SEMBILAN KEKEJIAN DI HADAPAN YAHWEH
Posted byMidrash Ulangan 18:9-21
Lingkungan di mana kita tinggal sangat berpengaruh terhadap perilaku kita dan anggota-anggota keluarga kita. Apa yang kita lihat, dengar, rasakan akan berpengaruh besar terhadap tindakan-tindakan yang kita lakukan.
YHWH Tuhan Yisrael memberikan peringatan saat bangsa Yisrael kelak memasuki Tanah Perjanjian yaitu negeri Kanaan. Peringatan YHWH terkait kebiasaan penduduk Kanaan yang kerap melakukan praktek kehidupan yang dipandang oleh YHWH sebagai kekejian di hadapan-Nya. Bangsa Yisrael diminta untuk לא־תלמד לעשׂות כתועבת הגוים ההם (lo tilmad laasyot ketoavot hagoyim hahem) yaitu “tidak belajar melakukan kekejian bangsa-bangsa itu)
Ada sembilan kekejian (toevah) di hadapan YHWH yang harus dihindari oleh orang-orang Yisrael. Kekejian Pertama מעביר בנו־ובתו באש (ma’avir beno uvitto ba esh) yang artinya “melempar anak lelaki dan perempuan ke dalam api”. Ini menunjuk praktek persembahan kepada dewa Molek sebagaimana dikatakan dalam Imamat 18:21 sbb: “Janganlah kauserahkan seorang dari anak-anakmu untuk dipersembahkan kepada Molokh, supaya jangan engkau melanggar kekudusan nama Tuhanmu; Akulah YHWH”. Lembaga Alkitab Indonesia menuliskan dengan kata Molok. Yang tepat adalah Molek.
Menurut Fausset’s Bible Dictionaries dikatakan sbb: “Ammon's god, related to Moab's god Chemosh. The fire god, worshipped with human sacrifices, purifications, and ordeals by fire, habitually, as other idols were occasionally; also with mutilation, vows of celibacy and virginity, and devotion of the firstborn. The old Canaanite "Moloch" is always written with the article the Moloch; to him children were sacrificed in Topher in the valley of the children of Hinnom” (Molek atau Molok artinya, Dewa orang Ammon yang berkaitan dengan dewa orang Moab bernama Kamosh. Dewa api disembah bersamaan dengan korban-korban manusia, berbagai penyucian dan berbagai siksaan dengan api, kebiasaan sebagaimana dilakukan kepada dewa-dewa lainnya, juga dengan mutilasi, sumpah terhadap selibat dan keperawanan serta pemujaan terhadap anak sulung. Dewa Kanaan kuno Molok selalu dituliskan dengan kata sandang Molok, baginya seorang anak dipersembahkan di Topher di lembah anak dari Hinnom).
Praktek-praktek sedemikian sudah tidak pernah kita temui dalam masyarakat modern namun jejaknya masih dapat kita ketahui dari berbagai legenda di masyarakat seperti legenda gunung Tengger (kisah Roro Anteng dan Joko Seger yang mengorbankan anaknya, Warih Kesumo yang diabadikan dalam perayaan Kasada oleh masyarakat Tengger sampai sekarang).
Namun demikian praktek-praktek penumbalan anak meskipun bentuknya berbeda, masih tetap terjadi hingga saat ini di Indonesia. Kita masih ingat kasus hilangnya mayat bayi dalam kuburan di Probolinggo beberpa bulan lalu. Berbagai praktek penumbalan anggota keluarga demi mencapai kesuksesan materil masih dapat kita jumpai di berbagai tempat.
