Catatan:
Bermula dari pengiriman artikel Teguh Hindarto kepada Budi Asali dengan judul YESUS, YAHUDI, YUDAISME yang dimuat di teguhhindarto.blogspot.com, kemudian Budi Asali memberikan komentar yang menimbulkan tanggapan Teguh Hindarto. Percakapan bergeser ke dalam topik “bahasa percakapan Yesus” dan “bahasa penulisan Kitab Perjanjian Baru”.
Percakapan berlangsung beberapa minggu dari Tgl 24 Maret 2011 hingga berakhir pada Tgl 16 April 2011 dengan pernyataan Budi Asali sbb: “Saya sdh katakan, kalau anda tidak menjawab serangan utama saya ttg pengutipan ayat2 PL yg menggunakan nama YHWH oleh PB, maka saya tak akan jawab email sampah anda. Anda tidak mampu menjawab, tetapi dg tidak tahu malu, terus nyerocos ttg hal2 yg bukan hal utama. Silahkan masukkan semua bahan ini ke dlm web / blog anda, saya sdh masukkan ke web / blog dr Pdt Esra. Dan kalau memasukkan, jgn secara pengecut meng-edit kata2 saya, ya? Termasuk 'makian' saya, jgn dibuang! Saya ingin org tahu anda memang sesat, tolol, penipu, dsb!”.
Penilaian diserahkan kepada siding pembaca dan peminat diskusi dan perdebatan teologi. Selamat membaca.
SERI IV
Budi Asali: (Tgl 31 Maret) Anda memang bodoh! JUSTRU adanya kata2 Ibrani / Aramaic yg digunakan hanya kadang2 dlm PB, menunjukkan kalau PB tidak ditulis dlm bahasa Ibrani / Aramaic! Kalau memang ditulis dlm bahasa Ibrani, dan lalu diterjemahkan ke bahasa Yunani, lalu mengapa kata2 itu tidak ikut diterjemahkan ke dlm Yunani? Sekarang coba lihat Yoh 1:38,41. Kalau aslinya dlm bahasa Ibrani, lalu diterjemahkan ke Yunani, mengapa ada kata2 'Rabi (artinya Guru)' dan 'Mesias (artinya Kristus)'? Coba, saya tanya: dlm bahasa Ibrani kalimat ini bunyinya bagaimana?
Tanggapan Teguh Hindarto: (Tgl 31 Maret) Nah, apa saya bilang. Kelakuan Anda yang suka membodoh-bodohkan orang lain dan menganggap enteng argumentasi orang lain, telah menjerumuskan diri Anda sendiri.
Mari kita perhatikan pernyataan Anda Tgl 29 Maret lalu sbb:
“Saya bicarakan saat itu mrk dijajah Romawi shg semua org bisa bicara bahasa Yunani. Yesus juga! Rasul2 yg tidak terpelajar juga bisa. Penulis2 PB juga bisa, dan krn itu mrk menulis dlm bahasa Yunani”
Lalu perhatikan jawaban dan pertanyaan saya pada Tgl 30 Maret sbb:
“Jika Mesias berbicara dalam bahasa Yunani, mengapa justru kata dan kalimat yang terekam dalam Kitab Perjanjian Baru berbahasa Yunani justru menampilkan kata-kata Yahudi seperti Efata (terbukalah, Mrk 7:34) Talita kumi (anak gadis, bangunlah, Mrk 5:41), Eli-Eli lama sabakhtani (El-ku,El-ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku? Mat 27:46)? Mengapa Mesias tidak langsung berbicara dalam bahasa Yunani sebagaimana Anda sangkakan?”
Dari penjelasan saya di atas nampak bahwa saya berusaha membuktikan pada Anda bahwa Mesias BUKAN berbicara bahasa Yunani sekalipun bisa/mampu berbahasa Yunani. Justru dengan adanya kata-kata Ibrani dalam naskah Perjanjian Baru Yunani menunjukkan bahwa Dia berbicara dalam bahasa Ibrani. Kenapa pertanyaan Anda melenceng dengan mengatakan sbb: “JUSTRU adanya kata2 Ibrani / Aramaic yg digunakan hanya kadang2 dlm PB, menunjukkan kalau PB tidak ditulis dlm bahasa Ibrani / Aramaic?”. Kita sedang membicarakan dalam bahasa apa Mesias berkomunikasi. Dan Anda gagal membuktikan bahwa Mesias berbicara dalam bahasa Yunani. Secara induktif, data-data membuktikan bahwa Mesias berbicara dalam bahasa Ibrani.
Budi Asali: Mustahil. Sekarang, kalau memang saat itu semua org Yahudi tetap bisa berbahasa Ibrani, mengapa PL perlu diterjemahkan ke dlm bahasa Yunani, dan digunakan oleh org2 Yahudi? Jelas krn sdh byk org Yahudi yg tidak lagi bisa berbahasa Ibrani, tetapi bisa berbahasa Yunani.
Tanggapan Teguh Hindarto: Mustahil? Apanya yang mustahil? Anda ini akademisi atau debator pepesan kosong? Talmud yang usianya lebih tua dari dictionary modern manapun telah menyatakan sbb: “Empat bahasa memiliki nilai masing-masing: Bahasa Ibrani untuk nyanyian, Latin untuk peperangan, Aramaik untuk nyanyian penguburan dan Bahasa Ibrani untuk percakapan” (Jerusalem Talmud, Tracate Sotah 7:2, 30a) dan Anda mengatakannya mustahil? Anda sedang memperlihatkan kebodohan diri Anda dengan menolak kenyataan tersebut. Dalam hal ini saya sudah dapat menilai bahwa Anda tidak dapat menerima kenyataan yang mengejutkan ini dan didorong oleh pra paham teologia tertentu, berusaha menolak data penting tersebut.
