RSS Feed

APAKAH ISTILAH “MARYA” (ܡܳܪܝܳܐ) DALAM PESHITTA ARAMAIK MEMBUKTIKAN BAHWA YESUS ADALAH YAHWEH?

Posted by Teguh Hindarto



Beberapa kelompok Sacred Name Movement (Gerakan Pemulihan Nama Suci) di Indonesia berusaha untuk membuktikan bahwa Yesus adalah Yahweh yang menjadi manusia dengan melakukan dua cara. Pertama, melakukan analisis teks dan proses hermeneutik terhadap naskah Perjanjian Baru berbahasa Yunani dimana dalam sejumlah kasus setiap pernyataan Yesus yang pararel dengan Yahweh akan disimpulkan bahwa Yesus adalah Yahweh itu sendiri. Untuk menjawab metodologi mereka, saya sudah membuat artikel berjudul Meluruskan Kesalahpahaman Seputar Keilahian Yesus[1]. Kedua, dengan mengandalkan Kitab Peshitta Aramaik dimana Yesus disebut di beberapa tempat dengan sebutan Marya yang artinya Tuan Yahweh. Benarkah argumentasi ini?

Peshitta Aramaik

Peshitta artinya “lurus”, “sederhana’, “umum”. Ini menunjuk pada nama sebuah Kitab baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru dalam bahasa Aramaik. Kitab TaNaKh diterjemahkan dalam bahasa Aramaik sekitar Abad 2 sM dan Kitab Perjanjian Baru berbahasa Aramaik mulai distandarisasi pada Abad 5 Ms (tanpa 2 Petrus, 2 Yohanes, 3 Yohanes, Yudas, Wahyu). Kitab Peshitta dipergunakan oleh kelompok Kristen yang berada di wilayah Timur seperti Gereja Orthodox Syria. Mengenai eksistensi Peshitta Aramaik apakah sumber bagi penerjemahan Perjanjian Baru berbahasa Yunani atau sebaliknya, masih menjadi perdebatan para ahli bahasa.


Makna Kata Marya

Jika Septuaginta menuliskan kata penghormatan Kurios untuk nama Tuhan Yahweh dalam TaNaKh (Kekristenan menyebutnya dengan Perjanjian lama), maka dalam Peshitta TaNaKh, setiap nama Yahweh ditulis dengan sapaan penghormatan Marya (ܡܳܪܝܳܐ). Sebagai misal Kejadian 2:4 sbb:[2]

ܗܳܠܶܝܢ ܬܳܘ̈ܠܕܳܬܴܐ ܕ݁ܰܫܡܰܝܳܐ ܘܕ݂ܰܐܪܥܳܐ
These are the generations of the heavens and of the earth
ܟ݁ܰܕ݂ ܐܶܬܒܪܺܝܘ
when they were created,
ܒ݁ܝܰܘܡܳܐ ܕ݁ܰܥܒ݂ܰܕ݂ ܡܳܪܝܳܐ ܐܰܠܳܗܳܐ
in the day that MARYA God made
ܫܡܰܝܳܐ ܘܰܐܪܥܳܐ ܀
the earth and the heavens.

Dalam Peshitta Perjanjian Baru, ada dua kata untuk menyebutkan nama penghormatan bagi Yahweh saat mengutip Peshitta TaNaKh yaitu Marya (ܡܳܪܝܳܐ)[3] dan d’Marya (ܕ݁ܡܳܪܝܳܐ)[4].

Sebutan Marya muncul dalam ayat berikut: “Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Marya (ܡܳܪܝܳܐ) oleh nabi” (Mat 1:22)

Sebutan d’Marya muncul dalam ayat berikut: “Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat d’Marya (ܕ݁ܡܳܪܝܳܐ) nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: "Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus” (Mat 1:20)
Mengenai makna kata Marya atau d’Marya, kelompok Aramaic Primacist (pendukung teori bahwa Perjanjian Baru ditulis dalam bahasa sumber yaitu Aramaik, sebagai lawan Greek Primacit dan Hebrew Primacist) memiliki sejumlah perbedaan pendapat.

Kelompok Pertama: Marya adalah Sebutan Penghormatan Terhadap Yahweh

Kita akan mengutip beberapa pernyataan dalam kamus Syriac mengenai arti dan penggunaan kata Marya sbb:

William Jennings Syriac Lexicon  mengatakan sbb: “MARA, (meem-resh-alap), Mara, absolute and construct; emphatic Mara, m., a lord or master, Matthew 9:38, Luke 6:5, John 13:13-14, Acts 14:12 (lord or chief of the gods, i.e.Jupiter); sovereign or ruler; Luke 10:21.1Nrm (meem-resh-noon). MARAN, our Lord, is often found in the Syriac versions insteadof the Lord, e.g. John 21:7,12. MARAN ATA, (meem-resh-noon alap-taw-alap), Maran atha, our Lord is come, 1Corinthians 16:22, though this is taken by Dalman as Aram. + pl. suff. + at (ta), MARNA TA ATA - O Lord come!). Plural MARYA (meem-resh-yodh-alap), MARON (meem-resh-waw-noon), MAROA (meem-resh-waw-alap-alap). MARYA (meem-resh-yodh-alap), the emphatic form used for the sacred Hebrew YHWH “Amar MarYah l'mari” - The LORD said to my Lord, Matthew 22:44, also for Christ as Lord of all, Acts 10:36,and the one Lord, 1 Corinthians 8:6, Philippians 2:11"[5]

Compendious Syriac menjelaskan sbb: “MARA, absolute and construct, emphatic MARA and MARYA (meem-resh-yodhalap),the latter form is used only of THE LORD GOD, and in the Peshitta version of the O.T. represents the Tetragrammaton[6]

Oraham's Dictionary of the Stabilized and Enriched Assyrian, menjelaskan sbb: “MURYA - The Lord, an appellation signifying Jesus; Jehovah[7].

Dari kutipan penjelasan di atas maka kata Marya dimaknai sebagai sebutan penghormatan pengganti yang setara dengan Adon dan Adonai dalam bahasa Ibrani atau Kurios dalam bahasa Yunani yang bermakna Tuan atau Penguasa.

Konsekwensi logis bahwa istilah Marya adalah sebutan penghormatan yang setara dengan Adon, Adonai dan Kurios, maka istilah Marya terikat pada kaidah kebahasaan dan dapat ditelusuri kedudukannya dalam kosa kata Aramaik.

Konsekwensi logis bahwa kata Marya adalah sebutan penghormatan pengganti bagi Yahweh, maka dalam struktur ketatabahasaan, kata Marya memiliki kedudukan tertentu yaitu sebagai kata benda emphatic dan bentuk lexeme.

Marya adalah Kata Benda Emphatic (emphatic noun)

Jika kata Marya adalah bentuk singkat dari nama Yahweh maka akan muncul bentuk-bentuk lainnya dalam kata Marhun, Maran, Mari dll. Namun itu tidak terjadi. Tidak pernah ditemui bentuk MarYahun, MarYahan, MarYahi, dll. Ketiadaan bukti tersebut membuktikan bahwa kata Marya memang berkedudukan sebagai kata benda emphatic[8]


Marya adalah Lexeme

Akar sebuah kata adalah yang paling dahulu ada dan menjadi elemen dasar dalam keluarga suatu istilah atau kata. Akar kata dapat menghasilkan satu atau lebih lexeme. Lexeme adalah adalah kata asli atau yang paling dasar yang dapat dimodifikasi untuk menghasilkan bentuk-bentuk kata yang lain. Contoh akar kata “Aud” bentuk Lexemenya “Audible” dan “Audit” dan bentuk morphemenya “Audibility”, “Inaudibility’, “Audibleness”, “Audience”, “Auditory”, “Auditorium”, “Audition” sebagaimana bagan berikut:[9]

Root

Lexeme
Morphemes
Aud
Audible



Audit
Audibility, Inaudibility. Audibleness

Audience, Auditory, Auditorium, Audition


Demikian pula kata Aramaik Marya adalah bentuk Lexeme dari kata Mara sebagaimana bagan di bawah ini:[10]

Root

Lexeme
Morphemes
Mara
(Tuan, Penguasa, Majikan)
Marya
(Sang Tuan, Sang Penguasa, Sang Majikan)
Maran
(Tuan kita)
Mareh
(Tuannya)

Jika akhiran “Ya” dalam kata “MarYa” menunjuk pada nama atau bentuk singkat Yahweh, maka kata tersebut seharusnya muncul dalam setiap bentuk morpheme yang didasarkan pada lexeme. Sebaliknya, tidak pernah dijumpai unsur nama Yahweh dalam bentuk morpheme dari kata Marya. Kita akan melihat perbandingan kata Marya (Tuan) dan Talya (Pelayan) dalam bagan berikut:[11]

Anatomi Kata Marya: Sebuah Perbandingan

Lord
Root
Lexeme
Inflected Form

the Lord
Mara
Marya
Marya
the Lords
Mara
Marya
Maraya
Lord
Mara
Marya
Marea
Lords
Mara
Marya
Maray
Lords
Mara
Marya
Marawan
our Lord
Mara
Marya
Maran
his Lord
Mara
Marya
Mareh
her Lord
Mara
Marya
Marawhy
her Lords
Mara
Marya
Marah
their Lord
Mara
Marya
Marhwn
my Lord
Mara
Marya
Mary
my Lords
Mara
Marya
Maray
your Lord (Sing)
Mara
Marya
Marak
your Lord (Sing)
Mara
Marya
Maraky
your Lord
(Plur)
Mara
Marya
Markwn
your Lords (Plur)
Mara
Marya
Maraykwn


