Midrash 1 Petrus 2:1-25
Nats : 1 Petrus 2:21, Yohanes 13:15
Orang-orang Kristen kerap dituduh tidak memiliki syariat agama. Tuduhan ini diperparah oleh sikap-sikap orang Kristen sendiri yang menganggap agamanya adalah agama non syariat bahkan anti syariat. Mungkin kita kerap mendapat pertanyaan-pertanyaan dari non Kristen sbb: “Mengapa orang Kristen kalau ibadah hanya satu minggu sekali?” “Mengapa orang Kristen khoq makan hewan-hewan yang diharamkan oleh orang Islam, seperti babi, anjing?” “Apakah orang Kristen itu ada syariat doanya?” dll.
Berkaitan dengan istilah syariat, kita harus mengerti terlebih dahulu apa arti “syariat” karena ini merupakan terminologi Arab yang terkait dengan Agama Islam. Menurut M. Hasibullah Satrawi, “Secara kebahasaan syariat berarti jalan. Di dalam Alquran terdapat tiga ayat yang bermakna jalan (Qs. 45: 18, 5: 48, dan 42: 13). Syariat Islam berarti jalannya umat Islam. Syariat Kristen berarti jalannya umat Kristen. Begitu pula dengan syariat Yahudi. Lebih jauh Alquran menyebutkan, masing-masing agama mempunyai syariat tersendiri (Qs. 5: 48). Umat beragama dianjurkan mengikuti jalannya (syariat) masing-masing. Para ulama kemudian memaknai jalan dengan ajaran. Jalan Islam berarti ajaran Islam. Mengikuti jalan Islam berarti mengamalkan ajarannya”[1]
Dari kutipan di atas, bahwasanya kata “syariat” adalah “aturan”. Jadi semua agama pasti memiliki syariat termasuk Kekristenan yang melandaskan pada ajaran dan kehidupan Yesus Sang Mesias Putra YHWH Semesta Alam. Dalam istilah Yahudi, kata yang setara dengan “syariat” adalah “halakhah”. Dalam kaitannya dengan kepercayaan kita, maka saya sebut HALAKHAH HAMASHIAKH atau SYARIAT ALMASIH.
Halakhah dapat menunjuk pada dua hal. Pertama, gaya hidup seseorang yang berlandaskan Torah dan perintah-perintah YHWH. Kedua, sekumpulan fatwa-fatwa atau keputusan para pemimpin agama berkaitan dengan persoalan-persoalan kehidupan sehari-hari mengenai apa yang boleh dan tidak boeh dilakukan. Sumber atau rujukan Halakhah Mesias adalah Kitab TaNaKh (singkatan dari Torah, Neviim, Kethuvim) yang disebut orang Kristen pada umumnya disebut Kitab Perjanjian Lama dan juga uacapan dan perbuatan Yesus Sang Mesias yang terekam dalam Kitab-kitab Euanggelion atau Injil.
Yesus telah mengatakan dalam Yohanes 13:15 sbb: “sebab Aku telah memberikan suatu TELADAN kepada kamu, supaya kamu juga BERBUAT SAMA seperti yang telah Kuperbuat kepadamu”. Rasul Petrus (Kefa) pun menegaskan hal yang sama dalam suratnya sbb: “Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena (Mesias) pun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan TELADAN bagimu, supaya kamu MENGIKUTI JEJAK-NYA”(1 Petrus 2:21).
Kata “teladan” dalam Yohanes 13:15 dipakai kata Yunani υποδειγμα (hupodeigma) dan dalam 1 Petrus 2:21 dipergunakan kata Yunani υπογραμμον (hupogrammos) dan diterjemahkan dalam bahasa Ibrani menjadi מופת (mofet) yang artinya “contoh”. Berarti Mesias Yesus telah meninggalkan bagi kita suatu contoh. Baik Mesias Yesus maupun Rasul Petrus menekankan bahwa contoh atau teladan yang ditinggalkan Yesus Sang Mesias harus dilakukan. Kalimat “supaya kamu mengikuti jejak-Nya” dalam terjemahan berbahasa Ibrani, “Wayehi lakem lemofet LALEKET beiqqvotaiw”. Kata LALEKET berasal dari kata “HALAK” yang artinya “berjalan”. Dalam terjemahan Peshitta Aramaik diterjemahkan dengan ܬ݁ܗܰܠܟ݂ܽܘܢ (Tahalakon). Berdasarkan pemahaman bahasa di atas, maka sebagai Pengikut Mesias (apapun namanya, Orthodox, Katholik, Kristen, Mesianik) kita harus menjalankan dan melaksanakan Halakah Mesias dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain kita menjalankan dan melaksanakan Syariat Al Masih dalam kehidupan sehari-hari.
