RSS Feed

PERCAKAPAN TEGUH HINDARTO VS BUDI ASALI MENGENAI BAHASA PERCAKAPAN YESUS & BAHASA PENULISAN KITAB PERJANJIAN BARU (3)

Posted by Teguh Hindarto



Catatan:

Bermula dari pengiriman artikel Teguh Hindarto kepada Budi Asali dengan judul YESUS, YAHUDI, YUDAISME yang dimuat di teguhhindarto.blogspot.com, kemudian Budi Asali memberikan komentar yang menimbulkan tanggapan Teguh Hindarto. Percakapan bergeser ke dalam topik “bahasa percakapan Yesus” dan “bahasa penulisan Kitab Perjanjian Baru”.
Percakapan berlangsung beberapa minggu dari Tgl 24 Maret 2011 hingga berakhir pada Tgl 16 April 2011  dengan pernyataan Budi Asali sbb: “Saya sdh katakan, kalau anda tidak menjawab serangan utama saya ttg pengutipan ayat2 PL yg menggunakan nama YHWH oleh PB, maka saya tak akan jawab email sampah anda. Anda tidak mampu menjawab, tetapi dg tidak tahu malu, terus nyerocos ttg hal2 yg bukan hal utama. Silahkan masukkan semua bahan ini ke dlm web / blog anda, saya sdh masukkan ke web / blog dr Pdt Esra. Dan kalau memasukkan, jgn secara pengecut meng-edit kata2 saya, ya? Termasuk 'makian' saya, jgn dibuang! Saya ingin org tahu anda memang sesat, tolol, penipu, dsb!”.

Penilaian diserahkan kepada siding pembaca dan peminat diskusi dan perdebatan teologi. Selamat membaca.


SERI III

Budi Asali: (Tgl 29 Maret) Anda yg tidak membaca dg baik. Saya tidak bicarakan Yesus bisa bicara Ibrani atau tidak. Saya bicarakan saat itu mrk dijajah Romawi shg semua org bisa bicara bahasa Yunani. Yesus juga! Rasul2 yg tidak terpelajar juga bisa. Penulis2 PB juga bisa, dan krn itu mrk menulis dlm bahasa Yunani! Ayo bantah hal ini! 

Tanggapan Teguh Hindarto: (Tgl 30 Maret) Hemm, Anda terlalu bersemangat juga ya? Baiklah, kita uji semangat dan asumsi Anda tersebut. Anda mengatakan, “Saya bicarakan saat itu mrk dijajah Romawi shg semua org bisa bicara bahasa Yunani. Yesus juga! Rasul2 yg tidak terpelajar juga bisa. Penulis2 PB juga bisa, dan krn itu mrk menulis dlm bahasa Yunani”. 

Yesus dan Para Rasul Berbicara Bahasa Yunani?

Jika Mesias berbicara dalam bahasa Yunani, mengapa justru kata dan kalimat yang terekam dalam Kitab Perjanjian Baru berbahasa Yunani justru menampilkan kata-kata Yahudi seperti Efata (terbukalah, Mrk 7:34) Talita kumi (anak gadis, bangunlah, Mrk 5:41), Eli-Eli lama sabakhtani (El-ku,El-ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku? Mat 27:46)? Mengapa Mesias tidak langsung berbicara dalam bahasa Yunani sebagaimana Anda sangkakan?