Kekejian kedua adalah קסם קסמים (qosem qesamim) yaitu “orang yang melakukan tenung”. Kata “tenung” (qasam) sendiri dalam terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia tidak memiliki batasan yang tegas apakah sesuatu yang jahat atau sesuatu yang baik. Mengapa? Karena kata “tenung” ternyata dihubungkan bukan terhadap perilaku yang jahat dan buruk namun juga diterapkan terhadap para nabi sebagaimana ayat-ayat berikut ini:
“Sebab pendurhakaan adalah sama seperti dosa bertenung dan kedegilan adalah sama seperti menyembah berhala dan terafim. Karena engkau telah menolak firman YHWH, maka Ia telah menolak engkau sebagai raja." (1Sam 15:23)
“Para kepalanya memutuskan hukum karena suap, dan para imamnya memberi pengajaran karena bayaran, para nabinya menenung karena uang, padahal mereka bersandar kepada YHWH dengan berkata: "Bukankah YHWH ada di tengah-tengah kita! Tidak akan datang malapetaka menimpa kita!" (Mik 3:11)
“Dan nabi-nabinya mengoles mereka dengan kapur dengan melihat penglihatan yang menipu dan memberi tenungan bohong bagi mereka; nabi-nabi itu berkata: Beginilah firman Tuhan YHWH! tetapi YHWH tidak berfirman. (Yekhz 22:28)
“Lalu menyamarlah Saul, ia mengenakan pakaian lain dan pergilah ia dengan dua orang. Ketika mereka pada waktu malam sampai kepada perempuan itu, berkatalah Saul: "Cobalah engkau menenung bagiku dengan perantaraan arwah, dan panggillah supaya muncul kepadaku orang yang akan kusebut kepadamu." (1Sam 28:8).
Kesan penerjemahan di atas, praktek tenung ternyata bisa dilakukan oleh para nabi sekalipun tenungan yang bohong. Terjemahan demikian menurut saya sangat berbahaya dan mengesankan bahwa ada tenungan yang jahat yang dipraktekan oleh para dukun dan ada tenungan yang baik yang diprakteka oleh para nabi. Benarkah demikian?
Jika kita membaca beberapa terjemahan dalam bahasa Inggris, ternyata kata “tenung” (qasam) diterjemahkan dengan “divining” atau “prophecies” yang artinya “meramalkan” atau “menubuatkan”. Contoh, dalam kasus Yekhezkiel 22:28 dikatakan sbb: “Dan nabi-nabinya mengoles mereka dengan kapur dengan melihat penglihatan yang menipu dan memberi tenungan bohong bagi mereka; nabi-nabi itu berkata: Beginilah firman Tuhan YHWH! tetapi YHWH tidak berfirman”. Dalam terjemahan Young’s Literal Translation dikatakan, “And its prophets have daubed for them with chalk, Seeing a vain thing, and divining for them a lie, Saying, 'Thus said the Lord Jehovah:' And Jehovah hath not spoken”. Sementara itu New Jerusalem Bible menerjemahkan sbb, “Her prophets have plastered these things over with their empty visions and lying prophecies, saying: Yahweh says this, although Yahweh has not spoken”. Dan Complete Jewish BibleHer prophets have "plastered" for them with whitewash, seeing false visions and divining lies for them, saying, "Thus says Adonai ELOHIM," when ADONAI has not spoken”. menerjemahkan sbb, “
Jika kata qasam diterjemahkan “meramalkan” atau “menubuatkan” maka ini lebih tepat karena memang ada ramalan dari setan melalui para dukun dan ada ramalan atau nubuatan Tuhan melalui para nabi-Nya. Namun jika diterjemah “tenung” memberi kesan bahwa Tuhan pun mengijinkan praktek tenung melalui para nabi. Kata “tenung” sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan (1) Kepandaian dsb untuk mengetahui (meramalkan) sesuatu yang gaib (seperti meramalkan nasib, mencari orang hilang) (2) Ilmu hitam untuk mencelakakan orang (http:/pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi). Nah, kategori kedua bahwa “tenung” dipahami sebagai ilmu hitam jika diterapkan dalam perilaku para nabi dalam terjemahan Indonesia, akan menyesatkan pembacanya.
