APAKAH ISTILAH “MARYA” (ܡܳܪܝܳܐ) DALAM PESHITTA ARAMAIK MEMBUKTIKAN BAHWA YESUS ADALAH YAHWEH?
Posted by
Beberapa kelompok Sacred Name Movement (Gerakan Pemulihan Nama Suci) di Indonesia
berusaha untuk membuktikan bahwa Yesus adalah Yahweh yang menjadi manusia
dengan melakukan dua cara. Pertama,
melakukan analisis teks dan proses hermeneutik terhadap naskah Perjanjian Baru
berbahasa Yunani dimana dalam sejumlah kasus setiap pernyataan Yesus yang
pararel dengan Yahweh akan disimpulkan bahwa Yesus adalah Yahweh itu sendiri.
Untuk menjawab metodologi mereka, saya sudah membuat artikel berjudul Meluruskan Kesalahpahaman Seputar Keilahian
Yesus[1].
Kedua, dengan mengandalkan Kitab
Peshitta Aramaik dimana Yesus disebut di beberapa tempat dengan sebutan Marya yang artinya Tuan Yahweh. Benarkah argumentasi ini?
Peshitta
Aramaik
Peshitta artinya “lurus”, “sederhana’,
“umum”. Ini menunjuk pada nama sebuah Kitab baik Perjanjian Lama maupun
Perjanjian Baru dalam bahasa Aramaik. Kitab TaNaKh diterjemahkan dalam bahasa
Aramaik sekitar Abad 2 sM dan Kitab Perjanjian Baru berbahasa Aramaik mulai
distandarisasi pada Abad 5 Ms (tanpa 2 Petrus, 2 Yohanes, 3 Yohanes, Yudas,
Wahyu). Kitab Peshitta dipergunakan oleh kelompok Kristen yang berada di
wilayah Timur seperti Gereja Orthodox Syria. Mengenai eksistensi Peshitta
Aramaik apakah sumber bagi penerjemahan Perjanjian Baru berbahasa Yunani atau
sebaliknya, masih menjadi perdebatan para ahli bahasa.
Makna
Kata Marya
Jika Septuaginta menuliskan kata
penghormatan Kurios untuk nama Tuhan
Yahweh dalam TaNaKh (Kekristenan menyebutnya dengan Perjanjian lama), maka
dalam Peshitta TaNaKh, setiap nama Yahweh ditulis dengan sapaan penghormatan Marya (ܡܳܪܝܳܐ). Sebagai misal
Kejadian 2:4 sbb:[2]
ܗܳܠܶܝܢ ܬܳܘ̈ܠܕܳܬܴܐ ܕ݁ܰܫܡܰܝܳܐ ܘܕ݂ܰܐܪܥܳܐ
|
These are the generations of the heavens and of the earth
|
ܟ݁ܰܕ݂ ܐܶܬܒܪܺܝܘ
|
when they were created,
|
ܒ݁ܝܰܘܡܳܐ ܕ݁ܰܥܒ݂ܰܕ݂ ܡܳܪܝܳܐ ܐܰܠܳܗܳܐ
|
in the day that MARYA God made
|
ܫܡܰܝܳܐ ܘܰܐܪܥܳܐ ܀
|
the earth and the heavens.
|
Dalam Peshitta Perjanjian Baru, ada dua
kata untuk menyebutkan nama penghormatan bagi Yahweh saat mengutip Peshitta
TaNaKh yaitu Marya (ܡܳܪܝܳܐ)[3]
dan d’Marya (ܕ݁ܡܳܪܝܳܐ)[4].
Sebutan Marya muncul dalam ayat berikut:
“Hal itu terjadi supaya genaplah yang
difirmankan Marya (ܡܳܪܝܳܐ) oleh nabi” (Mat 1:22)
Sebutan d’Marya muncul dalam ayat
berikut: “Tetapi ketika ia
mempertimbangkan maksud itu, malaikat d’Marya
(ܕ݁ܡܳܪܝܳܐ)
nampak kepadanya dalam mimpi dan
berkata: "Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai
isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus” (Mat 1:20)
Mengenai makna kata Marya atau d’Marya, kelompok Aramaic Primacist (pendukung teori bahwa Perjanjian Baru ditulis
dalam bahasa sumber yaitu Aramaik, sebagai lawan Greek Primacit dan Hebrew
Primacist) memiliki sejumlah perbedaan pendapat.