Terkait masalah PL atau TaNaKh berbahasa Ibrani diterjemahkan dalam bahasa Yunani yang disebut Septuaginta, bukan untuk keperluan orang Yahudi di Yerusalem karena orang Yahudi di Yerusalem tidak mempergunakan Septuaginta melainkan TaNaKh. Septuaginta diperlukan bagi orang Yahudi yang berada di luar Yerusalem yaitu Alexandria dimana mereka sudah tidak begitu fasih dalam berbicara dalam bahasa Ibrani. Bagaimana mungkin Septuaginta ditujukan bagi penduduk Yerusalem yang beragama Yudaisme dengan bahasa percakapan sehari-hari dengan menggunakan bahasa Ibrani?
Yosephus saja memberikan kesaksian bahwa dirinya cukup kesulitan dalam penguasaan bahasa Yunani dan bangsanya sendiri tidak respek terhadap penguasaan bahasa Yunani. Selengkapnya sbb: “I have also taken a great deal of pains to obtain the learning of the Greeks and understanding the element of the Greek language although I have so long accustomed myself to speak our own language, that I can’t pronounce Greek with sufficient extantness: for our nation does not encourage those that learn the languages of many nations” (Antiquites 20:11:2). Apakah Anda masih mau mangkir dan mengatakan mustahil kembali? Saya beri satu kesaksian lagi. Seseorang menunjukkan pada Gamaliel sebuah salinan dari terjemahan Aramaik Kitab Ayub, yang tersedia waktu itu adalah Targum. Dengan rasa jijik oleh kitab itu, dia berkata kepada tukang bangunan, “bakar itu di bawah reruntuhan” (Misnah b Shabbat 115a, j Shabbat 16:15c). Jika Targum berbahasa Aramaik saja tidak dipandang berharga di mata Gamaliel, apalagi bahasa Yunani?
Dengan demikian, khayalan teologis Anda yang mengatakan, “...sdh byk org Yahudi yg tidak lagi bisa berbahasa Ibrani, tetapi bisa berbahasa Yunani” tidak dapat dipertanggungjawabkan berdasarkan data-data literatur Yahudi yang lebih tua.
Budi Asali: Saya tidak menyangkal kalau Paulus bisa berbahasa Ibrani. Yg saya persoalkan dia bisa Yunani atau tidak. Coba baca Kis 21:37-22:2 maka anda akan melihat bahwa mula2 ia bicara dlm bahasa Yunani, tetapi lalu dlm bahasa Ibrani!
Tanggapan Teguh Hindarto: Bagus, Anda mengakui bahwa Rasul Paul berbicara dalam bahasa Ibrani. Persoalan beliau bisa bahasa Yunani, saya juga yakin sebagaimana Yesus maka Paulus bisa berbahasa Yunani. Bisa bukan bermakna atau memberikan indikasi kuat sebuah kemampuan mahir atau fasih. Jika Yosephus yang pernah menjadi prajurit Romawi saja tidak mahir berbahasa Yunani, maka kita pun tidak perlu berlebihan memberikan dugaan bahwa Paulus mahir berbahasa Yunani. Lagi pula percakapan yang terekam dalam Kisah Rasul 21:37 hanyalah sebuah percakapan singkat antara prajurit Romawi dengan Paulus. Analoginya, saya bisa mengucapkan beberapa pernyataan penting dalam bahasa Inggris seperti “excuse me”, “attention please”, “don’t forget”, “may I help You?”, dst. Kemampuan itu tidak membuktikan pada siapapun bahwa saya fasih berbicara dalam bahasa Inggris. Demikianlah kasus percakapan singkat Rasul Paul dengan prajurit Romawi tersebut. Sebaliknya Paul leboih terlatih berbicara dalam bahasa Ibrani sepanjang Kisah Rasul 22:1-12.
Budi Asali: Omong kosong mrk sehari2 bicara dlm bahasa Ibrani. Dan yg disebut Ibrani biasanya adalah Aramaic. Memang mrk bisa saja menulis dlm bahasa Ibrani. Dg asalan apa mrk menulis dlm bahasa Yunani? Dg alasan, Roh Kudus memimpin mrk demikian, krn itulah yg terbaik dlm pandangan Allah. Seluruh kekaisaran Romawi bicara dlm bahasa Yunani, kalau PB ada dlm bahasa Ibrani, itu akan menyulitkan penyebarannya!
Tanggapan Teguh Hindarto: Hey, Anda belum menjawab pertanyaan saya sbb: “Jika Anda mengatakan ‘penulis Perjanjian Baru menuliskan dalam bahasa Yunani’, itu benar. Namun siapa yang menuliskan? Rasul-rasul atau para penerjemah tulisan para rasul? Semua rasul berbicara dalam bahasa Yahudi, terkecuali Lukas. Jika rasul-rasul (Yakobus, Petrus, Yohanes, Paulus) dalam keseharian saja berbahasa Yahudi, lalu dengan alasan apa mereka menuliskan kisah kehidupan Yesus dalam bahasa Yunani?” (Tgl 30 Maret). Silahkan dijawab dulu!
Anda mengatakan “Omong kosong mrk sehari2 bicara dlm bahasa Ibrani”. Dan Anda mengatakan bahwa yang disebut Ibrani adalah Aramaik. Apa buktinya?