Apa yang dikatakan Kitab Suci mengenai “tenung” atau tepatnya “ramalan?” Bilangan 23:23 mengatakan sbb: “Sebab tidak ada mantera yang mempan terhadap Yakub, ataupun tenungan (ramalan) yang mempan terhadap Israel. Pada waktunya akan dikatakan kepada Yakub, begitu juga kepada Israel, keajaiban yang diperbuat Tuhan”
Kekejian ketiga adalah מעונן (me’onen) yaitu “tukang meramal”. Kata Ibrani me’onen dari kata dasar anan yang artinya awan atau asap. Ini menunjuk praktek meramal dengan melalui kepulan asap dupa. Kata “meramal” memang tidak dipergunakan hanya satu kata seperti qasam namun disebutkan dalam istilah lain yaitu me’onen.
Raja Yisrael yaitu Manasye pernah terjatuh dalam praktek kekejian ini sebagaimana dikatakan dalam 2 Tawarik 33:6 sbb, “Bahkan, ia mempersembahkan anak-anaknya sebagai korban dalam api di Lebak Ben-Hinom; ia melakukan ramal, telaah dan sihir, dan menghubungi para pemanggil arwah dan para pemanggil roh peramal. Ia melakukan banyak yang jahat di mata YHWH, sehingga ia menimbulkan sakit hati-Nya”.
Kekejian keempat adalah מנחשׁ (menakhesh) yaitu “orang yang membaca tanda-tanda isyarat”. Praktek ini setara dengan ramalan, telaah, tafsiran mimpi melalui kartu, daun teh, menggunakan organ dalam hewan seperti jantung, dll.
Kekejian kelima yaitu מכשׁף (mekashef) yaitu “orang yang melakukan sihir”. Praktek sihir adalah praktek yang dilakukan oleh bangsa Mesir kuno dan juga bangsa Filistin sebagaimana dikatakan:
“Kemudian Firaunpun memanggil orang-orang berilmu dan ahli-ahli sihir; dan merekapun, ahli-ahli Mesir itu, membuat yang demikian juga dengan ilmu mantera mereka. (Kel 7:11)
“Sungguh, telah Kaubuang umat-Mu, yakni kaum keturunan Yakub, sebab di mana-mana mereka melakukan tenung seperti yang di Timur dan sihir seperti orang Filistin, dan orang-orang asing di antara mereka terlalu banyak” (Yes 2:6)
Semua bangsa mengenal praktek-praktek sihir. Akhir-akhir ini praktek sihir menjadi akrap di mata dan telinga kita khususnya semenjak merebaknya film Harry Potter yang diangkat ke layar lebar dari novel-novel karya J.K. Rowling. Hampir setiap hari, televisi dan media cetak memberikan informasi yang menyenangkan di seputar sihir, seolah-olah kegiatan sihir adalah netral dan dapat dipergunakan untuk kebaikkan. Apa yang dikatakan Kitab Suci mengenai nasib tukang sihir? “Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua" (Why 21:8)
Kekejian keenam חבר חבר (khover khaver) yaitu “orang yang komat-kamit/mengucapkan mantra”. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendefinisikan mantra sebagai, “perkataan atau ucapan yang memiliki kekuatan gaib” (http:/pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi). Ada mantra yang membuat orang terhindar dari malapetaka, ada mantra agar menarik perhatian orang, ada mantra agar barang-barang jualan kita laris manis, ada mantra yang membuat orang lain menjadi tunduk pada kita.
