RSS Feed

SUMBER-SUMBER SEMITIK KITAB PERJANJIAN BARU (1)

Posted by Teguh Hindarto






KEBERADAAN PESHITTA ARAMAIK
 SEBAGAI SUMBER TERJEMAHAN  KITAB PERJANJIAN BARU YUNANI


Setelah kita mengkaji unsur-unsur Semitik yang terkandung dalam Kitab Perjanjian Baru berbahasa Yunani khususnya Injil Sinoptik maka pertanyaan berikutnya, manakah sumber-sumber Semitik yang mendasari Kitab Perjanjian Baru Yunani khususnya Injil Sinoptik? Setidaknya ada dua teori terkait dengan sumber-sumber Semitik yang mendasari Kitab Perjanjian Baru Yunani khususnya Injil Sinoptik yaitu pertama, pandangan dari kelompok Pro Aramaik yang mengusulkan Peshitta Aramaik sebagai landasan penerjemahan naskah Perjanjian Baru ke dalam bahasa Yunani dan kedua, pandangan dari kelompok Pro Ibrani yang mengusulkan adanya naskah sumber berbahasa Ibrani yang dikembangkan oleh para penulis Injil Sinoptik. Naskah sumber berbahasa Ibrani ini didasarkan pada tradisi yang diinformasikan oleh Papias (150-170 SM) yang menyatakan bahwa “Matius telah menyusun kata-kata ini dalam bahasa Ibrani dan yang lainnya menerjemahkan semampunya” (Eusebeius, Ecclesiatical Historiae 3:39). Oleh para sarjana terkadang naskah ini disebut dengan “Injil Q” dari kata “Quelle” yang artinya “sumber”. Teori kedua ini dikembangkan oleh kelompok peneliti yang tergabung dalam Jerusalem Scholl of Synoptic Research yang salah satu pendirinya bernama Robert Lindsey.

Kita akan menggali kekuatan dan kelemahan masing-masing teori yang dikemukakan oleh kedua belah pihak.

Teori Bahasa Aramaik sebagai bahasa sumber. Bukti-bukti akan hal ini didukung oleh beberapa fakta sbb:[1]

Banyaknya kosa kata Aramaik

Sejumlah kata yang diduga Aramaik al., Talita Kumi, Gabatha, Golgotha, Efata, Raca, dll

Kata-kata yang memiliki arti ganda (Split Words)
Banyak kata dalam bahasa Aramaik yang disalah mengerti dalam bahasa Yunani sehingga menimbulkan dua versi penerjemahan yaitu naskah Alexandria dan naskah Byzantine.

Contoh:

Dibakar” atau “menyombongkan diri?” (1 Kor 13:3)

I gave everything I have to the poor and even sacrificed my body, I could boast about it; but if I didn't love others, I would be of no value whatsoever (NLT)

And though I bestow all my goods to feed the poor, and though I give my body to be burned, and have not charity, it profiteth me nothing (KJV).

Kata Aramaik   ܕ݁ܢܺܐܩܰܕ݂ ( dniqad) dapat bermakna “terbakar” atau “bermegah”.

Anak perempuannya” atau “perbuatan-perbuatannya?” (Matius 11:19/Lukas 7:35)

The Son of man came eating and drinking, and they say, Behold a man gluttonous, and a winebibber, a friend of publicans and sinners. But wisdom is justified of her children (KJV)

The Son of man came, eating and drinking, and they say, "Look, a glutton and a drunkard, a friend of tax collectors and sinners." Yet wisdom is justified by her deeds (NJB)

Kata Aramaik  ܥܒ݂ܳܕ݂ܶܝܗ (avdyah) dapat bermakna “anak perempuannya” atau “perbuatan-perbuatannya”

Melalui gerbang” atau “melalui pintu?” (Lukas 13:24)

Strive to enter in at the strait gate: for many, I say unto you, will seek to enter in, and shall not be able (KJV)

Make every effort to enter through the narrow door, because many, I tell you, will try to enter and will not be able to (NIV)

Kata Aramaik  ܒ݁ܬ݂ܰܪܥܳܐ (betarya) dapat bermakna “melalui gerbang sempit” atau “melalui pintu sempit”

Memaksa” atau “membiarkan?” (Wahyu 2:20)

Notwithstanding I have a few things against thee, because thou sufferest that woman Jezebel, which calleth herself a prophetess, to teach and to seduce my servants to commit fornication, and to eat things sacrificed unto idols (KJV)

Nevertheless, I have a complaint to make: you tolerate the woman Jezebel who claims to be a prophetess, and by her teaching she is luring my servants away to commit the adultery of eating food which has been sacrificed to idols (NJB)

Kata Aramaik ܕ݁ܰܫܒ݂ܰܩܬ݁ (deshabaqat) dapat bermakna “memaksa” atau “membiarkan”

