PERIHAL KONSEP MENGENAI MESIAS DAN OR HA OLAM
Pengantar
Berikut ini adalah diskusi antara Shem Tov (Teguh Hindarto) dengan Moch. Ali. Diskusi bermula dengan status yang dibuat Moch Ali dengan judul:
Perdebatan Nama ALLAH (bahasa Arab) dan YAHWEH (bahasa Ibrani)
by Moch Ali on Wednesday, October 19, 2011 at 10:26am
Shalom 'aleykhem. As-salamu'alaykum.
Ikuti diskusi tentang nama ALLAH dan nama YAHWEH, antara Moch Ali van Nederlandsch Indie dari Islam Messianik dengan Sem Aldo Tulung, Aldo Ministry, dari Kristen Messianik. Part I. ALLAH = YAHWEH.
Fakta wacana keagamaan di Indonesia sekarang ini mengerucut pada dua kutub ekstrim: (1) Islam fundamentalis (Islam Wahabi as-Salafi) sangat anti nama YAHWEH, dan lebih Arab dari pada orang Arab sendiri. Bahkan berusaha menolak penggunaan nama YAHWEH dalam terjemahan Quran bahasa Ibrani karena menurut mereka, nama YAHWEH tidak tercantum dalam kitab suci Quran (2) Kristen Injili (Kristen Messianik) sangat anti nama ALLAH, dan lebih Yahudi dari pada orang Yahudi sendiri. Bahkan berusahan menolak penggunaan nama ALLAH dalam terjemahan Bible dalam bahasa Arab (al-Kitab al-Muqaddas) karena menurut mereka, nama ALLAH dianggap sebagai nama dewa bulan, nama berhala, sembahan bangsa pagan Arab. Komunitas studi Islam Messianik sebagai kumpulan orang-orang keturunan Yahudi yang memeluk Islam, berupaya menjembatani ketegangan wacana politisasi teologis kedua pemahaman kutub ekstrim tersebut. Bahkan, (i) kehadiran Islam Messianik (Messianic Jewish Moslems of Indonesia) lebih tepat sebagai upaya untuk menangkal dan menghadapi gerakan penginjilan kaum Kristen Messianik terhadap para keturunan Yahudi di Indonesia, (ii) menangkal gerakan evangelisasi kaum Kristen Ortodoks Syria yang sering menggunakan atribut dan simbol-simbol ke-Arab-an dalam mensosialisasikan ajaran Kristen di pesantren-pesantren Islam. Dengan demikian, tugas berat lembaga the Yeshiva Center for Enlightment yang digagas oleh the Messianic Jewish Muslim of Indonesia selain mengimbangi gerakan kristenisasi berwajah Arab dari kalangan Kristen Ortodoks Syiria, tetapi juga mengimbangi gerakan kristenisasi berwajah Ibrani dari kalangan Kristen Messianik. Simak dialog-nya.
http://www.facebook.com/echa.prihatin.ningsih/posts/271152982908092?notif_t=mentions_comment.
http://www.facebook.com/notes/moch-ali/perdebatan-nama-allah-bahasa-arab-dan-yahweh-bahasa-ibrani/285487854809697
Berdasarkan pernyataan di atas, Shem Tov (Teguh Hindarto) memberikan tanggapan. Dan terjadilah diskusi di bawah ini. Saat diskusi ini diposting, percakapan antara Shem Tov (Teguh Hindarto) dan Moch Ali masih berlangsung.
Agar memudahkan pembaca mengikuti diskusi ini, saya akan membuat diskusi ini dalam beberapa seri.
DISKUSI SERI 1
Shem Tov: Sdr. Moch Ali, jika Anda mengatakan bahwa "Kristen Mesianik" (sebuah istilah yang bagi saya "contradictio in terminis") hadir untuk melakukan evanggelisasi terhadap keturunan Yahudi. Saya luruskan. Silahkan Anda membaca buku yang sudah Anda pesan dari saya atau silahkan membaca kajian on line perihal apa dan bagaimana Messianic Judaism di link berikut:.
http://teguhhindarto.blogspot.com/2011/05/messianic-judaism-sacred-name-movement.html
http://teguhhindarto.blogspot.com/2011/05/messianic-judaism-sacred-name-movement_10.html
http://teguhhindarto.blogspot.com/2011/05/messianic-judaism-sacred-name-movement_1006.html.
