RSS Feed

STEFANUS SANG MARTYR:MENUMBUHKAN JIWA KEMARTYRAN

Posted by Teguh Hindarto




Midrash Kisah Rasul 7:54-8:1A

Kata Martir berasal dari bahasa Inggris Martyr dan berasal dari bahasa Yunani Martureo yang artinya “Saksi”. Istilah Martir menunjuk pada orang-orang yang mengalami aniaya dan meninggal karena mempertahankan keimanannya terhadap Yesus Sang Mesias. Dalam Abad-abad penganiayaan Gereja oleh pemerintah Romawi sebelum Kaisar Konstantin naik tahta tahun 313, banyak sekali martir-martir Kristen, sehingga muncul semboyan yang diproklamirkan Tertulianus, “Darah para Martir adalah Benih Gereja”.

Istilah Martir berbeda dengan Shuhada dalam Islam. Istilah Shuhada berasal dari kata Jahada yang artinya “Berjuang”. Orang yang mati karena membela agama atau mati sahid disebut Shuhada. Sementara istilah Martir menunjuk orang yang mengalami aniaya dan mati karena mempertahankan keimanan bukan membela keimanan.


Martir pertama dalam Kitab Suci adalah Stefanus. Siapakah Stefanus? Menurut laporan Kisah Rasul 6-7, diperoleh data mengenai Stefanus sbb: (1) Salah satu dari tujuh orang yang ditunjuk untuk melakukan “pelayanan meja” (Bhs Yun: Diakonein Prapezais/Bhs Ibr: Avodat ha Shulkhanot, Kis 6:2). Pelayanan meja menunjuk pada pelayanan keuangan dan penatalayanan terhadap jemaat-jemaat Mesias. (2) Seorang yang penuh Roh (Kis 6:5). Penuh Roh artinya memiliki hikmat dan keberanian serta keimanan yang sungguh-sungguh (3) Dikarunia kuasa, tanda-tanda, mukjizat oleh Tuhan (Kis 6:8) (4) Seorang yang fasih mengajar (Kis 6:9-10) (5) Seorang yang fasih berkhotbah (Kis 7:1-53).

Dalam perikop yang kita baca, Stefanus mengalami perajaman (hukuman dilempari batu). Torah mengatur mengenai siapa yang harus menerima rajam:

Anak yang Durhaka

Dalam Ulangan 21:18-21 dikatakan sbb: "Apabila seseorang mempunyai anak laki-laki yang degil dan membangkang, yang tidak mau mendengarkan perkataan ayahnya dan ibunya, dan walaupun mereka menghajar dia, tidak juga ia mendengarkan mereka, maka haruslah ayahnya dan ibunya memegang dia dan membawa dia keluar kepada para tua-tua kotanya di pintu gerbang tempat kediamannya, dan harus berkata kepada para tua-tua kotanya: Anak kami ini degil dan membangkang, ia tidak mau mendengarkan perkataan kami, ia seorang pelahap dan peminum. Maka haruslah semua orang sekotanya melempari anak itu dengan batu, sehingga ia mati. Demikianlah harus kauhapuskan yang jahat itu dari tengah-tengahmu; dan seluruh orang Israel akan mendengar dan menjadi takut."

Pelanggar Hari Shabat

Dalam Bilangan 15:32-36 dikatakan sbb: “Ketika orang Israel ada di padang gurun, didapati merekalah seorang yang mengumpulkan kayu api pada hari Sabat. Lalu orang-orang yang mendapati dia sedang mengumpulkan kayu api itu, menghadapkan dia kepada Musa dan Harun dan segenap umat itu. Orang itu dimasukkan dalam tahanan, oleh karena belum ditentukan apa yang harus dilakukan kepadanya. Lalu berfirmanlah YHWH kepada Musa: "Orang itu pastilah dihukum mati; segenap umat Israel harus melontari dia dengan batu di luar tempat perkemahan." Lalu segenap umat menggiring dia ke luar tempat perkemahan, kemudian dia dilontari dengan batu, sehingga ia mati, seperti yang difirmankan YHWH kepada Musa