Anatomi Kata Talya: Sebuah Perbandingan

Servant
Root
Lexeme
Inflected Form

the Servant
Talya
Talya
Talya
the Servants
Talya
Talya
Talaya
Servant
Talya
Talya
Talea
Servants
Talya
Talya
Talay
Servants
Talya
Talya
Taleyn
our Servant
Talya
Talya
Talyan
his Servant
Talya
Talya
Talyeh
his Servants
Talya
Talya
Talywhy
her Servant
Talya
Talya
Talyah
her Servants
Talya
Talya
Taleyh
their Servant
Talya
Talya
Talywhn
their Servants
Talya
Talya
Talayhwn
my Servant
Talya
Talya
Talyy
my Servants
Talya
Talya
Talay
your Servant (Sing)
Talya
Talya
Talyak
your Servants (Sing)
Talya
Talya
Talyaky
your Servant (Plur)
Talya
Talya
Talyakwn
your Servants (Plur)
Talya
Talya
Talaykwn

Dari uraian bagan di atas nampak bahwa kata Marya adalah bentuk lexeme yang dapat mengalami morphemisasi. Sebatian Brock pengajar pada Fakultas Studi Oriental dari Oxford Cambridge mengatakan: “Although I think I have seen this somewhere as a popular [folk] etymology, I am afraid that from the point of view of Semitic philology it will not work. Marya is the emphatic form of mr' (the earlier form in Aramaic would be mr'', which has become mry' in Syriac), and mr' is attested in earlier Aramaic in many pre-Christian and non-Jewish inscriptions (many are cited in J.Hoftijzer and K. Jongeling, Dictionary of Northwest Semitic Inscriptions (1995), II, pp.682-9). (In the Aramaic of Daniel eg 4:16 there is a 1st person sing. suffixed example, mr'y (= mr'+y) which in Syriac would appear as mry (= mr+y)"[12] (Meskipun saya pikir saya telah ini sebagai etimologi populer, namun saya kuatir bahwa dari sudut pandang filologi Semit , hal tersebut tidak akan berhasil. MarYa adalah bentuk empati dari Mr’ (bentuk awal dalam bahasa Aram Mr’, yang telah menjadi Mry dalam bahasa Syria), dan Mr’ telah dibuktikan dalam bahasa Aram permulaan dalam prasasti pra-Kristen dan non-Yahudi (sebagaimana banyak dikutip dalam J.Hoftijzer dan K. Jongeling, Dictionary of Northwest Semitic Inscriptions (1995), II, pp.682-9). (dalam bahasa Aram dari Daniel 4:16 [dalam naskah Masoretik Daniel 4:19] misalnya ada akhiran orang pertama tunggal Mr’y (Mr+ y) yang dalam bahasa Syriac akan muncul sebagai Mry (Mry).

Yang dimaksudkan oleh Brock mengenai Daniel 4:19 mengenai kalimat, “Beltsazar menjawab: "Tuanku, biarlah mimpi itu tertimpa atas musuh tuanku dan maknanya atas seteru tuanku!”, kata “Tuanku” dipergunakan bahasa Aram מראי (Maray) dan מרי (Mari).

Demikian pula analisis Dr. George A. Kiraz dalam Syriac Electronic Data Retrieval Archive (SEDRA) menempatkan kata Marya dengan numerisasi no 12407 dan dikategorikan sebagai kata benda dan bentuk lexeme[13].




Kelompok Kedua: Marya adalah Singkatan dari Tuan Yahweh

Andrew Gabriel Roth menerjemahkan Kitab Peshitta Aramaik ke dalam bahasa Inggris dan menerbitkan Aramaic English New Testament (AENT). Setiap ada istilah Marya atau d’Marya yang ditujukan baik kepada Yahweh maupun Yesus maka akan diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan “Master Yah” (Tuan Yah) sebagai singkatan dari Yahweh.

Dalam beberapa artikelnya, Gabriel Roth melandaskan pada fakta dalam Yesaya 12:1-2, Mazmur 77:12-13, Mazmur 113:1-3 dimana nama Yahweh disingkat dalam bentuk Yah.

Sebagaimana dikatakan dalam Yesaya 12:1-2, “Sungguh, Tuhan itu keselamatanku; aku percaya dengan tidak gementar, sebab Yah Yahweh itu kekuatanku dan mazmurku, Ia telah menjadi keselamatanku” (Yes 12:2). Menurut penelitian Gabriel Roth, ungkapan יה יהוה ויהי־לי לישׁועה׃ (Yah Yahweh wayehi li lishuah) dalam Peshitta TaNaKh dituliskan dengan “Marya”. Dalam penjelasannya, beliau menyimpulkan, “Now, in places where the Hebrew Tanakh reads Adonai and it is 100% clear that its meaning is YHWH, the Aramaic universally substitutes with MarYah[14] (Sekarang, di tempat di mana Tanakh Ibrani membaca Adonai maka itu dapat dipastikan 100% bahwa maknanya adalah YHWH, kata Aram yang secara universal diganti dengan sebutan Marya)

Sebutan Marya dan d’Marya Bagi Yesus Dalam Peshitta

Dalam Peshitta Aramaik ditemui sejumlah data dan fakta bahwa Yesus disebut dengan julukan Marya dan d’Marya.

