DISKUSI SERI IV
Moch Ali: Quran memang the first source (sumber pertama), dan Hadith merupakan the second source (sumber kedua). Keduanya adalah wahyu. Qur'an sebanding dengan Perjanjian Lama (TaNaKH), sedangkan Hadith sebanding dengan Perjanjian Baru. Perbedaannya,Hadith mengenal sanadul hadith (mata rantai perawi hadith), sedangkan Perjanjian Baru tidak mengenal mata rantai perawi.
-----------
Shem Tov: Adalah terlalu tergesa-gesa memperbandingkan kedudukan Perjanjian Baru dengan Hadits, sementara Quran sendiri tidak pernah memberikan kedudukan serendah itu. Qur’an bersaksi bahwa Injil adalah PETUNJUK dan CAHAYA sebagaimana dikatakan dalam Qs 5:46 sbb:
“Dan Kami iringkan jejak mereka (nabi nabi Bani Israil) dengan 'Isa putera Maryam, membenarkan Kitab yang sebelumnya, yaitu: Taurat. Dan Kami telah memberikan kepadanya Kitab Injil sedang didalamnya (ada) PETUNJUK dan dan CAHAYA (yang menerangi), dan membenarkan kitab yang sebelumnya, yaitu Kitab Taurat. Dan menjadi petunjuk serta pengajaran untuk orang-orang yang bertakwa”
Kedudukan Kitab Perjanjian Baru adalah SAKSI atas penggenapan nubuat para nabi mengenai Mesias yang bernama Yesus (Yahushua/Yahshua/Yeshua) sebagamana dikatakan dalam 1 Yohanes 1-4 sbb:
“Apa yang telah ada sejak semula, yang telah kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami SAKSIKAN dan yang telah kami raba dengan tangan kami tentang Firman hidup -- itulah yang kami TULISKAN kepada kamu. Hidup itu telah dinyatakan, dan kami telah MELIHATNYA dan sekarang kami BERSAKSI dan MEMBERITAKAN kepada kamu tentang hidup kekal, yang ada bersama-sama dengan Bapa dan yang telah dinyatakan kepada kami. Apa yang telah kami LIHAT dan yang telah kami DENGAR itu, kami BERITAKAN kepada kamu juga, supaya kamu pun beroleh persekutuan dengan kami. Dan persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan Anak-Nya, Yesus Sang Mesias. Dan semuanya ini kami tuliskan kepada kamu, supaya sukacita kami menjadi sempurna”
Siapa bilang Kitab Perjanjian Baru tidak memiliki sanad? Para Bapa Gereja (Church Fathers) merupakan rantai sanad yang memberikan kita pengetahuan siapa para penulis Injil dan surat-surat rasuli dan dengan latar belakang apa mereka menuliskan kitab-kitab tersebut.
Church Fathers (Para Bapa Gereja) terbagi menjadi tiga kelompok yaitu (1) Apostolic Father yaitu murid para rasul Yesus yang bergaul dan menerima pengajaran mereka saat masih hidup. Yang digolongkan Apostolic Father adalah Polikarpus dan Klemen. (2) Ante Nicene Father adalah murid dari Apostolic Father sampai Konsili Nicea 325 M. Yang termasuk golongan ini adalah Yustinus Martir dan Irreneus. (3) Post Nicene Church yaitu kelompok paska Konsili Nicea seperti Yerome, Ahustinus, Eusebeius, dll.
Sebagai misal, Yerome menuliskan perihal status Yohanes sebagai penulis Injil dan apa yang melatarbelakanginya sbb:
“….IX. John, the apostle whom Jesus most loved, the son of Zabedee and the brother of James the apostle, who Herod, after the Lord’s passion, beheaded, is the last one of all who wrote the Gospel, at the request of the bishops of Asia, against Cerinthus and other heretics and especially against the then growing dogma of the Ebionites, who asserted that Christ did not exist before Mary. For this reason he was compelled to announce his divine nativity.
Artinya:
“..IX. Yohanes, Rasul yang paling dikasihi Yesus, anak Sabdi/Zabedeus dan saudara rasul Yakobus, dimana oleh Herodes, setelah apa yang dikehendaki Tuhan itu (penyaliban, pen), dipenggal, adalah yang terakhir dari semua (rasul, pen) yang menulis Injil, atas permintaan dari para bishop Asia, melawan (ajaran, pen) Cerinthus dan bidat-bidat lainnya, dan khususnya melawan dogma yang sedang berkembang yaitu sekte Ebionit, yang menegaskan bahwa Kristus tidak ada (belum eksis) sebelum (dilahirkan, pen) Maria. Atas alasan ini Iah dia (Yohanes, pen) didorong/didesak (oleh para bishop atau pendeta-pendeta senior, pen) untuk memaklumkan kelahiran ilahi-Nya (Yesus,pen).
Moch Ali: Quran tegas menyatakan bahwa Muhammad SAW adalah the Light (Nur). QS. al-Maidah [5]:15-16. Teks menyebutkan, 'Ya Ahl al-Kitab (wahai Ahlulkitab) qad ja'akum (sesungguhnya telah datang kepadamu) RASULUNA (seorang Rasul Kami) yubanyyinu lakum (menjelaskan kepadamu ) katsiran mimma kuntum tukhfuna min al-Kitab (banyak dari isi al-Kitab yang kamu sembunyikan) wa ya'fu 'an katsirin (dan banyak pula yang kamu biarkan) qad ja'akum (sesungguhnya telah datang kepadamu) minaLLAH Nur (Nur dari ALLAH) wa kitab al-mubin (dan kitab yang menjelaskan). Teks ayat jelas menyatakan Ya Ahlalkitab (wahai Ahlulkitab), 'qad ja'akum Rasuluna (sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami) .... qad ja'akum minaLLAH Nur (sesungguhnya telah datang kepadamu Nur dari ALLAH. Ini pernyataan ALLAH sendiri tentang siapa 'Rasul Kami' itu dan sekaligus menjelaskan hakikat Muhammad SAW sebagai 'Nur dari ALLAH'.