Kelompok Pertama: Marya adalah Sebutan Penghormatan Terhadap Yahweh
Kita akan mengutip beberapa pernyataan dalam kamus Syriac mengenai
arti dan penggunaan kata Marya sbb:
William Jennings Syriac Lexicon mengatakan sbb: “MARA, (meem-resh-alap), Mara, absolute and construct; emphatic Mara, m., a lord or master,
Matthew 9:38, Luke 6:5, John 13:13-14, Acts 14:12 (lord or chief of the gods,
i.e.Jupiter); sovereign or ruler; Luke 10:21.1Nrm (meem-resh-noon). MARAN, our
Lord, is often found in the Syriac versions insteadof the Lord, e.g. John
21:7,12. MARAN ATA, (meem-resh-noon alap-taw-alap), Maran atha, our Lord is
come, 1Corinthians 16:22, though this is taken by Dalman as Aram. + pl. suff. +
at (ta), MARNA TA ATA - O Lord come!). Plural MARYA (meem-resh-yodh-alap),
MARON (meem-resh-waw-noon), MAROA (meem-resh-waw-alap-alap). MARYA
(meem-resh-yodh-alap), the emphatic form used for the sacred Hebrew YHWH “Amar
MarYah l'mari” - The LORD said to my Lord, Matthew 22:44, also for Christ as
Lord of all, Acts 10:36,and the one Lord, 1 Corinthians 8:6, Philippians
2:11"[5]
Compendious Syriac menjelaskan sbb: “MARA, absolute and construct, emphatic
MARA and MARYA (meem-resh-yodhalap),the latter form is used only of THE LORD
GOD, and in the Peshitta version of the O.T. represents the Tetragrammaton”[6]
Oraham's Dictionary of the Stabilized and Enriched Assyrian, menjelaskan
sbb: “MURYA - The Lord, an appellation signifying Jesus; Jehovah”[7].
Dari kutipan penjelasan di atas maka kata Marya dimaknai sebagai sebutan penghormatan pengganti yang setara
dengan Adon dan Adonai dalam bahasa Ibrani atau Kurios
dalam bahasa Yunani yang bermakna Tuan
atau Penguasa.
Konsekwensi logis bahwa istilah Marya adalah sebutan penghormatan yang setara dengan Adon, Adonai dan Kurios, maka istilah Marya terikat pada kaidah kebahasaan dan dapat
ditelusuri kedudukannya dalam kosa kata Aramaik.
Konsekwensi logis bahwa kata Marya adalah sebutan penghormatan
pengganti bagi Yahweh, maka dalam struktur ketatabahasaan, kata Marya memiliki
kedudukan tertentu yaitu sebagai kata benda emphatic dan bentuk lexeme.
Marya adalah Kata Benda Emphatic (emphatic noun)
Jika kata Marya adalah bentuk singkat dari nama Yahweh maka akan
muncul bentuk-bentuk lainnya dalam kata Marhun, Maran, Mari dll. Namun itu
tidak terjadi. Tidak pernah ditemui bentuk MarYahun, MarYahan, MarYahi, dll. Ketiadaan bukti tersebut
membuktikan bahwa kata Marya memang berkedudukan sebagai kata benda emphatic[8]
Marya adalah Lexeme
Akar sebuah kata adalah yang paling dahulu ada dan menjadi elemen
dasar dalam keluarga suatu istilah atau kata. Akar kata dapat menghasilkan satu
atau lebih lexeme. Lexeme adalah adalah kata asli atau yang paling dasar yang
dapat dimodifikasi untuk menghasilkan bentuk-bentuk kata yang lain. Contoh akar
kata “Aud” bentuk Lexemenya “Audible” dan “Audit” dan bentuk morphemenya
“Audibility”, “Inaudibility’, “Audibleness”, “Audience”, “Auditory”,
“Auditorium”, “Audition” sebagaimana bagan berikut:[9]
Root
|
Lexeme
|
Morphemes
|
Aud
|
Audible
Audit
|
Audibility, Inaudibility.
Audibleness
Audience, Auditory, Auditorium,
Audition
|
Demikian pula kata Aramaik Marya adalah bentuk Lexeme dari kata
Mara sebagaimana bagan di bawah ini:[10]
Root
|
Lexeme
|
Morphemes
|
Mara
(Tuan, Penguasa, Majikan)
|
Marya
(Sang Tuan, Sang Penguasa, Sang
Majikan)
|
Maran
(Tuan kita)
Mareh
(Tuannya)
|
Jika akhiran “Ya” dalam kata “MarYa” menunjuk pada nama atau bentuk singkat
Yahweh, maka kata tersebut seharusnya muncul dalam setiap bentuk morpheme yang
didasarkan pada lexeme. Sebaliknya, tidak pernah dijumpai unsur nama Yahweh
dalam bentuk morpheme dari kata Marya. Kita akan melihat perbandingan kata
Marya (Tuan) dan Talya (Pelayan) dalam bagan berikut:[11]
Anatomi Kata Marya: Sebuah Perbandingan
Lord
|
Root
|
Lexeme
|
Inflected
Form
|
the Lord
|
Mara
|
Marya
|
Marya
|
the Lords
|
Mara
