DOSA, TORAH, ANUGRAH, IMAN
Posted byKAJIAN ROMA 3:9-31
Ketika kita masih kanak-kanak, kita pernah melakukan permainan yaitu menghubungkan garis yang satu ke garis yang lain, agar membentuk suatu citra tertentu, entahkan itu hewan atau manusia. Jika tidak tepat menghubungkan garis-garis tersebut, akan menimbulkan gambaran yang keliru tentang figur tersebut.
Marilah kita menghubungkan secara cermat empat kata penting tersebut, melalui surat Rasul Paul, sehingga membentuk suatu struktur yang sistematis dan utuh dalam memahami cara YHWH bertindak atas dunia dan manusia yang telah mengalami kerusakan.
PEMAHAMAN TENTANG DOSA
Rasul Paul menjelaskan fakta dan realita yang tidak terbantahkan bahwa SEMUA ORANG (baik Yahudi non Yahudi) ada dalam dalam kuasa dosa (ha khet, Rm 3:9). Dalam naskah Greek berbunyi, “oti einai pantes hupo hamartian” . Apakah dosa itu? Dalam 1 Yokhanan 3:4 dikatakan, “hamartia estin he anomia”. Dalam Hebrew New Testament diterjemahkan, “ha khet, mri hu ba Torah”. Dosa adalah ANOMIA atau MRI HU BA TORAH atau MELAWAN TORAH atau MELAWAN PERINTAH. Kata “hamartia” bermakna “menyimpang dari sasaran”. Jadi dosa adalah “tindakan yang menyimpang dari sasaran”.
Rasul Paul mengutip ayat-ayat dalam TaNaKh untuk menegaskan bahwa tidak ada satupun manusia di bumi yang tidak berdosa:
- Roma 3: 10-12 mengutip dari Mazmur 14:1-3 dan YeshaYa 53:2-4
- Roma 3:13 mengutip dari Mazmur 5:10 ; 140:4
- Roma 3:14 mengutip dari Mazmur 10:7
- Roma 3:15-17 mengutip dari YeshaYah 59:7-8
- Roma 3:18 mengutup Mazmur 36:2
Pengutipan TaNaKh oleh para rasul memberikan implikasi teologis bahwa TaNaKh merupakan pedoman dan sumber pengajaran bagi jemaat Kristen di Abad Pertama. Sikap yang ditunjukkan Gereja dan Kekristenan modern yang merendahkan TaNaKh menunjukkan distorsi pemahaman terhadap fungsi TaNaKh dalam kehidupan umat beriman.
Darimana dosa berawal? Dosa masuk ketika Adam dan Hawa MELANGGAR atau MELAWAN PERINTAH Yahweh untuk tidak memakan buah Pengetahuan Yang Baik (Ets Tov ha Daat) dan Pengetahuan Yang Buruk (Ets Tov ha Ra, Kej 2:16-17; 3:1). Akibat pelanggaran ini terjadilah masuklah DOSA dalam bentuk KUTUK yang berujung pada MAUT. Kutuk itu nampak dalam hal:
- Permusuhan manusia dengan Tuhan (Kej 3:23-24), dimana manusia kehilangan relasi yang benar dengan Tuhan
- Permusuhan manusia dengan hewan (Kej 3:15). Terjadilah siklus ekologis dimana manusia memangsa hewan dan sebaliknya
- Permusuhan manusia dengan alam (Kej 3:17-19). Manusia harus bekerja menaklukan alam yang telah kena kutuk
- Permusuhan manusia dengan manusia (Kej 4:1-16), Kain membunuh Habel.
- Perempuan melahirkan dengan kesakitan (Kej 3:16)
- Manusia mengalami kefanaan yaitu maut (Kej 3:19)
Dosa mengakibatkan manusia kehilangan kemuliaan Tuhan (Rm 3:23) dan upah dosa adalah maut (Rm 6:23). Dosa dan maut adalah realitas yang dialami semua umat manusia. Tidak ada satupun manusia yang tidak mengalami maut. Maut adalah upah dosa dan konsekwensi hilangnya kemuliaan Tuhan dalam diri manusia. Semua manusia MEWARISI upah dosa yaitu kehilangan kemuliaan Tuhan, yaitu maut.
Bagaimanakah cara manusia terbebas dari maut sebagai upah dosa? Apakah perbuatan baik dapat melepaskan seseorang dari dosa yang berujung pada maut? Apakah ibadah dan kesalehan dapat membebaskan seseorang dari kutuk dosa yaitu maut? SAMA SEKALI TIDAK! Dosa diibaratkan seperti tanda lahir dalam badan kita yang tidak bisa dihilangkan dengan deterjen paling ampuh sekalipun. Hanya Tuhan yang berkuasa menghilangkan tanda lahir tersebut.
