RSS Feed

DEBAT FORMAL TENTANG BAHASA PENULISAN PERJANJIAN BARU (3 b)

Posted by Teguh Hindarto


JIMMY JEFFRY DAN SHEM TOV (TEGUH HINDARTO) 

BABAK KETIGA


Introduksi


Berikut saya postingkan hasil diskusi  berseri  selama beberapa bulan antara Sdr Jimmy Jeffry dengan saya sendiri dalam salah satu group diskusi yaitu DISKUSI CERDAS JUDEOCHRISTIANISME DENGAN KEKRISTENAN. Diskusi ini merupakan tanggapan atas artikel saya mengenai BAHASA PENULISAN PERJANJIAN BARU yang saya tuliskan secara berseri dalam blog ini juga dan dibahas dalam forum diskusi.




Jimmy Jeffry:
Anda kembali membuat pernyataan filosofis yg out of context “..Sikap penolakkan mayoritas masyarakat Yerusalem pada waktu itu sangat jelas berkaitan dengan ideologi dan bukan soal ketidaktepatan pronunsiasi terhadap bahasa Yunani”. Jelas sekali konteksnya berbicara masalah ketrampilan berbahasa bukannya sikap ideologis terhadap status bahasa lain. Bahkan anda mengulang kembali penyebutan bahasa penjajah “...maka pemahaman umum orang-orang Yahudi yang menganggap bahasa Yunani adalah bahasa penjajah sehingga mereka enggan mempelajarinya”. Pernyataan anda tsb terbukti tanpa dasar! Malah kontradiksi dgn Yoshepus yg memungkinkan seseorang belajar lebih lanjut sampai mahir jika mereka memilihnya.

Bercakap-cakap dlm bah. Yunani jelas adalah hal yg umum di Palestina. Saya telah memberikan byk bukti ttg hal ini dr berbagai referensi scholars salah satunya Van der Horst yg telah meneliti berbagai jewish inscription & menyimpulkan Greek cukup dominan di Palestina. “...In Jerusalem itself about 40 percent of the Jewish inscriptions from the first-century period (before 70 C.E.) are in Greek. We may assume that most Jewish Jerusalemites who saw the inscriptions in situ were able to read them” Jewish Funerary Inscriptions—Most Are in Greek, Pieter W. Van der Horst, BAR 18:05, Sep/Oct 1992.

Bahkan dlm Talmud disebutkan orang2 yg mempelajari Greek. Talmud Jerusalem, Sotah 9:15 R’ Avahu cited R’ Yochanan: One may teach his daughter Greek, for it is an ornament for her. Shimon bar Abba heard this and said, “R’ Avahu wishes to teach his daughter, and he hangs it on R’ Yochanan! May this happen to me if he heard it from R’ Yochanan!”

Talmud Jerusalem Sotah 9:15 They asked R’ Yehoshua: May one teach his son Greek? He replied: Teach him when it is neither day nor night, as it is written,
---------------- 
Shem Tov (Teguh Hindarto):
Itu dikarenakan antara Anda dan saya memiliki INTERPRETASI YANG BERBEDA terhadap pernyataan Yosephus dalam Antiquites 20:11,2, “...for our nation does not encourage those that learn the languages of many nations”

Anda menafsirkan bahwa kalimat itu terkait dengan ketidaktepatan sebuah pronunsiasi sebuah kata atau kalimat sementara saya menafsirkan kalimat itu sebagai sebuah penolakkan sebagian besar masyarakat Yahudi terhadap penguasaan bahasa Yunani yang merepresentasikan penjajahan. Tidak perlu tafsiran berbelit-belit, kalimat di atas lebih mendukung penyimpulan saya tinimbang penyimpulan Anda.