Perhatikan data-data berikut:
Kisah Rasul 21:40, “Sesudah Paulus diperbolehkan oleh kepala pasukan, pergilah ia berdiri di tangga dan memberi isyarat dengan tangannya kepada rakyat itu; ketika suasana sudah tenang, mulailah ia berbicara kepada mereka dalam bahasa Ibrani, katanya:...”
Kisah Rasul 26:14, “Kami semua rebah ke tanah dan aku mendengar suatu suara yang mengatakan kepadaku dalam bahasa Ibrani: Saulus, Saulus, mengapa engkau menganiaya Aku? Sukar bagimu menendang ke galah rangsang”
Yohanes 5:2, “Di Yerusalem dekat Pintu Gerbang Domba ada sebuah kolam, yang dalam bahasa Ibrani disebut Betesda; ada lima serambinya”
Perhatikan semua kalimat yang saya beri cetak tebal. Dalam teks Yunani dituliskan sbb:
τη εβραιδι διαλεκτω λεγων (te hebraidi dialektoo legoon, Kis 21:40)
λεγουσαν τη εβραιδι διαλεκτω (legousan te hebraidi dialektoo, Kis 26:14)
επιλεγομενη εβραιστι βηθζαθα (epilegomene hebraisti bethzatha, Yoh 5:2)
Apa yang dimaksudkan dengan Hebraidi Dialektoo? Mengutip pandangan J.M. Grintz dalam Journal of Biblical Literatur, 1960, D. Bivin dan R. Blizzard mengatakan sbb: “Penyelidikan atas tulisan Yosephus (ahli sejarah bangsa Yahudi Abad I Ms, red) menunjukkan tanpa keraguan bahwa kapan saja Yosephus menyebut (lidah Ibrani) dan Ebraion Dialekton (dialek Ibrani) dia selalu memaksudkan artinya, “bahasa Ibrani” dan bukan bahasa lain” (Understanding the Difficult Word of Jesus, 2001, p.42).
Jika mereka (rasul-rasul) benar-benar berbicara dalam bahasa Aramaik, seharusnya dituliskan Suristi sebagimana kesaksian berikut:
Daniel 2:4, “Lalu berkatalah para Kasdim itu kepada raja (dalam bahasa Aram): ‘Ya raja, kekallah hidupmu! Ceriterakanlah kepada hamba-hambamu mimpi itu, maka kami akan memberitahukan maknanya."
Septuaginta menerjemahkannya dengan Suristi. Artinya ada perbedaan antara bahasa Ibrani dan Aram dan diterjemahkan secara berbeda dalam naskah Yunani.
Satu lagi saya kutipkan dari tulisan Yosephus yaitu Antiquites 10:8 sbb:
“When Rabshakeh had made this speech in the Hebrew tongue, (for he was skilful in that language,) Eliakim was afraid lest the multitude that heard him should be disturbed; so he desired him to speak in the Syrian tongue. But the general, understanding what he meant, and perceiving the fear that he was in, he made his answer with a greater and a louder voice, but in the Hebrew tongue, and said, that ``since they all heard what were the king's commands, they would consult their own advantage in delivering up themselves to us;”
Data-data di atas menggugurkan pra duga bahwa bahasa Ibrani adalah bahasa Aramaik.
Budi Asali: Apakah anda bisa menyebutkan atau membuktikan adanya satu saja manuskrip PB dlm bahasa Ibrani? Yg dlm bahasa Yunani jumlahnya lebih dr 5000, yg berbahasa Ibrani jumlahnya NOL! Kata2 anda bertentangan dg Fakta!
Tanggapan Teguh Hindarto: Pertanyaan Anda tidak relevan dengan penjelasan saya sebelumnya, “Jika memang benar Yesus dan para rasul berbahasa Ibrani, mengapa Kitab Perjanjian Baru menuliskan ajaran Yesus dan para rasul dalam bahasa Greek/Yunani? Pada mulanya, naskah-naskah ajaran Yesus dituliskan dalam bahasa Ibrani, kemudian berkembang dan diterjemahkan dalam bahasa Yunani. Menurut kesaksian Epiphanius (350 Ms) yang mengutip perkataan Papias (150-170) yang hidup tidak lama setelah zaman para rasul, mengatakan: “Matius menyusun perkataan-perkataan tersebut dalam bahasa Ibrani dan orang lain menerjemahkannya semampu mereka” (Panarion 29:9:4).
Pertanyaan Anda sama sulitnya dengan tuntutan pembuktian naskah ASLI (autograf) Kitab Perjanjian Baru atau Injil berbahasa Yunani. Terkait dengan pernyataan Papias, siapa bisa membuktikan adanya Logia Iesou yang ditulis dalam bahasa Ibrani? Banyaknya salinan naskah Perjanjian Baru berbahasa Yunani tidak membuktikan bahwa pada awalnya kisah kehidupan Yesus dituliskan dalam bahasa Yunani.
Anda tidak memberikan komentar serius sama sekali terhadap data-data yang saya berikan sebelumnya. Syukurlah jika Anda mengakui data-data yang sudah saya berikan. Dan saya akan kutipkan kembali untuk memperkuat argumentasi saya dan mengingatkan Anda untuk memberikan analisis yang sebanding.