Di dalam Dia”, “pada Dia” atau “ke dalam Dia” (Yohanes 3:15)

That whosoever believeth in him should not perish, but have eternal life (KJV)

That every one who believes on him may not perish, but have life eternal (DBY)

Kata Aramaik ܒ݁ܶܗ (beh)  dapat bermakna “di dalam” atau “pada”

Marah” atau “Belas kasih?” (Markus 1:41)

And Jesus, moved with compassion, put forth his hand, and touched him, and saith unto him, I will; be thou clean (KJV)

Jesus was indignant. He reached out his hand and touched the man. I am willing, he said, be clean (TNIV)

Kata Aramaik ܐܶܬ݂ܪܰܚܰܡ (etrakham) dapat bermakna “marah” atau “berbelas kasih”

Permulaan” atau “Yang Sulung?” (2 Tesalonika 2:13)

But we are bound to give thanks alway to God for you, brethren beloved of the Lord, because God hath from the beginning chosen you to salvation through sanctification of the Spirit and belief of the truth (KJV) – Byzantine Text

Now at all times we are obligated to thank God for you, brothers who are loved by the Lord, because God chose you to be the first fruits for salvation through sanctification by the Spirit and through faith in the truth (ISV) – Alexandrian Text

Kata Aramaik  ܪܺܫܺܝܬ݂ܳܐ  (reshita) dapat bermakna “permulaan” atau “yang sulung”

Mengabaikan” atau “Mendengar?” (Markus 5:36)

As soon as Jesus heard the word that was spoken, he saith unto the ruler of the synagogue, Be not afraid, only believe (KJV)

But Jesus ignored their comments and said to Jairus, "Don't be afraid. Just trust me (NLT)

Kata Aramaik  ܫܡܰܥ (shama’) dapat bermakna “mengabaikan” atau “mendengar”


Semi split words


Mati  “untuk orang benar” atau “bagi orang jahat?” (Roma 5:7)

Unta” atau “tambang?” (Matius 19:24/Markus 10:25/Lukas 18:25)

Jangan berikan yang kudus” atau “jangan gantungkan telinga?” (Matius 7:6)

Simon si Kusta” atau “Simon Pembuat Gerabah?” (Matius 26:6/Markus 14:3)

Sida-sida” atau “orang beriman?” (Matius 19:12/Kisah Rasul 8:27)


Puisi dan permainan kata

Matius 13:31-32

ܐ݈ܚܪܺܢܳܐ ܡܰܬ݂ܠܳܐ ܐܰܡܬ݁ܶܠ ܠܗܽܘܢ ܘܶܐܡܰܪ ܕ݁ܳܡܝܳܐ ܡܰܠܟ݁ܽܘܬ݂ܳܐ ܕ݁ܰܫܡܰܝܳܐ ܠܰܦ݂ܪܶܕ݁ܬ݁ܳܐ ܕ݁ܚܰܪܕ݁ܠܳܐ ܕ݁ܰܢܣܰܒ݂ ܓ݁ܰܒ݂ܪܳܐ ܙܰܪܥܳܗ ܒ݁ܰܩܪܺܝܬ݂ܶܗ


 ܘܗܺܝ ܙܥܽܘܪܝܳܐ ܗ݈ܝ ܡܶܢ ܟ݁ܽܠܗܽܘܢ ܙܰܪܥܽܘܢܶܐ ܡܳܐ ܕ݁ܶܝܢ ܕ݁ܰܪܒ݂ܳܬ݂ ܪܰܒ݁ܳܐ ܗ݈ܝ ܡܶܢ ܟ݁ܽܠܗܽܘܢ ܝܰܪܩܽܘܢܶܐ ܘܗܳܘܝܳܐ ܐܺܝܠܳܢܳܐ ܐܰܝܟ݂ ܕ݁ܬ݂ܺܐܬ݂ܶܐ ܦ݁ܳܪܰܚܬ݂ܳܐ ܕ݁ܰܫܡܰܝܳܐ ܬ݁ܰܩܶܢ ܒ݁ܣܰܘܟ݁ܶܝܗ܂ 

Yesus membentangkan suatu perumpamaan lain lagi kepada mereka, kata-Nya: "Hal Kerajaan Sorga itu seumpama biji sesawi, yang diambil dan ditaburkan orang di ladangnya. Memang biji itu yang paling kecil dari segala jenis benih, tetapi apabila sudah tumbuh, sesawi itu lebih besar dari pada sayuran yang lain, bahkan menjadi pohon, sehingga burung-burung di udara datang bersarang pada cabang-cabangnya."