-----------
Shem Tov: Apakah dalam Qs 5:15-16 di atas, Muhamad menegaskan dan mengklaim dirinya sebagai NURULLAH sebagaimana Yesus dengan tegas mengatakan diri-Nya sebagai OR HA OLAM? (Yoh 8:12). Jika Anda mengatakan, “sekaligus menjelaskan hakikat Muhammad SAW sebagai 'Nur dari ALLAH', Anda harus membedakan istilah “hakikat” di sana berkaitan asal usul Muhamad sebagai Nurullah atau terkaita dengan kehadiran Muhamad sebagai pembawa pesan Ilahi? Jika kita membaca konteks ayat tersebut bahwa kata Nurllah yang dihubungkan dengan Muhamad tidak sama sekali berbicara perihal essensi Muhamad yang tercipta dari Nur (sebagaimana saya kutipkan sanggahan para ulama Islam atas pemahaman kaum Sufi mengenai “nur Muhamad”) melainka pada kehadiran dan message yang dibawa Muhamad. Jika gagasan essensi Muhamad tercipta dari Nurllah, maka topik itu akan menjadi teman utama ucapan Muhamad. Nyatanya tidak satupun dari bibir Muhamad keluar klaim bahwa dirinya adalah tercipta dari Nurullah.
Moch Ali:QS. al-Ahzab [33]:45-46, Muhammad SAW disebut sebagai 'sirajam (Cahaya) munira (Terang). Anda mengatakan bahwa QS. al-Shaff [61]:6 adalah klaim ekslusif Quran bahwa Isa menubuatkan kedatangan seorang rasul. Menurut Anda, klaim ini tidak mendapatkan dukungan apapun dalam TaNaKh maupun Kitab Perjanjian Baru. Bahkan injil-injil non kanonik pun tidak pernah menyitir pseudo prophecy tersebut.' Menurut saya, lomentar Anda nampaknya berstandard ganda dan melakukan semacam 'selected judgment.' Pertama, fakta membuktikan bahwa Injil non-kanonik, yakni Injil Barnabas menyitir nubuatan Isa tentang kedatangan Nabi yang akan datang itu, yakni Muhammad SAW, tetapi anehnya, Anda menyatakan bahwa tak satupun Injil non-kanonik menyitir ramalan Isa tentang Muhammad. Kedua, menurut Anda, QS. al-Shaff [61]:6 merupakan klaim eksklusif Quran yang tidak didukung oleh Perjanjian Lama (TaNaKH) dan Perjanjian Baru (Injil), tetapi anehnya, Anda begitu percaya bahw Yohanes 8:12 didukung oleh TaNaKH (Perjanjian Lama). Bukankah Yohanes 8:12 ini juga merupakan klaim eksklusif Injil Yohanes mengenai pengakuan Isa sebagai Terang Dunia (Arab: Nur al-'Alam; Ibrani: Or ha-'Olam? Kitab Talmud Yahudi bahkan menolak Yeshua ha-Talui (Yesus Yang Digantung di kayu salib) sebagai Mesias, apalagi sebagai Or ha-'Olam (Terang Dunia). Berikut saya ktupkan: rabbis speak of Jesus... in the Talmud which maintains that Jesus was hanged on the eve of the Passover, because he practiced magic, led Israel astray, and divided her. Talmud. Sanhedrin 43.a. (Pinchas Lapide, Israel, Jews and Jesus (New York: Doubleday & Company, Inc., 1979:83). Pernyataan Talmud ini sekaligus membantah klaim eksklusif Yesus sebagai Mesias Israel, apalagi sebagai Or ha-'Olam (Terang Dunia) sebagaimana klaim ekskusif Injil Yohanes. Justru Talmud menyebut Jesus sebagai megician (penyihir) dan led Israel astray (yang menyesatkan Israel). Jadi, menurut saya, kita jangan berstandard ganda dalam berargumentasi.
---------
Shem Tov: Frasa “sirajam munira” (cahaya yang menerangi) dalam Qs 33:45-46 yang dihubungkan dengan Muhamad, tidak membuktikan sedikitpun bahwa Muhamad adalah diciptakan atau essensinya berasal dari Nurullah. Frasa “sirajam munira” (cahaya yang menerangi) lebih menegaskan makna simbolik kehadiran dan message yang dibawa Muhamad yaitu Al Islam. Dan frasa “sirajam munira” SETARA dengan frasa “syahid” (saksi), “mubasysyir” (pembawa kabar gembira), “nazir” (pemberi peringatan) dan “da’iyan ilallahi” (penyeru kepada agama Allah). Sekali lagi dalil Anda untuk mencari ayat yang menyatakan bahwa essensi Muhamad adalah Nurullah menjadi gugur.
Anda mengutip Injil Barnabas. Bagaimana mungkin Anda seorang Doktor di bidang bahasa Semitik masih saja menggunakan Injil Barnabas yang sudah banyak ditinggalkan kaum Muslim terpelajar? Injil Barnabas adalah “pseudo gospel” buatan Mustafa De’Aranda atau Fra Marino dari Abad XV dalam bahasa Latin. Dan Injil Barnabas tidak terkategori sebagai injil non kanonik seperti Injil Thomas, Injil Yudas, Injil Ebionit, Injil Nazaren, dll. Semua injil non kanonik setidaknya ditulis dalam bahasa Yunani atau Aramaik dan bukan bahasa Latin. Dan tidak ada satupun injil non kanonik ditulis pada kisaran Abad XV sebagaimana injil Barnabas. Dalam hal ini, tuduhan Anda bahwa komentar saya “ nampaknya berstandard ganda dan melakukan semacam 'selected judgment”, sangat tidak berdasar sama sekali. Sebaliknya komentar Anda dengan melibatkan injil Barnabas adalah sangat tidak standar sama sekali (not standard at all).
Anda mencoba “memutilasi” pernyataan Yesus sebagai “Terang Dunia” seolah-olah pernyataan ekslusif yang tidak memiliki dasar dalam TaNaKh. Baca baik-baik bahwa tema TERANG (OR) adalah gagasan murni dalam TaNaKh sebagaimana dikatakan dalam ayat-ayat berikut:
יהוה אורי וישׁעי (YHWH ori weyishi, Mzm 27:1) – YHWH adalah terangku dan keselamatanku
ונלכה באור יהוה (wenelka baor YHWH, Yes 2:5) – Mari kita berjalan dalam Terang YHWH
ומשׁפטי לאור עמים (umishpati leor am’im, Yes 51:4) – Hukum-Ku sebagai Terang bagi bangsa-bangsa
Konsep Terang (Or) bukan ekslusif Talmud melainkan TaNaKh. Talmud hanyalah melakukan kompilasi interpretasi rabinik perihal Terang (Or) yang dihubungkan kepada Mesias.