Kita tidak menampik bahwa ada ragam bahasa di Yerusalem di zaman Mesias hidup sebagaimana terekam dalam 19:20 sbb: “Banyak orang Yahudi yang membaca tulisan itu, sebab tempat di mana Yesus disalibkan letaknya dekat kota dan kata-kata itu tertulis dalam bahasa Ibrani, bahasa Latin dan bahasa Yunani”. Ada tiga bahasa yang bereksistensi zaman itu, Ibrani (plus Aramaik), Latin dan Yunani. Namun jangan lupa, fungsi dan kedudukan bahasa itu tidak sama. Talmud mengatakan sbb: “Empat bahasa memiliki nilai masing-masing: Bahasa Ibrani untuk nyanyian, Latin untuk peperangan, Aramaik untuk nyanyian penguburan dan Bahasa Ibrani untuk percakapan” (Jerusalem Talmud, Tracate Sotah 7:2, 30a). Sayangnya, informasi dalam Talmud tersebut meruntuhkan asumsi Anda. Bahasa Yunani tidak dipergunakan sebagai bahasa percakapan, masuk dalam kategori pun tidak. Sebaliknya, bahasa Ibrani adalah bahasa percakapan orang-orang Yahudi. Jika Yesus secara antropologis adalah manusia Yahudi (Ibr 7:14), logiskah jika Dia berbicara dalam bahasa Yunani dengan para murid-murid-Nya? Kalau hanya sekedar bisa, kita patut menduganya. Bisa berbahasa Yunani BERBEDA dengan menggunakan bahasa Yunani sebagai bahasa percakapan.

Bahkan rasul Paul berbicara dalam bahasa Yahudi (Kis Ras 21:40 dan 26:14). Naskah Yunani menyebutnya dengan Hebraidi Dialektoon. Apa yang dimaksudkan dengan Hebraidi Dialektoon? Mengutip pandangan J.M. Grintz dalam Journal of Biblical Literatur, 1960, D. Bivin dan R. Blizzard mengatakan sbb: “Penyelidikan atas tulisan Yosephus (ahli sejarah bangsa Yahudi Abad I Ms, red) menunjukkan tanpa keraguan bahwa kapan saja Yosephus menyebut “glota Ebraion” (lidah Ibrani) dan “Ebraion dialekton” (dialek Ibrani) dia selalu memaksudkan artinya, “bahasa Ibrani” dan bukan bahasa lain” (Understanding the Difficult Word of Jesus, 2001, p.42).

Penulis Perjanjian Baru Menulis dalam Bahasa Yunani?

Jika Anda mengatakan “penulis Perjanjian Baru menuliskan dalam bahasa Yunani”, itu benar. Namun siapa yang menuliskan? Rasul-rasul atau para penerjemah tulisan para rasul? Semua rasul berbicara dalam bahasa Yahudi, terkecuali Lukas. Jika rasul-rasul (Yakobus, Petrus, Yohanes, Paulus) dalam keseharian saja berbahasa Yahudi, lalu dengan alasan apa mereka menuliskan kisah kehidupan Yesus dalam bahasa Yunani?

Jika memang benar Yesus dan para rasul berbahasa Ibrani, mengapa Kitab Perjanjian Baru menuliskan ajaran Yesus dan para rasul dalam bahasa Greek/Yunani? Pada mulanya, naskah-naskah ajaran Yesus dituliskan dalam bahasa Ibrani, kemudian berkembang dan diterjemahkan dalam bahasa Yunani. Menurut kesaksian Epiphanius (350 Ms) yang mengutip perkataan Papias (150-170) yang hidup tidak lama setelah zaman para rasul, mengatakan: “Matius menyusun perkataan-perkataan tersebut dalam bahasa Ibrani dan orang lain menerjemahkannya semampu mereka” (Panarion 29:9:4).

Apa arti pernyataan di atas? Bahwa para rasul pada mulanya menuliskan perkataan dan ajaran Yesus dalam bahasa Ibrani, kemudian untuk kepentingan pemberitaan Kabar Baik, maka kitab itu diterjemahkan dalam bahasa Yunani. Mengapa dalam bahasa Yunani? Karena bangsa Yahudi pada waktu itu menjadi wilayah yang di bawah kepenguasaan Romawi dengan bahasa nasional Yunani Koine. Penulisan Kitab Perjanjian Baru dalam bahasa Yunani, mengacu kepada naskah TaNaKh (Torah, Neviim, Kethuvim) yang diterjemahkan dalam bahasa Yunani, yang dinamakan Septuaginta.

