Midrash Kisah Rasul 8:1-25
Perikop ini dibuka dengan sebuah kisah mengenai wafatnya Stefanus, martir pertama[1]. Akibat penganiayaan yang hebat terhadap jemaat Yerusalem oleh kalangan imam Yahudi maka banyak yang tersebar ke Yudea dan Samaria. Dan jemaat yang tersebar sampai di Samaria memberitakan Injil di wilayah tersebut.
Keberadaan orang-orang Samaria merupakan hasil perkawinan campur antara orang-orang Yahudi yang tetap tinggal di Palestina dengan orang Asyur yang menaklukan Yerusalem pada tahun 722 SM. Orang Yahudi memandang rendah keberadaan orang Samaria dan memisahkan diri dari pergaulan dengan mereka. Dalam Ecclesiaticus Historiae 50:25-26 disebutkan bahwa orang Samaria adalah “orang bodoh dari Sikhem”[2]. Orang Samaria memiliki Bait Suci sendiri di Gunung Gerizim namun pada tahun 128 Ms dihancurkan oleh Raja Hyrcanus[3].
Kitab Injil memberikan kesaksian bagaimana sikap orang Yahudi terhadap orang Samaria (Yoh 4:9). Dan Yesus pun pernah melarang murid-muridnya memasuki kampung-kampung orang Samaria (Mat 10:5-7), Yesus pun mencela kebiasaan mereka beribadah di bukit Gerizim (Yoh 4:19-24). Namun pada suatu kesempatan Yesus pun pernah mengunjungi perkampungan Samaria (Luk 9:52) dan berbicara dengan perempuan Samaria di sebuah sumur (Yoh 4:7-42). Yesus bahkan menjadikan orang Samaria yang baik hati sebagai contoh dalam perumpamaannya mengenai siapakah sesama manusia itu? (Luk 10:25-37). Bahkan ketika Yesus menyembuhkan sepuluh orang Kusta hanya satu orang pria Samaria yang kembali mengucapkan terimakasih pada Yesus (Luk 17:11-19). Ketika Roh Kudus dicurahkan, Yesus menubuatkan bahwa pemberitaan Injil akan memasuki tanah Samaria (Kis 1:8).
Keberadaan orang Samaria masih tetap ada sampai hari ini meskipun populasinya kecil. Mereka tetap melaksanakan ibadah korban sekalipun tidak memiliki Bait Suci sementara orang Yahudi sampai hari ini tidak ada yang melaksanakan korban.
Di Samaria inilah muncul seorang pemberita Injil bernama Filipus. Filipus pemberita Injil berbeda dengan Filipus murid Yesus. Filipus murid Yesus langsung terekam dalam Yohanes 1:28; 45-51, Yoh 6:7, Yoh 12:20-22. Sementara Filipus dalam Kisah Rasul adalah Diaken dan Pemberita Injil (Kis 6:5, Kis 21:8).
Dalam pemberitaan Injil di tanah Samaria, Filipus mendapatkan sambutan yang luar biasa karena Injil Kerajaan diberitakan dengan kuasa Tuhan sebagaimana dikatakan: “Sebab dari banyak orang yang kerasukan roh jahat keluarlah roh-roh itu sambil berseru dengan suara keras, dan banyak juga orang lumpuh dan orang timpang yang disembuhkan”(Kis 8:7). Kedudukan mukjizat dan pengusiran roh-roh jahat dalam pemberitaan Injil adalah untuk meneguhkan kebenaran sebagaimana dikatakan: “Mereka pun pergilah memberitakan Injil ke segala penjuru, dan Tuan[4] turut bekerja dan meneguhkan firman itu dengan tanda-tanda yang menyertainya” (Mrk 16:20). Kata “meneguhkan” dipergunakan kata Yunani βεβαιουντος (bebaiountos) yang bermakna “menjamin” atau “membenarkan.
Kita tidak boleh menjadikan mukjizat dan tanda-tanda ajaib sebagai tujuan pemberitaan Injil. Kita harus meletakkan fungsi dan kedudukan tanda-tanda ajaib pada tempatnya yang tepat yaitu meneguhkan atau membuktikan kebenaran berita Injil bahwa Yesus adalah Mesias Anak Tuhan yang bangkit mengalahkan maut dan berkuasa memberikan kehidupan kekal. Perhatikan Kisah Rasul 8:12 dimana fokus pemberitaan Injil Filipus adalah Yesus Sang Mesias dan bukan perbuatan ajaib dan mukjizat sebagaimana dikatakan: “Tetapi sekarang mereka percaya kepada Filipus yang memberitakan Injil tentang Kerajaan Tuhan dan tentang nama Yesus Sang Mesias, dan mereka memberi diri mereka dibaptis, baik laki-laki maupun perempuan”.