|
Marya
|
Maraya
|
Lord
|
Mara
|
Marya
|
Marea
|
Lords
|
Mara
|
Marya
|
Maray
|
Lords
|
Mara
|
Marya
|
Marawan
|
our Lord
|
Mara
|
Marya
|
Maran
|
his Lord
|
Mara
|
Marya
|
Mareh
|
her Lord
|
Mara
|
Marya
|
Marawhy
|
her Lords
|
Mara
|
Marya
|
Marah
|
their Lord
|
Mara
|
Marya
|
Marhwn
|
my Lord
|
Mara
|
Marya
|
Mary
|
my Lords
|
Mara
|
Marya
|
Maray
|
your Lord (Sing)
|
Mara
|
Marya
|
Marak
|
your Lord (Sing)
|
Mara
|
Marya
|
Maraky
|
your Lord
(Plur)
|
Mara
|
Marya
|
Markwn
|
your Lords (Plur)
|
Mara
|
Marya
|
Maraykwn
|
Anatomi Kata Talya: Sebuah Perbandingan
Servant
|
Root
|
Lexeme
|
Inflected
Form
|
the Servant
|
Talya
|
Talya
|
Talya
|
the Servants
|
Talya
|
Talya
|
Talaya
|
Servant
|
Talya
|
Talya
|
Talea
|
Servants
|
Talya
|
Talya
|
Talay
|
Servants
|
Talya
|
Talya
|
Taleyn
|
our Servant
|
Talya
|
Talya
|
Talyan
|
his Servant
|
Talya
|
Talya
|
Talyeh
|
his Servants
|
Talya
|
Talya
|
Talywhy
|
her Servant
|
Talya
|
Talya
|
Talyah
|
her Servants
|
Talya
|
Talya
|
Taleyh
|
their Servant
|
Talya
|
Talya
|
Talywhn
|
their Servants
|
Talya
|
Talya
|
Talayhwn
|
my Servant
|
Talya
|
Talya
|
Talyy
|
my Servants
|
Talya
|
Talya
|
Talay
|
your Servant (Sing)
|
Talya
|
Talya
|
Talyak
|
your Servants (Sing)
|
Talya
|
Talya
|
Talyaky
|
your Servant (Plur)
|
Talya
|
Talya
|
Talyakwn
|
your Servants (Plur)
|
Talya
|
Talya
|
Talaykwn
|
Dari uraian bagan di atas nampak bahwa kata Marya adalah bentuk lexeme yang dapat mengalami morphemisasi.
Sebatian Brock pengajar pada Fakultas Studi Oriental dari Oxford Cambridge
mengatakan: “Although I think I have seen
this somewhere as a popular [folk] etymology, I am afraid that from the point
of view of Semitic philology it will not work. Marya is the emphatic form of
mr' (the earlier form in Aramaic would be mr'', which has become mry' in
Syriac), and mr' is attested in earlier Aramaic in many pre-Christian and
non-Jewish inscriptions (many are cited in J.Hoftijzer and K. Jongeling,
Dictionary of Northwest Semitic Inscriptions (1995), II, pp.682-9). (In the
Aramaic of Daniel eg 4:16 there is a 1st person sing. suffixed example, mr'y (=
mr'+y) which in Syriac would appear as mry (= mr+y)"[12] (Meskipun saya pikir saya
telah ini sebagai etimologi populer, namun saya kuatir bahwa dari sudut pandang
filologi Semit , hal tersebut tidak akan berhasil. MarYa adalah bentuk empati
dari Mr’ (bentuk awal dalam bahasa Aram Mr’, yang telah menjadi Mry dalam
bahasa Syria), dan Mr’ telah dibuktikan dalam bahasa Aram permulaan dalam
prasasti pra-Kristen dan non-Yahudi (sebagaimana banyak dikutip dalam
J.Hoftijzer dan K. Jongeling, Dictionary
of Northwest Semitic Inscriptions (1995), II, pp.682-9). (dalam bahasa Aram
dari Daniel 4:16 [dalam naskah Masoretik Daniel 4:19] misalnya ada akhiran
orang pertama tunggal Mr’y (Mr+ y) yang dalam bahasa Syriac akan muncul sebagai
Mry (Mry).
Yang dimaksudkan oleh Brock mengenai Daniel 4:19 mengenai kalimat, “Beltsazar menjawab: "Tuanku, biarlah mimpi itu tertimpa atas musuh
tuanku dan maknanya atas seteru tuanku!”, kata “Tuanku” dipergunakan bahasa
Aram מראי (Maray) dan מרי (Mari).
Demikian pula analisis Dr. George A. Kiraz dalam Syriac Electronic Data Retrieval Archive (SEDRA) menempatkan kata Marya dengan numerisasi no 12407 dan
dikategorikan sebagai kata benda dan bentuk lexeme[13].
Kelompok Kedua: Marya adalah Singkatan dari Tuan Yahweh
Andrew Gabriel Roth menerjemahkan Kitab Peshitta Aramaik ke dalam bahasa
Inggris dan menerbitkan Aramaic English
New Testament (AENT). Setiap ada istilah Marya atau d’Marya yang ditujukan
baik kepada Yahweh maupun Yesus maka akan diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris
dengan “Master Yah” (Tuan Yah) sebagai singkatan dari Yahweh.
Dalam beberapa artikelnya, Gabriel Roth melandaskan pada fakta dalam Yesaya
12:1-2, Mazmur 77:12-13, Mazmur 113:1-3 dimana nama Yahweh disingkat dalam
bentuk Yah.