Biji sesawi-sayuran-pohon >< Burung-bersarang-cabang-cabangnya

ܙܰܪܥܳܗ   - ܙܥܽܘܪܝܳܐ (zarah: kecil + zuwraya: biji)

ܕ݁ܰܪܒ݂ܳܬ݂ – ܪܰܒ݁ܳܐ (derabbat: tumbuh+ raba: besar)

Idiom Semitik

Idiom adalah ungkapan khas dari suatu kebudayaan dalam bentuk kata atau istilah serta kalimat tertentu. Istilah “bad egg” bermakna “kepribadian yang buruk”. Istilah “blood is thicker than water” bermakna “keluarga lebih dekat hubungannya dibandingkan teman”. Demikian pula dalam naskah Kitab Perjanjian Baru sarat dengan idiom-idiom Semitik yang terkadang sukar dimengerti dalam konteks kebudayaan non Semitik. Beberapa idiom khas Semitik tersebut sbb:

“Penggalah tanganmu” dan “cungkilah matamu” (Mrk 9:43-47).

Dan jika tanganmu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan tangan kudung dari pada dengan utuh kedua tanganmu dibuang ke dalam neraka, ke dalam api yang tak terpadamkan; (di tempat itu ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam) Dan jika kakimu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan timpang, dari pada dengan utuh kedua kakimu dicampakkan ke dalam neraka;  (di tempat itu ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam) Dan jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam Kerajaan Tuhan dengan bermata satu dari pada dengan bermata dua dicampakkan ke dalam neraka

Pernyataan Yesus di atas bermakna jika seseorang memiliki kebiasaan mencuri, berhentilah dari kebiasaan tersebut. Jika memiliki kebiasaan melihat hal-hal yang tidak baik, hentikanlah kebiasaan tersebut.


“Wajahnya menuju Yerusalem” (Luk 9:53)

Frasa Yunani οτι το προσωπον αυτου ην πορευομενον εις ιερουσαλημ (oti to prosoopon auton en poreuomenon eis Ierousalem) diterjemahkan dalam bahasa Inggris “and they did not receive him, because his face was going on to Jerusalem”(Young’s Literal Translation)

Frasa “wajah yang tertuju pada satu arah” bermakna “perhatian tertuju pada satu hal atau satu tempat”. Dalam TaNaKh, idiom-idiom tersebut bertebaran di beberapa tempat seperti:

·         Amos 9:4
·         Yeremia 3:12
·         Yeremia 21:10
·         Yeremia 42:15
·         Yeremia 44:12
·         2 Raja-raja 12:17
·         Daniel 11:17
·         Yekhezkiel 6:1
·         Yekhezkiel 13:17
·         Yekhezkiel 14:8
·         Yekhezkiel 15:7

“Tali sembahyang yang lebar” dan “jumbai yang panjang” (Mat 23:5)

Semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksud supaya dilihat orang; mereka memakai tali sembahyang yang lebar dan jumbai yang panjang

Frasa Yunani  τα φυλακτηρια αυτων (ta phulaktaria autoon) dalam Peshitta Aramaik  ܬ݁ܶܦ݂ܠܰܝܗܽܘ  (tefalayhun) setara dengan bahasa Ibrani “Tefilin” yaitu tali yang diikatkan di kepala dan tangan orang Yahudi yang berisikan ayat Kitab Suci. Frasa και μεγαλυνουσιν τα κρασπεδα των ιματιων αυτων (kai megalunousin ta krasmeda toon imatioon autoon) dalam Peshitta Aramaik ܬ݁ܶܟ݂ܠܳܬ݂ܳܐ ܕ݁ܡܰܪܛܽܘܛܰܝܗܽܘ  (tekhalata d’martutahun) setara dengan warna kebiruan pada tsit-tsit atau jumbai-jumbai pada pakaian orang Yahudi atau pada selendang doa orang Yahudi yang diperintahkan dalam Bilangan 15:38 sbb: "Berbicaralah kepada orang Israel dan katakanlah kepada mereka, bahwa mereka harus membuat jumbai-jumbai pada punca baju mereka, turun-temurun, dan dalam jumbai-jumbai punca itu haruslah dibubuh benang ungu kebiru-biruan

“Anak Damai” (Lukas 10:6)

Dan jikalau di situ ada orang yang layak menerima damai sejahtera, maka salammu itu akan tinggal atasnya. Tetapi jika tidak, salammu itu kembali kepadamu

Frasa Yunani και εαν η εκει  ο υιος ειρηνης (kai ean e ekei ho eirenes) dalam Peshitta Aramaik dituliskan ܒ݁ܰܪ ܫܠܳܡܳܐ   (bar shalama) dan diterjemahkan dalam bahasa Inggris “and if indeed there may be there the son of peace” (Young’s Literal Translation)

Pararelisme Semitik

Pararelisme artinya kesamaan atau kesetaraan. Pola ini muncul dalam tulisan bernada puisi seperti Mazmur dan Amsal dalam TaNaKh. Ada 4 pola Pararelisme yaitu:

Antithetic - Kalimat kedua berbeda dengan kalimat yang dipergunakan pada kalimat pertama

Synonymous - Kalimat kedua menggemakan makna dari kalimat pertama

Synthetic – Kalimat kedua melengkapi kalimat pertama

Climactic – Kalimat kedua tidak melengkapi atau menggemakan kalimat pertama namun menambahkan pernyataan pada kalimat pertama sehingga terjadi klimaks

Surat 1 Petrus Pasal 1-4 sarat dengan muatan Pararelisme al.,

1 Petrus 2:14 (Antithetic Parallelism)
1 Petrus 2:22-23 (Antithetic Parallelism)
1 Petrus 3:18 (Synonymous Parallelism)
1 Petrus 4:6 (Synonymous Parallelism)
1 Petrus 4:11 (Climactic Parallelism)

Bukti sejarah

Bukti-bukti sejarah meliputi eksistensi bahasa Aramaik yang telah berkembang lama menggantikan bahasa Ibrani dan keberadaan Kitab Peshitta Aramaik serta kesaksian para Bapa Gereja memperkuat keberadaan penulisan Kitab Perjanjian Baru dari sumber-sumber Aramaik sebelum dituliskan dalam bahasa Yunani oleh para Zorba.

Eksistensi Bahasa Aramaik

Aramaik adalah bahasa Semitik kuno yang setara dengan bahasa Ibrani yang menurut Encyclopedia Britannica menjadi bahasa dominan di Timur tengah sekitar tahun 500-600 sebelum kelahiran Mesias.

Bahasa Aramaik muncul pertama kalinya diantara orang-orang Aram sekitar Abad XI SM. Pada Abad VIII SM menjadi bahasa yang diterima oleh orang-orang Asyria sebagai bahasa kedua. Pengasingan besar-besaran umat Yahudi oleh orang-orang Asyria dan penggunaan bahasa Aramaik sebagai bahasa pergaulan oleh para pedagang Babilonia membantu menyebarluaskan bahasa tersebut sehingga pada Abad VII-VI SM secara perlahan menggnatikan bahasa Akkadian sebagai bahasa pergaulan di Timur Tengah” - Encyclopedia Britannica

Orang-orang Persia mempergunakan bahasa Aramaik dikarenakan ucapan ini merupakan bahasa kerajaan Semitik yaitu Kerajaan Assiria dan Kerajaan Babilonia. Bahasa Aramaik dengan tegas ditetapkan sebagai bahasa pergaulan dimana tidak ada pemerintahan yang dapat membuang penggunaannya sebagai wahana ekspresi dalam kerajaan yang luas sekali khususnya dalam propinsi-provinsi di Barat. Selanjutnya, tanpa sekolah-sekolah dan fasilias modern, bahasa Aramaik tidak dapat digantikan oleh percakapan bangsa-bangsa yang menaklukan. Para penjajah tidak menaruh minat membuat bahasa mereka dan kebudayaan mereka dikenal oleh bangsa yang ditaklukannya. Apa yang mereka inginkan hanyalah pajak, barang rampasan serta berbagai pungutan lainnya. Transisi dari bahasa Aramaik ke bahasa Arab yaitu bahasa kandungnya, terjadi setelah penaklukan Timur Dekat oleh prajurit-prajurit Muslim pada Abad VII M. Namun demikian bahasa Aramaik tetap hidup selama berabad-abad dan tetap diucapkan di Libanon, Syria, Irak dan Barat Laut Iran sebagaimana suku-suku Arab Kristen di Utara Arabia. Alfabet Aramaik dipinjam oleh orang-orang Ibrani, Arab, Iran serta Mongol – Dr. George Mamishisho Lamsa, sarjana Aramaik

Bahasa Aramaik juga menyebar luas ke Asia.

 “Mengenai alfabet Aramaik, itu menjangkau lebih jauh dari penaklukan. Pada tahun 1599 M alfabet Aramaik dipinjam sebagai bahasa pengantar bahasa Manchu pada malam penaklukan China oleh Manchu. Agama tersebut berkembang dalam kehidupan keseharian mereka. Bentuk kubus huruf Ibrani menjadi wahana Kitab Suci Yahudi dan liturgi; dalam adaptasi orang Arab itu menjadi alfabet Islam” – Dr. Arnold Toynbee, Ahli Sejarah

Bahasa Aramaik menjadi bahasa umum yang dipergunakan di berbagai kota yang berbeda seperti Asyria, Babilonia dan Israel dengan banyak nama. Salah satu nama yang diberikan oleh orang Yunani adalah, Syriak.

Orang-orang Yunani menyebut bahasa Aramaik dengan kata yang mereka ciptakan yaitu Syriak dan istilah buatan tersebut dipergunakan di Barat namun tidak pernah dipergunakan di Timur dimana telah lama dikenal dengan nama Lishana Aramaya atau bahasa Aramaik” – Paul Younan, sarjana Aramaik.