Sejumlah ayat yang menghubungkan Yesus dengan sebutan Marya al., Matius 22:43, 45, Markus 12:29, Lukas 2:11, Kisah Rasul 10:36, Roma 14:9, 1 Korintus 8:6.

Kata-Nya kepada mereka: "Jika demikian, bagaimanakah Daud oleh pimpinan Roh dapat menyebut Dia Tuannya (ܡܳܪܝܳܐ - Marya), ketika ia berkata...” (Mat 22:43)

Sejumlah ayat yang menghubungkan Yesus dengan sebutan d’Marya al., Kisah Rasul 2:38, 1 Korintus 11:27,29, 1 Korintus 12:3, Filipi 2:11.

Karena itu aku mau meyakinkan kamu, bahwa tidak ada seorang pun yang berkata-kata oleh Roh Tuhan, dapat berkata: "Terkutuklah Yesus!" dan tidak ada seorang pun, yang dapat mengaku: "Yesus adalah Junjungan Agung" (ܡܳܪܝܳܐ - d’Marya), selain oleh Roh Kudus” (1 Kor 12:3).

Kedua kelompok di atas memberikan terjemahan yang berbeda terkait kata Marya dan d’Marya yang dihubungkan terhadap Yesus. Kelompok pertama tetap menerjemahkan kata Marya dan d’Marya dengan sebutan Lord (Tuan) dan The Lord (Tuan itu) sebagaimana beberapa terjemahan berikut:

ETH  For there is born for you to-day the Redeemer, who is the Lord the Meshicha, in the city of David (Luk 2:11) [15]

MRD  For there is born to you this day a deliverer, who is the Lord Messiah, in the city of David (Luk 2:11)[16]

LEW  Unto you is born this day a Saviour, who is the Lord, the Christ, in the city of David. (Luk 2:11)[17]

Berbeda dengan terjemahan di atas, Andrew Gabriel Roth dalam Aramaic English New Testament menerjemahkan, “For today in the city of David there has been born for you a Saviour, who is Lord-Yah the Messiah”.

Dalam artikelnya yang berjudul, Roth menyimpulkan, “Here’s the crucial key omitted in the Greek: So is Jesus! In many verses of the New Testament, Jesus is called ‘MarYah’, a name ONLY used for God. These many verses are spread throughout the Scriptures too, not just centralised and caused by misunderstanding or some such. All the writers of the New Testament KNEW that Jesus is God, so it is not surprising to find Him being called ‘MarYah’ in many different books. The Peshitta leaves NO DOUBT that Jesus was God Himself, manifest in the flesh. Now that you have had time to understand that ‘the LORD’ and ‘the Lord’ are the same ‘person’, the same God, let us examine some ofthe verses that call Jesus, ‘MarYah’, a name undisputedly used ONLY for God[18] (Berikut adalah kunci penting yang dihilangkan dalam bahasa Yunani: Tiada lain mengenai Yesus! Dalam banyak ayat Perjanjian Baru, Yesus disebut dengan MarYah, sebuah nama yang HANYA digunakan untuk Tuhan. Ayat-ayat ini banyak tersebar di seluruh Kitab Suci juga, bukan hanya terpusat dan disebabkan oleh kesalahpahaman atau semacam itu. Semua penulis Perjanjian Baru TAHU bahwa Yesus adalah Tuhan itu sendiri, sehingga tidak mengherankan untuk menemukan Dia yang disebut MarYah dalam banyak kitab. Kitab Peshitta tidak meninggallkaan keraguan bahwa Yesus adalah Tuhan itu sendiri, yang mewujudkan dirinya dalam daging. Sekarang Anda telah memiliki waktu untuk memahami bahwa TUAN dan Tuan adalah menunjuk pada pribadi yang sama, yaitu Tuhan yang sama, dan mari kita lihat beberapa ayat lainnya yang menyebut Yesus, dengan sebutan MarYah, sebuah nama yang tidak diragukan lagi HANYA digunakan untuk Tuhan)


Dengan pernyataannya di atas, Gabriel Roth hendak mengatakan bahwa setiap kata Marya atau d’Marya yang dihubungkan terhadap diri Yesus, harus diterjemahkan “Master Yah” atau “Lord Yah” atau “Tuan Yah”. Konsekwensi logisnya maka Yesus adalah Yahweh itu sendiri yang menjadi manusia.