Banyak orang Kristen terjatuh pada beberapa pemahaman yang keliru terkait mukjizat dan perbuatan ajaib dalam pemberitaan Injil. Pertama, menolak keberadaan mukjizat dan perbuatan ajaib yang dilakukan Yesus dan para rasulnya. Pandangan ini disebarluaskan oleh para teolog Barat yang terpengaruh paham Liberalisme di Abad XVIII. Pandangan seperti ini masih dipertahankan dan diajarkan dalam sekolah-sekolah teologia tertentu. Kedua, percaya kepada berbagai mukjizat dan perbuatan ajaib yang dilakukan Yesus dan rasul-rasulnya namun fenomena itu sudah berhenti dan tidak mungkin terjadi pada zaman modern ini. Ketiga,menjadikan fenomena ini sebagai tujuan dalam pemberitaan Injil sehingga tidak memberikan bobot yang seimbang antara pengajaran dan pengalaman iman. Dengan kata lain lebih menekankan mukjizat dan perbuatan ajaib namun pesan Injil kurang didalami dengan benar.
Adalah Simon seorang tukang sihir yang bertahun-tahun memukau orang Samaria dengan sihirnya akhirnya bertekuk lutut pada Yesus Sang Mesias dan menerima pemberitaan Injil yang disampaikan oleh Filipus. Sebelum Kerajaan Tuhan diberitakan, kedudukan Simon sangat terhormat. Dia sering dimintai pertolongan oleh banyak penduduk Samaria dan kerap menerima sanjungan sebagaimana dikatakan: “Semua orang, besar kecil, mengikuti dia dan berkata: ‘Orang ini adalah kuasa Tuhan yang terkenal sebagai Kuasa Besar’. Dan mereka mengikutinya, karena sudah lama ia mentakjubkan mereka oleh perbuatan sihirnya” (Kis 8:10). Naskah Peshitta Aramaik menuliskan dengan “khayle raba d’Alaha” yang artinya “Kuasa Tuhan Yang Besar”. Dan banyak orang tertipu oleh sihirnya yang menakjubkan sebagaimana dapat dilihat dalam teks berbahasa Yunani sbb, “tais mageiais exestakenai autous”.
Bukankah akhir-akhir ini ketakjuban orang banyak terhadap sihir semakin meningkat? Seperti kuda Troya yang masuk dengan membawa pasukan tempur ke wilayah musuh tanpa diketahui demikianlah keadaan kita akhir-akhir ini. Berbagai tayangan tentang sihir merebak di televisi dan media cetak seakan-akan sihir adalah sebuah kuasa dan karunia Tuhan yang dapat dipergunakan untuk kebaikan maupun untuk kejahatan. Semua orang akhir-akhir ini menjadi terpukau dan terkesima dengan praktek-praktek sihir yang dikemas dalam bingkai entertaiment maupun film-film anak yang menarik. Jika di Abad Pertengahan para pelaku sihir dikejar-kejar untuk dibakar, maka di zaman modern ini sihir sudah menjadi komoditi dan hiburan yang menarik.
Ternyata kuasa sihir yang dimiliki Simon tidak berkutik ketika berhadapan dengan kuasa yang melebihi kuasa sihir yang dimilikinya. Kuasa tersebut adalah kuasa yang datang dari nama Yesus Sang Mesias sebagai perwujudan Sang Firman YHWH yang menjadi manusia. Kuasa nama Yesus Sang Mesias yang diberitakan oleh Filipus lebih kuat, lebih dahsyat dan lebih berkuasa dibandingkan kuasa sihir Simon. Kisah Rasul 8:12-13 melaporkan sbb: “Tetapi sekarang mereka percaya kepada Filipus yang memberitakan Injil tentang Kerajaan Tuhan dan tentang nama Yesus Sang Mesias dan mereka memberi diri mereka dibaptis, baik laki-laki maupun perempuan. Simon sendiri juga menjadi percaya, dan sesudah dibaptis, ia senantiasa bersama-sama dengan Filipus, dan takjub ketika ia melihat tanda-tanda dan mujizat-mujizat besar yang terjadi”.