Kalaupun Talmud memberikan rekam jejak pendapat rabi-rabi di zaman Mesias yang menolak Yesus sebagai Mesias, namun pada bagian lain dalam Talmud, harapan Mesianik itu bertebaran sangat signifikan dan karakteristik yang dituliskan dalam Talmud mengenai Mesias, banyak menunjuk dan tergenapi dalam diri Yesus, terlepas para rabi menolak kehadirannya. Penolakkan orang Yahudi bukan hanya terekam dalam Talmud melainkan juga dalam Injil sebagai “primary source of Christianity”.
Adalah keliru mengatakan Talmud menuduh Yesus adalah tukang sihir. Talmud adalah kompilasi tafsir, komentar, perdebatan rabinik dari abad ke abad. Jadi tidak ada penulis tunggal dari Talmud, sebagaimana Hadits.
Moch Ali: Anda mengatakan bahwa QS al-Shaff [61]:6-8 tidak mengidentifikasi hakikat Muhamad sebagai Nur Allah namun yang disebut Nur Allah adalah nubuatan Isa yang tertulis dalam Qs 61:6. Coba Anda perhatikan. Pertama, QS al-Shaff [61]:6 berbicara tentang nubuatan/ ramalan Isa akan kedatangan Rasul yang bernama Ahmad. Namun, tatkala Rasul itu 'telah datang kepada mereka' (fa lama ja'ahum) 'dengan bukti-bukti yang nyata' (bil bayyinat) qalu (mereka berkata), ini sihir yang nyata (hadza sihr mubin). Konsentrasi QS 6:6 terkait secara jelas tentang pribadi Muhammad/ Ahmad yang kedatangannya dengan penekanan teks fa lama ja'ahum (maka tatkala Dia telah datang kepada mereka), mereka menganggap hadza sihr mubin (ini sihr yang nyata). Jadi, teks hadza shir mubin merujuk pada pribadi yang telah datang, yakni Muhammad SAW, bukan pada ramalan Isa.QS. al-Shaff [61]:7 jelas merujuk kepada 'hum' (mereka) dalam teks fa lamma ja'ahum (maka tatkala Dia telah datang kepada mereka) yang menganggap hadza shir mubin (ini sihir yang nyata) terkait dan berhubungan langsung dengan teks stelahnya, yakni al-kadzib (dusta). Jadi, QS. al-Shaff [61]:6 mengindentifikasikan bahwa pribadi Muhammad yang dianggap oleh mereka sebagai sihir yang nyata itu, dibantah oleh ALLAH sebagai kedustaan mereka (QS. 61:7), dan ALLAH meneguhkan bahwa pribadi Muhammad itu sebagai Nur ALLAH, oleh karena itulah mereka hendak memadamkan Nur ALLAH (NuruLLAH) dengan ucapan-ucapan mereka (bi afwahihim), dan Nur ALLAH ini sebagaimana yang dimaksud dengan Rasul ya'ti min ba'dis muhu AHMAD, bukan pada ucapan Isa, tapi pribadi Muhammad SAW. Jadi bila Anda menyatakan bahwa Qs 61:8 tidak mengidentifikasi hakikat Muhamad sebagai Nur Allah namun yang disebut Nur Allah adalah nubuatan Isa yang tertulis dalam Qs 61:6 justru itu salah sasaran. Bukan ucapan Isa sebagai Nur ALLAH, tapi pribadi Muhammad SAW itulah Nur ALLAH.
-----------
Shem Tov: Silahkan Anda membaca kutipan pernyataan saya sebelumnya sbb:
“Anda mencoba dengan sekuat tenaga menghubungkan kata NUR dalam Qs 61:8 dengan hakikat Muhamad sebagai NUR berdasarkan pernyataan beberapa hadits. Sayang sekali Anda melakukan penafsiran yang lepas dari konteks Qs 61:8. Qs 61:8 tidak berbicara perihal HAKIKAT MUHAMAD yang adalah berasal dari NUR, melainkan ayat ini berbicara bahwa nubuatan Isa mengenai datangnya Ahmad diyakini sebagai NURULLAH (cahaya Allah)”
Kutipan pernyataan saya adalah mempertanyakan dalil yang tidak berdasar bahwa Qs 61:8 sebagai rujukan yang membuktikan bahwa “HAKIKAT MUHAMAD yang adalah berasal dari NUR”. Qs 61:8 berbicara perihal nubuat Isa mengenai datangnya Ahmad. Memang benar pribadi yang dibicarakan adalah Muhamad namun ayat tersebut tidak memberikan dukungan terhadap hadits yang Anda kutip yang menyatakan essensi Muhamad yang tercipta dari Nurullah.
Moch Ali: Konsep Or ha-'Olam (Terang Dunia) tidak satu pun muncul dalam TaNaKH (Perjanjian Lama). Namun, konsep Or ha-'Olam hanya ada di dalam Talmud. Jadi, bila Anda menyatakan bahwa saya pun belum menjawab sanggahan Anda terkait konsep Or ha-'Olamdalam pemikiran Yahudi yang mengerucut dalam pernyataan Yesus Sang Mesias yang menyatakan diri-Nya adalah OR HA OLAM (Yoh 8:12), nampaknya Anda terlalu memaksanakan diri bahwa Yeshua ha-Talui sebagai Or ha-'Olam dianggap telah termaktub dalam TaNaKH, apalagi termaktub dalam Talmud. Justru yang ada hanya pengingkaran orang-orang Yahudi akan eksistensi Yeshu'a ha-Talui (Jesus yang Digantung di kayu salib) sebagai ha-Mashiah le Yisrael (Mesiah bagi bangsa Israel) ve Or ha-'Olam (dan sebagai Terang Dunia).