Kehadiran Messianic Judaism di luar negeri lebih bersifat internal reconstruction terhadap root of faith mereka yang berakar pada Yudaisme. Messianic Judaism bukan diciptakan untuk pendekatan evanggelisasi. Misi dakwah tentu saja ada. Namun eksistensi mereka bukan didasarkan sebuah rencana untuk evanggelisasi belaka.
Istilah "Kristen Mesianik" dan "Islam Mesianik" adalah contradictio in terminis. Kata "Kristen" berasal dari bahasa Yunani "Christianoi". Kata "Mesianik" berasal dari kata Ibrani "Mashiakh". Dalam artikel berikut saya memberikan penamaan atas kajian-kajian yang merespon Messianic Judaism dengan sebutan "Kristen Semitik" (Semitic Christian) dan "Kristen yang berakar pada Yudaisme" (Judeo Christian)
http://teguhhindarto.blogspot.com/2011/10/apakah-kekristenan-berbeda-dengan.html.
Apalagi dengan menggunakan istilah "Islam Mesianik". Ini lebih tidak betul lagi. Konsep Mesias hanya ada dalam TaNaKh dan literatur Yahudi. Kalaupun Islam memiliki konsep mengenai Imam Mahdi dan Hakim Yang Adil yang akan datang kelak di akhir zaman, itu lebih berbicara persoalan apokaliptik (penyingkapan peristiea akhir zaman) daripada berbicara perihal Mesias.
Anda mengatakan bahwa Gereja Orthodok Syria hadir sebagai salah satu bentuk evanggelisasi terhada Islam khususnya di Indonesia. Saya tegaskan, sekalipun Gereja Orthodox Syria memiliki misi evanggelisasi alias dakwah, namun menggeneralisir begitu saja eksistensi dan kehadiran mereka sebagai bentuk evanggelisasi, berarti mengingkari kenyataan historis bahwa Gereja Orthodox Syria sudah ada di wilayah Arabia jauh sebelum kehadiran agama Islam. Kehadiran Gereja Orthodox Syria di Indonesia, lebih kepada perkenalan kepada Kekristenan kepada ekspresi Kekristenan timur yang semitik.
Terkait persoalan nama Allah, saya ingin memberikan perspektif yang berbeda dengan apa yang sudah Anda terima atau alami dalam perdebatan.
http://teguhhindarto.blogspot.com/2011/05/meninjau-ulang-penggunaan-nama-dalam.html.
Moch Ali: Shalom 'alaykha be or ha-rachaman Adoneinu. Maaf Pak Teguh Hindarto, terima kasih atas partisipasi Anda dalam menanggapi catatan saya ini. Namun, ada hal yang mengagetkan saya setelah membaca buku-buku Anda yang saya beli tempo hari. Saya tak satu pun menemukan penggunaan nama ALLAH dalam karya-karya Anda tersebut, baik dalam konteks sebagai generic noun, apalagi dalam konteks sebagai proper name. Saya hanya menemukan penggunaan istilah Elohim atau Tuhan sebagai pengganti sebutan Allah sebagai generic noun. Dalam hal ini, saya berkesimpulan bahwa Forum Studia Mesianica bukan hanya menolak penggunaan istilah ALLAH sebagai sebutan (generic noun), tetapi juga menolak penggunaan nama ALLAH sebagai nama diri proper name of Elohe Yisrael. Itu artinya, ALLAH bukanlah sembahan Israel. Sementara itu, Kristen Ortodoks Syria, memang tidak menolak penggunaan sebutan ALLAH dalam Alkitab LAI sebagai generic noun, tapi yang ditolak hanya aspek gramatika kebahasaan bahasa Indonesia saja. Itulah sebabnya, sering kali terjadi ketegangan teologis akibat kesalahan berbahasa yang diperparah akibat politisasi teologis komunitas iman yang berbeda. Dogamatika Kristen menyatakan tiada allah selain TUHAN, karena semua allah bangsa non-Yahudi itu berhala. Sedangkan dogmatika Islam menyatakan tiada tuhan selain ALLAH. Jadi, allah dalam perspektif Kristen dianggap sebagai 'tuhan', sedangkan tuhan dalam perspektif Islam dianggap sebagai 'ilah', bukan ALLAH
----------
Shem Tov: Bukankah sejak awal kita bercakap-cakap seharusnya Mas Ali sudah bisa menebak arah pembicaraan kita. Bedanya, saya tidak anti terhadap mereka yang masih menggunakan nama Allah. Ini soal perspective belaka. Dalam tataran akademis masih bisa dimaklumi. Dalam tulisan saya sudah djelaskan bahwa Allah memang bukan Yahweh. Jika hendak mendiskusikan persoalan tersebut dapat di ruang tersendiri.