PEMAHAMAN TENTANG TORAH
Rasul Paul mengatakan bahwa TIDAK SEORANGPUN DIBENARKAN di hadapan Tuhan karena MELAKUKAN TORAH justru Torah memberikan pengetahuan terhadap manusia mengenai dosa (Rm 3:20). Apa arti pernyataan ini? Apakah Torah itu dosa? Apakah Torah itu tidak sempurna?
Torah memiliki beberapa arti:
- Ajaran. Kata “Torah” bermakan “Ajaran” dari kata “Yarah” yang bermakna “Melempar Sasaran”. Dari kata “Yarah” muncul “Moreh” yang bermakna “Pengajar” dan “Torah” yang bermakna “Ajaran”. Secara universal, Torah bermakna ajaran YHWH.
- Kelima Kitab Moshe. Kitab Sefer Bereshit, Sefer Shemot, Sefer Wayiqra, Sefer Devarim serta Sefer Bamidbar juga disebut Torah. Lazim disebut Khumash Khumashy ha TorahPentateukh atau
- Kitab Suci TaNaKh. Dari Kitab Kejadian sampai Malekhi disebut juga dengan Torah
- Talmud sebagai Torah Lisan hasil tafsiran para rabbi
Torah memiliki peranan sbb:
- Membuat bahagia (Mzm 1:1-2)
- Memberi khokmah, daat dan binah (Mzm 119:98-100)
- Mendatangkan ketentraman (Mzm 119:165)
- Menuntun orang berdosa agar hidup kudus (1 Tim 1:8-10)
- Memberikan pengetahuan akan yang baik dan yang salah (Rm 2:18)
- Memberikan pengetahuan dan hikmat (Rm 2:20)
- Sumber pendidikan spiritual, moral dan intelektual (2 Tim 3:16-20)
Namun mengapa Torah yang bermakna positip dan bernilai positip bagi pembentukan spiritual, moral dan intelektual, oleh Rasul Paul dikatakan “tidak membuat seseorang benar dihadapan Tuhan?” Rasul Paul sebenarnya menggemakan kembali sifat dasar manusia yang telah dikuasai dosa, tidak mungkin benar di hadapan Yahweh (Mzm 143:2). Jika manusia yang telah dibawah kuasa dosa yang berujung maut bermegah dengan “mengerjakan Torah”, maka dia akan gagal.
Kata Greek “ergo nomou” atau kata Ibrani “maashim ha Torah” oleh DR. David Stern dimaknai sebagai sebuah kalimat yang mengandung konotasi, melakukan Torah untuk mendapatkan keselamatan dan dibenarkan di hadapan Tuhan. Maka DR. David Stern dalam Jewish New Testament menerjemahkan “ergo nomou” dengan “mengerjakan Torah secara legalistik”. Sementara Rabbi Moshe Koniuchowsky dalam Restoration Scriptures menerjemahkan, “melakukan Torah tanpa iman yang sepenuh hati”.
Dengan kata lain, barangsiapa melakukan Torah dengan pengharapan dirinya akan mengalami keselamatan dan kehidupan kekal atau dibenarkan oleh Tuhan, maka sesungguhnya usaha ini sia-sia belaka. Ayat ini menegaskan kepada kita bahwa perbuatan baik, ibadah, tsedaqah yang dikerjakan demi mengharap terbebas dari dosa yang berujung maut, adalah sia-sia belaka. Torah bukanlah penghapus dosa. Torah bukanlah pembebas dari maut. Torah bukanlah jalan menuju kekekalan.
Mazhab-mazhab Yahudi pada Abad pertama (Saduki, Farisi, dll) menyalahpahami Torah dengan menafsirkan bahwa dengan melakukan Torah untuk memperoleh pembenaran dan keselamatan, maka seseorang dipandang layak di hadapan Tuhan. Tindakan ini terkadang mendorong pada berbagai bentuk kesalehan yang lahiriah dan cenderung munafik. Hal mana merupakan praktek beribadah yang banyak dikecam oleh Yesus dan Rasul Paul.
Torah menyingkapkan kepada manusia bahwa YHWH adalah kudus dan manusia adalah ciptaan yang berdosa. Ciptaan yang berdosa harus melakukan Torah agar tercegah melakukan perbuatan yang berdosa, namun Torah bukan pembebas dari dosa. Lalu apa jalan keluar bagi terbebasnya manusia dari dosa yang berjung maut?