Dalam teori Kritik Sumber ada aneka ragam teori al., Hipotesis Agustinus yang mengatakan bahwa Lukas mengambil dari sumber Matius dan Markus dan Markus mengambil sumber dari Matius. Sementara Hipotesis Griesbach menyatakan Markus mengambil sumber dari Matius dan Lukas dan Lukas mengambil sumber dari Matius.

Nah, teori yang dikembangkan Robert Lindsey menyatakan bahwa sumber penulisan naskah Yunani Matius, Markus, Lukas bersumber dari “biografi Ibrani” (yang menurut bahasa Papias dengan sebutan LOGIA dan teolog modern menyebutnya “Injil Q”) kemudian diterjemahkan dalam bahasa Yunani, kemudian dibuat sebuah antologi kemudian rekonstruksi pertama sebelum menjadi naskah-naskah yang diterjemahkan dalam Injil Sinoptik bahasa Yunani. Lindsey berpendapat bahwa Matius-Markus-Lukas secara bersama mengambil naskah antologi dalam bahasa Yunani sebagai sumber dan Matius mengambil sumber dari Markus dan Markus mengambil sumber dari Lukas. Teori pelik ini dapat Anda baca dalam artikel berikut:

A New Solution to the Synoptic Problem

David Bivin

http://www.jerusalemperspective.org/default.aspx?Tabid=27&CatID=8

Sekalipun masih berupa teori, namun didukung data-data yang valid.Dan dugaan bahwa Kitab Perjanjian Baru semula ditulis dalam bahasa Ibrani, harus dipertimbangkan dan diperdalam sebagai sebuah kajian teologi khususnya Kritik Sumber.Demikian pula jika melihat latar belakang Yahudi para rasul dan penulis Kitab Perjanjian Baru semuanya berlatar belakang Semitik. Jangan tergesa-gesa mengatakan Lukas adalah seorang Yunani jika Kitab Lukas berbahasa Yunani pun mencerminkan struktur dan idiom semitik di dalamnya. Anda harus banyak belajar hal-hal yang belum pernah Anda dengar dan jangan memutlakan satu pemahaman dan tidak memperdulikan penemuan lainnya. 

Michael D. Marlowe dalam artikelnya, The Semitic Style of the New Testament (www.bible-researcher.com): menjelaskan sbb: “Meskipun bahasa Kitab Perjanjian Baru secara mendasar adalah bahasa koine atau bahasa Yunani yang umum dipergunakan saat kitab ini dituliskan, namun para penulis Kitab Perjanjian Baru, menuliskan dalam corak Hebraik atau Semitik yang tidak sepenuhnya bersifat idiomatik Yunani. Karakter bercorak khas ini meliputi beberapa bagian seperti, tata bahasa, kalimat, arti kata dan ciri-ciri yang bersifat retorika suatu naskah. Contoh-contoh khusus corak khas ini, secara kebahasaan dinamai Hebraism atau secara lebih luas, Semitism (sebuah istilah yang meliputi pengaruh-pengaruh Aramaik sebagaimana pula Ibrani)”. Adanya unsur-unsur idiomatik semitik dalam naskah Perjanjian Baru Yunani, justru menolong kita memetakan dan merekonstruksikan bahasa percakapan sehari-hari Yesus dan para murid-Nya serta memberikan informasi berharga pada kita bahwa ini merupakan naskah salinan dan terjemahan belaka.

Budi Asali:  Oh begitu? Paulus sering mengatakan org lain sesat. Jadi, dia yg sesat? Dan bgm dg anda sendiri yg melarang org pake kata Allah, dan mengharuskan menggunakan nama Yahweh. Itu berarti anda jg menyalahkan org lain. Jadi, menurut rumus anda sendiri, anda yg salah! Begitu? 