Sebagaimana dikatakan dalam Yesaya 12:1-2, “Sungguh, Tuhan itu keselamatanku; aku percaya dengan tidak gementar,
sebab Yah Yahweh itu kekuatanku dan
mazmurku, Ia telah menjadi keselamatanku” (Yes 12:2). Menurut penelitian
Gabriel Roth, ungkapan יה יהוה ויהי־לי לישׁועה׃ (Yah Yahweh wayehi li lishuah) dalam Peshitta TaNaKh dituliskan dengan
“Marya”. Dalam penjelasannya, beliau menyimpulkan, “Now, in places where the Hebrew Tanakh
reads Adonai and it is 100% clear that its meaning is YHWH, the Aramaic
universally substitutes with MarYah”[14]
(Sekarang, di tempat di mana Tanakh Ibrani membaca Adonai maka
itu dapat dipastikan 100% bahwa maknanya adalah YHWH, kata Aram yang secara universal
diganti dengan sebutan Marya)
Sebutan Marya
dan d’Marya Bagi Yesus Dalam Peshitta
Dalam Peshitta Aramaik ditemui sejumlah data dan fakta
bahwa Yesus disebut dengan julukan Marya
dan d’Marya.
Sejumlah ayat yang menghubungkan Yesus dengan sebutan Marya al., Matius 22:43, 45, Markus
12:29, Lukas 2:11, Kisah Rasul 10:36, Roma 14:9, 1 Korintus 8:6.
“Kata-Nya kepada
mereka: "Jika demikian, bagaimanakah Daud oleh pimpinan Roh dapat menyebut
Dia Tuannya (ܡܳܪܝܳܐ - Marya),
ketika ia berkata...” (Mat 22:43)
Sejumlah ayat yang menghubungkan Yesus dengan sebutan d’Marya al., Kisah Rasul 2:38, 1
Korintus 11:27,29, 1 Korintus 12:3, Filipi 2:11.
“Karena itu aku mau
meyakinkan kamu, bahwa tidak ada seorang pun yang berkata-kata oleh Roh Tuhan,
dapat berkata: "Terkutuklah Yesus!" dan tidak ada seorang pun, yang
dapat mengaku: "Yesus adalah Junjungan
Agung" (ܡܳܪܝܳܐ - d’Marya), selain oleh Roh Kudus” (1 Kor 12:3).
Kedua kelompok di atas memberikan terjemahan yang berbeda
terkait kata Marya dan d’Marya yang dihubungkan terhadap Yesus.
Kelompok pertama tetap menerjemahkan kata Marya dan d’Marya dengan sebutan Lord (Tuan) dan The Lord (Tuan itu) sebagaimana beberapa terjemahan berikut:
ETH “For there is born for you to-day the Redeemer, who is the Lord the Meshicha, in the city of David”
(Luk 2:11) [15]
MRD “For there is born to you
this day a deliverer, who is the Lord
Messiah, in the city of David” (Luk 2:11)[16]
LEW “Unto you is born this day a
Saviour, who is the Lord, the Christ,
in the city of David”. (Luk 2:11)[17]
Berbeda dengan terjemahan
di atas, Andrew Gabriel Roth dalam Aramaic
English New Testament menerjemahkan, “For
today in the city of David there has been born for you a Saviour, who is Lord-Yah the Messiah”.
Dalam artikelnya yang
berjudul, Roth menyimpulkan, “Here’s the crucial key omitted in the Greek: So is Jesus!
In many verses of the New Testament, Jesus is called ‘MarYah’, a name ONLY used
for God. These many verses are spread throughout the Scriptures too, not just centralised
and caused by misunderstanding or some such. All the writers of the New
Testament KNEW that Jesus is God, so it is not surprising to find Him being
called ‘MarYah’ in many different books. The Peshitta leaves NO DOUBT that
Jesus was God Himself, manifest in the flesh. Now that you have had time to
understand that ‘the LORD’ and ‘the Lord’ are the same ‘person’, the same God,
let us examine some ofthe verses that call Jesus, ‘MarYah’, a name undisputedly
used ONLY for God”[18]
(Berikut adalah kunci penting yang dihilangkan dalam bahasa Yunani: Tiada lain
mengenai Yesus! Dalam banyak ayat Perjanjian Baru, Yesus disebut dengan MarYah,
sebuah nama yang HANYA digunakan untuk Tuhan. Ayat-ayat ini banyak tersebar di
seluruh Kitab Suci juga, bukan hanya terpusat dan disebabkan oleh
kesalahpahaman atau semacam itu. Semua penulis Perjanjian Baru TAHU bahwa Yesus
adalah Tuhan itu sendiri, sehingga tidak mengherankan untuk menemukan Dia yang
disebut MarYah dalam banyak kitab. Kitab Peshitta tidak meninggallkaan keraguan
bahwa Yesus adalah Tuhan itu sendiri, yang mewujudkan dirinya dalam daging.
Sekarang Anda telah memiliki waktu untuk memahami bahwa TUAN dan Tuan adalah
menunjuk pada pribadi yang sama, yaitu Tuhan yang sama, dan mari kita lihat
beberapa ayat lainnya yang menyebut Yesus, dengan sebutan MarYah, sebuah nama yang
tidak diragukan lagi HANYA digunakan untuk Tuhan)
Dengan pernyataannya di atas, Gabriel Roth hendak
mengatakan bahwa setiap kata Marya
atau d’Marya yang dihubungkan
terhadap diri Yesus, harus diterjemahkan “Master Yah” atau “Lord Yah” atau
“Tuan Yah”. Konsekwensi logisnya maka Yesus adalah Yahweh itu sendiri yang
menjadi manusia.