Apa saja yang termasuk Halakah Mesias itu? Pertama, Yesus mengatakan dalam Matius 5:17-20 sbb: "Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan Torah atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari Torah, sebelum semuanya terjadi. Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah Torah sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah Torah, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga. Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga”. Dari kutipan di atas kita mendapat penegasan bahwa Torah yang diturunkan YHWH di Sinai kepada Moshe dan Bangsa Israel tetap menjadi pedoman moral dan perilaku kita, sebagaimana Mesias Yesus tetap melakukan ketentuan Torah.
Torah sebagai sumber Halakah Mesias memerintahkan kita untuk:
- Mengesakan Tuhan (Ulangan 6:4-5)
- Memelihara Shabat (Keluaran 20:8-11)
- Menghindari makanan yang tahor dan tame (Imamat 11:1-47)
- Memelihara Moedim (hari-hari raya)
- Menegakkan keadilan (Yesaya 56:1)
- Membela dan melindungi janda dan anak yatim (Keluaran 22:22, Yesaya 1:17)
- Memperlakukan orang miskin dengan selayaknya (Imamat 25:35)
- Menghindari riba (Imamat 25:36)
- Menghindari pemerasan (Imamat 19:13)
- Menghindari suap (Keluaran 23:8, Ulangan 16:19)
- Menjaga kebersihan (Imamat 13:1-11)
- Menjaga kesehatan (Bilangan 19:14-17)
- dll.
Bukankah Torah memerintahkan kita melakukan hukum korban dan sunat? Sunat adalah Tanda Perjanjian antara YHWH dan Israel (Kejadian 17:10; 34:15), maka bangsa-bangsa non Yahudi yang telah menerima Mesias tidak terikat untuk melaksanakan sunat (1 Korintus 7:18-19). Sunat diperbolehkan dan tidak dilarang. Kalau melaksanakan sunat harus dengan kesadaran untuk memelihara tanda perjanjian secara fisik dan bukan untuk prasyarat untuk mendapatkan keselamatan dan hidup kekal.
Mengenai korban hewan (penghapus salah, pendamaian, dll) tidak mengikat pengikut Mesias. Korban hewan dalam Torah adalah bayangan. Wujudnya adalah Yesus Sang Mesias (Ibrani 10:1). Hukum korban bukan dibatalkan melainkan telah genap dalam diri Yesus Sang Mesias. Dialah korban sejati kita dalam menghampiri Tahta YHWH Tuhan Semesta Alam.
Kedua, sumber Halakah Mesias berikutnya adalah ucapan, ajaran, perintah dan tindakan Yesus Sang Mesias yang terekam dalam Kitab Injil (Ibrani: Besorah/Yunani: Euanggelion). Yesus mengajarkan hal-hal berikut:
- Mengesakan Tuhan (Markus 12:29)
- Memelihara Shabat (Lukas 6:5)
- Memelihara Moedim (Yoh 7:37-38)
- Menegakkan keadilan (Matius 23:23)
- Menghormati pernikahan (Matius 19:1-12)
- Mengasihi Tuhan dan sesama sebagai inti Torah (Matius 22:37-40)
Apa saja perbuatan Yesus Sang Mesias yang harus diteladani sebagai sumber Halakah Mesias?
- Yesus menghargai orang miskin (Lukas 4:18, Yohanes 12:8)
- Yesus tetap mengampuni meskipun disalibkan oleh musuh-Nya (Lukas 23:34)
- Yesus menghormati kemanusiaan (Yohanes 8:1-11)
- Yesus menghindari kekerasan (Yohanes 18:10)
- Yesus empati terhadap orang berdosa agar mereka bertobat (Matius 9:10,13, Lukas 7:37)
- dll.
Jika kita Pengikut Mesias maka kita harus memiliki Halakah Mesias sebagai petunjuk dan pedoman moral dalam kehidupan sehari-hari. Dalam Kitab Imamat 18: 3 dikatakan, “YHWH berfirman kepada Moshe: "Berbicaralah kepada orang Yishrael dan katakan kepada mereka: Akulah YHWH, Tuhanmu. Janganlah kamu berbuat seperti yang diperbuat orang di tanah Mesir, di mana kamu diam dahulu; juga janganlah kamu berbuat seperti yang diperbuat orang di tanah Kanaan, ke mana Aku membawa kamu; janganlah kamu hidup menurut kebiasaan mereka”. Dari kutipan ayat di atas YHWH memerintahkan pada Bangsa Yishrael, umat-Nya dan kita para pengikut Mesias agar JANGAN MENGIKUTI KEBIASAAN MEREKA. Dalam bahasa Ibrani dikatakan, “UVEKHUQOTEHEM LO TELEKU”. Jika diterjemahkan secara literal, “JANGANLAH MENJALANI KETETAPAN HIDUP YANG MEREKA MILIKI”.