PEMAHAMAN TENTANG ANUGRAH
Rasul Paul menjelaskan bahwa “oleh Kasih Karunia manusia dibenarkan oleh Yahweh melalui penebusan Yesus Sang Mesias”. Apa Kasih Karunia itu? Untuk menunjukkan tindakan Yahweh yang memberikan kebaikkannya tanpa menuntut balasan, dalam bahasa Ibrani digunakan kata Khesed dan Khen yang dalam bahasa Yunanik diterjemahkan Kharis dan Eleos. Keduanya menunjukkan tindakan Yahweh yang tidak menuntut balasan.
Agar seseorang dibenarkan di hadapan Yahweh dan mengalami keselamatan dan kehidupan kekal yaitu terbebas dari kutuk dosa yang berujung maut, diperlukan KHESED atau KHARIS yaitu KASIH KARUNIA dari Yahweh. Bagaimana Kasih Karunia itu dinyatakan pada dunia dan manusia yang berdosa? Melalui Kaparah atau penebusan yang dikerjakan oleh Yesus Sang Mesias, Putra Yahweh Yang Hidup. Roma 3:25 menegaskan, “Mesias Yesus telah ditentukan Tuhan menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darah-Nya. Hal ini dibuat-Nya untuk menunjukkan keadilan-Nya, karena Ia telah membiarkan dosa-dosa yang telah terjadi dahulu pada masa kesabaran-Nya"
Inilah cara Tuhan menunjukkan Kasih Karunia-Nya, yaitu dengan memberikan Yesus sebagai jalan pendamaian. Artinya, jika bukan karena kemurahan dan perkenan Yahweh, maka kebaikan dan ibadah apapun serta kesalehan apapun yang diperbuat manusia, tidak akan mampu membebaskannya dari maut akibat buah dosa.
Inilah cara Tuhan menunjukkan Kasih Karunia-Nya, yaitu dengan memberikan Yesus sebagai jalan pendamaian. Artinya, jika bukan karena kemurahan dan perkenan Yahweh, maka kebaikan dan ibadah apapun serta kesalehan apapun yang diperbuat manusia, tidak akan mampu membebaskannya dari maut akibat buah dosa.
Apakah dengan pernyataan di atas, Rasul Paul hendak merendahkan kedudukan Torah dan menyatakannya batal serta tidak diberlakukan oleh adanya Anugrah atau Kasih Karunia? Rasul Paul menjawab dalam Roma 3:31, “Adakah kami membatalkan Torah karena iman? Sama sekali tidak! Sebaliknya kami meneguhkannya”. Bahkan secara tegas dalam Roma 7:7 Rasul menegaskan kemuliaan Torah dengan mengatakan, “Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Apakah Torah itu dosa? Sekali-kali tidak! Sebaliknya, justru oleh Torah aku telah mengenal dosa” Bahkan dalam Roma 7:12 Paul mengatakan, “Jadi Torah adalah kudus dan perintah itu juga adalah kudus, benar dan baik”. Dengan kata lain, sekalipun kita melakukan ketentuan yang diperintahkan Torah, namun kita harus menyadari bahwa Kasih Karunia atau Anugrah Yahwehlah yang membenarkan dan menyelamatkan kita. Kekristenan pada umumnya menyalahpahami surat-surat Rasul Paul, seolah-olah Kasih Karunia menggantikan Torah. Ini terlihat ketika kita membaca terjemahan Yokhanan 1:17 versi Lembaga Alkitab Indonesia, “Torah datang melalui Musa TETAPI Kasih Karunia datang melalui Yesus Kristus”. Dalam naskah Yunani, tidak ada kata “tetapi” (Yun: alla) melainkan “dan” (Yun: kai). Dengan menerjemahkan “tetapi” memberikan kesan berhadapa-hadapan antara Torah dan Kasih Karunia, padahal keduanya datang dari Yahweh Semesta Alam.
Rasul mengulang kembali pentingnya Kasih Karunia dalam Efesus 2:8 bahwa manusia diselamatkan oleh Kasih karunia atau Anugrah Tuhan dan bukan karena berbagai perbuatan baik dan amalan-amalan. Namun bagaimana agar Kasih Karunia atau Anugrah Tuhan itu menjadi efektif bagi keselamatan manusia? Manusia harus menjawab melalui Iman.