 “Tidak ada nama lain bagi bahasa Aramaik kuno. Para sarjanan Kitab Suci Yahudi saat ini menyebutnya dengan bahasa Ashuri dan mereka menyebut bahasa Torah tersebut dengan Ashurit. Tulisan Ibrani modern disebut dengan Ktav Ashuri atau tulisan Ashuri. Ini adalah bahasa dimana Sepuluh Perintah ditulisna dan hanya satu-satunya bahasa suci Perjanjian Lama berdasarkan kebanyakan sarjana Yahudi. Ada ratusan halaman di internet dimana para sarjana dapat meneliti dengan hanya menuliskan Ashuri, Ashurit, Ashuris, Ktav Ashurit, Ktav Ashuris” – Victor Alexander, sarjana Aramaik.

Gereja Timur yaitu Gereja utama di dunia Timur (sebagaimana Gereja Roma Katolik sebagai gereja utama di dunia Barat) menyebarluaskan pemikiran Kristen melalui Timur Tengah dan Asia dan mempergunakan Kitab Suci Perjanjian Baru berbahasa Aramaik yaitu Peshitta.
“...Gereja Timur telah membuat langkah raksasa. Bangsa Asyur yang menjadi suluh Gereja telah meningkatkan usaha yang besar terhadap misi. Mereka menyebarluaskan Kekristenan ke India dan menjangkau jauh sampai ke China. Ada monumen bersejarah di China sampai hari ini yang membuktikan semangat misionari Gereja ini. Namun semua prestasi Gereja Timur telah ditolak oleh Gereja-gereja Barat sampai hari ini. Sebagaimana Bangsa Asyur tidak memiliki kewarganegaraan karena jatuhnya Niniweh pada tahun 612 SM, mereka menjadi sasaran empuk penginjilan di Timur. Raja terakhir mereka yaitu Agbar disembuhkan dari sakit kusta oleh dua orang murid Yesus. Bangsa Asyur menjadi Kristen pada Abad I Ms diikuti oleh bangsa Armenia dan Khaldea. Sekitar Abad XII mereka menjadi Gereja terbesar dalam lingkungan Kekristenan. Gereja Timur berada di bawah penganiayaan terus menerus selama beabad-abad namun ini adalah berkat tersembunyi sehingga mereka tidak memiliki waktu atau memiliki motivasi untuk mengubah Kitab Suci. Mereka tetap melanjutkan menyalin Kitab Suci asli Aramaik kuno dari zaman Para Rasul secara  hurufiah tanpa memperbarui bahasa tersebut”– Victor Alexander

Kitab Suci Aramaik: Peshitta

Kitab Septuaginta didasarkan pada manuskrip Ibrani awal dan bukan pada kitab yang dikenal sebagai Masoretik yang dibuat pada Abad VI – IX Ms. Dengan kata lain ada kesamaan diantara Septuaginta dan naskah Peshitta namun yang pertama terdiri dari kekeliruan penerjemahan yang tidak terelakkan yang diakibatkan kesulitan dalam memancarkan pemikiran Ibrani atau Aramaik dan gaya bicara yang sama sekali asing seperti bahasa Yunan. Namun sebagaimana yang telah dikatakan, hal demikian bukanla persoalan diantara bahasa Aramaik Kitab Suci dan bahasa Ibrani Kitab Suci yang merupakan satu sumber. Yosephus menggunakankata-kata Ibrani Aramaik tanpa membedakan keduanya. Sehingga istilah ‘menerjemahkan’ dari bahasa Ibrani ke dalam bahasa Aramaik atau sebaliknya adalah tidak tepat. Hal itu sama saja seperti seorang yang menyatakan telah menerjemahkan Konstitusi Amerika Serikat dari bahasa Pennsylvania  ke dalam bahasa Inggris atau dari bahasa Jerman rendah ke bahasa Jerman tinggi/. Sebelum pembuangan yang pertama pada tahun 721 sM, para raja Yahudi, para penyalin Kitab Suci dan orang-orang terpelajar paham akan bahasa Aramaik (2 Raj 18:26). Orang Israel tidak pernah menuliskan Kitab Suci mereka selain dalam bahasa Ibrani dan bahasa Aramaik sebagai bahasa kandung mereka yang kedua. Septuaginta dituliskan pada Abad III sM bagi orang Yahudi di Alexandria. Terjemahan ini tidak pernah dipakai secara resmi oleh orang-orang Yahudi di Palestina yang berbahasa Ibrani dan Aramaik. Sebaliknya para pemimpin Yahudi karya terjemahan tersebut dan menyerukan masa perkabungan dikarenakan cacatnya terjemahan ini. Terbukti bahwa Yesus mempergunakan naskah yang berasal dari bahasa Ibrani awal. Hal ini nampak karena kutipan Yesus dari Perjanjian Lama cocok dengan naskah Peshitta namun tidak cocok dengan naskah Septuaginta. Contohnya pada Yohanes 12:40 dimana kutipan Peshitta Perjanjian Lama sepakat dengan Kitab Perjanjian Baru” – Dr. George Mamishisho Lamsa