------------
Shem Tov: Baca baik-baik bahwa tema TERANG (OR) adalah gagasan murni dalam TaNaKh sebagaimana dikatakan dalam ayat-ayat berikut:
יהוה אורי וישׁעהי (YHWH ori weyishi, Mzm 27:1) – YHWH adalah terangku dan keselamatanku
ונלכה באור יהוה (wenelka baor YHWH, Yes 2:5) – Mari kita berjalan dalam Terang YHWH
ומשׁפטי לאור עמים (umishpati leor am’im, Yes 51:4) – Hukum-Ku sebagai Terang bagi bangsa-bangsa
Konsep Terang (Or) bukan ekslusif Talmud melainkan TaNaKh. Talmud hanyalah melakukan kompilasi interpretasi rabinik perihal Terang (Or) yang dihubungkan kepada Mesias.
Moch Ali: Islam mazhab Sunni dan Islam mazhab Syiah sepakat tentang pribadi Muhammad sebagai Nur ALLAH, seperti hadith yang saya kutip tersebut. Begitu juga dari kalangan Islam Wahabi, Dr. Ibrahim Mulaakhathir yang menulis buku Azhimu Qudratihi Shallallahu 'alaihi Wasallam Waraf'atu Makanatihi 'Inda Rabbihi Azza Wa Jalla. Buku ini sudah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan judul Keagungan Nabi Muhammad SAW (Jakarta: Gema Insani Press, 2002), hlm. 35 - 36, beliau mengutip dan meneguhkan QS. al-Maidah [5]:15-16 dan QS. al-Ahzab [33]:45-46 sebagai bukti bahwa Muhammad SAW itu adalah benar-benar Nur ALLAH. Bahkan, Dr. Ibrahim Mulaakhatir, seorang ahli hadith dari kalangan Muslim Wahabi as-Salafi, beliau juga menyertakan hadith riwayat Anas ibn Malik RA, dia berkata: 'Pada hari ketika Rasulullah memasuki kota Madinah, maka segala sesuatu di kota Madinah bersinar. Pada hari ketika beliau meninggal, segala sesuatu di kota Madinah menjadi gelap. Begitu kami selesai menguburkannya, hati kami mengingkari kematian beliau.' (Hadith ini terkompilasi dalam 'Musnad Imam Ahmad, Shahih Imam Tirmidzi, Mustadrak Imam al-Hakim, Shahih Ibnu Hibban dan kitab Sunan Ibnu Majah). Dr. Ibrahim Mulaakhathir (seorang ahli hadith kenamaan dari kalangan Wahabi as-Salafi) mengutip hadith tersebut justru membuktikan bahwa dalam ajaran Islam Wahabi tidak mengingkari hakekat pribadi Nabi sebagai Nur ALLAH. Berdasarkan hadith ini pula, hakekat pribadi Nabi adalah Nur ALLAH diteguhkan oleh ayat-ayat Quran. Bahkan, ayat-ayat Quran secara jelas menyatakan demikian, sebagaimana yang dikutip oleh beliau sendiri. Saya juga heran, Wahabi manakah yang mengingkari pribadi Nabi itu adalah Nur ALLAH sebagaimana yang Anda sandarkan kepada Dr.Shadiq Muhammad Ibrahim. Penerbit Gema Insani Press adalah penerbit Uslam beraliran Wahabi, dan tidak akan menerbitkan karya-karya ulama yang bukan ulama Wahabi. Jadi, kalau Dr. Ibrahim Mulaakhatir bukan seorang Muslim Wahabi, pasti Gema Insani Press tidak akan menerbitkan karyanya.
--------
Shem Tov: Pernyataan Anda , “pribadi Muhammad sebagai Nur ALLAH” BERBEDA MAKNANYA dengan “Muhamad tercipta dari Nurullah”. Kutipan hadits yang Anda sitir (yang ditolak oleh banyak ulama kesahihannya) menempatkan posisi Muhamad sebagai yang memiliki ke Pra-Ada-an.
Pernyataan “pribadi Muhammad sebagai Nur ALLAH” hanya dapat dipahami secara majasi bahwa kehadiran Muhamad dengan messagenya yaitu Al Islam dan Al Qur’an adalah Nurullah. Namun essensi Muhamad atau asal usul Muhamad tentu saja bukan Nurullah.
Saya beri analogi, Soekarno dijuluki “Bintang Timur” dalam pengertian majasi. Namun julukan tersebut tidak hendak memberikan informasi bahwa asal usul Soekarno adalah dari Bintang Timur. Demikianlah pengertian Muhamad sebagai Nurullah. Dan kesamaan kata Nur dalam bahasa Arab dan Or dalam bahasa Ibrani tidak dapat begitu saja Anda hubungkan sebagai satu sumber pewahyuan dan satu pemahaman. Karena kata Or dalam TaNaKh dan Talmud dihubungkan kepada Mesias. Dan Muhamad bukan Mesias karena Muhamad tidak pernah mengklaim dirinya sebagai Mesias.
