RSS Feed

MELACAK ANTISEMITISME DI HINDIA BELANDA

Posted by Teguh Hindarto

Ulasan Buku Di Bawah Kuasa Antisemitisme  Karya Romi Zarman

 

Peta Antisemitisme

Ketika kita mendengar nama Yahudi, maka ingatan publik kerap terhubung dengan berbagai istilah turunan lainnya yaitu “konspirasi”, “ambisi mengontrol dunia”, “pembunuh Yesus”, “musuh Islam” dll. Nama Yahudi biasanya dihubungkan dengan sentimen-sentimen keagamaan yang bertebaran dalam banyak buku-buku di Indonesia, baik yang bersifat karya terjemahan maupun kajian mandiri. Sebut saja beberapa judul terjemahan Kenapa Kita Tidak Berdamai Saja Dengan Yahudi, karya Muhsin Anbataani (Jakarta: Gema Insani Press, 1993), Yahudi Menggenggam Dunia, karya William G. Carr (Jakarta: Pustaka Al Kautsar, 1993), Adapun buku karya non terjemahan al., Jejak Freemason & Zionis Di Indonesia, karya Herry Nurdi (Jakarta: Cakrawala Publishing, 2005). Tidak kurang dalam sejumlah karya sastra berbahasa Indonesia, berbagai gambaran Yahudi sebagai ancaman dan simbolisasi kejahatan dalam novel Anak Betawi Diburu Intel Yahudi. Bisa jadi novel karya Ridwan Saidi mengilhami novel berikutnya yang diterbitkan tahun 2011 yaitu The Jacatra Secret: Misteri Satanic Symbols di Jakarta garapan Rizki Ridyasmara.

APA YANG DAPAT DIPERBUAT OLEH SEBUAH PUISI?

Posted by Teguh Hindarto

Sumber gambar: dmleditingandwriting.com

Kita tentu masih ingat kehebohan berita perihal pemenang lomba puisi di sebuah event lomba kemerdekaan hanya dihadiahi handuk? Tentu kita sudah bisa membayangkan komentar netizen ketika berita tersebut tersebar di sosial media. Mereka yang berkecimpung dengan dunia sastra, tentu berhak tersinggung atau prihatin melihat perlakuan panitia dalam menghargai karya sastra.

BANKING SYSTEM EDUCATION VS POSING PROBLEM EDUCATION

Posted by Teguh Hindarto

SEBUAH UPAYA METODOLOGIS MENAJAMKAN KESADARAN KRITIS


Sumber gambar:in.pinterest.com

Mungkin kita pernah membaca atau menonton film kartun berjudul, The Emperor New Clothes (Baju Baru Sang Raja) karya Hans Christian Andersen. Alkisah pada jaman dahulu hiduplah seorang Baginda Raja yang sangat menyukai pakaian. Koleksi pakaiannya sangat banyak karena hampir setiap hari urusannya hanyalah model-model pakaian yang terus berkembang. Hingga pada suatu saat tiba hari untuk memperingati ulang tahun kemerdekaan kerajaan.

ANATOMI KUASA MEDIA SOSIAL

Posted by Teguh Hindarto

 

Sumber gambar: seokentnet.blogspot.com

Media sosial telah menjadi bagian dari realitas keseharian masyarakat sebagai konsekwensi revolusi teknologi informasi yang bukan hanya melahirkan alat komunikasi berupa handphone dan smartphone melainkan telah memadukkan dengan teknologi internet sehingga memudahkan melakukan pencarian data secara daring maupun proses interaksi sosial digital melalui sejumlah aplikasi yang disematkan dalam ponsel pintar.

PARADOX ERA DIGITAL: ANTARA KECEPATAN DAN BANALITAS

Posted by Teguh Hindarto

Sumber gambar: digitalsubho.com

Revolusi teknologi informasi dan komunikasi yang telah melahirkan ruang-ruang virtual dimana kita dapat berinteraksi melalui jaringan internet dan berhasil mendigitalisasi waktu, ruang, materi, bukan hanya berhasil “mendatarkan dunia” (Thomas L. Friedman, The World is Flat: Sejarah Ringkas Abad 21, 2009) namun juga “melipat dunia” (Yasraf Amir Piliang, Dunia Yang Dilipat: Tamasya Melampaui Batas-Batas Kebudayaan, 2011) juga “meniadakan batas antar negara” (Kenichi Ohmae, The Borderless World: Dunia Tanpa Batas, 2008) bahkan “mendisrupsi berbagai sektor ekonomi” (Rhenald Kasali, Disruption, 2017). 

MENGANTISIPASI IRASIONALITAS DIBALIK RASIONALITAS SEBUAH MODERNITAS

Posted by Teguh Hindarto

Sumber gambar: sahipkiran.org

Istilah "GPL", selain istilah-istilah seperti "Selfie", "Nongski", "OTW", akhir-akhir ini telah mengakrabi telinga dan pendengaran kita. Jika kita memesan makanan lantas kita berkata GPL yang merupakan akronim dari "Gak Pake Lama". Istilah GPL seolah telah menjadi norma sosial modern dimana kehidupan semakin cepat dan kita harus menyesuaikan dengan kecepatan tersebut agar tidak tertinggal dalam perubahan dan kemajuan. Kita menjadi tergila-gila dengan kecepatan dan tidak nyaman hidup dalam dunia yang lambat. Ada makanan cepat saji (fast food), ada sekolah cepat jadi (ekstensi), ada jasa peminjaman cepat tanpa antri. 

TEORI DEMITOLOGISASI BULTMAN SEBAGAI MITOS AKADEMIK

Posted by Teguh Hindarto

Sumber foto: fireandrose.blogspot.com
 

Beberapa waktu lalu, layar televisi dan jagad media sosial dihebohkan dengan pernyataan Rocky Gerung, seorang dosen Filsafat di Universitas Indonesia (belakangan muncul berita susulan setelah terjadinya kontroversi bahwa yang bersangkutan sudah tidak mengajar lagi di institusi tersebut) pada acara Indonesia Lawyer Club (ILC) yang diselenggarakan salah satu televisi nasional pada Selasa, 10 April 2018.