Pezinah

Dalam Imamat 20:10-14 dikatakan sbb: “Bila seorang laki-laki berzinah dengan isteri orang lain, yakni berzinah dengan isteri sesamanya manusia, pastilah keduanya dihukum mati, baik laki-laki maupun perempuan yang berzinah itu. Bila seorang laki-laki tidur dengan seorang isteri ayahnya, jadi ia melanggar hak ayahnya, pastilah keduanya dihukum mati, dan darah mereka tertimpa kepada mereka sendiri. Bila seorang laki-laki tidur dengan menantunya perempuan, pastilah keduanya dihukum mati; mereka telah melakukan suatu perbuatan keji, maka darah mereka tertimpa kepada mereka sendiri. Bila seorang laki-laki tidur dengan laki-laki secara orang bersetubuh dengan perempuan, jadi keduanya melakukan suatu kekejian, pastilah mereka dihukum mati dan darah mereka tertimpa kepada mereka sendiri. Bila seorang laki-laki mengambil seorang perempuan dan ibunya, itu suatu perbuatan mesum; ia dan kedua perempuan itu harus dibakar, supaya jangan ada perbuatan mesum di tengah-tengah kamu”.
Tidak mengherankan ketika perempuan yang kedapatan berzinah hendak di rajam saat Yahshua tiba, merupakan refleksi bagaimana perzinahan dianggap dosa berat dan memalukan (Yoh 8:3-5).

Apakah dosa Stefanus sehingga dia dirajam? Apakah dia berzinah? Apakah dia melanggar Shabat? Apakah dia durhaka pada orang tua? Tidak! Stefanus dirajam karena 2 perkara sbb: (1) Fitnah orang-orang Yahudi yang tidak sanggup melawan argumentasi Stefanus yang berusaha meyakinkan orang-orang Yahudi bahwa Yahshua adalah Mesias yang dijanjikan dalam Torah (Kis 6:11,13) (2) Anggota Sanhedrin tersinggung dengan khotbah Stefanus bahwa Yahshua adalah Mesias yang dijanjikan (Kis 7:54).

Apa yang terjadi saat Stefanus mengalami perajaman? Keajaiban terjadi. Stefanus menengadah ke langit dan melihat kemuliaan Tuhan dinyatakan. “Lalu katanya: "Sungguh, aku melihat langit terbuka dan Anak Manusia berdiri di sebelah kanan Tuhan." (Kis 7:56). Istilah “Anak Manusia” (Bhs Yun: Huios tou  Anthropou/Bhs Ibr: Ben ha Adam/Bhs Arm: Bar Enosh) menunjuk pada julukan pada seseorang dalam penglihatan Nabi Daniel sbb: “Kemudian aku melihat dalam penglihatan malam itu, tampak seekor binatang yang keempat, yang menakutkan dan mendahsyatkan, dan ia sangat kuat. Ia bergigi besar dari besi; ia melahap dan meremukkan, dan sisanya diinjak-injaknya dengan kakinya; ia berbeda dengan segala binatang yang terdahulu; lagipula ia bertanduk sepuluh. Sementara aku memperhatikan tanduk-tanduk itu, tampak tumbuh di antaranya suatu tanduk lain yang kecil, sehingga tiga dari tanduk-tanduk yang dahulu itu tercabut; dan pada tanduk itu tampak ada mata seperti mata manusia dan mulut yang menyombong. Sementara aku terus melihat, takhta-takhta diletakkan, lalu duduklah Yang Lanjut Usianya; pakaian-Nya putih seperti salju dan rambut-Nya bersih seperti bulu domba; kursi-Nya dari nyala api dengan roda-rodanya dari api yang berkobar-kobar; suatu sungai api timbul dan mengalir dari hadapan-Nya; seribu kali beribu-ribu melayani Dia, dan selaksa kali berlaksa-laksa berdiri di hadapan-Nya. Lalu duduklah Majelis Pengadilan dan dibukalah Kitab-kitab. Aku terus melihatnya, karena perkataan sombong yang diucapkan tanduk itu; aku terus melihatnya, sampai binatang itu dibunuh, tubuhnya dibinasakan dan diserahkan ke dalam api yang membakar. Juga kekuasaan binatang-binatang yang lain dicabut, dan jangka hidup mereka ditentukan sampai pada waktu dan saatnya. Aku terus melihat dalam penglihatan malam itu, tampak datang dengan awan-awan dari langit seorang seperti anak manusia; datanglah ia kepada Yang Lanjut Usianya itu, dan ia dibawa ke hadapan-Nya. Lalu diberikan kepadanya kekuasaan dan kemuliaan dan kekuasaan sebagai raja, maka orang-orang dari segala bangsa, suku bangsa dan bahasa mengabdi kepadanya. Kekuasaannya ialah kekuasaan yang kekal, yang tidak akan lenyap, dan kerajaannya ialah kerajaan yang tidak akan musnah” (Dan 7:7-14).