Berikut beberapa kutipan ayat yang disitir oleh Andrew
Gabriel Roth dimana kata Marya dan d’Marya dihubungkan dengan Yesus
sehingga kata tersebut harus diterjemahkan menjadi Tuan Yah sbb:[19]
“For today is born to
you in the city of David, a Saviour, who
is MarYah Meshikha (Lord Yah THE Messiah=YHVH THE Messiah)” (Luk 2:11).
“Therefore let all
the house of Israel know for certain that God has made this very Yeshua (Jesus)
whom you have crucified, both MarYah
(Lord Yah=YHVH) and THE Messiah” (Acts 2:36)
“Then Shimon (Peter)
said to them, “Repent and be baptized, every one of you, in the name MarYah Yeshua (Lord Yah Yeshua=YHVH Yeshua) for the
forgiveness of sins, so that you may receive the gift of the Holy Spirit
(d'Rukha d'Qudsha in Aramaic, Ruach HaKodesh in Hebrew)” (Acts 2:38)
“ For God sent the
word to the children of Israel, preaching peace and tranquility by Yeshua THE
Messiah, He is MarYah (Lord Yah=YHVH)
of all” (Acts 10:36)
“yet for us there is
one God, the Father, from whom comes every thing and by whom we live; and one MarYah Yeshua Meshikha (Lord Yah Yeshua THE
Messiah), by whom are all things, and we by Him” (1 Corinthians 8:6)
“Therefore, I want
you to understand that no one, speaking by the Spirit of God, calls Yeshua
accursed: and that no man can say that Yeshua
is MarYah (Lord Yah=YHVH), but by the Holy Spirit’ (1 Corinthians 12:3)
Kritik
Terhadap Pola Penerjemahan Andrew Gabriel Roth
Benarkah kesimpulan dan penerjemahan yang dilakukan oleh
Andrew Gabriel Roth tersebut? Benarkah bahwa sebutan Marya yang ditujukan bagi
Yesus harus diterjemahkan dengan Tuan Yah?
Pertama, mengenai kata Marya,
memang masih debatable (diperdebatkan) apakah istilah ini merupakan bentuk
singkat untuk Mar dan Yah (Tuan Yah, Tuan Yahweh) yang menunjuk pada Yahweh
atau hanya sebutan penghormatan pengganti untuk nama Yahweh. Melihat keunikan
kata Marya dalam Peshitta TaNaKh dimana istilah tersebut hanya dipergunakan
untuk Yahweh dan tidak untuk yang lain, bisa saja istilah Marya menunjuk pada
singkatan untuk Tuan Yahweh. Dan ketika istilah ini dikutip kembali dalam
Peshitta Perjanjian Baru saat mengutip TaNaKh maka dapat dipastikan bahwa
istilah Marya menunjuk pada Tuan Yahweh.
Namun dengan merujuk mayoritas para sarjana Aramaik
terkemuka seperti George Lamsa, Benjamin Murdock, Etheridge, Paul Younan dll
dalam terjemahan mereka dari bahasa Aram ke dalam bahasa Inggris, tidak ada
satupun yang menerjemahkan Marya atau d’Marya dengan sebutan Tuan Yahweh. Jika
mereka sebagai sarjana bahasa Aram tidak menerjemahkan kata Marya dengan Tuan
Yah, maka para sarjana tersebut tentu tidak beranggapan bahwa istilah Marya dan
d’Marya merupakan bentuk singkat dari Tuan Yah.
Bahkan kamus bahasa Syria terkemuka yang diterjemahkan
dalam bahasa Inggris seperti William Jennings, Alexander Yosep Oraham, George A. Kiraz,
Payne Smith tidak satupun menghubungkan istilah Marya dan d’Marya dengan Tuan
Yah. Mustahil para sarjana tersebut tidak mengetahui istilah Marya.
Oleh karenanya saya lebih sepakat untuk menyimpulkan
bahwa istilah Marya atau d’Marya adalah sebuah sebutan, julukan yang khas
ditujukan hanya bagi Yahweh baik dalam Peshitta TaNaKh maupun Peshitta
Perjanjian Baru. Namun tidak benar jika Marya adalah NAMA sebagaimana klaim Andrew Gabriel Roth saat dia berkata, “In many verses of the New Testament, Jesus is called ‘MarYah’, a name
ONLY used for God”[20](
Dalam banyak ayat Perjanjian Baru, Yesus disebut dengan MarYah, sebuah nama yang
HANYA digunakan untuk Tuhan). Marya bukan NAMA (name) melainkan GELAR (Title).
Kedua, dari aspek kebahasaanpun istilah Marya atau d’Marya bagi
Yesus diterjemahkan dengan Tuan Yah, sangat membingungkan dan merusak akidah
keesaan Tuhan. Kita perhatikan ayat-ayat yang diterjemahkan oleh Andrew Gabriel
Roth (saya perbandingkan dengan terjemahan LAI yang disesuaikan dengan asumsi Andrew
Gabriel Roth mengenai penggunaan Marya) dan konsekwensi teologisnya sbb:
“Hari ini telah lahir bagimu
Juruselamat, yaitu Mesias, Tuan
Yahweh, di kota Daud” (Luk 2:11). Bagaimana mungkin
Yahweh yang adalah Tuhan Pencipta harus membuat diri-Nya lahir dalam wujud
manusia? Bukankah dari alur kalimat sudah jelas bahwa yang lahir adalah
Juruslamat yaitu Mesias dan Junjungan Agung?