Kutipan Tgl 30 Maret sbb: “Apa arti pernyataan di atas? Bahwa para rasul pada mulanya menuliskan perkataan dan ajaran Yesus dalam bahasa Ibrani, kemudian untuk kepentingan pemberitaan Kabar Baik, maka kitab itu diterjemahkan dalam bahasa Yunani. Mengapa dalam bahasa Yunani? Karena bangsa Yahudi pada waktu itu menjadi wilayah yang di bawah kepenguasaan Romawi dengan bahasa nasional Yunani Koine. Penulisan Kitab Perjanjian Baru dalam bahasa Yunani, mengacu kepada naskah TaNaKh (Torah, Neviim, Kethuvim) yang diterjemahkan dalam bahasa Yunani, yang dinamakan Septuaginta. Dalam teori Kritik Sumber ada aneka ragam teori al., Hipotesis Agustinus yang mengatakan bahwa Lukas mengambil dari sumber Matius dan Markus dan Markus mengambil sumber dari Matius. Sementara Hipotesis Griesbach menyatakan Markus mengambil sumber dari Matius dan Lukas dan Lukas mengambil sumber dari Matius.
Nah, teori yang dikembangkan Robert Lindsey menyatakan bahwa sumber penulisan naskah Yunani Matius, Markus, Lukas bersumber dari “biografi Ibrani” (yang menurut bahasa Papias dengan sebutan LOGIA dan teolog modern menyebutnya “Injil Q”) kemudian diterjemahkan dalam bahasa Yunani, kemudian dibuat sebuah antologi kemudian rekonstruksi pertama sebelum menjadi naskah-naskah yang diterjemahkan dalam Injil Sinoptik bahasa Yunani. Lindsey berpendapat bahwa Matius-Markus-Lukas secara bersama mengambil naskah antologi dalam bahasa Yunani sebagai sumber dan Matius mengambil sumber dari Markus dan Markus mengambil sumber dari Lukas. Teori pelik ini dapat Anda baca dalam artikel berikut:
A New Solution to the Synoptic Problem
David Bivin
http://www.jerusalemperspective.org/default.aspx?Tabid=27&CatID=8
Sekalipun masih berupa teori, namun didukung data-data yang valid.Dan dugaan bahwa Kitab Perjanjian Baru semula ditulis dalam bahasa Ibrani, harus dipertimbangkan dan diperdalam sebagai sebuah kajian teologi khususnya Kritik Sumber. Demikian pula jika melihat latar belakang Yahudi para rasul dan penulis Kitab Perjanjian Baru semuanya berlatar belakang Semitik. Jangan tergesa-gesa mengatakan Lukas adalah seorang Yunani jika Kitab Lukas berbahasa Yunani pun mencerminkan struktur dan idiom semitik di dalamnya. Anda harus banyak belajar hal-hal yang belum pernah Anda dengar dan jangan memutlakan satu pemahaman dan tidak memperdulikan penemuan lainnya.
Michael D. Marlowe dalam artikelnya, The Semitic Style of the New Testament (www.bible-researcher.com): menjelaskan sbb: “Meskipun bahasa Kitab Perjanjian Baru secara mendasar adalah bahasa koine atau bahasa Yunani yang umum dipergunakan saat kitab ini dituliskan, namun para penulis Kitab Perjanjian Baru, menuliskan dalam corak Hebraik atau Semitik yang tidak sepenuhnya bersifat idiomatik Yunani. Karakter bercorak khas ini meliputi beberapa bagian seperti, tata bahasa, kalimat, arti kata dan ciri-ciri yang bersifat retorika suatu naskah. Contoh-contoh khusus corak khas ini, secara kebahasaan dinamai Hebraism atau secara lebih luas, Semitism (sebuah istilah yang meliputi pengaruh-pengaruh Aramaik sebagaimana pula Ibrani)”.
Adanya unsur-unsur idiomatik semitik dalam naskah Perjanjian Baru Yunani, justru menolong kita memetakan dan merekonstruksikan bahasa percakapan sehari-hari Yesus dan para murid-Nya serta memberikan informasi berharga pada kita bahwa ini merupakan naskah salinan dan terjemahan belaka”.
Budi Asali: Anda memang bodoh. Siapa menyamakan diri dg Paulus? Maksud saya, kalau Paulus boleh mengatakan org sesat, dan Yesus juga demikian, dg alasan apa, saya dilarang? Kalau anda menyalahkan saya, beranikah anda menyalahkan Paulus, Yesus dsb? Saya jg bisa mengatakan: Buktikan bahwa saya SELALU menghardik org dengan sebutan sesat! Kalau anda katakan itu kebiasaan saya, maka saya akui itu, tetapi kebiasaan itu hanya saya lakukan thdp org yg memang sesat dan anda adalah salah satu contohnya!
Tanggapan Teguh Hindarto: Nah, Anda mulai membuat saya kesal dengan mengulang pertanyaan seolah-olah Anda amnesia dengan pernyataan Anda sendiri. Perilaku Anda persis dengan anak buah Anda yang terlibat diskusi dengan saya secara tertulis dan telah saya posting di www.messianic-indonesia.com
Anda khan mencari justifikasi atas perilaku buruk Anda dengan menyamakan dengan kebiasaan Paul yang menurut Anda kerap mengucapkan kata sesat. Padahal sudah saya buktikan sebelumnya dengan mengatakan sbb: “Kalaupun Rasul Paul menggunakan kata sesat dalam surat-suratnya, selalu dalam konteks persuasi dan antisipasi terhadap ajaran yang menyesatkan (1 Kor 6:9; 15:33, 2 Kor 11:3, Gal 6:7, Ef 4:14; 4:22; 5:6, Fil 2:15, Tit1:10; 3:3;3:11, Ibr 5:2;13:9, 2 Tes 2:3)” (Tgl 30 Maret). Anda pun tidak bisa membuktikan pada ayat mana Paulus kerap menghardik dengan sebutan sesat! Sekarang Anda malah balik bertanya, “Buktikan bahwa saya SELALU menghardik org dengan sebutan sesat!”. Silahkan Anda membaca lampiran percakapan kita sejak Tgl 28 Maret. Sudah berapa kali Anda mengatai saya dengan sebutan “bodoh”, “sesat”, “bertobatlah”, “penipu”, “nabi palsu?” Hitung sendiri.
