Bagaimana Yesus memandang keberadaan Torah? Untuk mendapatkan pemahaman yang utuh, kita akan melakukan eksposisi teks dan konteks dari Matius 5:17-48. Yesus membuka dengan kalimat, “Jangan kamu menyangka bahwa Aku datang untuk meniadakan Torah dan Kitab Para Nabi” (Mat 5:17). Kata yang diterjemahkan dengan “meniadakan”, dalam naskah Yunani adalah kataluo. Dalam Perjanjian Baru kata kataluo digunakan sebanyak tujuh belas kali dengan pengertian : “meruntuhkan”, “membinasakan”, “membatalkan”, “melenyapkan”, “mencari penginapan”1 .
DR. David Bivin dan Roy Blizard memberikan perspektif lain mengenai makna pernyataan “Aku datang bukan untuk meniadakan Torah” sebagai suatu ungkapan khas Ibrani dalam diskusi Rabinik. Ungkapan ini bermakna bahwa “seseorang telah menafsirkan secara keliru tentang Torah”. Jika ada seseorang menafsirkan Torah secara keliru, maka para rabbi yang lain akan mengatakan, “engkau membatalkan Torah”. Dalam konteks makna literal ini, maka Yesus sedang membantah kepada para pendengarnya, bahwa diri-Nya bukan datang untuk menyimpangkan atau menafsirkan secara keliru terhadap Torah dan Kitab Para Nabi2.
Kata yang digunakan untuk “menggenapi” dalam teks Yunani, adalah pleroo. Kitab Perjanjian Baru menuliskan sebanyak 86 kali dalam arti, “memenuhi”, “menggenapi”, “habis”, “lewat”, “menyatakan dengan penuh”, “memberitakan kemana-mana”, “menyelesaikan”, “melakukan”3. Sebagaimana komentar sebelumnya, David Bivin dan Roy Blizard menyatakan bahwa pengertian “membatalkan” dan “menggenapi” bermakna “tafsir yang menyimpang” dan “tafsir yang tepat”. Selengkapnya, beliau menjelaskan : “Kata ‘membatalkan’ dan ‘menggenapi’, merupakan istilah teknis yang digunakan dalam diskusi rabinik. Ketika seorang bijak merasa bahwa temannya menafsirkan secara keliru bagian dari Kitab Suci, dia akan mengatakan ‘anda telah membatalkan Torah!’, singkatnya, dalam banyak kasus, temannya menunjukkan ketidaksepahaman yang keras. Bagi orang bijak, yang dimaksud dengan ‘melenyapkan Torah” maka kebalikannya, ‘menggenapi Torah’ atau menafsirkan Kitab Suci dengan tepat4
Pernyataan diatas diperkuat dengan frasa “kamu telah mendengar” dan “tetapi Aku berkata kepadamu”. Tanggapan Yesus terhadap tafsiran para rabbi sebelumnya terhadap Torah, ditegaskan kembali secara tepat oleh Yesus dengan penekanan kalimat, “Tetapi Aku berkata kepadamu”.
(tafsir) Torah mengatakan, janganlah membunuh karena barangsiapa yang membunuh akan mendapatkan hukuman namun Yahshua menegaskan secara tepay makna Torah bahwa yang harus dihukum bukan hanya mengenai kasus yang berat namun yang kelihatannya ringan, seperti kemarahan yang luar biasa dengan mengeluarkan umpatan kasar seperti raka yang artinya “bodoh” (Mat 5:21-22).
(tafsir) Torah mengatakan jangan berzinah. Yesus memberikan pemahaman yang tepat mengenai zinah, bahwa seseorang yang berzinah bukan semata-mata yang memiliki hubungan dengan wanita lain selain istrinya, namun memandang wanita yang bukan istrinya dan mengingininya, sudah dikategorikan perzinahan (Mat 5:27-28).
(tafsir) Torah mengijinkan suatu perceraian namun Yesus memberikan pemahaman bahwa jika bukan karena alasan yang kuat, yaitu perzinahan, maka janganlah sampai terjadi perceraian. Dengan melakukan perceraian, kita telah menjadikan diri kita dan pasangan kita sebagai seorang yang berzinah (Mat 5:31-32).
(tafsir) Torah mengajarkan agar jangan bersumpah palsu. Yesus memberikan pemahaman yang tepat bahwa hendaklah seseorang tidak bersumpah demi apapun juga, karena sumpah mengandung risiko. Tidak jarang kita melakukan dalih dalam sumpah yang kita ucapkan dihadapan Tuhan dan sesama (Mat 5:38-42).
(tafsir) Torah mengajarkan untuk mengasihi dan membenci musuh. Ayat ini sering dijadikan alasan untuk membenci dan tidak memaafkan orang-orang yang bersalah pada diri kita. Yesus memberikan pemahaman yang tepat dengan mengatakan untuk mengasihi musuh dan jangan membalas kejahatan dengan kejahatan yang setimpal (Mat 5:43-48).