“Jadi seluruh kaum Israel harus tahu dengan
pasti, bahwa Tuhan telah membuat Yesus,
yang kamu salibkan itu, menjadi Tuan
Yahweh dan Mesias” (Kis 2:36). Bagaimana mungkin Tuhan Yahweh Sang Bapa
yang telah menjadikan manusia Yesus (perwujudan Sang Firman) sebagai Mesias
lalu serentak menjadikan bagi diri-Nya Tuan Yahweh? Dimana letak rasionalitas
dan logika keilahian dalam terjemahan di atas?
"Itulah firman yang Dia suruh sampaikan
kepada orang-orang Israel, yaitu firman yang memberitakan damai sejahtera oleh Yesus Sang Mesias yang adalah Tuan Yahweh dari semua orang’
(Kis 10:36). Bagaimana mungkin kata ganti “Dia” pada ayat di atas yang menunjuk
pada Yahweh Sang Bapa, kemudian secara serentak Dia menjadi Yesus yang adalah
Tuan Yahweh bagi semua orang?
“Namun bagi kita hanya ada satu Tuhan saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala
sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan
satu Tuan Yahweh saja, yaitu Yesus Sang Mesias, yang oleh-Nya segala
sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup” (1 Kor 8:6). Jika
Yahweh satu-satunya Tuhan (Elohim/Theos) dan Bapa (Av/Patros), lalu bagaimana
mungkin Yesus Sang Mesias dalam ayat di atas disebut dengan Tuan Yahweh? Terjemahan
model Gabriel Roth di atas benar-benar mengacaukan dan merusak akidah mengenai
siapa yang mengutus dan siapa yang diutus. Merusak akidah mengenai siapa yang
harus disembah dan siapa yang menyuruh menyembah.
“Karena itu aku mau meyakinkan kamu, bahwa
tidak ada seorang pun yang berkata-kata oleh Roh Tuhan, dapat berkata:
"Terkutuklah Yesus!" dan tidak ada seorang pun, yang dapat mengaku:
"Yesus adalah Tuan Yahweh",
selain oleh Roh Kudus” (1 Kor 12:3). Jika kata Marya dalam ayat ini diterjemahkan
dengan Tuan Yahweh sehingga berimplikasi Yesus adalah Yahweh yang menjadi
manusia, lalu siapakah yang dituju dalam doa dan seruan Yesus berikut ini jika
dirinya adalah Yahweh? “Kemudian Ia menjauhkan diri dari mereka
kira-kira sepelempar batu jaraknya, lalu Ia
berlutut dan berdoa, kata-Nya: "Ya
Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku; tetapi
bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi” (Luk 22:42).
Siapakah Tuhan yang benar yang dimaksudkan oleh Yesus saat beliau bersabda, “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa
mereka mengenal Engkau, satu-satunya Tuhan yang benar, dan mengenal Yesus Kristus
yang telah Engkau utus” (Yoh 17:3).
Ketiga, ternyata kata Maraya merupakan bentuk
jamak dari Marya. Ini dapat kita lihat dalam Kolose 4:1, “Hai tuan-tuan, berlakulah
adil dan jujur terhadap hambamu; ingatlah, kamu juga mempunyai tuan di sorga”.
Ungkapan “tuan-tuan” dalam Peshitta Aramaik dituliskan ܡܳܪܰܝܳܐ (Maraya). Ini membuktikan bahwa kata Marya
memang bukan nama Tuhan dan bukan bentuk singkat Tuan Yah melainkan bentuk
emphatic dan lexeme yang dapat mengalami morphemisasi. Istilah ini muncul
kembali dalam 1 Timotius 6:2a, “Jika tuan
mereka ܡܳܪܰܝܳܐ (Maraya) seorang percaya, janganlah ia
kurang disegani karena bersaudara dalam Kristus, melainkan hendaklah ia
dilayani mereka dengan lebih baik lagi, karena tuan yang menerima berkat
pelayanan mereka ialah saudara yang percaya dan yang kekasih”
Keempat, kata d’Marya
ternyata ditujukan untuk nama seseorang yaitu Maria sebagaimana dalam Roma
16:6, “Salam kepada Maria, yang telah
bekerja keras untuk kamu”. Ungkapan “Salam kepada Maria” dalam Peshitta
Aramaik dituliskan ܕ݁ܡܰܪܺܝܰܐ ܒ݁ܰܫܠܳܡܳܐ ܫܰܐܠܘ (shaalu beshalam
d’Marya)
Kelima, adalah fakta bahwa Yesus Sang Mesias
tidak pernah mendakwa dirinya dengan julukan atau gelar Marya dan d’Marya.