Kekejian ketujuh שׁאל אוב (shoel ov) yaitu “meminta petunjuk roh-roh kerabat atau arwah-arwah”. Apakah arwah dapat berbicara dan memberikan pertolongan pada orang yang hidup? Kitab Suci memberikan penjelasan mengenai orang-orang yang mati sbb:
“Apakah Kaulakukan keajaiban bagi orang-orang mati? Masakan arwah bangkit untuk bersyukur kepada-Mu? Sela” (Mzm 88:10)
“Sebagaimana awan lenyap dan melayang hilang, demikian juga orang yang turun ke dalam dunia orang mati tidak akan muncul kembali” (Ayb 7:9)
“Tetapi bila manusia mati, maka tidak berdayalah ia, bila orang binasa, di manakah ia? Seperti air menguap dari dalam tasik, dan sungai surut dan menjadi kering, demikian juga manusia berbaring dan tidak bangkit lagi, sampai langit hilang lenyap, mereka tidak terjaga, dan tidak bangun dari tidurnya” (Ayb 14:10-12).
Jika orang mati (ha mettim/refaim) tidak bangkit lagi, tidak bisa bersyukur, tidak bisa berkomunikasi, maka yang dipanggil oleh para pemanggil arwah tentu saja bukan orang yang sudah mati melainkan roh lain yang memiliki pengetahuan mengenai orang yang telah mati itu. Kata Ibrani untuk orang mati adalah refaim atau ha metim, namun dalam kasus bertanya pada arwah ternyata digunakan frasa “shoel ov”. Kata Ibrani ov bermakna roh-roh kerabat atau keberadaan atau jenis roh-roh jahat yang mengetahui kisah kehidupan orang yang telah mati dan memberikan informasi jika diminta.
Kekejian kedelapan adalah ידעני (yidd’oni) yang bermakna “tukang sihir”. Mengenai praktek sihir sudah dijelaskan sebelumnya.
Dan kekejian kesembilan דרשׁ אל־המתים (doresh el ha mmetim) yaitu “mencari petunjuk pada orang mati”. Praktek sedemikian masih menggejala dan mendominasi sebagai bagian kebudayaan orang Asia termasuk suku Jawa. Memberikan penghormatan terhadap orang yang mati dengan cara mengunjungi makamnya atau menaikkan doa tertentu pada rentang waktu yang telah ditetapkan sebagai bentuk penghormatan berbeda dengan meminta petunjuk. Kita dilarang untuk meminta petunjuk pada orang yang telah mati. Kitab Suci mengatakan sbb, “Sebab beginilah firman YHWH kepada kaum Yishrael: "Carilah Aku, maka kamu akan hidup! …Carilah YHWH, maka kamu akan hidup, supaya jangan Ia memasuki keturunan Yosef bagaikan api, yang memakannya habis dengan tidak ada yang memadamkan bagi Betel” (Amos 5:4,6). Kita diminta untuk mencari petunjuk pada Tuhan YHWH di dalam dan melalui Yesus Sang Mesias dan bukan pada orang mati. Kitab Suci mengingatkan pula sbb: “Dan apabila orang berkata kepada kamu: "Mintalah petunjuk kepada arwah dan roh-roh peramal yang berbisik-bisik dan komat-kamit," maka jawablah: "Bukankah suatu bangsa patut meminta petunjuk kepada tuhannya? Atau haruskah mereka meminta petunjuk kepada orang-orang mati bagi orang-orang hidup?" (Yes 8:19). Sekalipun praktek memanggil arwah dan bertanya pada orang mati itu ada dan dapat terjadi, namun Firman Tuhan melarang kita melakukan hal-hal sedemikian.
Kita telah menelaah satu persatu kekejian di hadapan YHWH. Kita diperingatkan bahwa barangsiapa melakukan salah satu dari kekejian tersebut maka kita telah melakukan kekejian sebagaimana dikatakan, “ki to’avat YHWH kol osye elle” (Sebab setiap orang yang melakukan hal-hal ini adalah kekejian bagi YHWH, ay 12). Tuhan YHWH menginginkan umatnya kudus dan tahir dari perilaku keji tesebut sebagaimana dikatakan, “tamim tihye im YHWH Eloeyka” (Haruslah engkau hidup dengan tidak bercela di hadapan YHWH Tuhanmu, ay 13). Bahkan dengan tegas YHWH tidak mengijinkan kita terlibat dalam praktek keji ersebut sebagaimana dikatakan, “we atta lo ken natan leka, YHWH Eloheyka” (tetapi engkau ini tidak diizinkan YHWH, Tuhanmu, melakukan yang demikian, ay 14).