Moch Ali: Baiklah, meskipun Pak Hindarto tidak anti terhadap orang-orang Kristen yang masih menggunakan nama ALLAH sesuai Alkitab LAI karena alasan perspektif semata. Namun, pada saat yang sama, Forum Studia Mesianica tidak mengakui bahwa ALLAH adalah YAHWEH. Pengakuan ini secara tersurat menyatakan bahwa nama YAHWEH yang seharusnya muncul dalam Alkitab, dan bukan nama ALLAH karena ALLAH bukanlah YAHWEH, yakni YAHWEH sebagai tuhan yang menginspirasi Alkitab, dan bukan ALLAH yang menginspirasi Alkitab. Jadi, tindakan sebagian Kristen yang masih menggunakan nama ALLAH dan LAI yang juga masih melestarikan nama ALLAH tercantum dalam terjemahan Alkitab-nya, tentu merupakan kesalahan, karena ALLAH bukanlah YAHWEH yang menginspirasi Alkitab.
--------------
Shem Tov: Bukankah saya sudah pernah mengatakan bahwa sikap toleran, tidak meniadakan sikap pribadi yang berisikan sebuah keyakinan. Ketika saya mengucapkan selamat Iedul Fitri (sebagaimana saya selalu lakukan berkeliling kepada orang-orang yang tua di masyarakat), bukan berarti saya mengimani apa yang mereka imani bukan?.
Moch. Ali: Untuk mendiskusikan persoalan tersebut di ruang tersendiri, saya berharap Pak Hindarto bisa membaca argumentasi-argumentasi saya dalam dialog mengenai nama ALLAH dengan Sem Aldo Tulung, Aldo Ministry.
----------
Shem Tov: Soal perdebatan nama Allah, saya lebih menggunakan pendekatan bahasa dan sejarah daripada kesaksian arkeologis yang menyatakan Allah dihubungkan dengan nama dewa.
Helena Shimeon Daniel: Baik kalau merespo Shem Tov yang merasa Innocent ok lah itu otoritas Anda, tapi apakah Bapak Shem tidak pernah membaca buku tokoh Messianik Amerika, Michael Brown, Answering Jewish Objection yang terdiri dari lima volume dan saya punya salah satu kopiannya (dari volume 5) yang menguraikan bantahan-bbantahan keberatan atas bangsa Yahudi yang mengingkari Kekristenan sebagai sebuah agama paganisme, tetapi tidak mengapa buku Tovia Singer sudah cukup untuk membantah kalian, bukti lainnya bahwa Jewish messianic adalah evangelis kelihatan dari uraian dan penjelasan Tovia singer tentang kegiatan kalian memurtadkan 300,000 Yahudi dunia sedangkan jumlah Yahudi hanya terdiri atas 10 juta. Dengan kegiatan kalian yang snagat seronok kelihatan di www.jewsforjesus.comyang mempropagandakan Yesus apakah tidak cukup ? Terbukti memang kalau Hebraica's Flash ini seperti omong kosong untuk tidak melaksanakan Evangelisme, pengikut kalian sudah dekat sekali dengan para Hadash dan juga Qoheleth - Qoheleth jika tidak percaya saya punya booklet dari Rabbi Betzon yang menunjukkan kejahatan kalian di USA dalam berbagai aspek terhadap bangsa Yahudi dan menipu mereka, memperdaya mereka untuk menerima Yeshua ha talui.
-------------
Shem Tov: Dr. Michael L. Brown, penulis buku Answering Jewish Objections to Jesus: Messianic Prophecy Objections BUKAN Messianic Judaism. Dia memang seorang Christian Evanggelical yang concern memperkenalkan Yesus bagi orang-orang Yahudi. Berikut data ringkasnya:
Dr. Michael L. Brown is founder and president of ICN Ministries, devoted to taking the message of
repentance and revival to Israel, the Church, and the Nations. He has preached throughout the United States and in numerous foreign countries, emphasizing radical discipleship, holy living, and the visitation of the Spirit. His books, articles, and messages have been translated into more than a dozen languages. In 1996, he became part of the ministry of the Brownsville Revival, holding weekly sessions for leaders and heading up the revival's intensive two-year School of Ministry. Dr. Brown is now President of the FIRE School of Ministry located in Charlotte, NC. As a Jewish believer in Jesus, Dr. Brown is active in Jewish evangelism and has debated rabbis on radio, TV, and college campuses. He is also a published Old Testament and Semitic scholar, holding a Ph.D in Near Eastern Languages and Literatures from New York University. In 1997, he was appointed Visiting Professor of Jewish Apologetics at Fuller Theological Seminary School of World Mission and has been affiliated with Regent University Divinity School as an Adjunct Professor of Old Testament and Jewish Studies.