Tanggapan Teguh Hindarto: Oh, Anda hendak menyejajarkan diri Anda dengan Paulus? Sedikitpun Anda tidak pantas menyejajarkan dengan beliau. Tidak ada kesamaan apapun antara Anda dengan Rasul Paul. Buktikan pada saya bahwa ada satu ayat dimana Rasul Paul selalu menghardik orang dengan sebutan sesat , sebagaimana kelakuan dan kebiasaan Anda ! Kalaupun Rasul Paul menggunakan kata sesat dalam surat-suratnya, selalu dalam konteks persuasi dan antisipasi terhadap ajaran yang menyesatkan (1 Kor 6:9; 15:33, 2 Kor 11:3, Gal 6:7, Ef 4:14; 4:22; 5:6, Fil 2:15, Tit1:10; 3:3;3:11, Ibr 5:2;13:9, 2 Tes 2:3). Lha Anda ini malah setiap orang yang berbeda pendapat (beda pendapat belum tentu tidak benar) sudah hantam kromo “Anda sesat”, “Ada harus bertobat”. Apalagi Anda menganalogikan saya dengan “anjing yang kembali ke muntahnya” dan “nabi palsu”. Mana dalilnya? Sepertinya Anda memiliki ganguan kejiwaan yang selalu memandang orang lain sesat dan perlu bertobat. Apakah Anda punya masalah dengan diri sendiri yang mengharuskan Anda menutupi dosa dan kesesatan Anda dengan melemparkannya pada orang lain? Jangan mencari pembenaran atas perilaku buruk Anda dengan menyamakan dengan perilaku para rasul.

Budi Asali:  Siapa bilang tidak nampak keyahudian sama sekali? Nampak, misalnya tradisi Yahudi, kata2 bahasa Ibrani, dsb. Tetapi anda mau keyahudian itu nampak jauh lebih banyak dr yg shrsnya! Itu yg salah. Mrk saat itu dijajah Romawi, shg bahasa Yunani dan kebudayaan Yunani jg sgt berperan, bahkan lebih berperan dp Yahudi. Itu fakta sejarah, dan nada ingin membaliknya! 

Teguh Hindarto: Hey..hey..hey...Anda nampaknya ketauan tidak mahir berdiskusi secara tertulis. Anda mengatakan “Siapa bilang tidak nampak keyahudian sama sekali? Nampak, misalnya tradisi Yahudi, kata2 bahasa Ibrani, dsb”. Anda memberikan tanggapan melenceng dari pernyataan saya sebelumnya “Sebaliknya saya ingin membongkar paradok dalam Kekristenan bahwa keyahudian Yesus yang terekam dalam Kitab Injil justru tidak nampak dalam ekspresi ibadah dan istilah-istilah teologi Kristen” (Tgl 28 Maret). Saya mempertanyakan bahwa keyahudian Yesus tidak nampak dalam ekspresi ibadah dan istilah-istilah teologi Kristen namun Anda ngawur saja menjawab Nampak, misalnya tradisi Yahudi, kata2 bahasa Ibrani, dsb”. Tradisi Yahudi yang mana yang Anda pelihara dalam devosi (ibadah) Anda? Adakah Anda menggunakan Tallit dan Tsit-tsit? Istilah-istilah teologi mana yang Anda pergunakan? Adakah Anda menggunakan istilah berakhah ketika Yesus memecah roti? Adakah Anda menggunakan istilah Seder Pesakh saat Yesus melakukan Perjamuan Terakhir? Adakah Anda berkotbah dengan mengutip pembacaan dalam bahasa sumber secara utuh atau hanya perkata belaka? Bukan hanya Anda melainkan mayoritas Kekristenan di Indonesia kurang mengerti ekspresi-ekspresi Yahudi dalam ibadah dan teologi Kristen. Sebaliknya, kita menggunakan pakaian yang khas Eropa dan pola teologi yang khas Yunani dan Eropa, sekalipun itu bukan sebuah kesalahan fatal.

Budi Asali:  Tak ada pertanyaan anda yg tidak saya jawab. Yg mana? Kapan anda menipu? Siapapun mengajar bahwa bahasa asli dr PB adalah bahasa Ibrani adalah penipu! Saya bukan org nganggur baca artikel lain. Kalau mau kirimkan ke saya. Tak usah byk bicara. Kalau berani debat terbuka saja, ttg bahasa asli PB. Bgm? Lebih baik jgn, dp anda dipermalukan spt dulu! 