Moch Ali: Jabir bin Abdullah al-Anshari bertanya kepada beliau: "Ya Rasululah, sungguh kami ingin mengetahui. Beritahulah kami apa yang mula-mula diciptakan ALLAH sebelum segala sesuatu?" Rasulullah menunduk sejenak, air matanya membasahi pipinya, kemudian jawabnya: Wahai Jabir, sesungguhnya ALLAH sebelum menciptakan segala sesuatu, terlebih dahulu Dia menciptakan Nur (the Light) kenabianku dari Nur-Nya. Hadith ini ada dalam kitab-kitab hadith mazhab Sunni maupun mazhab Syiah, dan bukan hanya diriwayatkan oleh Abdul Razaq semata-mata, tetapi juga diriwayatkan oleh al-Qunduzi al-Hanafi (Sunni mazhab Hanafi), Tafsir al-Ahkam fil Quran al-Karim (Sunni mazhab Maliki), ad-Durul Mantsur fi Tafsir bil Ma'tsur (Sunni mazhab Syafi'i), Tafsir Ibnu Kathir (Sunni mazhab Hanbali), dll. Jadi, bila Dr. Shadiq Muhammad Ibrahim tidak menemukan hadits tersebut dalam kitab-kitab yang ditulis oleh `Abdul Razzaq, yang perlu ditanyakan adalah kitab Abdurrazzaq yang mana? Judulnya apa? Terbitan tahun berapa? Pernyataan Dr. Shadiq Muhammad Ibrahim itu semuanya tidak jelas landasan argumentatsinya. Padahal, semua kitab-kitab Tafsir klasik dari semua mazhab Islam justru telah merekam hadith tersebut. Apalagi mencatut pernyataan Abdullah al-Ghamariy (seorang pakar hadits) yang mengatakan bahwa hadits tersebut merupakan hadits maudhu` (palsu).tanpa menyertakan alasan kepalsuannya. Bahkan, menurutnya, hadits tersebut juga tidak terdapat dalam kitab Mushannaf `Abdurrazzaq, Tafsir-nya, dan tidak juga dalam Jami`-nya. Ini sangat aneh, karena justru dalam kitab Mushannaf Abdurrazzaq, Tafsirnya dan Jami'-nya yang cetakan lama berupa manuskrip malah dijumpai hadith tersebut. Siapa yang melakukan manipulasi pengeditan hadith tersebut dari kitab Mushannaf dan Jam'-nya yang asli? Siapa yang telah mendistorsi hadith Abdul Razzaq dari kitabnya sendiri? Justru kutipan hadith tersebut banyak dikutip oleh kitab-kitab yang lebih tua. Bahkan cetakan terbaru merekamnya pula. Misalnya, Syekh Yusuf al-Nabhani, al-Anwar al-Muhammadiyyah (Indonesia: Maktabah Dar Ihya al-Kutub al-Arabiyyah, t.t.), p. 13, dan Ismail ibn Muhammad al-Ajlaniy, Kashf al-Khifa', jilid I (Beirut: Dar al-Kutub, 1988 M/1408 H.), p. 310. Maka pernyataan Abdullah al-Ghamariy tentang Jabir bin `Abdullah radhiyallahu `anhu (perawi hadits menurut mereka) yang berlepas diri dari menyampaikan hadits tersebut. Demikian juga bila `Abdurrazzaq, dia dianggap tidak pernah menulis hadits tersebut (dalam kitabnya) dan orang yang pertama menyampaikan hadits ini adalah Ibnu Arabi, tentu saja komentar Abdullah al-Gharamiy itu merupakan pernyataan yang batil, tidak ilmiah bila ditilik dari studi filologi. Pandangan ulama hadith salafus shalih generasi awal sangat tegas mengenai hadith Jabir ibn Abdullah al-Anshariy melalui riwayat Abdul Razzaq tersebut. Dan, semua yang menyatakan demikian adalah para pakar hadith generasi awal, bukan generasi modern seperti Abdullah al-Gharamiy. Menurut Ibnu Abi Hailsimah yang diriwayatkan dari Ibnu Ma'in bahwasannya Abdul Razzaq satu tabaqah (generasi) dengan Sofyan ibnu Uyainah dan Sofyan al-Tsawri. Demikian pula pandangan Ahmad ibn Shalih al-Mishriy (w. 248 H), sebagaimana dikatakan oleh Ahmad ibn Hanbal (w. 241 H), bahwa Abdul Razzaq (126 - 211 H) adalah salah seorang yang meriwayatkan hadith yang berkualitas baik. Bahkan, Abu Zur'ah al-Dimaqyqi (200 - 264 H) berpendapat bahwa Abdul Razzaq salah seorang yang tsabit (kuat hafalannya) Abu Hatim al-Raziy (w. 477/ 478 H) berpendapat bahwa hadith Abdul Razzaq adalah tsiqah (valid/ trustworthy man). Pandangan yang sama juga dikemukakan oleh al-Ajiri sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abi Daud al-Faryabiy bahwa Abdul Razzaq itu adalah tsiqah (terpercaya). Pada saat menjelang wafatnya Abdul Razzaq, Abu Zur'ah al-Dimasyqiy (200 - 264 H) pernah bertanya kepada Imam Ahmad ibn Hanbal (w. 241 H) tentang siapakah yang paling kuat riwayatnya, yakni antara Ibnu Juraij (w. 148/ 150 H), Abdul Razzaq dan al-Barsaniy? Imam Ahmad inb Hanbal menjawab, Abdul Razzaq. Pandangan yang sama juga dikemukakan oleh Abbas al-Anbariy (w. 240/ 246 H). Bahkan, Hisyam ibn Yusuf (w. 197 H) dan Ya'kub ibn Syaibah menyatakan bahwa Abdul Razzaq itu tsiqah (terpercaya). Pandangan muhadditsin generasi awal lainnya, seperti Muhammad ibn Abi Bakr al-Muqadamiy (w. 234 H) yang menduga bahwasannya Abdul Razzaq itu penganut aliran Syiah. Namun, setelah dilakukan konfirmasi lebih lanjut, ia menolak dan membantah dugaan tersebut. Anda bisa membaca karya disertasi tentang hadith ini, karya Prof. Dr. H. Sahabuddin, berjudul Nur Muhammad, kata pengantar Dr. Alwi Shihab (Jakarta: Logos, 2002), p. 7. Berdasarkan hadith Jabir ibn Abdullah al-Anshariy tersebut, komentar tokoh-tokoh hadith generasi pertama lebih akurat dibanding pernyataan Abdullah al-Gharamiy
-----------
Shem Tov: Perihal kesahihan hadits yang Anda kutip, adalah menjadi persoalan Muslim (termasuk Anda) untuk menelitinya dan bukan menjadi wilayah dan tanggung jawab saya. Kalaupun saya mengutip untuk sebagai pembanding bahwa kesahihan hadits tersebut (dan masih banyak hadits lainnya) masih dipertanyakan banyak ulama sekalipun ada yang membelanya dengan sejumlah dalil.
Bagi saya, jika Qur’an sebagai “primary source” tidak pernah merekam bukti ucapan Muhamad yang mengklaim sebagai Nurullah (dalam artian asal usul dirinya), maka klaim hadits sebagai “secondary source” batal!.