PEMAHAMAN TENTANG IMAN
Rasul Paul dalam Roma 3:27 menjelaskan, “Karena kami yakin bahwa manusia dibenarkan karena iman dan bukan karena dia melakukan Torah”. Kata Yunani pisteos atau kata Ibrani emunah memiliki makna, “Keadaan yang kokoh” (Kel 17:12), “Kesetiaan terhadap sesuatu” (Mzm 37:3; 119:30). Ketika manusia menjawab Kasih Karunia Yahweh yang telah mengutus Yesus Sang Mesias sebagai jalan pendamaian bagi dosa yang berujung maut, dengan mempercayai sepenuhnya atas apa yang dilakukan Yahweh, maka dia dibenarkan dan mengalami keselamatan di hadapan Yahweh. Sebagaimana Rasul Paul mengutip pernyataan Nabi Habakuk, “orang benar hidup oleh Iman” (wetsadiq beemunato yihye, Hab 2:4).
Lalu bagaimana kedudukan perbuatan baik dengan iman? Apakah manusia cukup hanya beriman saja dan tidak perlu berbuat baik saja? Rasul Ya’aqov memberikan jawaban hubungan antara iman dengan perbuatan sbb: “Apakah gunanya, saudara-saudaraku, jika seorang mengatakan, bahwa ia mempunyai iman, padahal ia tidak mempunyai perbuatan? Dapatkah iman itu menyelamatkan dia? Jika seorang saudara atau saudari tidak mempunyai pakaian dan kekurangan makanan sehari-hari, dan seorang dari antara kamu berkata: "Selamat jalan, kenakanlah kain panas dan makanlah sampai kenyang!", tetapi ia tidak memberikan kepadanya apa yang perlu bagi tubuhnya, apakah gunanya itu? Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati” (Yak 2:14-17). Fungsi perbuatan adalah MENYEMPURNAKAN dan MEMBUKTIKAN bahwa seseorang memiliki iman sebagaimana dikatakan: “Tetapi mungkin ada orang berkata: "Padamu ada iman dan padaku ada perbuatan", aku akan menjawab dia: "Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku." (Yak 2:18) dan “Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna” (Yak 2:22).
Bagaimana pula hubungan Iman dengan Torah? Umat Kristen tetap melakukan Torah dengan dilandasi iman. Iman kepada Yesus Sang Mesias melandasi kita melakukan Torah. Maka melakukan Torah bukan lagi suatu kewajiban dengan suatu pengharapan untuk mendapatkan keselamatan, melainkan karena keselamatan itu telah dinyatakan dan diterima, maka untuk memelihara keselamatan itulah kita harus mengerjakan Torah dengan landasan iman.
KESIMPULAN
Kita sudah menghubungkan makna masing-masing kata yaitu Dosa, Torah, Anugrah dan Iman. Bahwasanya dunia dan segala isinya termasuk manusia telah berada dalam kuasa dosa. Dosa membuahkan maut. Maut merupakan keterpisahan manusia dengan Yahweh Semesta Alam. Semua manusia keturunan Adam mewarisi maut sebagai buah dosa. Semua keturunan Adam telah kehilangan kemuliaan Tuhan.
Dosa yang berujung pada maut tidak dapat diselesaikan manusia dengan upacara-upacara agama, dengan kesalehan dan ibadah serta berbagai perbuatan baik. Torah sekalipun tidak mendatangkan pembebasan atas maut, karena fungsi Torah bukanlah penghapus dosa melainkan menunjukkan dosa-dosa manusia dengan berbagai perintah-perintah yang harus dipatuhi oleh manusia di dalamnya. Melakukan Torah dengan tujuan keselamatan dan pembenaran di hadapan Yahweh pun tidak mendatangkan pembebasan atas kutuk dosa yaitu maut.
Pembenaran atau keselamatan hanya datang melalui Kasih Karunia atau Anugrah Yahweh belaka. Kasih Karunia Yahweh diwujudnyatakan dengan mengutus Yesus Sang Mesias menjadi jalan pendamaian (kaparah) bagi dosa-dosa manusia melalui pengorbanan darah-Nya di palang kayu Gholgota. Barangsiapa yang menjawab Kasih Karunia Yahweh Semesta Alam, Bapa Surgawi, melalui iman, maka dia dibenarkan, diselamatkan dan terbebas dari kutuk dosa yaitu maut dan beroleh persekutuan dalam kekekalan di Olam Haba.
2 komentar:
Sebuah kajian teologis yg sngt menarik,terima kasih untk pencerahannya YBU
Sangat bagus mencerahkan dan memberkati...Bapa YHWH dlm YESHUA memberkati
Posting Komentar