Sebaliknya Yesus bersabda dalam Yohanes 13:13, “Kamu menyebut Aku Guru dan Tuan,
dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuan”. Ungkapan “Guru dan Tuan” dalam naskah Yunani ο διδασκαλος και ο κυριος (ho Didaskalos
kai ho Kurios) dan dalam Peshitta Aramaik dituliskan ܘܡܳܪܰ ܪܰܒ݁ܰܢ (Raban u Maran).
Keenam, bagi mereka yang memiliki pemahaman bahwa
Peshitta Aramaik adalah terjemahan dari naskah Perjanjian Baru Yunani, akan
beralih pada kesahihan Old Syriac sebagai bahasa Aram yang lebih tua dari
Peshitta. Dan setiap ungkapan Marya
yang ditujukan pada Yesus dalam sejumlah ayat al., Matius 22:43 seharusnya
dipergunakan kata Mari (Tuanku)
sebagaimana perbandingan bagan berikut:
Peshitta
|
ܘܐܝܟܢܐ ܕܘܝܕ ܒܪܘܚ ܩܪܐ ܠܗ ܡܪܝܐ
waʔîkanâ
dawîd brûḥ qāreʔ leh
māryâ
and.how
David in.spirit calling to.him MARYA
‘and
how is David in spirit calling him “MARYA”?’
|
Sinaitic
|
ܘܐܝܟܢܐ ܕܘܝܕ ܩܪܐ ܠܗ ܡܪܝ
waʔîkanâ
dawîd qāreʔ leh
mārî
and.how
David calling to.him lord.my
‘and
how is David calling him “my lord”?’
|
Curetonian
|
ܐܝܟܢܐ
ܗܟܝܠ ܕܘܝܕ ܒܪܘܚܐ ܕܩܘܕܫܐ ܩܪܐ ܠܗ ܡܪܝ
ʔîkanâ
hākîl dawîd brûḥâ dqûdšâ qāreʔ leh
mārî
how therefore David in.spirit of.holiness calling to.him lord.my
‘how
therefore is David in the spirit of holiness calling him “my lord”?’
|
Demikian pula
dengan Markus 12:37, Lukas 20:44, Kisah Rasul 2:36. Noel Roede mengatakan, “Therefore I believe we are justified in
seeing a mistranslation or corruption with the use of ܡܳܪܝܳܐ Māryâ in Matthew 22:43-45 and by extension Acts 2:36”[21] (Oleh karena itu
saya percaya kita dibenarkan dalam melihat kesalahan penerjemahan atau korupsi
dengan penggunaan ܡܳܪܝܳܐ Marya dalam Matius 22:43-45 dan Kisah Para Rasul
2:36)
Apa Makna Kata Marya dan d’Marya Terhadap Yesus Sang
Mesias?
Sebagaimana telah
diulas dalam bagian sebelumnya bahwa Kitab Peshitta Aramaik menuliskan bukan
hanya julukan Maran (diucapkan oleh
Yesus sendiri) bagi Yesus melainkan Marya
dan d’Marya (dituliskan oleh para
muridnya). Lalu apa arti penulisan kata tersebut terhadap Yesus?
Dalam artikel
saya berjudul Yesus Sang Firman Hidup:
Pemahaman Tentang Hakikat Yesus telah diuraikan mengenai dua aspek Yesus
yaitu secara Ontologis (aspek hakikat) bahwa Yesus adalah Sang Firman menjadi
manusia dan aspek Antropologis bahwa Yesus adalah manusia penjelmaan Sang
Firman[22].
Sang Firman tidak
bisa disamakan begitu saja dengan Tuhan namun tidak bisa begitu saja dibedakan
dengan Tuhan. Dengan ungkapan, “Firman itu bersama-sama dengan Tuhan” (Yoh 1:1)
bermakna Firman itu dibedakan dengan Tuhan. Sementara ungkapan “Firman itu
adalah Tuhan”(Yoh 1:1) bermakna bahwa Sang Firman itu sehakikat, setara,
sederajat, melekat dengan Tuhan Yahweh. Karena Firman itu setara, sehakikat,
sederajat, melekat dengan Tuhan, maka Firman Tuhan tentu saja kekal dan tidak
diciptakan. Sebaliknya, Firman Tuhan adalah Daya Cipta Tuhan darimana segala
sesuatu ada (Kej 1:3, Mzm 33:6, Yoh 1:3, Ibr 1:3).
Yohanes 1:14 dengan
tegas mengatakan bahwa “Sang Firman telah menjadi manusia”. Ayat tersebut tidak
mengatakan bahwa yang menjadi manusia adalah Tuhan Yahweh melainkan Firman
Tuhan Yahweh.
Dengan latar
belakang pemahaman pembacaan Yohanes 1:1-18 di atas maka jelas mengenai
kedudukan Yesus baik secara ontologis maupun antropologis maka kita akan mudah
memaknai sebutan Marya dan d’Marya bagi Yesus Sang Mesias harus
diartikan bukan sebagai bentuk singkat Tuan Yahweh, melainkan cara penulis
Peshitta Aramaik untuk memberikan pesan teologis bahwa Yesus memiliki sifat
keilahian karena hakikat Yesus adalah Firman Tuhan yang setara, sehakikat,
sederajat, melekat dengan Tuhan Yahweh.