Kehidupan Kristen yang benar dan sehat imannya adalah kehidupan yang tamim atau sempurna, tidak bercela dan menjauhkan diri dari berbagai kekejian dan kejijikan di mata YHWH. Jangan menjadi orang yang melakukan tenung, sihir, mantra, peramal dan jangan ada yang meminta pertolongan pada orang-orang yang melakukan praktek sedemikian. Barangsiapa yang melakukannya maka mereka telah melakukan praktek kekejian di hadapan YHWH. Sebagaimana YHWH menyingkirkan bangsa-bangsa di luar Israel karena melakukan praktek kekejian, maka kita akan akan mengalami penyingkiran dari segala berkat dan damai sejahtera Tuhan YHWH.
Dalam kajian kali ini kita tidak hanya berhenti dalam memahami berbagai kekejian yang dimurkai Tuhan dimana kita harus menjauhkan diri dari semua itu. Persoalan selanjutnya yang perlu diperdalam adalah, bagaimanakah tindakan antisipati kita jika sebagai orang Kristen mengalami ganguan dari orang-orang yang memiliki rencana yang tidak baik atas kehidupan kita sehingga kita diserang dengan tenung dan mantra serta sihir?
Marilah kita mengkaji sabda-Nya dalam Mazmur 91:1-16. Dalam tradisi Yudaisme, pendarasan Mazmur 91 biasanya dipergunakan untuk kelengkapan dalam praktek ExorcismeYizkor (doa penghormatan terhadap sanak famili yang sudah meninggal) atau saa mengunjungi pemakaman keluarga yang telah lama meninggal. (pelayanan pengusiran roh-roh jahat) dan juga kelengkapan dalam ritual
Mazmur 91 memberikan pernyataan yang kuat mengenai kuasa YHWH sebagai Tuhan dan Penjaga Yisrael. Mazmur ini diawali dengan ungkapan iman bagi mereka yang mempercayai YHWH sebagai Tuhan dan pelindung sejati dengan berkata, “Orang yang duduk dalam lindungan Yang Mahatinggi dan bermalam dalam naungan Yang Mahakuasa akan berkata kepada YHWH: "Tempat perlindunganku dan kubu pertahananku, Tuhanku, yang kupercayai." (Mzm 91:1-2). Inilah perkataan iman seseorang yang mempercayakan dirinya dalam naungan Tuhan pemilik seluruh kehidupan. Kita tidak menaruh pada pribadi lain selain YHWH di dalam Yesus Sang Mesias Juruslamat kita.
Apakah yang akan diterima oleh orang yang menaruh kepercayaannya pada YHWH? Tuhan YHWH akan memberikan perlindungan dan kelepasan yang sejati sebagaimana dikatakan:
“Sungguh, Dialah yang akan melepaskan engkau dari jerat penangkap burung,
dari penyakit sampar yang busuk,
Dengan kepak-Nya Ia akan menudungi engkau, di bawah sayap-Nya engkau akan berlindung, kesetiaan-Nya ialah perisai dan pagar tembok,
Engkau tak usah takut terhadap kedahsyatan malam,
terhadap panah yang terbang di waktu siang,
terhadap penyakit sampar yang berjalan di dalam gelap,
terhadap penyakit menular yang mengamuk di waktu petang,
Walau seribu orang rebah di sisimu, dan sepuluh ribu di sebelah kananmu, tetapi itu tidak akan menimpamu,
Engkau hanya menontonnya dengan matamu sendiri dan melihat pembalasan terhadap orang-orang fasik,
Sebab YHWH ialah tempat perlindunganmu, Yang Mahatinggi telah kaubuat tempat perteduhanmu,
malapetaka tidak akan menimpa kamu, dan tulah tidak akan mendekat kepada kemahmu,
sebab malaikat-malaikat-Nya akan diperintahkan-Nya kepadamu untuk menjaga engkau di segala jalanmu,
Mereka akan menatang engkau di atas tangannya, supaya kakimu jangan terantuk kepada batu,
Singa dan ular tedung akan kaulangkahi, engkau akan menginjak anak singa dan ular naga (Mzm 91:3-13)
Jika Anda mempercayai dengan iman apa yang dikatakan dalam Firman tersebut, demikianlah Anda akan mengalaminya. Jika Anda hanya menganggap bahwa pernyataan tersebut terlalu berlebihan dan tidak mungkin terjadi, demikianlah Anda akan mengalaminya.