Hey..hey..hey...Anda nampaknya ketauan tidak mahir berdiskusi secara tertulis. Anda mengatakan “Siapa bilang tidak nampak keyahudian sama sekali? Nampak, misalnya tradisi Yahudi, kata2 bahasa Ibrani, dsb”. Anda memberikan tanggapan melenceng dari pernyataan saya sebelumnya “Sebaliknya saya ingin membongkar paradok dalam Kekristenan bahwa keyahudian Yesus yang terekam dalam Kitab Injil justru tidak nampak dalam ekspresi ibadah dan istilah-istilah teologi Kristen” (Tgl 28 Maret). Saya mempertanyakan bahwa keyahudian Yesus tidak nampak dalam ekspresi ibadah dan istilah-istilah teologi Kristen namun Anda ngawur saja menjawab “Nampak, misalnya tradisi Yahudi, kata2 bahasa Ibrani, dsb”. Tradisi Yahudi yang mana yang Anda pelihara dalam devosi (ibadah) Anda? Adakah Anda menggunakan Tallit dan Tsit-tsit? Istilah-istilah teologi mana yang Anda pergunakan? Adakah Anda menggunakan istilah berakhah ketika Yesus memecah roti? Adakah Anda menggunakan istilah Seder Pesakh saat Yesus melakukan Perjamuan Terakhir? Adakah Anda berkotbah dengan mengutip pembacaan dalam bahasa sumber secara utuh atau hanya perkata belaka? Bukan hanya Anda melainkan mayoritas Kekristenan di Indonesia kurang mengerti ekspresi-ekspresi Yahudi dalam ibadah dan teologi Kristen. Sebaliknya, kita menggunakan pakaian yang khas Eropa dan pola teologi yang khas Yunani dan Eropa, sekalipun itu bukan sebuah kesalahan fatal.
Budi Asali:
Terus terang dlm debat dg anda ini saya anggap enteng, shg tidak saya simpan, dan krn itu yg lalu2 saya bisa tidak memperhatikan. Tetapi kata2 saya tetap berlaku dan tidak melenceng. Anda bicara ttg teologia dan tata cara ibadah bukan? Saya jawab yg teologianya. Dlm teologia tetap digunakan dan dibahas kata2 bahasa Ibrani! Dlm ibadah tetap digunakan kata 'Shalom', 'Haleluya' dsb. Kita melayani dan beribadah harus berdasarkan aklkitab. Saya tanya: ayat mana dlm alkitab yg mengharuskan menggunakan kata2 bahasa Ibrani dlm ibadah?
Tanggapan Teguh Hindarto: Hemm...lagi-lagi Anda tidak menyanggah pernyataan saya dengan tepat. Saya harus sabar menghadapi kelambanan Anda ini. Mari kita baca pernyataan saya Tgl 30 Maret sbb:
“Saya mempertanyakan bahwa keyahudian Yesus tidak nampak dalam ekspresi ibadah dan istilah-istilah teologi Kristen namun Anda ngawur saja menjawab “Nampak, misalnya tradisi Yahudi, kata2 bahasa Ibrani, dsb”. Tradisi Yahudi yang mana yang Anda pelihara dalam devosi (ibadah) Anda? Adakah Anda menggunakan Tallit dan Tsit-tsit? Istilah-istilah teologi mana yang Anda pergunakan? Adakah Anda menggunakan istilah berakhah ketika Yesus memecah roti? Adakah Anda menggunakan istilah Seder Pesakh saat Yesus melakukan Perjamuan Terakhir? Adakah Anda berkotbah dengan mengutip pembacaan dalam bahasa sumber secara utuh atau hanya perkata belaka? Bukan hanya Anda melainkan mayoritas Kekristenan di Indonesia kurang mengerti ekspresi-ekspresi Yahudi dalam ibadah dan teologi Kristen. Sebaliknya, kita menggunakan pakaian yang khas Eropa dan pola teologi yang khas Yunani dan Eropa, sekalipun itu bukan sebuah kesalahan fatal”
Kalau penggunaan kata “shalom” dan “halelu-Yah” dalam teologia dan ibadah, itu belum mencerminkan tuntutan pertanyaan dan kritik saya. Silahkan Anda membaca kembali tuntutan saya sebagaimana kutipan di atas dan jangan memberikan pernyataan yang tidak akurat.
Budi Asali: Kalau anda bisa memberikan beberapa gelintir nama org, yg sedikitpun tidak saya hargai, dan lalu beranggapan bahwa ajaran anda ttg PB Ibrani itu benar, saya bisa memberikan 10 x atau bahkan 100 x lipat lebih byk yg mempercayai PB Yunani. Saya tetap menganggap semuan kalian penipu. Kalau memang PB itu Ibrani, mengapa dlm debat terbuka dg kami anda berdua akhirnya dg terpaksa mengakui PB Yunani? Anda tidak mengakui hal itu? Mau putar DVDnya bersama2? Lalu yg mana dr dua pengakuan yg bertentangan itu yg benar? Salah satu mesti salah, dan itu bukti hitam di atas putih bahwa anda penipu! Jadi saya bukan pemfitnah!