Pemberitaan Injil dengan kuasa Tuhan yang disampaikan Filipus telah menyebabkan banyak orang berbalik dari jalan yang jahat dan najis. Mereka berpaling dari ketakjuban pada kuasa setan dan manusia kepada kuasa Tuhan. Bukan hanya orang-orang Samaria bahkan Simon sendiri saat itu bergabung dan sekarang dia yang takjub akan kuasa Tuhan yang didemonstrasikan melalui Filipus.
Inilah yang seharusnya terjadi saat Injil diberitakan dan Kerajaan Tuhan dinyatakan. Satan gemetar dan bertekuk lutut sehingga menghasilkan perubahan dalam suatu masyarakat. Bukankah Yesus telah berkata: “Akhirnya Ia menampakkan diri kepada kesebelas orang itu ketika mereka sedang makan, dan Ia mencela ketidakpercayaan dan kedegilan hati mereka, oleh karena mereka tidak percaya kepada orang-orang yang telah melihat Dia sesudah kebangkitan-Nya. Lalu Ia berkata kepada mereka: "Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum. Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh” (Mrk 16:14-18).
Kehadiran Yesus ke dunia bukan hanya menjadi Juruslamat yang menghapus dosa yang mendatangkan maut dan memberikan kehidupan kekal namun Dia datang ke dunia untuk memusnahkan pekerjaan Satan sebagaimana dikatakan: “Barangsiapa yang tetap berbuat dosa, berasal dari Shatan, sebab Shatan berbuat dosa dari mulanya. Untuk inilah Anak Tuhan menyatakan diri-Nya, yaitu supaya Ia membinasakan perbuatan-perbuatan Shatan itu” (1 Yoh 3:8)
Jika kita berada dalam Kerajaan Tuhan maka kita adalah lawan dari Kerajaan Setan. Namun banyak yang tidak menyadari kebenaran ini. Banyak orang Kristen beranggapan bahwa ajaran Yesus hanya bersifat moralitas belaka sehingga berputar-putar tentang ajaran Kasih namun tidak tinggal dalam kuasa Tuhan. Akibatnya banyak orang Kristen yang mudah terkena santet, sihir, gendam dan pekerjaan roh-roh jahat. Karena mereka tidak mendapatkan solusi di gereja, maka mereka berlari pada paranormal dan dukun-dukun. Bukan hanya orang-orang Kristen, bahkan banyak pendeta tidak tinggal dalam kuasa Tuhan sehingga mereka tidak mampu menangani berbagai kasus supranatural yang dihadapi jemaatnya.
Banyak orang Kristen yang tidak menyadari bahkan tidak mempercayai bahwa Shatan itu ada dan mereka benar-benar nyata. Mereka masih tetap bekerja sampai sekarang bukan hanya dalam wujud memberikan bisikan-bisikan untuk menjauhi hidup yang religius. Mereka dapat pula mencelakai diri kita dalam berbagai bentuk sihir dan santet. Jika kita tidak mempercayai keberadaan Shatan, itu menguntungkan Shatan karena dia akan leluasa bekerja. Jika kita tidak mempercayai Shatan, maka kita tidak akan mendapatkan kuasa Tuhan untuk menghalau pekerjaan Shatan.
Kembali kepada Simon Magus. Dia bukan orang non Yahudi. Dia masih memiliki darah Yahudi karena orang Samaria hanyalah hasil perkawinan campur dengan orang Asyur. Orang Samaria pun menyembah YHWH dan memiliki Torah sekalipun mereka tidak mengakui kitab para nabi dan syair-syair. Tentu saja Simon telah memanipulasi dan mengelabui banyak orang Samaria sampai-sampai mereka menjulukinya “khayle raba d’Alaha” atau “he dunamis tou Theou megale” yang artinya “Kuasa Tuhan Yang Besar”. Banyak orang Samaria tertipu dan menyebutkan bahwa kuasa yang dimiliki Simon adalah kuasa Tuhan.
Dalam banyak peristiwa, banyak pendeta dan orang Kristen yang tertipu dengan sejumlah kemampuan supranatural dari para dukun Kristen, seolah-olah mereka memiliki kuasa Tuhan dan menjadi alat Tuhan untuk memberikan kesembuhan, mukjizat dan pengusiran terhadap roh-roh jahat.