Kesaksian Bapa Gereja

Untuk meringkas, dia telah memberikan dalam catatan ikhtisar Hypotyposes dari keseluruhan Kitab Suci yang kanonik dan tidak menghilangkan buku-buku yang ditolak – saya menunjuk kepada Kitab Yudas dan surat-surat Am lainnya dan Barnabas serta yang disebut dengan Wahyu Petrus. Dia mengatakan bahwa surat kepada orang Ibrani adalah karya dari Rasul Paul dan itu telah dituliskan kepada orang Ibrani dalam bahasa Ibrani namun kemudian Lukas menerjemahkannya secara hati-hati dan mempublikasikannya bagi orang-orang Yunani dan sebab itu gaya penulisan yang sama dapat ditemukan dalam surat ini dan dalam Kisah Rasul. Namun dia berkata bahwa kata-kata ‘Paul Sang Rasul’ mungkin tidak diletakkan dalam surat karena dalam mengirim surat kepada orang-orang Ibrani yang berprasangka buruk dan mencurigai dirinya, dia mengambil kebijaksanaan untuk tidak menolak mereka dengan memberikan namanya di permulaan suratnya”– Eusebius dari Caesarea, Church History, Book VI, CHAPTER 14

Karena sebagaimana Paul mengirim kepada orang Ibrani dalam bahasa dimana mereka berasal; beberapa mengatakan bahwa penginjil Lukas yang lainnya Klement, telah menerjemahkan surat tersebut” – Eusebius (4 Ms) Eccleciastical Historiae. 3:38:2-3

Dia (Paul) menjadi seorang Ibrani dengan menulis dalam bahasa Ibrani, bahwa ini merupakan bahasa kepunyaannya dan sangat fasih sefasih dia menuliskannya dalam bahasa Ibrani daripada ke dalam bahasa Yunani”– Jerome (4 Ms.); Lives of Illustrious Men, Book V

Kesaksian Modern

“...Keaslian naskah Peshitta sebagaimana Patriakh dan Kepala dari Gereja Katolik dan Apostolik Timur, kami ingin menyatakan bahwa Gereja Timur menerima Kitab Suci dari tangan para rasul yang diberkati dalam bahasa Aramaik yaitu bahasa dari Junjungan Agung Yesus Sang Mesias itu sendiri dan bahwasanya Peshitta adalah naskah Gereja Timur yang telah diterima dari zama n Kitab Suci dituliskan tanpa perubahan atau perbaikan”  – Mar Eshai Shimun, Patriarch Gereja Timur, April 5, 1957


Kontradiksi dalam Perjanjian Baru Yunani membuktikan Peshitta sebagai yang asli

Beberapa kontradiksi ayat dalam naskah Yunani dapat diselesaikan dengan membaca naskah Peshitta Aramaik yang tidak berselisih paham mengenai ayat-ayat tersebut.

Garis Silsilah Yesus – Matius 1:6-16  dan Lukas 3:23-31

Inilah silsilah Yesus Sang Mesias anak Daud, anak Abraham. Abraham memperanakkan Ishak, Ishak memperanakkan Yakub, Yakub memperanakkan Yehuda dan saudara-saudaranya, Yehuda memperanakkan Peres dan Zerah dari Tamar, Peres memperanakkan Hezron, Hezron memperanakkan Ram, Ram memperanakkan Aminadab, Aminadab memperanakkan Nahason, Nahason memperanakkan Salmon, Salmon memperanakkan Boas dari Rahab, Boas memperanakkan Obed dari Rut, Obed memperanakkan Isai, Isai memperanakkan raja Daud. Daud memperanakkan Salomo dari isteri Uria, Salomo memperanakkan Rehabeam, Rehabeam memperanakkan Abia, Abia memperanakkan Asa, Asa memperanakkan Yosafat, Yosafat memperanakkan Yoram, Yoram memperanakkan Uzia, Uzia memperanakkan Yotam, Yotam memperanakkan Ahas, Ahas memperanakkan Hizkia, Hizkia memperanakkan Manasye, Manasye memperanakkan Amon, Amon memperanakkan Yosia, Yosia memperanakkan Yekhonya dan saudara-saudaranya pada waktu pembuangan ke Babel. Sesudah pembuangan ke Babel, Yekhonya memperanakkan Sealtiel, Sealtiel memperanakkan Zerubabel, Zerubabel memperanakkan Abihud, Abihud memperanakkan Elyakim, Elyakim memperanakkan Azor, Azor memperanakkan Zadok, Zadok memperanakkan Akhim, Akhim memperanakkan Eliud, Eliud memperanakkan Eleazar, Eleazar memperanakkan Matan, Matan memperanakkan Yakub, Yakub memperanakkan Yusuf suami Maria, yang melahirkan Yesus yang disebut Mesias”(Matius 1:6-16)