Tanggapan Teguh Hindarto: Kita sedang membicarakan validitas pernyataan Anda sebelumnya, “Siapapun mengajar bahwa bahasa asli dr PB adalah bahasa Ibrani adalah penipu” (Tgl 29 Maret). Dan saya sudah memberikan tanggapan pada Tgl 30 Maret sbb:
“Pernyataan Anda, “Siapapun mengajar bahwa bahasa asli dr PB adalah bahasa Ibrani adalah penipu” mencerminkan sikap yang tidak akademis. Bagaimana seorang debator seperti Anda membuat klaim sempit seperti itu? Jika Anda membuka link www.jerusalemperspective.com Anda akan menjumpai banyak pakar dan sarjana Kitab Perjanjian Baru dengan spesialisasi bahasa Yunani dan bahasa Ibrani serta Aramaik terlibat di dalamnya dan membuat berbagai kajian yang menyajikan bahwa Kitab Perjanjian Baru sejak awal menggunakan sumber-sumber semitik. Apakah Moses Segal, Randall Buth, Robert Lindsey, David Bivin, Samuel Safrai adalah para penipu dikarenakan mereka mendedikasikan waktu dan hidupnya untuk menulis banyak buku dan artikel yang mencoba meyakinkan eksistensi bahasa Ibrani sebagai bahasa percakapan sekaligus sebagai bahasa sumber penulisan naskah Perjanjian Baru?
Anda tidak memberikan jawaban yang obyektif malah dengan enteng mengatakan, “Kalau anda bisa memberikan beberapa gelintir nama org, yg sedikitpun tidak saya hargai, dan lalu beranggapan bahwa ajaran anda ttg PB Ibrani itu benar, saya bisa memberikan 10 x atau bahkan 100 x lipat lebih byk yg mempercayai PB Yunani”. Sekali lagi saya bertanya, Anda ini bisa tidak berdiskusi secara tertulis? Jangan hanya lantang bicara dan omong besar mempertontonkan kenekadan Anda. Kita bukan sedang membicarakan berapa banyak ahli yang meyakini PB ditulis dalam bahasa Yunani atau Ibrani. Saya sedang menyampaikan fakta pada Anda bahwa saya tidak sendirian. Banyak pakar Perjanjian Baru yang terpelajar membuktikan pandangan mereka bahwa PB pada mulanya ditulis dalam bahasa Semitik Hebraik. Oleh karenanya, pernyataan Anda bahwa saya sedang menipu, menunjukkan bahwa wawasan akademis Anda sangat sempit dan tidak terbuka terhadap teori dan penemuan akademis yang berkembang. Anda hanya tipe fundamentalis buta belaka.
Budi Asali: Hehehe, saya takut dg anda? Kata2 saya mencerminkan rasa takut? Alangkah bodohnya kedimpulan itu! Atau lagi2 itu kesimpulan utk menipu org yg membaca? Anda tidak bisa membedakan antara keyakinan dan rasa takut? Saya mengatakan itu krn yakin saya akan menang dlm debat dg anda. Anda mengatakan dulu anda sering debat terbuka lalu meninggalkan cara itu dg alasan bahwa cara itu tidak efektif? Coba baca ayat ini. Kis 18:27b-28 - "Setibanya di Akhaya maka ia, oleh kasih karunia Allah, MENJADI SEORANG YANG SANGAT BERGUNA bagi orang-orang yang percaya. SEBAB dg tak jemu2nya ia MEMBANTAH org2 Yahudi DI MUKA UMUM dan membuktikan dr KS bahwa Yesus adalah Mesias". Kata2 anda bahwa debat tidak efektif secara frontal bertentangan dengan alkitab. Jadi, jgn cari2 alasan utk menutupi kepengecutan dan ketidakmampuan anda! Saya kira anda memilih debat tertulis, krn kalau demikian, anda bisa minta bantuan org lain. Sedangkan kalau debat terbuka anda hrs berjuang dr otak anda sendiri, yg isinya tak terlalu banyak!
Tanggapan Teguh Hindarto: Saya tidak perlu pengakuan jika Anda sebenarnya sedang memantulkan rasa takut jauh di alam bawah sadar Anda. Mengenai sikap saya yang menganggap debat lisan tidak efektif lalu dibenturkan dengan pernyataan dalam Kisah Rasul 18:27b-28, sungguh sebuah tindakan eisegese yang bodoh dan dangkal. Frasa “menjadi seorang yang sangat berguna bagi orang percaya” yang dilekatkan pada Apolos, dikarenakan Apolos mendatangkan manfaat atas jemaat Mesias karena dengan kecakapannya, beliau mematahkan argumentasi para lawannya yang melawan ajaran Mesias. Namun apakah situasi Apolos sama dengan yang saya alami atau kita alami? (debat terbuka secara formal) Tentu saja jauh berbeda. Apa yang dialami Apolos adalah percakapan dan debat non formal yang bersifat insidental. Sementara yang saya hindari adalah perdebatan formal dengan tatap muka dan di muka forum. Mengapa saya katakan tidak efektif? Jika diakitkan dengan Muslim, saya meragukan keamanan diri saya. Saya pun meragukan kefairan mereka menerima kritik. Sementara terhadap orang-orang seperti Anda, jelas tidak efektif karena waktu kita habis dengan debat kusir yang tidak fokus pada pokok argumentasi. Saya bukan takut berhadapan lagi dalam perdebatan dengan Anda. Namun saya tidak suka dengan gaya perdebatan Anda dan aturan main yang Anda buat. Pembantah sekaligus moderator. Diskusi macam apa itu? Akuilah bahwa itu suatu kesalahan!