Agar kita tidak tertipu, hendaklahj kita mampu membedakan roh. Rasul Paul berkata mengenai salah satu karunia roh yaitu διακρισεις πνευματων ετερω (diakriseis pneumatoon heterooi) yang artinya “membedakan roh” (1 Kor 12:10). Mengapa harus membedakan roh? Karena Shatan dapat menyamar sebagai malaikat terang sebagaimana dikatakan: “Hal itu tidak usah mengherankan, sebab Shatan pun menyamar sebagai malaikat Terang” (2 Kor 11:14). Rasul Paul pun mengingatkan mengenai “Yesus yang lain” dan “roh yang lain” serta “injil yang lain” sebagaimana dikatakan: “Sebab kamu sabar saja, jika ada seorang datang memberitakan Yesus yang lain dari pada yang telah kami beritakan, atau memberikan kepada kamu roh yang lain dari pada yang telah kamu terima atau Injil yang lain dari pada yang telah kamu terima” (2 Kor 11:4).
Jangan tertipu dengan hasil. Sebagaimana Tuhan maka Satan pun mampu menghasilkan perbuatan ajaib dan mukjizat. Bukan hasil yang harus diperhatikan melainkan sumbernya, Tuhan atau Shatan?
Banyak dukun Kristen yang mengatasnamakan Yesus namun cara penyembuhan dan pengusiran setan mereka tidak biblikal alias tidak sebagaimana diajarkan Yesus dan tidak sebagaimana dilakukan para rasul dalam Kitab Suci. Untuk membedakan kuasa terang dan kuasa kegelapan alat ukurnya adalah sbb: Pertama, apakah orang tersebut memberitakankuasa Yesus sebelum dia melakukan penyembuhan atau pengusiran setan. Kedua, apakah orang tersebut hanya memfokuskan pada kuasa yang dimilikinya dan bukan berfokus pada Yesus dan firman-Nya. Ketiga, apakah model penyembuhan dan pengusiran setan yang dilakukannya dengan menggunakan sarana-sarana yang tidak diajarkan oleh Yesus dan para rasul seperti benda bertuah (keris, batu,air bunga,jimat, dll) atau cukup dengan menggunakan nama Yesus.
Seluruh perbuatan ajaib yang dilakukan oleh para rasul Yesus bertujuan untuk memberitakan Injil dan meyakinkan banyak orang bahwa Yesus adalah Mesias dan Anak Tuhan yang bangkit mengalahkan kematian. Berkebalikan dengan itu, tujuan para dukun bahkan dukun Kristen melakukan berbagai penyembuhan dan perbuatan ajaib, justru bukan memfokuskan pada Yesus dan ajarannya melainkan pada dirinya sendiri, seperti Simon Magus.
Marilah kita memohon kuasa Tuhan YHWH di dalam Yesus Sang Mesias agar memenuhi diri kita dan memampukan kita membedakan pekerjaan kuasa terang dan kuasa kegelapan dan Injil Yesus dimasyurkan dan banyak orang datang padanya untuk mengalami pembebasan, keselamatan dan kehidupan kekal, Amen we Amen.
End Notes:
[1] Lihat midrash Stefanus Sang Martyr: Memupuk Jiwa Kemartiran di http://teguhhindarto.blogspot.com/2011/04/stefanus-sang-martyrmenumbuhkan-jiwa.html
[2] J.I. Packer, Merril C. Tenney, William White,JR, Dunia Perjanjian Baru, Malang: Gandum Mas 1993, hal 114-15)
[3] Handbook to the Bible: Pedoman Lengkap Pendalaman Alkitab, Bandung: Kalam Hidup 2004, hal 558
[4] κυριου (Kuriou) Lihat kajian Pemahaman Mengenai Sebutan Kurios Bagi Yesus di http://teguhhindarto.blogspot.com/2011/02/pemahaman-mengenai-sebutan-kurios-bagi.html
2 komentar:
שלם לך במרן ישוע משיחא - I was recently informed by a friend of yours (who happens to be my coworker) that you had expressed interest in the Aramaic/Hebrew Bible translation project that I am currently undertaking. If you would like more information, you may contact me via gmail (barkaroza@gmail.com). Please know, however, that I am not "Messianic" and I will not tolerate eisegesis, which includes the injection of "Messianic" bias into a translation of Scripture. With that said, I welcome the help of qualified individuals who are passionate about the Hebraic roots of Christianity. In regard to your post here, I must correct your use of the phrase "orang-orang Yahudi" as used to describe the forebears of Samaritans. Samaritan people were never at any point in history considered "Jewish", as we descend directly from the northern tribes of Israel, not from Judah, and we are certainly no more a product of intermarriage than modern Jews. פוש בשלמא
Posting Komentar