Ketika Yesus memulai pekerjaan-Nya, Ia berumur kira-kira tiga puluh tahun dan menurut anggapan orang, Ia adalah anak Yusuf, anak Eli, anak Matat, anak Lewi, anak Malkhi, anak Yanai, anak Yusuf,  anak Matica, anak Amos, anak Nahum, anak Hesli, anak Nagai, anak Maat, anak Matica, anak Simei, anak Yosekh, anak Yoda,anak Yohanan, anak Resa, anak Zerubabel, anak Sealtiel, anak Neri,  anak Malkhi, anak Adi, anak Kosam, anak Elmadam, anak Er, anak Yesua, anak Eliezer, anak Yorim, anak Matat, anak Lewi, anak Simeon, anak Yehuda, anak Yusuf, anak Yonam, anak Elyakim,anak Melea, anak Mina, anak Matata, anak Natan, anak Daud, anak Isai, anak Obed, anak Boas, anak Salmon, anak Nahason, anak Aminadab, anak Admin, anak Arni, anak Hezron, anak Peres, anak Yehuda, anak Yakub, anak Ishak, anak Abraham, anak Terah, anak Nahor, anak Serug, anak Rehu, anak Peleg, anak Eber, anak Salmon, anak Kenan, anak Arpakhsad, anak Sem, anak Nuh, anak Lamekh, anak Metusalah, anak Henokh, anak Yared, anak Mahalaleel, anak Kenan, anak Enos, anak Set, anak Adam, anak Tuhan” (Lukas 3:23-31)

Beberapa “kontradiksi” dari naskah Yunani dapat diselesaikan oleh naskah asli Aramaik sbb:

Matius berkata (dalam ayat 17) bahwa daftar generasi memiliki struktur  14-14-14 . Namun dengan jelas kita dapat melihat bahwa dari pembuangan Babilon sampai kepada Yesus hanya tersedia 13 generasi. Para apologet tradisonal mencoba menyelesaikan persoalan ini dengan menjelaskan bahwa Daud dihitung dua kali. Namun ini tidak dapat dibenarkan. Jika Daud dihitung dua kali lalu mengapa Yekhonya tidak dihitung dua kali?

Semua keturunan bermuara pada nama Yusuf. Mengapa mereka semua berbeda? Para aologet tradisional menjelaskan bahwa Lukas memberikan garis silsilah dari Maria sementara Matius memberikan garis silsilah dari Yusuf. Namun Kitab Suci bahasa Yunani sangat jelas menunjukkan bahwa keseluruhan garis silsilah sampai pada Yesus melalui Yusuf.

Jika tidak ada garis silsilah Maria dituliskan dapatkah kita mengetahui garis keturunan Daud?

Naskah Aramaik memecahkan persoalan sulit tersebut. Matius 1:16 naskah Yunani menuliskan “Yusuf suami Maria”. Naskah Aramaik menuliskan “Yusuf adalah ܓ݁ܰܒ݂ܪܳܗ (gowra) dari Maria”. Istilah “gowra” dapat bermakna “suami” namun dapat pula bermakna “ayah”. Definisi kata ini sangat penting untuk memecahkan semua masalah ini. Dengan menempatkan terjemahan “ayah” pada Yusuf maka nama Maria ditambahkan sehingga genap menjadi 14 keturunan. Bukankah Maria keturunan Daud juga?

“Sida-sida atau” “Orang Beriman?”(Kis Ras 8:27)

Lalu berangkatlah Filipus. Adalah seorang Etiopia, seorang sida-sida, pembesar dan kepala perbendaharaan Sri Kandake, ratu negeri Etiopia, yang pergi ke Yerusalem untuk beribadah”.

Kata yang diterjemahkan dengan “sida-sida” dalam naskah Yunani disebut dengan ευνουχος(eunuchos). Dalam naskah Peshitta dituliskan ܡܗܰܝܡܢܳܐ  (mhaymna). Kata ini bisa bermakna “sida-sida” atau “orang yang kebiri” (Mat 19:12). Namun juga dapat bermakna “orang beriman” (Mat 24:45, Ef 6:21)

Namun untuk kasus Kisah Rasul 8:27 tidak masuk akal karena dikaitkan dengan beribadah ke Bait Tuhan di Yerusalem sementara dalam Ulangan 23:1 dikatakan mengenai “orang kebiri” sbb: "Orang yang hancur buah pelirnya atau yang terpotong kemaluannya, janganlah masuk jemaah YHWH”.