Penegasan Yesus diatas membuktikan bahwa kedatangannya bukan “membatalkan Torah” (menyimpangkan makna Torah) melainkan “menggenapi Torah” (memberikan pemahaman yang benar). Hampir senada dengan ulasan David Bivin dan Roy Blizard, DR. David Stern dalam ulasannya mengenai kata “membatalkan” dan “menggenapi”, mengatakan :“Adalah tepat bahwa Yahshua memelihara Torah secara sempurna dan menggenapi berbagai nubuatan dalam Kitab Para Nabi. Namun bukan ini pokok persoalannya. Yahshua tidak datang untuk membuat tidak berlaku Torah namun membuat ‘maknanya menjadi penuh’ mengenai apa yang dituntut dalam Torah dan Kitab Para Nabi. Selanjutnya Dia melengkapi pemahaman kita terhadap Torah dan Kitab Para Nabi…Pasal 5 yang tersisa, menjelaskan enam kasus khusus dimana Yahshua memberikan penjelasan makna rohani secara penuh mengenai pokok-pokok dalam hukum Yahudi5.
Penjelasan David Bivin dan Roy Blizard serta DR. David Stern, bukan satu-satunya penjelasan yang dapat diterima dalam memahami perkataan Yesus mengenai arti “membatalkan Torah” dan “menggenapi Torah”.
Penjelasan lain dari “menggenapi Torah”, dapat dimaknai bahwa Yesus sedang menggenapi bagian demi bagian nubuatan yang tertulis dalam Torah dan Kitab Para Nabi. Hal ini senada dengan apa yang kemudian diucapkan Yesus dalam Lukas 24:44, “Inilah perkataanKu yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi (plerothenai) semua yang tertulis tentang Aku dalam Kitab Torah Musa dan Kitab Nabi-nabi dan Mazmur”. Pernyataan “perkataanKu yang telah Kukatakan kepadamu” dapat menunjuk pada Matius 5:17-18, namun dapat pula menunjuk beberapa bagian perkataan Yesus seperti dalam Lukas 4:21. Saat Yesus di Hari Sabat memasuki Sinagog dan membaca Yesaya 61, Dia berucap, “Pada hari ini genaplah (peplerotai) nas Kitab Suci ini”.
Dengan demikian, semua tafsiran dapat diterima bahwa arti “membatalkan dan menggenapi Torah” dapat bermakna : Pertama memberi tafsir yang salah dan memberi tafsir yang tepat. Kedua memberikan makna yang penuh sebagaimana mestinya. Ketiga menggenapi berbagai nubuatan mengenai Mesias dalam Torah dan Kitab Para Nabi. Namun dari berbagai tafsiran diatas, tidak satupun yang memberi indikasi bahwa Torah tidak berlaku lagi atau tidak memiliki relevansi dalam kehidupan orang beriman. Sebaliknya, Torah dan Kitab Para Nabi tetap menjadi acuan iman dan moral orang-orang yang percaya pada Mesias.
Mengapa beberapa tafsir diatas dapat dibenarkan? Mengapa satu pernyataan dapat memiliki makna ganda? Dalam Kitab Perjanjian Baru, ada beberapa istilah yaang mengandung makna ganda. Contoh, “Kerajaan Tuhan” atau “Kerajaan Surga”. Arti yang pertama adalah “prinsip hidup dalam ajaran Yesus” (Rm 14:17, 1 Kor 4:20). Berkaitan dengan ini, Yesus meminta kepada murid-murid-Nya untuk mencarinya (Mat 6:33), memberitakannya (Luk 9:2), menyingkapkan rahasianya (Luk 8:10). Manifestasi Kerajaan Tuhan dalam arti pertama, adalah kehadiran kuasa Yahweh melalui Yahshua, yaitu tanda-tanda ajaib (Mat 10:7-8, Mat 12:28). Arti kedua adalah, “Pemerintahan kekal Tuhan di Surga, dimana orang beriman berada” (Mat 8:11, Luk 13:29, 1 Kor 15:50). Pengertian Kerajaan dalam kategori pertama bersifat temporalistik (sementara, kekinian) dan disini, sampai Yesus datang kembali dan mendirikan pemerintahan 1000 tahun. Sementara pengertian Kerajaan dalam kategori kedua bersifat futuristik (yang akan datang) dan eternalistik (kekal).6
Tidak ada dasar dalam keseluruhan Perjanjian Baru yang menyatakan bahwa kehadiran Yesus telah membuat tidak berlaku Torah dengan kehadiran-Nya. Kehadiran-Nya adalah untuk memberikan tafsiran yang tepat terhadap Torah, membuat maknanya menjadi penuh, menggenapi berbagai nubuatan mengenai diri-Nya. Para Rabbi Yahudi menjumlah keseluruhan perintah dalam Torah ada 613 perintah yang terdiri dari 365 perintah yang bersifat negatif (ditandai dengan bentuk larangan atau kata “janganlah”) dan 248 perintah yang bersifat positip (ditandai dengan bentuk anjuran). Bagi Yesus, INTI Torah yang 613 adalah KASIH. Kasih bukan menggantikan atau membatalkan Torah. Kasih adalah INTI dan NAFAS dari Torah.