Budi Asali: Mengutip ayat dan menerapkannya tak sesuai kontext! Lagi2 penipuan. Tulis seluruh kontextnya dan baru baca dan lihat apakah sesuai atau tidak. Apakah sama atau tidak dg sikon yg saya hadapi. Saya waktu itu sdg menekan seor/ nabi palsu dlm debat, dan sdg menang angin, dan jemaat itu mencoba menghentikan. Jadi saya hardik dia. Coba buktikan kalau kontextnya cocok! Juga coba baca 1Tim 5:20! Juga perhatikan kotbah / pembelaan Stefanus sebelum dirajam dlm Kis 7:1-53, dan perhatikan ay 50-51, yg jelas sambungannya sgt tidak enak! Dan para penafsir menganggap mustahil setelah mengucapkan ay 50 tahu2 menghardik dlm ay 51, tanpa meneruskan apa yg ia bicarakan sampai ay 50 itu. Krn itu ditafsirkan bahwa saat itu ada keributan dr pendengar yg menginterupsi / mencoba mengacaukan pembicaraan Stefanus shg Stefanus menghardik dg kata2 dlm ay 51-53. Berani anda menyalahkan Stefanus, yg berbicara pd saat itu dibawah kepenuhan dan bimbingan Roh Kudus? (Kis 6:5,8,10,15 Kis 7:55).
Tanggapan Teguh Hindarto: Ho..ho...Anda amnesia lagi. Saya yakin Anda memang tidak terbiasa berdiskusi tertulis sehingga tidak teliti dalam berargumentasi tertulis. Anda khan menantang saya demikian, “coba beri dasar alkitabnya pdt sopan” (Tgl 29 Maret) dan saya sudah memberikan pada Anda dua ayat yaitu 1 Timotius 5:1, 2 Timotius 2:24-25. Apa yang salah?
Justru beranjak dari ayat di atas, jika sikap-sikap Anda diperhadapkan, sangat jauh dari mencerminkan sikap seorang pendeta yang sopan. Anda bukan hanya keras dalam berkata-kata namun sikap Anda kerap kasar (menghardik). Saya tidak ingin melanjutkan membahas perilaku Anda ini. Silahkan Anda mencari pembenaran diri jika Anda nyaman dengan sikap tersebut.
Wow, demi membenarkan diri, Anda harus membawa Kisah Rasul 7:51-54. Mari kita lihat selengkapnya sbb:
“Hai orang-orang yang keras kepala dan yang tidak bersunat hati dan telinga, kamu selalu menentang Roh Kudus, sama seperti nenek moyangmu, demikian juga kamu. Siapakah dari nabi-nabi yang tidak dianiaya oleh nenek moyangmu? Bahkan mereka membunuh orang-orang yang lebih dahulu memberitakan tentang kedatangan Orang Benar, yang sekarang telah kamu khianati dan kamu bunuh. Kamu telah menerima hukum Taurat yang disampaikan oleh malaikat-malaikat, akan tetapi kamu tidak menurutinya." Ketika anggota-anggota Mahkamah Agama itu mendengar semuanya itu, sangat tertusuk hati mereka. Maka mereka menyambutnya dengan gertakan gigi”
Mana ayat yang mengatakan secara langsung dan tidak langsung bahwa Stefanus menghardik orang Farisi dan Saduki serta Mahkamah Agama? Justru dalam rasa sakit yang tertahan, Stefanus dengan berani menegur sikap mereka yang terus menerus menganiaya kebenaran dan hamba-hamba Mesias seperti dirinya. Dan ucapan Stefanus semakin membuat tersinggung perasaan Mahkamah Agama.
Budi Asali: Saya bersikap bgm thdp kalian berdua? Saya menghardik kalian jg? Jgn memfitnah! Saya kalah debat dg anda? Hehehe, anda shrsnya jadi pelawak, bukan pdt! Krn memaksakan diri jadi pdt makanya akhirnya jadi nabi palsu! Kebudayaan tak ada urusannya dg kalah menang dlm debat ! Jgn asal bicara!
He, lagi2 anda 'meloncati' persoalan jemaat anda yg berbadan besar yg maju ke depan spt org mau berkelahi! Mengapa tak dijawab?
Tanggapan Teguh Hindarto: Tentu saja ada hubungan antara kebudayaan dan perdebatan. Bagi kebudayaan Jawa berlaku falsafah, “ngluruk tanpo bolo, ngalahke tanpa ngasorake” (menyerbu tanpa bantuan dan mengalahkan tanpa mempermalukan). Sikap tenang dan sopan yang saya dan Pak Sugiyarto tampilkan rupanya dianggap suatu kekalahan bagi Anda. Namun bagi kami, sudah jelas siapa yang kalah dan siapa yang menang dalam perdebatan.
Budi Asali: REAKSI? Rekan anda yg MEMULAI pembicaraan, jadi belum ada kata2 dr saya atau pertanyaan dr jemaat! Lalu bgm mungkin itu suatu REAKSI? Reaksi thdp apa? Ini menunjukkan ketololan anda dlm berdebat. Debat terbuka anda tolol, debat tertulis jg sama saja! Jemaat saya tidak sopan dlm bertanya? Lagi2 fitnahan yg kurang ajar! Coba beritahu saya, yg mana yg pertanyaannya tidak sopan? Tak ada dr kami yg berlaku tidak sopan thdp kalian! Kamu memang pemfitnah. Siapapun yg mau tahu siapa yg benar dlm hal ini, silahkan nonton DVDnya! Fakta akan berbicara sendiri! Yg mau beli DVDnya bisa menghubungi Chandra, no 081-3325-88000 atau (031)8661279. Kalau anda buang bagian ini, anda seorang pengecut!