Moch Ali: Berikut saya kutipkan penolakan kitab-kitab Yahudi tentang Yeshu'a ha-Talui (the crucified Jesus). "in a Baraita to Sanhedrin 43a, on the other hand, it says, "Our wise men teach that Jesus of Nazareth had five disciples: Mattai, Nakkai, Netzer, Buni and Todah...." Tertulian made the merciless generalization, "the whole synagogue of the sons of Israel killed him [Jesus]," while the Tannaites in Gittin 57a compare Jesus favorably with the pagan prophet, Bal'aam and stress his love for Israel. Inilah fakta penolakan rabbi-rabbi Yahudi generasi awal tentang the messiahship of Jesus seperti yang tercatat dalam Talmud Bavli, Sanhedrin 43a dan Gittin 57a. Amazingly, tidak ada satu pun kata-kata pelecehan terhadap Muhammad dalam Talmud, tapi justru banyak sekali pelecehan dan penolakan Talmud terhadap Yeshua ha-Talui (the crucified Jesus). Lihat buku Pinhas Lapide, hal. 37. Bahkan orang-orang Yahudi yang menganut ajaran Yahudi selalu berdoa dengan memasukkan kutukan kepada orang-orang Kristen yang disebutnya Notsrim (orang Nasrani) dalam Syemoneh Esyreh (Berkat ke-18). Menurut Richad Bell, the Origin of Islam in its Christian Envirounment (1926), p. 147 istilah Notsrim tersebut dijumpai dalam bentuk Palestina tertua Syemoneh Esyreh, yaitu pada bagian 'Birkat ha-Minim' (kutukan atas orang-orang yang sesat). Dalam edisi sekarang, kata 'Notsrim' tidak dijumpai lagi, tetapi diganti dengan 'Malsyinim' (Pengumpat): ve lam malsyinim al tehiy tiqrah, ve kol ha-risye'ih kerqa' to'abed (semoga pengumpat tidak ada harapan, dan segala kejahatannya akan musnah seketika). Kutukan kepada orang-orang Kristen yang dianggap sesat ini dtambahkan oleh Rabbi Gamaliel II. Silakan Anda baca Siddur Ahabat Shalom: Hul, Shabat, Syalosh Regalim, dikompilasi oleh Rabbi Nosson Scherman (ed.), [Yeruslame: Menorah Publication, Ltd., 1996), pp. 106 - 107. Ini fakta bahwa Kaum Kristen ditolak dan di-anatema oleh Yahudi. Begitu pula ke-Mesiah-an Yesus juga ditolak oleh Yahudi. Bahkan kitabkitab Nasrani juga ditolak Yahudi. Dalam Talmud, ada istilah Awon-Gilayon. Istilah itu merupakan ejekan orang-orang Yahudi terhadap orang Kristen yang terkumpul dalam pasal Toledot Yeshu' (Silsilah Yesus), yang merupakan kata-kata Ibrani yang diplesetkan dari kata Yunani Evanggelion (Kabar Baik). Kata-kata Awon-Gilayon bermakna 'dosa-dosa orang pinggiran' Talmud juga menyebutkan 'ha Gilyonim ve Sefer ha-Minim (Orang-orang pinggiran dan kitab-kitab mereka yang sesat). Lihat Arthur Jeffery, the Foreign Vocabulary of the Quran (Lahore: al-Biruni, 1977), p. 71. Sekali lagi, saya belum pernah menemukan kutukan atau pun cemoohan orang-orang Yahudi yang termaktub dalam kitab Talmud. Justru Rabbi-rabbi Yahudi sangat santun menyebut nabi, sebagaimana Raabi Sa'adiah Ga'on yang menyebutnya sebagai Hodu 'aleykhem, Meshiah ha-'olam.
---------
Shem Tov: Sebagaimana saya katakan bahwa Talmud bukan karya satu orang penulis melainkan terdiri dari berbagai pikiran, pendapat dari para rabbi yang berbeda abad, mulai dari zaman sebelum Yesus dan sesudah Yesus. Pernyataan negatif Talmud perihal Yesus tidak mewakili pandangan Talmud karena toch di sisi lain Talmud memberikan konfirmasi yang kuat atas apa yang dikerjakan Yesus sebagaimana dikatakan dalam Sanhendrin 43a sbb: “It has been taught: ON THE EVE OF THE PASSOVER, they hanged Yeshu. Anda an announcer went out in front of him, for forty day saying: he is going to be stoned because he practiced sorcery and enticed and led Israel astray. Anyone who knows anything in his favor, let him come and plead in his behalf. But not having found anything in his favor, they hanged him on the Eve of Passover”
Mark Eastman memberikan komentar bahwa hukum Yahudi melarang untuk melakukan hukuman mati di saat Pesakh. Namun rekaman tertulis Talmud justru membenarkan peristiwa tersebut dan menyatakan bahwa Sanhendrin terlibat dalam aksi tersebut. Selanjutnya Eastman mengatakan, “Consequently, this reference is even more valuable in term of validating the history of Jesus” (Appendices, p.253 dalam buku THE SEARCH FOR MESSIAH, 1996).
Namun beberapa penulis lainpun mencoba untuk membantah kesamaan antara Yeshu dengan Yesus dan meluruskan berbagai kutipan Talmud yang solah-olah mendiskreditkan Yesus dan Kekkristenan. Salah satunya adalah Gil Student dalam artikelnya JESUS IN THE TALMUD mengatakan sbb:
The Text
Mishnah Yevamot 4:18
R. Shimon ben Azzai said: I found a book of geneologies in Jerusalem and in it is written "The man Plony is a bastard."
This is claimed to be a reference to Jesus. However, this claim is patently ridiculous. The Mishnah was most likely referring to a famous person and, due to the lack of any practical ramifications, his name was left out by the compilers of the Mishnah. Plony is a biblical term used similar to John Doe today (cf. Ruth 4:1). The keeping of geneological records was very common in talmudic times so that regular Jews did not marry bastards and violate the biblical prohibition (Deuteronomy 23:3). Investigations into lineage and proclamations of bastardy were not uncommon (cf. Nehemiah 7:5; Talmud Kiddushin 70b-71a). There is no reason to assume that this refers to Jesus.