Berikut beberapa kutipan ayat yang disitir oleh Andrew Gabriel Roth dimana kata Marya dan d’Marya dihubungkan dengan Yesus sehingga kata tersebut harus diterjemahkan menjadi Tuan Yah sbb:[19]

For today is born to you in the city of David, a Saviour, who is MarYah Meshikha (Lord Yah THE Messiah=YHVH THE Messiah)” (Luk 2:11).

Therefore let all the house of Israel know for certain that God has made this very Yeshua (Jesus) whom you have crucified, both MarYah (Lord Yah=YHVH) and THE Messiah” (Acts 2:36)

Then Shimon (Peter) said to them, “Repent and be baptized, every one of you, in the name MarYah Yeshua (Lord Yah Yeshua=YHVH Yeshua) for the forgiveness of sins, so that you may receive the gift of the Holy Spirit (d'Rukha d'Qudsha in Aramaic, Ruach HaKodesh in Hebrew)” (Acts 2:38)

For God sent the word to the children of Israel, preaching peace and tranquility by Yeshua THE Messiah, He is MarYah (Lord Yah=YHVH) of all” (Acts 10:36)

yet for us there is one God, the Father, from whom comes every thing and by whom we live; and one MarYah Yeshua Meshikha (Lord Yah Yeshua THE Messiah), by whom are all things, and we by Him” (1 Corinthians 8:6)
Therefore, I want you to understand that no one, speaking by the Spirit of God, calls Yeshua accursed: and that no man can say that Yeshua is MarYah (Lord Yah=YHVH), but by the Holy Spirit’ (1 Corinthians 12:3)

Kritik Terhadap Pola Penerjemahan Andrew Gabriel Roth

Benarkah kesimpulan dan penerjemahan yang dilakukan oleh Andrew Gabriel Roth tersebut? Benarkah bahwa sebutan Marya yang ditujukan bagi Yesus harus diterjemahkan dengan Tuan Yah?

Pertama, mengenai kata Marya, memang masih debatable (diperdebatkan) apakah istilah ini merupakan bentuk singkat untuk Mar dan Yah (Tuan Yah, Tuan Yahweh) yang menunjuk pada Yahweh atau hanya sebutan penghormatan pengganti untuk nama Yahweh. Melihat keunikan kata Marya dalam Peshitta TaNaKh dimana istilah tersebut hanya dipergunakan untuk Yahweh dan tidak untuk yang lain, bisa saja istilah Marya menunjuk pada singkatan untuk Tuan Yahweh. Dan ketika istilah ini dikutip kembali dalam Peshitta Perjanjian Baru saat mengutip TaNaKh maka dapat dipastikan bahwa istilah Marya menunjuk pada Tuan Yahweh.

Namun dengan merujuk mayoritas para sarjana Aramaik terkemuka seperti George Lamsa, Benjamin Murdock, Etheridge, Paul Younan dll dalam terjemahan mereka dari bahasa Aram ke dalam bahasa Inggris, tidak ada satupun yang menerjemahkan Marya atau d’Marya dengan sebutan Tuan Yahweh. Jika mereka sebagai sarjana bahasa Aram tidak menerjemahkan kata Marya dengan Tuan Yah, maka para sarjana tersebut tentu tidak beranggapan bahwa istilah Marya dan d’Marya merupakan bentuk singkat dari Tuan Yah.

Bahkan kamus bahasa Syria terkemuka yang diterjemahkan dalam bahasa Inggris seperti William Jennings, Alexander Yosep Oraham, George A. Kiraz, Payne Smith tidak satupun menghubungkan istilah Marya dan d’Marya dengan Tuan Yah. Mustahil para sarjana tersebut tidak mengetahui istilah Marya.

Oleh karenanya saya lebih sepakat untuk menyimpulkan bahwa istilah Marya atau d’Marya adalah sebuah sebutan, julukan yang khas ditujukan hanya bagi Yahweh baik dalam Peshitta TaNaKh maupun Peshitta Perjanjian Baru. Namun tidak benar jika Marya adalah NAMA sebagaimana klaim Andrew Gabriel Roth saat dia berkata, “In many verses of the New Testament, Jesus is called ‘MarYah’, a name ONLY used for God”[20]( Dalam banyak ayat Perjanjian Baru, Yesus disebut dengan MarYah, sebuah nama yang HANYA digunakan untuk Tuhan). Marya bukan NAMA (name) melainkan GELAR (Title).

Kedua, dari aspek kebahasaanpun istilah Marya atau d’Marya bagi Yesus diterjemahkan dengan Tuan Yah, sangat membingungkan dan merusak akidah keesaan Tuhan. Kita perhatikan ayat-ayat yang diterjemahkan oleh Andrew Gabriel Roth (saya perbandingkan dengan terjemahan LAI yang disesuaikan dengan asumsi Andrew Gabriel Roth mengenai penggunaan Marya) dan konsekwensi teologisnya sbb:

Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Mesias, Tuan Yahweh, di kota Daud” (Luk 2:11). Bagaimana mungkin Yahweh yang adalah Tuhan Pencipta harus membuat diri-Nya lahir dalam wujud manusia? Bukankah dari alur kalimat sudah jelas bahwa yang lahir adalah Juruslamat yaitu Mesias dan Junjungan Agung?

