atau menetapkan bahwa kebangkitan-Nya pada hari pertama menjadi landasan perubahan terhadap Sabat yang ditetapkan Bapa-Nya? Apakah para rasul generasi pertama seperti Paul, Petrus, Yohanes, Yakobus pernah menetapkan hari pertama sebagai hari ibadah yang menggantikan Sabat? Jika kedua pertanyaan diatas dijawab Tidak!, maka tidak ada alasan signifikan dan firmaniah bagi Konstantin untuk merubah hari Sabat menjadi hari Minggu.
Samuele Bacchiocchi mengatakan: "The Roman Sabbath fast was instituted solely to obliterate the real Sabbath day, discourage anyone from keeping it, further denigrate the despised Jews and take over from the Jews the position of the sole representation of God on earth. It is also clear from this writing that Sunday was already being observed as the day of worship in Rome which means the Western churches. Sources tell us the church of Orient at Milan and in Africa wouldn't follow the Roman lead in fasting on the Sabbath because of their veneration for that day"20 (Hari puasa Sabat orang-orang Roma, ditetapkan hanya semata-mata untuk membuang hari Sabat yang sebenarnya, merendahkan siapapun yang memeliharanya selanjutnya menghina orang-orang Yahudi yang dipandang rendah dan mengambil dari orang-orang Yahudi, suatu tempat yang mewakili kehadiran Tuhan di bumi ini. Adalah jelas bahwa dari tulisan ini bahwa Hari Minggu telah dipelihara di Roma, yang dimaksud adalah Gereja Barat. Berbagai sumber mengatakan bahwa Gereja Timur di Milan dan Afrika tidak merayakan hari yang dimuliakan itu).
Persoalannya adalah, apakah kita harus mengganti ibadah Minggu menjadi Sabtu? Itu tergantung komitmen dan pemahaman kita masing-masing dalam mengaplikasikan kajian teks dan sejarah. Saya tidak anti terhadap ibadah Hari Minggu jika itu dihubungkan dengan suatu perayaan Gereja atas kemenangan Yesus Sang Mesias yang bangkit dari maut. Namun disatu sisi, tidak perlu mengatakan bahwa Shabat telah diganti menjadi Hari Minggu, karena pernyataan seperti itu tidak mendapatkan dukungan apapun dalam teks Perjanjian Baru. Adapun mereka yang mengambil keputusan untuk mengubah hari peribadatan menjadi Sabtu adalah baik namun tidak perlu menghakimi ibadah Hari Minggu sebagai ekspresi penyembahan berhala atau ibadah kepada dewa Matahari, karena tidak ada satupun dari orang kristen yang memahami ibadah Minggu sebagai bagian dari ibadah kafir tersebut.
Kekristenan berakar pada Yudaisme dan ekspresi-ekspresi Semitik-Hebraiknya. Ibadah Shabat adalah ibadah yang tetap relevan untuk dilaksanakan keluarga-keluarga Kristiani. Roh Shabat adalah ibadah komunal keluarga. Shabat menghangatkan hubungan antara anggota-anggota keluarga. Shabat mempererat komunikasi satu sama lain. Shabat mengokohkan fundasi keimanan. Ditengah-tengah roh zaman yang meekankan individualisme,materialisme, narsisme, hedonisme, Shabat efektif mengontrol anggota-anggota keluarga melalui pengkajian firman dan diskusi diantara anggota-anggota keluarga, sehingga berbagai roh zaman yang cenderung merusak dapat dieliminir.
------------
End Note:
1Institute Research Scriptures,2000
1 Tracey R. Rich, Shabat, 1995-2005, www.jewfaq.org
2 Ibid.,
2 Ibid.,
3 Prof. Harvey E. Finley, Ph.D. Biblical Hebrew: A Beginner Manual, Beacon Hill Press of Kansas City, 1982, p.75
4 Ibid.,
5 Irving L. Jensen, Jensen’s Survey of the Old Testament, Chicago: Moody Press, 1978, p. 91
6 The New Bible Dictionary, (Wheaton, Illinois: Tyndale House Publishers, Inc.) 1962
7 Dake’s Annotated Reference Bible, Dake Bible Sales, 1992, p. 44
8 Ibid.
9 Loc.Cit.
10 Swanson, James, A Dictionary of Biblical Languages With Semantic Domains: Greek (New Testament), (Oak Harbor, WA: Logos Research Systems, Inc.) 1997.
11New York: Artist for Israel International , 1996 www.beittikvahsynagogues.org
12 The Hebraic Root Version New Testament, Society for the Advancement of Nazarene Judaism, 2001, p.211
13 Jewish New Testament Commentary, JNTP, 1992, p.299
14 Ibid.
15 Yahweh’s New Covenant Assembly, 1992, p.11
15 Ibid., Jewish New Testament Commentary, p.299
17 Ibid., p.791
18 Harry R. Boer, A Short History of the Early Church, Grand Rapids, Michigan: William B. Eerdmans Publishing Company, 1986, p. 143
19 Ibid.
20 Robert & Remy Koch, Christianity: New Religion or Sect Biblical Judaism? , Palm Beach Gardens, Florida: A Messenger Media Publication, p.216, mengutip Samuele Bacchiocchi, From Sabbath to Sunday, Rome: The Pontifical Gregorian University Press, 1977, p.194
2 komentar:
ijin share
topik yang bagus
Posting Komentar