Gustaf Dalman rejects the assertion that this Mishnah refers to Jesus [Dalman, Die Worte Jesus (Liepzig: Hinrichs, 1898), p. 4 n. 2]. Similarly, RT Herford calls this suggestion "doubtful and probably unfounded" [Herford, "Jesus in Rabbinical Literature", The Universal Jewish Encyclopedia, vol. 6 pp. 87-88]. Johann Maier calls it "odd speculation" [Maier, Jesus von Nazareth in der talmudischen Uberlieferung, p. 50]. All of this is cited approvingly by John P. Meier in his highly acclaimed A Marginal Jew, vol. I p. 108 n. 53. See also Avraham Korman's discussion in Zeramim Vekitot Beyahadut, pp. 348-349.
http://www.angelfire.com/mt/talmud/jesus.html
Moch Ali: Kita harus fair dalam dialog, dan kita tidak perlu memaksa rekan dialog dengan tuduhan klaim sepihak atau pun dengan label klaim eksklusif. Quran punya klaim eksklusif, dan Perjanjian Baru juga punya klaim ekslusif. QS. al-Shaff [61]: 6 tentang nubuatan Isa yang berkaitan dengan kedatangan seorang rasul setelah dirinya, boleh jadi merupakan klaim ekslusif Quran. Begitu juga Yohanes 8:12 tentang pengakuan Isa sebagai ‘Terang Dunia’ juga merupakan klaim ekskusif Injil Yohanes (Perjanjian Baru). Jadi, Quran dan Perjanjian Baru sama-sama punya klaim eksklusif. Namun, masalahnya apakah klaim eksklusif QS. Al-Shaff [61]:6 dan Yohanes 8:12 punya dasar pembuktian dan dukungan dari TaNaKH, Injil dan Talmud? Jadi jangan terburu-buru menyatakan bahwa QS. Al-Shaff [61]:6 itu sebagai pseudo prophecy (nubuatan palsu). Tak satu pun rabbi-rabbi Yahudi yang menolak Muhammad sebagai penggenapan TaNaKH, khususnya Genesis 17:20. Bahkan pengakuan Rabbi Sa'adiah Ga'on sendiri sangat jelas tentang Muhammad SAW yang disebutnya sebagai Or le aretz (the Light of the earth), ha-Gadol ha Shiluakh (Apostle the Great), Mashiah ha Shema'i le 'olam (the Messiah who his words will be presented to the universe/ Mesias), dan sebagai Hodu 'aleykhem (the Guide One for them). Fakta ini bisa dicek dalam "(Saadya Gaon, dalam Compilation of Excerpt Rabbinic, in Jewish Rabbinic Literature in Middle East,...hlm.27). Fakta respektif Rabbi Sa'adi Ga'on terhadap the messiahship of Muhammad SAW ini juga senada dengan Rabbi Bachya. Berikut saya kutipkan pernyataan Rabbi Bachya dari Khamisya Khumsye Torah 'im Targum Onqelos, dan juga saya kutipkan dari buku saya 'Discovering Hebraic Root of Islamic Messiah'. In fact, in the Midrash Bereshit Rabbah, there is an ancient rabbinic text, spoken by Rabbi Bachya, citing from Rabbi Chananel. He said: ‘we see from the prophecy in this verse Genesis 17:20, sheneim ‘asar Nesīim (twelve Leaders), that 2337 years elapsed before the Arabs, Ishmael’s descendants, became goy gadol (a great nation) with the rise of Islam in 624 C.E., through this period, Ishmael hoped anxiously, until finally the promise was fulfilled and they dominated the world. We, descendants of Isaac, for whom the fulfillment of the promises made to us is delayed due to our sins should surely anticipate the fulfillment of God’s promises and not despair.’ Fakta afirmasi yang amat positif dari para rabbi Yahudi terhadap Muhammad SAW sebagai Or le aretz (Terang bagi Dunia) ini tidak sama dengan pandangan para rabbi Yahudi terhadap Jesus (Yeshu’a ha-Talui). Fakta rejektif/ penolakan yang sangat negatif terhadap Jesus sangat tegas dan jelas. Berikut saya kutipkan: rabbis speak of Jesus... in the Talmud which maintains that Jesus was hanged on the eve of the Passover, because he practiced magic, led Israel astray, and divided her. Talmud. Sanhedrin 43.a. (Pinchas Lapide, Israel, Jews and Jesus (New York: Doubleday & Company, Inc., 1979:83). Pernyataan Talmud ini sekaligus membantah klaim eksklusif Yesus sebagai Mesias Israel, apalagi sebagai Or ha-'Olam (Terang Dunia) sebagaimana klaim ekskusif Injil Yohanes. Justru Talmud menyebut Jesus sebagai megician (penyihir) dan led Israel astray (yang menyesatkan Israel). Juga dikatakan "in a Baraita to Sanhedrin 43a, on the other hand, it says, "Our wise men teach that Jesus of Nazareth had five disciples: Mattai, Nakkai, Netzer, Buni and Todah...." Tertulian made the merciless generalization, "the whole synagogue of the sons of Israel killed him [Jesus]," while the Tannaites in Gittin 57a compare Jesus favorably with the pagan prophet, Bal'aam and stress his love for Israel. Inilah fakta-fakta teks Talmud yang mendokumentasikan penolakan rabbi-rabbi Yahudi generasi awal tentang the messiahship of Jesus seperti yang tercatat dalam Talmud Bavli, Sanhedrin 43a dan Gittin 57a. Jadi dalam hal ini bisa saya simpulkan. Pertama, tidak ada citra negatif atau pun penolakan frontal yang dilakukan oleh rabbi-rabbi Yahudi yang terekam dalam Talmud terhadap diri Nabi Muhammad SAW meskipun Anda menganggap bahwa QS. al-Shaff [61]: 6 sebagai klaim ekslusif Quran. Kedua, sebaliknya, banyak sekali citra negatif atau pun penolakan frontal yang dilakukan oleh rabbi-rabbi Yahudi yang terekam dalam kitab Talmud Yerusalmi maupun Talmud Bavli terhadap diri Yeshu’a ha-Talui (the Crucified Jesus) meskipun faktanya Yohanes 8:12 juga sebagai klaim eksklusif Injil/ Perjanjian Baru. Itulah perbedaan klaim ekslusif Quran dengan klaim eksklusif Injil/ Perjanjian Baru di mata para rabbi Yahudi yang termaktub di dalam kitab Talmud.
---------
Shem Tov: Sekali lagi saya kutipkan pendapat Gil Student perihal tuduhan negatif Talmud terhadap Yesus sbb:
As we have explained elsewhere, Yeshu is not Jesus of the New Testament. He is most likely a prominent sectarian of the early first century BCE who deviated from rabbinic tradition and created his own religion combining Hellenistic paganism with Judaism. While Yeshu may be the proto-Jesus some scholars point to as inspiring the early Christians, he is definitely not the man who was crucified in Jerusalem in the year 33 CE.