Maka ungkapan ܡܫܺܝܚܳܐ ܝܶܫܽܘܥ ܡܳܪܝܳܐ (Marya Yeshu
Meshikha, 1 Kor 8:6) bukan diterjemahkan “Tuan Yah Yeshu Meshikha” melainkan “Junjungan
Agung Yesus Sang Mesias”. Demikian pula ungkapan ܝܶܫܽܘܥ ܗܽܘ ܕ݁ܡܳܪܝܳܐ (d’Marya Hu Yeshu, 1 Kor 12:30 bukan
diterjemahkan, “Tuan Yah adalah Yeshu” melainkan “Yesus adalah Junjungan Agung
Yang Ilahi”.
Dalam artikel
saya berjudul Pemahaman Mengenai Sebutan
Kurios Bagi Yesus Sang Mesias, telah diuraikan mengenai kategorisasi
penerjemahan kata Yunani Kurios bagi Yesus yaitu Tuan (jika membaca kata Kurios bagi Yesus dalam Keempat Injil baik
Matius, Markus, Lukas, Yohanes), Junjungan
Agung (jika membaca kata Kurios bagi Yesus dari Kisah Rasul sampai Wahyu), Junjungan Agung Yang Ilahi (khusus
ketika kata Kurios bagi Yesus muncul dalam formula doksologis)[23].
Contoh penerjemahan kata Kurios dengan Junjungan Agung Yang Ilahi adalah dalam
Filipi 2:9-11 sbb: “Itulah sebabnya Tuhan
sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama,
supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada
di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: " Yesus
Sang Mesias adalah Junjungan Agung Yang
Ilahi," bagi kemuliaan Tuhan, Bapa!”. Menariknya, ungkapan Yunani κυριος ιησους χριστος (Kurios
Iesous Christos) dalam Peshitta Aramaik dituliskan ܡܫܺܝܚܳܐ ܝܶܫܽܘܥ ܗ݈ܘ ܕ݁ܡܳܪܝܳܐ (d’Marya Hu
Yeshu Meshikha).
Demikianlah
penjelasan dan kajian mengenai kata Marya dan d’Marya baik bagi Yahweh maupun
Yesus Sang Mesias. Kiranya kajian di atas semakin mendorong kita memperdalam
aspek penulisan bahasa sumber Perjanjian Baru (Ibrani, Aramaik, Yunani) dan
memahami sebuah istilah dan kata tertentu dalam konteks penggunaan bahasa dan
latar belakang sosial, kebudayaan, keagamaan pada abad dimana kitab suci
dituliskan sehingga kita memiliki pemahaman yang utuh dan dapat
dipertanggungjawabkan.
[1] Meluruskan Kesalahpahaman Seputar Keilahian
Yesus
[2] Aramaic Old Testament: “Commonly known as the ‘Peshitta Tanakh’.” London :
Trinitarian Bible Society. Reprinted Eugene , Oregon :
Wipf & Stock Publishers. 1954.
[3] Peshitta
verses that contains ܡܳܪܝܳܐ
[4] Peshitta
verses that contains ܕ݁ܡܳܪܝܳܐ
[5] William Jennings, Syriac Lexicon (Oxford University Press, 1926), p. 130-131
[6] R. Payne Smith, Compendious Syriac (Oxford University Press, 1902; Reprinted by
Wipf and Stock Publishers, 1999), p. 2983
[7] Alexander Yosep Oraham, Oraham's Dictionary of the Stabilized and Enriched Assyrian, , p.
314
[8] The Maryah Deception
[9]
Ibid.,
[10]
Ibid.,
[11]
Ibid.,servants
[12]
Ibid.,
[13] Dr. George A. Kiraz, Syriac Electronic Data Retrieval Archive
(SEDRA), disediakan oleh the Syriac Computing Institute. Copyright © 2006-2011,
Dukhrana Biblical Research
[14]
Andrew Gabriel Roth, Definitions of MARYAH and Related Terms
http://aramaicnttruth.org/downloads/Understanding%20why%20MarYah%20is%20the%20Aramaic%20Name%20for%20YHWH.pdf
[15]
Peshitta - Etheridge Translation (1849)
[16]
Peshitta - James Murdock Translation (1856)
[17]
Lewish Peshitta New Testament Translation (1896)
[18] Andrew Gabriel Roth , Original Aramaic proves beyond ANY doubt that
Jesus is God
http://aramaicnttruth.org/downloads/outside/AramaicJesusGodMaryahAlaha.pdf
[19]
Roy A. Reinhold, Use of the Name of God
(YHVH) in the New Testament:
And the Divinity of Jesus (Yeshua)
[20]
Op.Cit., Original Aramaic proves beyond ANY doubt that Jesus is God
[22]
Teguh Hindarto, Yesus Sang Firman Hidup:
Pemahaman Tentang Hakikat Yesus
[23]
Teguh Hindarto, Pemahaman Mengenai
Sebutan Kurios Bagi Yesus Sang Mesias,
http://teguhhindarto.blogspot.com/2011/02/pemahaman-mengenai-sebutan-kurios-bagi.html
0 komentar:
Posting Komentar