Jadi seluruh kaum Israel harus tahu dengan pasti, bahwa Tuhan telah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadi Tuan Yahweh dan Mesias” (Kis 2:36). Bagaimana mungkin Tuhan Yahweh Sang Bapa yang telah menjadikan manusia Yesus (perwujudan Sang Firman) sebagai Mesias lalu serentak menjadikan bagi diri-Nya Tuan Yahweh? Dimana letak rasionalitas dan logika keilahian dalam terjemahan di atas?

"Itulah firman yang Dia suruh sampaikan kepada orang-orang Israel, yaitu firman yang memberitakan damai sejahtera oleh Yesus Sang Mesias  yang adalah Tuan Yahweh dari semua orang’ (Kis 10:36). Bagaimana mungkin kata ganti “Dia” pada ayat di atas yang menunjuk pada Yahweh Sang Bapa, kemudian secara serentak Dia menjadi Yesus yang adalah Tuan Yahweh bagi semua orang?

Namun bagi kita hanya ada satu Tuhan saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuan Yahweh saja, yaitu Yesus Sang Mesias, yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup” (1 Kor 8:6). Jika Yahweh satu-satunya Tuhan (Elohim/Theos) dan Bapa (Av/Patros), lalu bagaimana mungkin Yesus Sang Mesias dalam ayat di atas disebut dengan Tuan Yahweh? Terjemahan model Gabriel Roth di atas benar-benar mengacaukan dan merusak akidah mengenai siapa yang mengutus dan siapa yang diutus. Merusak akidah mengenai siapa yang harus disembah dan siapa yang menyuruh menyembah.

Karena itu aku mau meyakinkan kamu, bahwa tidak ada seorang pun yang berkata-kata oleh Roh Tuhan, dapat berkata: "Terkutuklah Yesus!" dan tidak ada seorang pun, yang dapat mengaku: "Yesus adalah Tuan Yahweh", selain oleh Roh Kudus” (1 Kor 12:3). Jika kata Marya dalam ayat ini diterjemahkan dengan Tuan Yahweh sehingga berimplikasi Yesus adalah Yahweh yang menjadi manusia, lalu siapakah yang dituju dalam doa dan seruan Yesus berikut ini jika dirinya adalah Yahweh? Kemudian Ia menjauhkan diri dari mereka kira-kira sepelempar batu jaraknya, lalu Ia berlutut dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi” (Luk 22:42). Siapakah Tuhan yang benar yang dimaksudkan oleh Yesus saat beliau bersabda, “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Tuhan yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus” (Yoh 17:3).

Ketiga, ternyata kata Maraya merupakan bentuk jamak dari Marya. Ini dapat kita lihat dalam Kolose 4:1, “Hai tuan-tuan, berlakulah adil dan jujur terhadap hambamu; ingatlah, kamu juga mempunyai tuan di sorga”. Ungkapan “tuan-tuan” dalam Peshitta Aramaik dituliskan ܡܳܪܰܝܳܐ (Maraya). Ini membuktikan bahwa kata Marya memang bukan nama Tuhan dan bukan bentuk singkat Tuan Yah melainkan bentuk emphatic dan lexeme yang dapat mengalami morphemisasi. Istilah ini muncul kembali dalam 1 Timotius 6:2a, “Jika tuan mereka ܡܳܪܰܝܳܐ (Maraya) seorang percaya, janganlah ia kurang disegani karena bersaudara dalam Kristus, melainkan hendaklah ia dilayani mereka dengan lebih baik lagi, karena tuan yang menerima berkat pelayanan mereka ialah saudara yang percaya dan yang kekasih

Keempat, kata d’Marya ternyata ditujukan untuk nama seseorang yaitu Maria sebagaimana dalam Roma 16:6, “Salam kepada Maria, yang telah bekerja keras untuk kamu”. Ungkapan “Salam kepada Maria” dalam Peshitta Aramaik dituliskan ܕ݁ܡܰܪܺܝܰܐ ܒ݁ܰܫܠܳܡܳܐ ܫܰܐܠܘ (shaalu beshalam d’Marya)

Kelima, adalah fakta bahwa Yesus Sang Mesias tidak pernah mendakwa dirinya dengan julukan atau gelar Marya dan d’Marya. Sebaliknya Yesus bersabda dalam Yohanes 13:13, “Kamu menyebut Aku Guru dan Tuan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuan”. Ungkapan “Guru dan Tuan” dalam naskah Yunani ο διδασκαλος και ο κυριος (ho Didaskalos kai ho Kurios) dan dalam Peshitta Aramaik dituliskan ܘܡܳܪܰ ܪܰܒ݁ܰܢ (Raban u Maran).