Adapun pengutipan Talmud dimana ada beberapa rabbi yang menyarankan perihal penggunaan bahasa Yunani sebagaimana bukti inskripsi berbahasa Yunani di wilayah Yerusalem (apalagi hanya 40% bukti), tidak membuktikan apapun bahwa bahasa Yunani adalah bahasa yang diterima oleh keseluruhan penduduk Yerusalem jika merujuk pada pernyataan Yosephus di atas (5 Juni 2012)

Jimmy Jeffry:
Iya bisa saja Yoshepus lebih mahir dlm Ibrani/Aramaik dibanding Yunani, tetapi bukan berarti dia tidak bisa bercakap-cakap & menulis dlm Yunani. Mungkin lebih tepat Yoshepus lebih mahir dlm pronunciation Hebrew/Aramaic dibanding Greek. Apakah menjalankan perintah jenderal Titus hanya sebuah perintah singkat? Yoshepus jelas harus mengerti benar maksud dr jenderal Titus, maka logisnya terjadi percakapan/interaksi antara Yoshepus & Jenderal Titus tentu dlm percakapan Greek. Demikian pula saat melaporkan sesuatu ke jenderal Titus, tentu dia harus menjelaskannya dgn baik serta menjawab pertanyaan2 jenderal Titus.

Dari seluruh kajian ttg Yoshepus jelaslah akan lebih tepat ditafsirkan Yoshepus tdk fasih dlm pronunciation, namun masih bisa bercakap2 dlm Greek dgn cukup lancar bahkan menulis Greek. Apalagi dia cukup lama tinggal di Roma & berinteraksi dgn orang2 yg biasa menggunakan Greek dlm percakapannya.
-------------- 
Shem Tov (Teguh Hindarto):
Saya pun tidak pernah mengatakan bahwa Yosephus sama sekali tidak bisa berbahasa Yunani, apalagi beliau seorang sarjana yang terpelajar dan memiliki kemampuan yang memadai untuk itu. Justru KETIDAKFASIHAN beliau menjadi celah dan kunci untuk karaguan saya terhadap kualitas dan kemampuan para murid Yesus dalam berbahasa Yunani sebagaimana telah saya jelaskan sebelumnya maksud dan tujuan pengutipan Yosephus sbb:

“Maksud saya dengan mengutip pernyataan Yosephus dimana beliau mengatakan, “...that I can’t pronounce Greek with sufficient extantness...” (Antiquites of the Jews 20:11.2) bahwasanya jika beliau sebagai seorang sarjana atau sejarawan Yahudi saja masih begitu banyak kekurangan dan kesulitan untuk membuat sebuah karya terjemahan dalam bahasa Yunani, maka mengandaikan penduduk Yerusalem pada Abad 1 Ms memiliki kemampuan yang fasih dalam berbahasa Ibrani adalah suatu kontradiksi yang menyolok. Dan kalimat Yosephus, “...that I can’t pronounce Greek with sufficient extantness” tidak bisa dilepaskan dengan kalimat berikutnya, “for our nation does not encourage those that learn the languages of many nations”. Jika bahasa-bahasa di luar bahasa Ibrani tidak menjadi sesuatu yang menarik minat bangsa Yahudi untuk mempelajari dan mempergunakannya, maka mengasumsikan Yesus dan para rasul berkomunikasi dan mengajar dalam bahasa Yunani adalah terlalu dipaksakan” (5 Juni 2012)

Jimmy Jeffry:
Sepertinya ada mengabaikan kutipan dlm Antiquites of the Jews 20:11:2.

And I am so bold as to say, now I have so completely perfected the work I proposed to myself to do, that no other person, whether he were a Jew or foreigner, had he ever so great an inclination to it, could so accurately deliver these accounts to the Greeks as is done in these books”.

Jelaskan sekali disebutkan “..deliver these accounts to the Greeks as is done in these books” yg membuktikan Antiquities ditulis oleh Yoshepus.

Saya telah memeriksa sumber yg anda gunakan & ternyata anda hanya memilih teks yg anda inginkan serta mengabaikan lainnya. Dengan hanya menggunakan referensi anda sendiri, telah membuktikan Yoshepus bisa menulis Greek.