Ada dua jalan hidup, ada dua gaya hidup. Jalan hidup atau gaya hidup bangsa yang tidak mengenal YHWH dan gaya hidup bangsa yang mengenal YHWH di dalam Yesus Sang Mesias (Yesus Kristus). Jalan hidup bangsa yang tidak mengenal YHWH memiliki hukum dan aturan tersendiri yang berbeda dengan bangsa yang memiliki YHWH dan Yesus Sang Mesias. Tadi dikatakan, “Janganlah kamu berbuat seperti yang diperbuat orang di tanah Mesir, di mana kamu diam dahulu; juga janganlah kamu berbuat seperti yang diperbuat orang di tanah Kanaan, ke mana Aku membawa kamu “. Apakah jalan hidup Bangsa Mesir kuno? Menyembah berhala dan dewa-dewa ciptaan mereka sendiri. Apakah jalan hidup Bangsa Kanaan kuno? Menyembah berhala dan dewa-dewa ciptaan mereka sendiri.
Anda sekalian menyembah siapa? Anda sekalian mempercayai siapa? Anda sekalian mengikuti jalan siapa? Jika kita mengaku sebagai Pengikut Mesias, maka jalan hidup atau gaya hidup kita harus bersumber dari ajaran-ajaran Tuhan. Jangan sampai kita mengaku pengikut Mesias, namun mengikuti kebiasaan atau jalan hidup orang-orang yang tidak mengenal YHWH di dalam Yesus Sang Mesias. Apa saja jalan hidup orang-orang yang tidak mengenal YHWH di dalam Yesus Sang Mesias? Semua hal yang tidak diperintahkan dalam Torah dan Kitab Injil!
Kenyataannya, kita kerap menjumpai bahwa saat kehidupan seorang Pengikut Mesias berada dalam kesulitan, mereka berpaling pada jalan hidup bangsa-bangsa yang tidak mengenal YHWH. Mereka menggunakan sihir dan perdukunan untuk keluar dari persoalan. Tidak sedikit para Pengikut Mesias yang masih meniru adat istiadat yang berbau kekafiran dan penyembahan berhala seperti menaruh sesajen, menghormati tempat-tempat wingit, mencari nasihat orang-orang yang memiliki kemampuan spiritual yang bukan dari YHWH, dll.
Saya tidak mengatakan bahwa adat istiadat kedaerahan khususnya sebagai orang Jawa, harus kita buang seluruhnya. Kita harus memilih adat istiadat mana yang masih bisa dipakai untuk memuliakan Tuhan dan mana yang tidak bisa dipakai untuk memuliakan Tuhan. Adat istiadat kedaerahan ada yang dapat dibaptiskan menjadi bagian dari adat istiadat yang baru dalam terang ajaran Mesias, seperti kendhuri. Namun tradisi memberi sesaji untuk “sedhulur papat lima pancer”, harus dibuang. Tradisi “ruwatan sengkala” harus dibuang. Tradisi “meminta restu leluhur yang sudah mati”, harus dibuang. Berbagai tradisi diseputar kelahiran bayi seperti membawa benda-benda tertentu sebagai tolak bala, harus dibuang.
Halakah Mesias terkait dengan kemampuan kita membedakan mana yang baik dan mana yang jahat. Mana yang diperbolehkan dan mana yang dilarang. Mana yang dinyatakan kudus dan mana yang dinyatakan najis sebagaimana dikatakan dalam Imamat 10:10 sbb: “Haruslah kamu dapat membedakan antara yang kudus dengan yang tidak kudus, antara yang najis dengan yang tidak najis…”,
Jangan menjadi penggenap apa yang dikatakan dalam Yeremia 8:7, “Bahkan burung ranggung di udara mengetahui musimnya, burung tekukur, burung layang-layang dan burung bangau berpegang pada waktu kembalinya, tetapi umat-Ku tidak mengetahui hukum YHWH”. Jangan pula kita menjadi penggenap apa yang dikatakan dalam Yekhezkiel 22:26, “Imam-imamnya memperkosa Torah-Ku dan menajiskan hal-hal yang kudus bagi-Ku, mereka tidak membedakan antara yang kudus dengan yang tidak kudus, tidak mengajarkan perbedaan yang najis dengan yang tahir, mereka menutup mata terhadap hari-hari Sabat-Ku. Demikianlah Aku dinajiskan di tengah-tengah mereka”.
Agar kita tetap berada pada hukum YHWH dan mampu membedakan mana yang boleh dan mana yang tidak boleh biarlah kita senantiasa membaca, mengkaji dan mendengarkan Torah YHWH dan Torah Mesias, sehingga kehidupan kita berpadanan dengan kehendak-Nya. Dengan kita mengikuti jejak Sang Mesias, maka kita telah mengejawantahkan baik kata, ucapan, ajaran bahkan perilaku hidup Sang Mesias dalam kehidupan sehari-hari, sehingga orang yang belum menerima Mesias dan belum menerima Kehidupan Kekal, boleh datang kepada-Nya.
End Notes:
[1]Membendung Perda Syariat , Jumat, 29 September 2006 (www.radarsulteng.com)
0 komentar:
Posting Komentar