Keenam, bagi mereka yang memiliki pemahaman bahwa Peshitta Aramaik adalah terjemahan dari naskah Perjanjian Baru Yunani, akan beralih pada kesahihan Old Syriac sebagai bahasa Aram yang lebih tua dari Peshitta. Dan setiap ungkapan Marya yang ditujukan pada Yesus dalam sejumlah ayat al., Matius 22:43 seharusnya dipergunakan kata Mari (Tuanku) sebagaimana perbandingan bagan berikut:


Peshitta
ܘܐܝܟܢܐ ܕܘܝܕ ܒܪܘܚ ܩܪܐ ܠܗ ܡܪܝܐ
waʔîkanâ dawîd brû qāreʔ leh māryâ
and.how David in.spirit calling to.him MARYA
‘and how is David in spirit calling him “MARYA”?’



Sinaitic
ܘܐܝܟܢܐ ܕܘܝܕ ܩܪܐ ܠܗ ܡܪܝ
waʔîkanâ dawîd qāreʔ leh mā
and.how David calling to.him lord.my
‘and how is David calling him “my lord”?’



Curetonian

ܐܝܟܢܐ ܗܟܝܠ ܕܘܝܕ ܒܪܘܚܐ ܕܩܘܕܫܐ ܩܪܐ ܠܗ ܡܪܝ
ʔîkanâ hākîl dawîd brûâ dqûdšâ qāreʔ leh mā
how therefore David in.spirit of.holiness calling to.him lord.my
‘how therefore is David in the spirit of holiness calling him “my lord”?’

Demikian pula dengan Markus 12:37, Lukas 20:44, Kisah Rasul 2:36. Noel Roede mengatakan, “Therefore I believe we are justified in seeing a mistranslation or corruption with the use of ܡܳܪܝܳܐ Māryâ in Matthew 22:43-45 and by extension Acts 2:36[21] (Oleh karena itu saya percaya kita dibenarkan dalam melihat kesalahan penerjemahan atau korupsi dengan penggunaan ܡܳܪܝܳܐ Marya dalam Matius 22:43-45 dan Kisah Para Rasul 2:36)

Apa Makna Kata Marya dan d’Marya Terhadap Yesus Sang Mesias?

Sebagaimana telah diulas dalam bagian sebelumnya bahwa Kitab Peshitta Aramaik menuliskan bukan hanya julukan Maran (diucapkan oleh Yesus sendiri) bagi Yesus melainkan Marya dan d’Marya (dituliskan oleh para muridnya). Lalu apa arti penulisan kata tersebut terhadap Yesus?

Dalam artikel saya berjudul Yesus Sang Firman Hidup: Pemahaman Tentang Hakikat Yesus telah diuraikan mengenai dua aspek Yesus yaitu secara Ontologis (aspek hakikat) bahwa Yesus adalah Sang Firman menjadi manusia dan aspek Antropologis bahwa Yesus adalah manusia penjelmaan Sang Firman[22].

Sang Firman tidak bisa disamakan begitu saja dengan Tuhan namun tidak bisa begitu saja dibedakan dengan Tuhan. Dengan ungkapan, “Firman itu bersama-sama dengan Tuhan” (Yoh 1:1) bermakna Firman itu dibedakan dengan Tuhan. Sementara ungkapan “Firman itu adalah Tuhan”(Yoh 1:1) bermakna bahwa Sang Firman itu sehakikat, setara, sederajat, melekat dengan Tuhan Yahweh. Karena Firman itu setara, sehakikat, sederajat, melekat dengan Tuhan, maka Firman Tuhan tentu saja kekal dan tidak diciptakan. Sebaliknya, Firman Tuhan adalah Daya Cipta Tuhan darimana segala sesuatu ada (Kej 1:3, Mzm 33:6, Yoh 1:3, Ibr 1:3).

Yohanes 1:14 dengan tegas mengatakan bahwa “Sang Firman telah menjadi manusia”. Ayat tersebut tidak mengatakan bahwa yang menjadi manusia adalah Tuhan Yahweh melainkan Firman Tuhan Yahweh.

Dengan latar belakang pemahaman pembacaan Yohanes 1:1-18 di atas maka jelas mengenai kedudukan Yesus baik secara ontologis maupun antropologis maka kita akan mudah memaknai sebutan Marya dan d’Marya bagi Yesus Sang Mesias harus diartikan bukan sebagai bentuk singkat Tuan Yahweh, melainkan cara penulis Peshitta Aramaik untuk memberikan pesan teologis bahwa Yesus memiliki sifat keilahian karena hakikat Yesus adalah Firman Tuhan yang setara, sehakikat, sederajat, melekat dengan Tuhan Yahweh.