Tanggapan Teguh Hindarto: Nah, lagi-lagi Anda ketauan tidak cermat dalam berdiskusi secara tertulis.Anda hanya bermodalkan suara lantang dan kelewat berani menantang orang berdebat. Anda mengatakan, “Kapan Anda menipu?” Lha mbhok ya Anda baca kalimat Anda berikut ini:   “Saya tahu ajaran anda yg memang bersifat menipu” (Tgl 26 Maret). Dan Anda sama sekali tidak bisa membuktikan bahwa saya telah melakukan ajaran yang menipu. Apa namanya tuduhan yang tidak berdasar dan memiliki bukti? Pemfitnah! Andalah juru fitnah itu. Pernyataan Anda, “Siapapun mengajar bahwa bahasa asli dr PB adalah bahasa Ibrani adalah penipu mencerminkan sikap yang tidak akademis. Bagaimana seorang debator seperti Anda membuat klaim sempit seperti itu? Jika Anda membuka link www.jerusalemperspective.com Anda akan menjumpai banyak pakar dan sarjana Kitab Perjanjian Baru dengan spesialisasi bahasa Yunani dan bahasa Ibrani serta Aramaik terlibat di dalamnya dan membuat berbagai kajian yang menyajikan bahwa Kitab Perjanjian Baru sejak awal menggunakan sumber-sumber semitik. Apakah Moses Segal, Randall Buth, Robert Lindsey, David Bivin, Samuel Safrai adalah para penipu dikarenakan mereka mendedikasikan waktu dan hidupnya untuk menulis banyak buku dan artikel yang mencoba meyakinkan eksistensi bahasa Ibrani sebagai bahasa percakapan sekaligus sebagai bahasa sumber penulisan naskah Perjanjian Baru? Sungguh ceroboh dan arogan sekali Anda ini.

Wow, Anda menantang saya lagi debat terbuka? Anda sesumbar dan hendak menipu publik lagi bahwa Anda adalah pemenang perdebatan dan saya terbantai? Itu hanya ilusi dan khayalan Anda saja. Sejak kuliah saya sudah terlibat diskusi tatap muka dengan para kiai di masjid termasuk dengan para muallaf. Saya sudah meninggalkan pola perdebatan model demikian. Selain tidak efektif, keobyektifan perdebatan tersebut kurang dapat dipertanggungjawabkan. Makanya saya menantang Anda dalam debat tertulis. Dan hasil percakapan kita akan saya publikasikan dalam website dan blog saya. Dengan Anda mengatakan “lebih baik jangan, daripada dipermalukan seperti dulu”, sebenarnya sedang mencerminkan sebentuk rasa takut dan kuatir dalam alam bawah sadar Anda bahwa Anda akan dipermalukan oleh argumentasi saya.

Budi Asali:  Oh menghardik jemaat tidak sopan? Tidak mencerminkan sikap pdt? Coba beri dasar alkitabnya 'pdt sopan'? Jgn asal ngomong. Yesus menghardik ahli Taurat dan orang Farisi, juga tak sopan? Yohanes Pembaptis juga tak sopan? Jgn ajari saya ttg cara mendidik jemaat, 'pdt sopan'! Kalau acara debat belum waktunya berhenti dia mau menghentikan, dia salah dan hrs dihardik! Itu cara saya. Anda mau cara lain, itu urusan anda sendiri, 'pdt sopan'! Dan waktu jemaat anda yg berbadan besar maju ke depan dg sikap seakan2 mau berkelahi, apakah itu sopan? Anda yg tak bisa mendidik jemaat! 

Tanggapan Teguh Hindarto: Dalil kesopanan seorang pendeta atau hamba Tuhan, dapat Anda baca di sini.