http://www.lighthousechurchinc.org/answeringjewishobjections-drbrown.pdf
Tovia Singer pendiri Outreach Judaism meresponi kelompok Christian Evanggelical bukan kaum Messianic Judaism. Berikut saya berikan data ringkasnya:
Singer is the founder and director of Outreach Judaism, a Jewish counter-missionary organization.[1] It describes itself as "an international organization that responds directly to the issues raised by missionaries and cults, by exploring Judaism in contradistinction to fundamentalist Christianity." [2] Singer cautions regarding congregations that "are designed to appear Jewish, but are actually fundamentalist Christian churches, which use traditional Jewish symbols to lure the most vulnerable of our Jewish people into their ranks".[3] Singer brought Guma Aguiar to Judaism; Aguiar was born to a Jewish mother, but raised as a Christian.[4] Outreach Judaism was described by J. Gordon Melton in 2002 as an example of "the current state of Jewish counter-cult activity".[5]
http://en.wikipedia.org/wiki/Tovia_Singer
Situs Jewforjesus.com TIDAK ADA HUBUNGANNYA dengan Messianic Judaism!.
Helena Shimeon Daniel: Shem Tov mempermasalahkan sebutan Islam Messianic, waduh Bapak jka alasan anda tidak ada kata Messiah dalam literatur Islam, maka dalam literatur Kekristenan bukan hanya tidak ada kata itu bahkan maknnya dapat berbeda, Kekristenan yang menafsirkan Yeshua sebagai ton Christou dipercaya sebagai Anak Allah dan juga Raja Ukhrawi yang memerintah di Kerajaan Sorga, Kekristenan Ioahanis dengan suka rela memuja beliau melebihi atribut yang pernah disematkan oleh para Ebionite & Adopsionist lainnya seperti Hermasian, tatian dan bahwa kalangan Serenthion, Markion dan Cerenthius menganggap Yeshua sebagai Putra Allah yang berdaging, bukan Allah bertubuhkan putra, etimologi dan juga Testimologi yang anda bangun justru menunjukkan usaha mebela mati-matian Yeshua yang memang'sama sekali bukan seorang Mesiah" lebih keci dan bahkan tidak berdaya apabila dibandingkan dengan Bar Kok Ba (Shimeon barshebas) dan Aminadah (Shabativa Zwi).
---------------
Shem Tov: Anda TIDAK BISA MEMBUKTIKAN adanya konsep dan pengharapan akan adanya Mesias dalam Qur’an dan Hadits! Perbedaan pemahaman mengenai siapakah Mesias dalam Kekristenan justru membuktikan bahwa Kitab TaNaKh dan Perjanjian Baru saling isi. Yang satu membicarakan Mesias secara profetis dan yang satu membicarakan Mesias dalam pengertian penggenapan harapan yang tersublimasi dalam diri Yesus.
Helena Shimeon Daniel: Anda Shem Tov mempermasalahkan bahwa Islam tidak mengenal pula interpretasi terhadap Messianik, Apa anda tidak pernah membaca literatur Rashi yang mempercayai bahwa Muhammad itu adalah Sang Masih dan seorang Ha Moreh Nebukim (petunjuk orang-orang yang sesat) terhadap dunia, atau dalam perkataan Rabbi Saadya :"Ve 'Or le 'aretz, miyayi ha miyayi, hagadol ha Shiluakh, Mashiah Ha Shema'i le 'olam, ve hodu 'alachem,.."(Saadya Gaon, dalam Compilation of Excerpt Rabbinic, in Jewish Rabbinic Literature in Middle East,...hlm.27).