Maka ungkapan ܡܫܺܝܚܳܐ ܝܶܫܽܘܥ ܡܳܪܝܳܐ (Marya Yeshu Meshikha, 1 Kor 8:6) bukan diterjemahkan “Tuan Yah Yeshu Meshikha” melainkan “Junjungan Agung Yesus Sang Mesias”. Demikian pula ungkapan ܝܶܫܽܘܥ ܗܽܘ ܕ݁ܡܳܪܝܳܐ (d’Marya Hu Yeshu, 1 Kor 12:30 bukan diterjemahkan, “Tuan Yah adalah Yeshu” melainkan “Yesus adalah Junjungan Agung Yang Ilahi”.

Dalam artikel saya berjudul Pemahaman Mengenai Sebutan Kurios Bagi Yesus Sang Mesias, telah diuraikan mengenai kategorisasi penerjemahan kata Yunani Kurios bagi Yesus yaitu Tuan (jika membaca kata Kurios bagi Yesus dalam Keempat Injil baik Matius, Markus, Lukas, Yohanes), Junjungan Agung (jika membaca kata Kurios bagi Yesus dari Kisah Rasul sampai Wahyu), Junjungan Agung Yang Ilahi (khusus ketika kata Kurios bagi Yesus muncul dalam formula doksologis)[23]. Contoh penerjemahan kata Kurios dengan Junjungan Agung Yang Ilahi adalah dalam Filipi 2:9-11 sbb: “Itulah sebabnya Tuhan sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: " Yesus Sang Mesias adalah Junjungan Agung Yang Ilahi," bagi kemuliaan Tuhan, Bapa!”. Menariknya, ungkapan Yunani κυριος ιησους χριστος (Kurios Iesous Christos) dalam Peshitta Aramaik dituliskan ܡܫܺܝܚܳܐ ܝܶܫܽܘܥ ܗ݈ܘ ܕ݁ܡܳܪܝܳܐ (d’Marya Hu Yeshu Meshikha).

Demikianlah penjelasan dan kajian mengenai kata Marya dan d’Marya baik bagi Yahweh maupun Yesus Sang Mesias. Kiranya kajian di atas semakin mendorong kita memperdalam aspek penulisan bahasa sumber Perjanjian Baru (Ibrani, Aramaik, Yunani) dan memahami sebuah istilah dan kata tertentu dalam konteks penggunaan bahasa dan latar belakang sosial, kebudayaan, keagamaan pada abad dimana kitab suci dituliskan sehingga kita memiliki pemahaman yang utuh dan dapat dipertanggungjawabkan.




[2] Aramaic Old Testament: “Commonly known as the ‘Peshitta Tanakh’.”  London: Trinitarian Bible Society.  Reprinted Eugene, Oregon: Wipf & Stock Publishers. 1954.
 
[5] William Jennings, Syriac Lexicon (Oxford University Press, 1926), p. 130-131

[6] R. Payne Smith, Compendious Syriac (Oxford University Press, 1902; Reprinted by Wipf and Stock Publishers, 1999), p. 2983

[7] Alexander Yosep Oraham, Oraham's Dictionary of the Stabilized and Enriched Assyrian, , p. 314

[9] Ibid.,

[10] Ibid.,

[11] Ibid.,servants

[12] Ibid.,

[13] Dr. George A. Kiraz, Syriac Electronic Data Retrieval Archive (SEDRA), disediakan oleh the Syriac Computing Institute. Copyright © 2006-2011, Dukhrana Biblical Research

[14] Andrew Gabriel Roth, Definitions of MARYAH and Related Terms
http://aramaicnttruth.org/downloads/Understanding%20why%20MarYah%20is%20the%20Aramaic%20Name%20for%20YHWH.pdf

[15] Peshitta - Etheridge Translation (1849)

[16] Peshitta - James Murdock Translation (1856)

[17] Lewish Peshitta New Testament Translation (1896)

[18] Andrew Gabriel Roth , Original Aramaic proves beyond ANY doubt that Jesus is God
http://aramaicnttruth.org/downloads/outside/AramaicJesusGodMaryahAlaha.pdf

[19] Roy A. Reinhold, Use of the Name of God (YHVH) in the New Testament:
And the Divinity of Jesus (Yeshua)

[20] Op.Cit., Original Aramaic proves beyond ANY doubt that Jesus is God

[21] Noel Roede, Is Jesus Maryah?
www.hebdomad.com

[22] Teguh Hindarto, Yesus Sang Firman Hidup: Pemahaman Tentang Hakikat Yesus

[23] Teguh Hindarto, Pemahaman Mengenai Sebutan Kurios Bagi Yesus Sang Mesias,
http://teguhhindarto.blogspot.com/2011/02/pemahaman-mengenai-sebutan-kurios-bagi.html

0 komentar:

Posting Komentar