Oleh karenanya percayalah dengan sepenuhnya pada YHWH Tuhan dan Bapa kita di dalam Yesus Sang Mesias bahwa Dia sanggup melakukan yang ajaib dan nyata sebagaimana janji-Nya sehingga kita akan mengalami secara nyata kuasa-Nya.
Kunci untuk mengalami apa yang dijanjikan di atas adalah kemelekatan terhadap YHWH di dalam Yesus Sang Mesias dan mengenal nama-Nya sebagaimana dikatakan:
Sungguh, hatinya melekat kepada-Ku, maka Aku akan meluputkannya,
Aku akan membentenginya, sebab ia mengenal nama-Ku
Frasa “hatinya melekat kepadaku” dalam bahasa Ibraninya dikatakan, “ki bi khashaq” yang artinya bisa diterjemahkan “sebab dia melekat pada-Ku” atau “sebab dia mengasihi-Ku” atau “sebab dia berpengharapan kepada-Ku”. Frasa “sebab dia mengenal nama-Ku” dalam bahasa Ibraninya “ki yad’a shemi” yang maknanya orang yang memiliki pengenalan dan pengalaman pribadi dengan nama yang berkuasa itu.
Jika kita melekat dan mengenal nama-Nya dan selalu memiliki prinsip keimanan yang menjadikan Tuhan di atas segalanya sebagai penentu arah kehidupan kita dan pelindung kita yang sejati, maka semua jaminan perlindungan yang dijanjikan Tuhan akan kita terima. Kita tidak akan mengalami tenung, sihir, mantra, santet karena sayap-Nya melindungi kita (ay 4) dan malaikat-Nya berjaga di sekeliling kita (ay 9).
Kita mengenal nama YHWH, kita menyembah-Nya dan beriman pada-Nya melalui dan di dalam Yesus Sang Mesias Putra-Nya Yang Tunggal. Yesus datang ke dunia bukan hanya untuk menebus kita dari kutuk dosa yaitu maut. Lebih dari itu, Dia datang untuk melenyapkan kuasa Shatan sebagaimana dikatakan, “Barangsiapa yang tetap berbuat dosa, berasal dari Shatan, sebab Shatan berbuat dosa dari mulanya. Untuk inilah Anak Tuhan menyatakan diri-Nya, yaitu supaya Ia membinasakan perbuatan-perbuatan Shatan itu” (1 Yoh 3:8).
Tinggalah dalam Yesus Sang Mesias Junjungan Agung kita Yang Ilahi agar kita mendapatkan kuasa-Nya untuk membinasakan pekerjaan Shatan. Buanglah segala kejijikan di mata YHWH. Jangan kita melibatkan diri di dalam perbuatan kejijikan (to’evah) dan janganlah kita meminta pertolongan pada orang-orang yang melakukan pekerjaan yang dikategorikan kejijikan di mata YHWH, sehingga kita tidak mendapatkan kemurkaan dari-Nya.
0 komentar:
Posting Komentar