----------------------
Shem Tov: Saadya Gaon BUKAN MUSLIM melainkan rabi Yahudi dari zaman Geonim. Silahkan membaca riwayat berikut:
Saʻadiah ben Yosef Gaon (Arabic: سعيد بن يوسف الفيومي Saʻīd bin Yūsuf al-Fayyūmi, Sa'id ibn Yusuf al-Dilasi, Saadia ben Yosef aluf, Sa'id ben Yusuf ra's al-Kull[1]; Hebrew: רבי סעדיה בן יוסף אלפיומי גאון or in short: סעדיה גאון; Alternative English Names: Saadia b. Joseph [2], Saadia ben Joseph or Saadia ben Joseph of Faym or Saadia ben Joseph Al-Fayyumi ;b. Egypt 882/892, d. Baghdad 942,[3][4]) was a prominent rabbi, Jewish philosopher, and exegete of the Geonic period. The first important rabbinic figure to write extensively in Arabic, he is considered the founder of Judeo-Arabic literature.[5] Known for his works on Hebrew linguistics, Halakha, and Jewish philosophy, he was one of the more sophisticated practitioners of the philosophical school known as the "Jewish Kalam" (Stroumsa 2003). In this capacity, his philosophical workEmunoth ve-Deoth represents the first systematic attempt to integrate Jewish theology with components of Greek philosophy. Saadia was also very active in opposition to Karaism, in defense of rabbinic Judaism.
http://en.wikipedia.org/wiki/Saadia_Gaon.
Moch Ali: Berdasarkan hasil pertemanan, membaca penerbitan buku-buku Messianic, dan diskusi dengan teman-teman Messianic Indonesia di dunia maya, terutama dengan Henokh ben Avraham dan Hilel ben David (mewakili kelompok Messianic Judaism), Sem Aldo Tulung (mewakili kelompok the Sacred Name Movement), dan dengan Pak Hindarto (Forum Studia Mesianica), saya telah menemukan benang merahnya, yakni (i) adanya 'penolakan' nama ALLAH sebagai generic noun (sebutan) maupun sebagai proper name/ nama diri sebagai bagian dari tradisi kebahasaan Kristen Indonesia, baik dalam tuturan/ ucapan, maupun dalam ekspresi tulisan, (ii) adanya 'penolakan' nama ALLAH sebagai generic noun maupun proper name dalam Alkitab Indonesia terbitan LAI. Oleh karena itulah mereka mengajukan protes kepada LAI dan bahkan membuat terbitan Alkitab Indonesia tersendiri dengan mencantumkan sebutan 'Tuhan' atau 'Elohim' dan pencantuman nama 'YAHWEH' serta sekaligus menghapus sebutan 'allah' sebagai generic noun dan penghapusan nama ALLAH sebagai proper name. Hal ini bisa dicermati dari terbitan Alkitab versi ILT dan versi Kitab Taurat dan Injil (terbitan Suradi ben Avraham). Shortly, kaum Messianic tampaknya memang sangat tidak menginginkan nama 'ALLAH' tetap eksis dalam Alkitab Indonesia bahkan dalam tuturan keseharian mereka. Ini fakta yang tidak terbantahkan. Tapi ini bukan sesuatu merisaukan umat Islam Indonesia, sebab tidak semua Kristen di Indonesia mempunyai paham demikian. Misalnya, kaum Katolik Indonesia dan kaum Protestan yang bernaung di LAI ternyata mereka tetap menggunakan nama ALLAH dalam terbitan Alkitab Indonesia. Selain itu, saya sepakat dengan Pak Hindarto bila membahas mengenai nama ALLAH lebih tepat menggunakan pendekatan bahasa dan sejarah, dari pada pendekatan arkheologis yang menyatakan bahwa nama ALLAH dihubungkan dengan nama dewa, seperti pernyataan Robert Morey dan Sem Aldo Tulung. Menurut saya pembahasan mengenai ALLAH dapat dilakukan dengan 4 pendekatan (1) pendekatan linguistik, (2) pendekatan historis kritis, (3) pendekatan teologis, (4) pendekatan arkheologis. Agar diskusi akademik kita nanti lebih terfokus, mungkin kita bisa berdiskusi dengan pendekatan pertama, yakni pendekatan linguistik/ kebahasaan. Namun, tolong Pak Hindarto membaca dulu alur pemikiran saya tentang analisis bahasa tersebut dalam akun berikut yang merupakan hasil dialog saya dengan Sem Aldo Tulung. Simak dialog-nya.
http://www.facebook.com/echa.prihatin.ningsih/posts/271152982908092?notif_t=mentions_comment.
0 komentar:
Posting Komentar