Sepuluh perintah di Sinai, terdiri dari perintah untuk mengasihi Yahweh Tuhan Alam Semesta, dengan diaplikasikan dalam bentuk perintah: (1) Jangan ada padamu elohim lain (2) Jangan membuat patung dan beribadah padanya (3) Jangan menyebut nama Yahweh dengan sembarangan (4) Ingatlah Hari Sabat untuk menguduskannya. Sementara hukum yang lain merupakan perintah untuk mengasihi sesama yang diaplikasikan dalam bentuk perintah : (5) Hormatilah ayah dan ibumu (6) Jangan membunuh (7) Jangan berzinah (8) Jangan mencuri (9) Jangan mengucapkan saksi dusta (10) Jangan mengingini kepunyaan sesamamu. Kitab Imamat secara detail menjelaskan aturan teknis pelaksanaan sepuluh hukum di Sinai. Berbagai peraturan mengenai imam, mengenai pakaian, mengenai makanan, mengenai jemaat, mengenai kesehatan, mengenai memperlakukan sesama manusia, mengenai peperangan, dll. Merupakan penjabaran teknis dari sepuluh hukum di Sinai.
Inti dari keseluruhan Torah yang berisikan 10 perintah dasar dan 613 perintah teknis adalah Kasih, yaitu Kasih terhadap Yahweh dan Kasih terhadap Manusia. Ajaran Yesus mengenai Kasih, bukan membatalkan mengenai keberadaan Torah, melainkan meneguhkan dan menyempurnakan pemahaman tentang Torah. Berbagai bentuk konflik diantara Yesus dan para rabbi yang terekam dalam Kitab Perjanjian Baru, bukan konflik mengenai keberadaan Torah, melainkan pola penafsiran dan pemberlakuan Torah versi para rabbi, dengan ajaran Yesus. Yesus menentang tafsir yang keliru dari para rabbi mengenai bagian-bagian dalam Torah yang dipahami secara legalistik dan ceremonialistik. Dengan kata lain, Yesus menentang cara yang menjadikan Torah sebagai alat keselamatan dan diberlakukan secara lahiriah, namun tidak menghayati makna mendalam dibalik hukum yang lahiriah tersebut. Hal ini nampak dari ucapan Yesus “Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab persepuluhan dari selasih dan adas manis dan jintan kamu bayar, tetapi YANG TERPENTING dalam Torah KAMU ABAIKAN, yaitu: KEADILAN dan BELASKASIHAN dan KESETIAAN” (Mat 23:23).
End Notes
1 Pdt. Hasan Sutanto, MTh. Perjanjian Baru Interlinear Yunani-Indonesia dan Konkordansi Perjanjian Baru, Jil II, Jakarta : LAI 2003, hal 435
2 Understanding the Difficult Words of Jesus, Destiny Image Publishers, 2001, p. 114
3 Op.Cit., Perjanjian Baru Interlinear Yunani-Indonesia, hal 648
4 Ibid., Understanding the Difficult Words of Jesus
5 Jewish New Testament Commentary, JNTP, 1992, p.25-26
6 Band. Prof George Eldon Ladd, Injil Kerajaan, Malang :Gandum Mas, 1995
4 komentar:
Luar biasa penjelasanya..
"Para Rabbi Yahudi menjumlah keseluruhan perintah dalam Torah ada 613 perintah yang terdiri dari 365 perintah yang bersifat negatif (ditandai dengan bentuk larangan atau kata “janganlah”) dan 248 perintah yang bersifat positip (ditandai dengan bentuk anjuran)".
Shaloom P Teguh, apakah aturan2 yang di buat oleh rabi yahudi masih valid hingga sekarang, kan kita tidak kembali lagi pada agama Yudaisme, tolong tanggapannya p?
Menurut pemahaman saya, Yesus sudah menggenapi Hukum Taurat, artinya kita mentaati hukum Taurat yang bersifat moral, tetapi tidak lagi melakukan ritualnya, bagaimana tanggapan p Teguh, terima kasih
Artikel di atas bukan untuk menyatakan bahwa kita harus mematuhi aturan Rabinik tapi untuk memberi pemahaman kedudukan Torah terhadap Yesus dan sikap Yesus terhadap Torah.
Jika Anda mengatakan bahwa "Yesus sudah menggenapi Torat" yang dimaknai hukum ritual sudah tidak diperlukan lagi maka itu bermakna Anda memahami kalimat di atas sebagai pembatalan dan Yesus tidak datang untuk membatalkan Torah.
Silahkan membaca lebih lanjut kajian berikut:
http://teguhhindarto.blogspot.co.id/2011/02/reformasi-yosia-makna-penemuan-torah.html?m=1
Posting Komentar