1 Timotius 5:1 “Janganlah engkau keras terhadap orang yang tua, melainkan tegorlah dia sebagai bapa. Tegorlah orang-orang muda sebagai saudaramu

2 Timotius 2:24-25 “sedangkan seorang hamba Tuhan tidak boleh bertengkar, tetapi harus ramah terhadap semua orang. Ia harus cakap mengajar, sabar dan dengan lemah lembut dapat menuntun orang yang suka melawan, sebab mungkin Tuhan memberikan kesempatan kepada mereka untuk bertobat dan memimpin mereka sehingga mereka mengenal kebenaran

Nah, berkacalah pada diri Anda sendiri, apakah sikap Anda tersebut (menghardik jemaat) setara dengan sikap-sikap yang seharusnya dimiliki seorang Hamba Tuhan? Dengan Anda bersikap demikian bukan hanya pada jemaat tetapi terhadap saya dan Pak Kristian Sugiyarto, Anda sudah kalah berdebat. Namun Anda tidak dibesarkan di lingkungan kebudayaan yang demikian, sehingga Anda tidak mengerti arti menang kalah dalam suatu perdebatan.

Budi Azali: Dan mengapa hanya bicarakan jemaat yg saya hardik? Bgm dg sikap anda sendiri yg kepingin cepat2 debat berakhir? Jg bgm dg sikap rekan debat anda yg memborong pembicaraan pd awal debat? Itu sopan? Dan anda tak mencoba menghentikan? Itu sopan? Itu TIDAK TAHU DIRI! 

Tanggapan Teguh Hindarto: Berkacalah dan introspeksilah. Apa yang mereka lakukan merupakan REAKSI atas sikap Anda yang tidak fair dan sikap beberapa jemaat Anda yang tidak sopan dalam menyampaikan pertanyaan. Sikap teman saya masih wajar karena dia tidak membuat keonaran. Andalah yang harus tahu diri sebagai pengundang dengan memperlakukan tamu undangan Anda dengan baik dan sopan.

Budi Asali: Gaptek soal internet tak ada hubungannya dg kalah menang dlm kebenaran. Tetap bisa pakai email. Saya tak mau ada pengantara. Langsung anda dg saya. Kirimkan tulisan anda lewat email dan akan saya bantai. Saya jg punya tulian ttg bahasa asli PB, bahkan seluruh tulisan saya ttg Yahwehisme. Mau baca di web kami atau mau saya kirimkan? 

Teguh Hindarto: Yang bilang gaptek berhubungan dengan kalah menang dalam perdebatan itu siapa? Baca lagi pernyataan saya, “Wah, repot juga jika Anda gaptek. Pantas saja Anda kepedean dalam berdebat” (Tgl 28 Maret). Ini terkait dengan sikap Anda yng kelewat pede dalam perdebatan lisan namun belum teruji dalam perdebatan tulisan. Oleh karenanya saya selalu merujuk link tertentu sebagai referensi dimana link tersebut dari internet. Jika Anda gaptek, bisa jadi Anda tidak bisa membuka link tersebut dan tidak membacanya.

Budi Azali: Saya bukan hanya sgt sering debat terbuka, tetapi jg debat tertulis bahkan dg org2 Amerika. Anda pikir saya tidak bisa debat tertulis? Haha! Try me! 

Teguh Hindarto: Saya sudah menguji kemampuan Anda sejak awal saya memberikan tanggapan.

Budi Azali: Saya tidak mau menegur jemaat saya krn apa yg saya tidak tahu. Saya tidak melihat posting itu, dan saya tidak tahu isinya, tahu2 disuruh menegur. Hanya berdasarkan kata2 anda, yg saya tahu adalah seorg penipu! Forget it! 