Ucapan Stefanus saat melihat kemuliaan Yesus bahwasanya Yesus adalah “Anak Manusia” yang disebut dalam Daniel 7:7-14 yang akan memerintah dan mengadili bumi atas otoritas Yang Lanjut Usianya yaitu Bapa Sorgawi yang tiada lain YHWH Tuhan Semesta Alam. Yang menarik, istilah yang diterjemahkan “Yang Lanjut Usianya” digunakan bahasa Ibrani Atiq Yomim yang jika diterjemahkan secara hurufiah bermakna “Yang telah ada sejak lampau”.

Sementara istilah “Duduk disebelah Kanan Tuhan” bermakna Yahshua dalam kemuliaan-Nya sebagai Putra Tuhan Yang Hidup. Pernyataan ini menggemakan nubuat dalam Mazmur 110:1-7 sbb: Mazmur Daud. Demikianlah firman YHWH kepada tuanku: "Duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai Kubuat musuh-musuhmu menjadi tumpuan kakimu." Tongkat kekuatanmu akan diulurkan YHWH dari Sion: memerintahlah di antara musuhmu! Pada hari tentaramu bangsamu merelakan diri untuk maju dengan berhiaskan kekudusan; dari kandungan fajar tampil bagimu keremajaanmu seperti embun. YHWH telah bersumpah, dan Ia tidak akan menyesal: "Engkau adalah imam untuk selama-lamanya, menurut Melkisedek." YHWH ada di sebelah kananmu; Ia meremukkan raja-raja pada hari murka-Nya, Ia menghukum bangsa-bangsa, sehingga mayat-mayat bergelimpangan; Ia meremukkan orang-orang yang menjadi kepala di negeri luas. Dari sungai di tepi jalan ia minum, oleh sebab itu ia mengangkat kepala.

Arti pernyataan Stefanus dan makna penglihatan yang dilihatnya adalah, Yesus adalah Anak Manusia yang dilihat dalam penglihatan Daniel dan Mesias Anak Tuhan yang mulia yang dinubuatkan oleh Daud dalam Mazmurnya.

Apakah yang diucapkan Stefanus saat mengalami rajam? Mari kita bayangkan jika diri kita yang mengalami perajaman. Tentu kita akan mengalami rasa sakit yang teramat luar biasa karena bagian-bagian tubuh kita akan memar bahkan mengelupas karena hantaman benda keras yang lebih dari satu. Namun apa yang dilihat Stefanus melebihi rasa sakitnya. Sukacitanya atas apa yang dilihat mengalahkan rasa sakitnya. Bahkan dengan iman dia mengucapkan kata-kata yang menggetarkan jiwa kita sbb: “Sedang mereka melemparinya Stefanus berdoa, katanya: "Ya Junjungan Agung Yesus, terimalah rohku." (Kis 7:59). Stefanus menghadapi kematian dengan iman dan doa serta penyerahan kepada Yahshua akan nyawanya. Bahkan yang luar biasa, sebagaimana dia meneladan Yesus, Stefanus tetap mengeluarkan kata-kata pengampunan dalam ajal yang menjemput, “ Sambil berlutut ia berseru dengan suara nyaring: "Junjungan Agung, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka!" Dan dengan perkataan itu meninggallah ia” (Kis 7:60)

Dari kisah Stefanus kita belajar beberapa hal penting sbb: (1) Hadapilah maut bukan dengan rasa takut namun dengan iman dan penyerahan sepenuhnya pada Dia yang berkuasa atas kehidupan kita. Apapun cara kita melewati pintu maut, jika harus mengalami seperti Stefanus sekalipun, ingatlah selalu agar kita mengucapkan kata-kata iman dan doa sebagaimana Stefanus, Ya Junjungan Agung Yesus, terimalah rohku. Pernyataan ini memberikan ketentraman bagi jiwa kita dan memastikan kemana kita pergi dan kepada siapa kita hendak bertemu sebagaimana dikatakan dalam 1 Tesalonika 4:13-14 sbb: “Selanjutnya kami tidak mau, saudara-saudara, bahwa kamu tidak mengetahui tentang mereka yang meninggal, supaya kamu jangan berdukacita seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai pengharapan. Karena jikalau kita percaya, bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit, maka kita percaya juga bahwa mereka yang telah meninggal dalam Yahshua akan dikumpulkan Tuhan bersama-sama dengan Dia” (2) Milikilah jiwa Martir sebagaimana Stefanus. Jiwa Martir bukanlah suatu bentuk radikalisme dan kenekatan dalam menjemput kematian. Jiwa Martir adalah keberanian memberitakan Injil dalam kehidupan kita dan berani menempuh segala konsekwensi dari keimanan kita.

Kiranya YHWH Bapa Surgawi di dalam Yesus Sang Mesias memberikan keberanian kepada kita untuk menjadi martir-martir bagi kerajaan-Nya, Amin

0 komentar:

Posting Komentar