Tanggapan Teguh Hindarto:
Lihat saja rekaman video tersebut jika tidak diedit secara sepihak. Teman saya bereaksi ketika Anda menyikapi teguran saya terhadap ketidakfairan Anda. Lalu jemaat Anda ikut bereaksi. Wajar jika teman saya bereaksi kembali. Ada aksi tentu saja ada reaksi. Kita buktikan siapa yang tolol dan bodoh dalam debat tertulis ini. Semakin banyak Anda mengklaim mengenai kebodohan dan ketololan orang lain, semakin Anda terlihat tolol dan bodoh.
Budi Asali: Ya dan anda sdh gelagapan! Itu terlihat dr banyaknya pertanyaan saya yg tidak anda jawab. Kalau mau debat tertulis yg fair, jgn dihapus apapun email saya, dan jawab per bagian, dan jgn loncati apapun! Yg anda tak jawab, saya anggap anda tak bisa jawab, dan itu berarti anda kalah!
Tanggapan Teguh Hindarto: Anda memang tidak punya rasa malu. Pede tinggi sekalipun pada dasarnya hanya banyak bicara dan modal suara lantang dan kenekadan belaka tanpa diimbangi kemampuan analisis dan akademis yang sepadan. Pertanyaan mana dari Anda yang tidak dijawab sich? Saya sudah sertakan rekaman tertulis perdebatan kita dengan inisial seri 1,2,3 dan 4. Silahkan Anda buktikan apa yang Anda tuduhkan!
Budi Asali: OK, anda benar dlm hal ini. Saya sdh tanya anak buah / jemaat saya, dan saya suruh dia ubah topik itu.
Tanggapan Teguh Hindarto: Terimakasih. Kali ini Anda jujur dan gentleman
Budi Asali: Pembiaran apa? Ini yg terjadi kalau email yg lalu anda potong2. Saya tak ngerti apa yg anda maksudkan, dan spt tadi saya katakan, saya anggap enteng debat tertuilis ini, krn saya cukup tahu kemampuan anda. Jadi file / email yg lalu tidak saya simpan. Kalau pembiaran yg anda maksudkan adalah membiarkan rekan anda nyerocos 1 jam lebih, itu sdh saya jelaskan. Wong saya biarkan saja, anda katakan saya tidak fair, apalagi kalau saya cut pd waktu ia bartu bicara 1/2 jam atau 1/4 jam!
Tanggapan Teguh Hindarto: Pembiaran perdebatan tidak berlangsung dengan fair. Tentu saja Anda tidak bisa obyektif karena Anda merangkap sebagai pembicara sekaligus moderator.
Budi Asali: Tentu saja. Kalau ada pertanyaan serangan tetapi tidak dijawab, itu hrs dianggap apa? Pertanyaan saya yg lalu itu mrpk inti perdebatan. Kami menunjukkan ayat2 PB yg mengutip ayat2 PL yg menggunakan YHWH, tetapi PB mengubahnya menjadi KURIOS atau THEOS. Itu bukti nyata bahwa perubahan YHWH menjadi TUHAN atau ALLAH mrpk sst yg alkitabiah! Pertanyaan spt ini tidak anda jawab, dan itu tidak meragukan validitas argumentasi anda? Lucu sekali!
Tanggapan Teguh Hindarto: Saya ini sedang membicarakan perdebatan tertulis bukan soal perdebatan lisan kita kemarin. Apa yang tidak dijawab dalam perdebatan lisan bukan karena tidak bisa dijawab namun tidak penting untuk dijawab karena keterbatasan waktu. Jika Anda teliti dan pernyataan saya terekam dengan baik, nampak di sana bahwa saya menjawab semua pernyataan Anda per point
2 komentar:
Sejujurnya, saya yang orang awam dalam teologia mejadi sangat sedih membaca perdebatan "teologis" Pak Budi dengan Pak Teguh. Terlebih kesedihan saya disebabkan oleh ketika salah satu pihak menerapkan kata-kata yang menurut saya kurang pantas ditujukan kepada pihak lain, lawan bicara. Terlebih apapun alasannya, kata-kata tsb tidak boleh keluar dari pikiran seorang yang disebut"Gembala Sidang", "Pendeta", "Teolog", "Rohaniwan" "Intelektual" atau apapun namanya. Sebab, betapapun seandainya lawan diskusi kita kurang menangkap konteks dan subjek masalah yang dipersoalkan, namun seyogianya dalam menjawab, merespon dengan sopan, dengan kasih, tidak usah keluar kata-kata "kasar", semoga diskusi yang sangat membantu memperkaya pengetahuan IMAN KRISTEN ini dapat berlanjut, dapat diteruskan dengan subjek, pokok bahasan yang lain lagi, sehingga kami, sebagai orang yang percaya Kristus, pengikut Kristus yang sangat awam ini mendapat pencerahan secara gratis. Tidak perlu kuliah hingga bertahun-tahun menghabiskan tenaga, waktu dan biaya besar. Selamat, teruskan diskusi dengan topik atau isu-isu Kekristenan yang perlu dimengerti dan dipahami orang-orang Kristen. Tuhan kita Yesus Kristus, terus memberkati pertumbuhan pengetahuan Iman yang benar kepada Yesus Kristus dan hikmat kepada Pak Budi Asali & Keluarga serta jemaatnya dan Pak Teguh Hindarto & keluarga dan jemaatnya. Kini disini dan terus sampai selama-lamanya. Amin. Salam hormat: Sardi N. Ardhipradana / nasukas@ymail.com
Shalom,
Diskusi ini sangat bermanfaat bagi semua Pemimpin Gereja yang patis dengan Pengajaran Yudaisme dan sealirannya di Indonesia. Contoh; Pak Budi Asali, dalam percakapam diatas...!.
Shalom,
Eliyah
Posting Komentar