Tanggapan Teguh Hindarto: Mau tau caranya? Click Google lalu tulis nama Teguh Hindarto, maka mesin Google akan memberikan daftar indek judul “perdebatan Budi Azali dengan Teguh Hindarto”. Itu ulah anak buah Anda. Kalau masih belum mau percaya juga, silahkan membaca link berikut:

http://www.akupercaya.com/diskusi-general/14175-debat-pdt-budi-asali-vs-pdt-teguh-hindarto.html

Budi Asali: Bagus sekali seandainya sikap 'satu per satu' itu anda pegang pd waktu debat. Mengapa tak mengendalikan rekan anda yg di awal debat itu jelas tidak bicara 'satu per satu'?

Tanggapan Teguh Hindarto: Lha wong moderatornya sampeyan khoq saya yang disuruh mengendalikan perdebatan? Dari pembiaran itu saja sudah terlihat bahwa Anda tidak cakap dan tidak tahu tugas dan fungsi moderator.Makanya hasil rekaman video perdebatan tersebut gagal dan cacat jika diklaim sebagai kemenangan. Bagi saya tidak menjadi soal jika Anda kegeeran dan euforia dengan perasaan kemenangan tersebut.

Budi Azali: Jawaban saya yg terakhir saja tidak anda jawab semua. Hanya diambil sepotong2, dan dijawab yg bisa anda jawab saja. Yg lain dibuang. Begitu selalu cara org2 yg debat dg tidak fair. Saya tak buang satu hurufpun tulisan / jawaban anda, dan saya jawab semuanya!

Tanggapan Teguh Hindarto:
Lagi-lagi terlihat jika Anda tidak terbiasa melakukan perdebatan tertulis. Jika saya sedang mengomentari suatu artikel yang bagi saya tidak tepat atau tidak benar, maka saya akan mengutip utuh pernyataannya lalu saya kritisi. Namun jika terjadi perdebatan tertulis, cukup pernyataan tertentu saja yang ditanggapi agar fokus pada pembicaraan. Memangnya dengan saya tidak memberikan tanggapan seluruhnya pada pernyataan Anda akan berpengaruh terhadap validitas argumentasi saya?


3 komentar:

  1. DylanP

    Maaf saya tidak setuju dengan kata-kata,bahwa keselamatan dapat diperoleh hanya dengan mengimani Yesus saja.
    Yang di maksudkan dalam Efesus 2 denag karunia itu apa? Bukankah itu Yesus Kristus. Yesus itu memang adalah PEMBERIAN Allah, BUKAN karena usaha kita.
    Jangankan hanya kita,manusia seluruh jagat raya tidak akan dapat menjadikan Yesus sebagai Penyelamat kita.
    Yesus sampai menjadi sebagai penebus kita BUKANLAH karena hasil kerja kita,tetapi merupakan karunia dari Allah.
    Yesus adalah pemberian Yehuwa kepada semua orang.

    Yang perlu kita lakukan hanya mengimani Yesus dan MENYEMPURNAKAN iman kita dengan PERBUATAN_PERBUATAN {Yakobus 2]

    Yesus sendiri mengatakan dalam Yoh.14 : 12 : Aku berkata kepadamu:SEsungguhnya barangsiapa PERCAYA kepadaMu ,ia akan melakukkan juga pekerjaan-pekerjaan yang
    aku lakukan........

    Jadi tidak hanya percaya saja, tetapi juga BEKERJA.

    Mengimani Yesus berarti mempercayai semua yang tercakup dalam diri Yesus.
    Kita disuruh memberitakan Injil Kerajaan,maka kita harus melakukan itu,maka dengan demikian kita menyempurnakan iman kita kepadanya dengan melakukan apa yang Ia kehendaki atau perintahkan.

    Sekian dan salam kristen saya.

  1. Purbo Sutanto

    bagaimana dengan penjahat yang disalib disebelah salib Yesus? Ia mau percaya bahwa Yesus adalah Mesias yang membawa pertolongan baginya (Lukas 23:42) dan respon Tuhan Yesus adalah (Lukas 23:43)...memberi anugerah keselamatan sebagai jaminan baginya karena imannya...bukan oleh apa yang telah diperbuatnya setelah ia percaya..

  1. Purbo Sutanto

    wah koment saya untuk pak Dylan P

Posting Komentar