Interestingly, if someone were to claim that Yeshu in the passage above is Jesus, then Balaam cannot also refer to Jesus because both Balaam and Yeshu are in the passage together. In other words, it is self-contradicting to claim that the passages above about Balaam's mother being a harlot or dying young refer to Jesus and to claim that the passage above about Yeshu being punished also refers to Jesus. You can't have it both ways.
http://www.angelfire.com/mt/talmud/jesus.html
Terkait pernyataan Saadiah Gaon perihal pengakuan kenabian Muhamad, saya sudah katakan bahwa pengakuan beliau tidak lebih seperti pengakuan Buhaira belaka. Apakah pengakuan mereka memiliki rujukan dalam TaNaKh? Jika Muhamad saja tidak pernah mengklaim dirinya sebagai Mesias dan Or ha Olam, lalu apa alasan Saadiah mengatakan bahwa Muhamad adalah Mesias dan Or ha Olam?
Moch Ali: Berdasarkan Yohanes 8:12 Anda menyatakan bahwa pernyataan Yesus sebagai Or ha-‘Olam (Terang Dunia) sangat kontras dengan pernyataan Muhamad dalam hadits yang menyatakan dirinya diciptakkan dari Nur-Nya. Pernyataan Anda ini terkesan ambiguitasnya dan absurd. Itu hanya tafsiran Anda yang berstandard ganda juga. Coba Anda perhatikan. Dalam Kredo Iman Rasuli dikatakan: wa bi Rabbi wahid (kai eis ena Kurion) Yasu’ al-Masih (Iesoun Christon) IbnuLLAH al-Wahid (ton Huion tou Theou ton monogene) al-mauludi minal Abi (ton ek to Patros gennetenta) qabla qulli al-duhr (pro panton ton aionon). Nur min Nur (Phos ek Photos) Ilahin haq min Ilahin haq (Theon alethinon ek Theou alethinon) mauludin ghairi makhluq (gennethenta ou poiethenta). Al-Baba Misyel Najm, Khidmata al-Nawm al-Kubra wa al-Nawm al-Shughra (Lubnan: al-Thab’ah al-Bauliyyah, 1987), pp. 36-37. Dalam pengakuan kredo ini disebutkan bahwa asal usul Jesus sebagai IbnuLLAH (Putra ALLAH) itu sebagai Nur min Nur (Phos ek Photos), yakni Terang dari Terang. Sedangkan Muhammad SAW dalam QS. al-Maidah 5:15 disebutkan sebagai Nur min ALLAH (Phos ek Theou). Dan ALLAH sendiri menyatakan diri-Nya sebagai Nur (QS. al-Nur [24]:35. Jadi, Yeshu’a ha-Talui disebut Phos ek Photos (Nur min Nur), sedangkan Muhammad SAW disebut sebagai Phos ek Theou (Phos ek Theou) sebagaimana kesaksian Quran sendiri. Bila Yohanes 8:12 Anda tafsirkan bahwa ayat tersebut merupakan pernyataan Yesus yang lebih menunjuk pada penggenapan harapan Mesianis dalam dirinya dan menjelaskan karya Mesianisnya sebagai Terang Dunia dan bukan asal usul penciptaannya, maka Anda harus berpikir ulang, karena berdasarkan kredo tersebut, Yesus diakui asal-usulnya dari Nur ALLAH. Bila berdasarkan Yohanes 8:12 Yesus mengklaim dirinya sebagai Nur al-‘Alam, itu bukan karena tanpa asal usul dari Nur-Nya, sebagaimana Muhammad SAW sebagai Nur juga bukan tanpa asal usul dari Nur-Nya. Jadi, ucapan Muhamad dalam Hadits Jabir bin Abdullah al-Anshariy dan ucapan Yesus dalam Injil Yohanes 8:12 sama-sama menunjuk diri keduanya sebagai Nur (Arab) atau Or (ibrani) dan sekaligus menunjuk pada karya kerasulannya, khususnya Muhammad SAW, yakni ‘wa ma arsalnaka illa rahmatan lil ‘alamin (dan tidaklah Aku mengutus Engkau kecuali sebagai rahmat bagi alam). Hakekat Muhammad SAW adalah Nur min ALLAH (Terang dari ALLAH), dan Nur (Terang) itu diutus sebagai rahmat bagi alam semesta (rahmatan lil ‘alamin).
----------
Shem Tov: Sangat jelas pernyataan Yesus dalam Yohanes 8:12 bahwa diri-Nya tidak hendak mengatakan sebagai yang diciptakan dari bahan yang disebut Terang atau Or atau Nur. Pernyataan Yesus bahwa diri-Nya adalah Terang Dunia terkait dengan gema dalam TaNaKh bahwa kata Terang (Or) selalu dihubungkan kepada karya YHWH. Maka ucapan Yesus harus dipahami dalam konteks pengharapan Mesianis Yahudi bahwa kata Or selalu dihubungkan dengan Mesias dan ke pra Ada-an Mesias. Sementara kutipan hadit yang Anda sitir justru hendak mengatakan bahwa Muhamad diciptakan dari bahan Nur. Dan komparasi hadits dengan pernyataan Yesus sebagai Terang Dunia tidak ada korelasinya sama sekali.
Frasa “nur min nur, Ilahu haqq min Ilahhu haqq” (Terang dari Terang, Tuhan sejati dari Tuhan yang sejati) yang adalah kutipan sahadat Nicea tahun 325 yang disalin dalam bahasa Arab, justru hendak memberikan gambaran perihal Pra Ada Yesus sebagai Sang Kalam atau Sang Firman. Athanasius menggambarkan dengan analogi matahari dan sinar matahari dalam bukunya berjudul Contra Arian II.24.33. Jika Anda hendak memaksakan bahwa Muhamad adalah dicipta dari Nur Allah berdasarkan secondary source yang tidak didukung oleh primary source, maka Anda harus mengakui bahwa Muhamad setara dengan malaikat karena diciptakan dari bahan nur. Namun Qur’an sebagai primary source akan menyangkal anggapan tersebut dan memberikan informasi valid bahwa Muhamad hanyalah manusia biasa yang menerima wahyu.
0 komentar:
Posting Komentar