Maka kata ܡܗܰܝܡܢܳܐ   (mhaymna) selayaknya diterjemahkan dengan “orang beriman”.


“Simon Si Kusta” atau “Simon si Pembuat Gerabah?” (Mat 26:6)

Ketika Yesus berada di Betania, di rumah Simon si kusta,...”

Jika Yesus bertamu ke rumah orang Kusta, ini bertentangan dengan Imamat 13:45-46 sbb: “Orang yang sakit kusta harus berpakaian yang cabik-cabik, rambutnya terurai dan lagi ia harus menutupi mukanya sambil berseru-seru: Najis! Najis! Selama ia kena penyakit itu, ia tetap najis; memang ia najis; ia harus tinggal terasing, di luar perkemahan itulah tempat kediamannya

Kataܓ݁ܰܪܒ݁ܳܐ܂ (garba) dapat bermakna “pembuat gerabah” namun dapat pula bermakna “sakit kusta”. Dalam kasus ini lebih tepat jika diterjemahkan “Simon si Pembuat Gerabah”


Nabi Yeremia? (Mat 27:9-10)

Dengan demikian genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yeremia: "Mereka menerima tiga puluh uang perak, yaitu harga yang ditetapkan untuk seorang menurut penilaian yang berlaku di antara orang Israel,dan mereka memberikan uang itu untuk tanah tukang periuk, seperti yang dipesankan Tuhan kepadaku

Pernyataan di atas dikutip dari Zakharia 11:13

Tetapi berfirmanlah YHWH kepadaku: "Serahkanlah itu kepada penuang logam!" -- nilai tinggi yang ditaksir mereka bagiku. Lalu aku mengambil ketiga puluh uang perak itu dan menyerahkannya kepada penuang logam di rumah YHWH”.

Mengapa Matius menuliskan bahwa nubuat tersebut berasal dari Yeremia padahal seharusnya Zakharia? Peshitta Aramaik memberikan solusi bahwa tidak ada nama nabi tertentu yang disebut hanya ܢܒ݂ܺܝܳܐ  (nvia).

Kelebihan Teori Peshitta Aramaik Sebagai Sumber Terjemahan Kitab Perjanjian Baru Yunani

Pertama, pendukung teori ini memiliki bukti material berupa Kitab Peshitta dari Abad I dan V. Apalagi dengan ditemukannya manuskrip Khabouris semakin memperkokoh kekuatan teori ini. Kedua, pelestarian penggunaan Kitab Peshitta oleh Gereja Ortodox Timur membuktikan pemeliharaan turun temurun keberadaan Kitab Peshitta. Ketiga, sejumlah persoalan serius yang ditemui dalam naskah Yunani (contoh, beberapa kontradiksi naskah Byzantine dan Alexandria dapat diselesaikan dengan merujuk pada suatu kata dalam bahasa Aramaik yang dapat menimbulkan makna ganda yang terekam menjadi suatu kata yang berbeda dalam kedua naskah tersebut).

Kelemahan Teori Peshitta Aramaik Sebagai Sumber Terjemahan Kitab Perjanjian Baru Yunani

Jika Peshitta adalah Kitab Pertama yang merekam seluruh percakapan dan ajaran serta kehidupan Yesus Sang Mesias namun berlawanan dengan keterangan dalam Talmud yang menyatakan kedudukan bahasa Aramaik sebagai bahasa inferior sebagaimana dikatakan dalam Talmud: “Siapapun membuat permintaan pribadi dalam Bahasa Aramaik, para malaikat yang melayani tidak akan menaruh perhatian, karena para malaikat tidak mengerti Bahasa Aramaik”[2]. Talmud mengatakan: “Empat bahasa memiliki nilai masing-masing: Bahasa Ibrani untuk nyanyian, Latin untuk peperangan, Aramaik untuk nyanyian penguburan dan Bahasa Ibrani untuk percakapan” (Jerusalem Talmud, Tracate Sotah 7:2, 30a)[3].

---------
End Notes:

[1] Sumber pengkajian mengenai bahasa Aramaik sebagai naskah sumber Kitab Perjanjian Baru diambil dari buku Christopher Lancaster, “Was The New Testament Really Written in Greek? A Concise Compendium of the Many Internal and External Evidences of Aramaic Peshitta Primacy” (www.watch.pair.com/peshitta.html)

[2] b Sota 33a; b Shabbat 12b dalam Brent Minge, Jesus Spoke Hebrew: Busting Aramaic Myth,http://sharesong.org/JESUSSPOKEHEBREW.htm

[3] Dalam Brent Minge, Jesus Spoke Hebrew: Busting Aramaic Myth,http://sharesong.org/JESUSSPOKEHEBREW.htm



0 komentar:

Posting Komentar