“ ..The Jewish Antiquities – This was Josephus’ next work and it appeared around 15 years following The Jewish War. ... He often quotes or paraphrases from the Greek Septuagint.

Against Apion – This is apparently Josephus’ final work. In the first part of the book, Josephus writes to any Greek who had doubted his previous writings or the Jewish antiquity” 

http://www.allabouthistory.org/jewish-historian-josephus-faq.htm

Memang dlm bukunya yg pertama dia menggunakan asisten utk menerjemahkan tulisannya dlm Aramaic ke Greek, tetapi buku2 selanjutnya dia telah menuliskannya sendiri dlm Greek. Referensi berikutnya semakin membuktikan “pengabaian” anda terhadap penulisan Yoshepus dlm Greek. Apakah anda kurang teliti atau sengaja mengabaikannya, i don’t know 

“... The twenty volumes of the Jewish Antiquities, in which Flavius Josephus explains Jewish history to a non-Jewish audience, appeared in 94. Its model is a book by the Greek historian Dionysius of Halicarnassus, who wrote twenty books of Roman Antiquities. This time, JOSEPHUS WROTE THE TEXT IN GREEK AND DID NOT USE A TRANSLATOR. The result is a text which is less pleasant to read, even though its subject matter is very interesting.

http://www.livius.org/jo-jz/josephus/josephus.htm>>>

please be carefull to quote a reference
 -------------- 
Shem Tov (Teguh Hindarto):
Nampaknya Anda pun kurang seksama membaca hasil penerjemahan Yosephus yang justru semakin membenarkan saya mengenai ketidakfasihan dan ketidakmahiran beliau saat dijelaskan dalam link tersebut sbb:

This time, Josephus wrote the text in Greek and did not use a translator. The result is a text which is less pleasant to read, even though its subject matter is very interesting

Yang artinya, “Kali ini, Yosefus menulis teks dalam bahasa Yunani dan tidak menggunakan penerjemah. Hasilnya adalah teks yang kurang menyenangkan untuk dibaca, meskipun subjek yang sangat menarik” http://www.livius.org/jo-jz/josephus/josephus.htm

Jadi saya tidak pernah mengatakan menampik kemampuan Yosephus menuliskan dan menerjemahkan dalam bahasa Yunani hanya berusaha membuktikan ketidakfasihan dan ketidaklancaran seorang sekelas sarjana dalam kaitannya dengan kemampuan murid-murid Yesus yang tidak memiliki latar belakang kesarjanaan sekelas Yosephus (5 Juni 2012)

Jimmy Jeffry:
Ada sepertinya apriori terhadap referens yg saya ajukan tanpa melakukan re-examination sebelumnya. Buku Saldirini byk jadi acuan akademik di kalangan Bible Scholars terutama berkaitan dgn Farisi & Saduki. Saldirini telah melakukan riset berbagai primary source seperti pseudepigrapha, jewish apochypha, Dead Sea Scrolls, Rabbinic Literature Mishnah, Tosefta, Talmud dll. Salah satu uraian Saldarini yg informatif mengenai tokoh Ben Sira (awal abad-2) yg menunjuk pengaruh Greek yg cukup besar “..The most famous description of the scribe in Jewish literature is given by Ben Sira in the early second century (38:24-39:11)... .Ben Sira is influenced by Greek practices and thought but remains centered within the Jewish tradition. For example, he shows the influence of Greek ideas by giving his name as author of the book (50:27)”. Anthony J. Saldarini. Pharisees, Scribes and sadducees in palestinian society, Eerdmans, 2001. 

Sekarang saya tunjukan pemikiran yg mirip dgn Saldirini yaitu dr Talmud Scholar, Travers Herford “...The phrase “near to the kingdom” occurs elsewhere, and is applied to the family of the Patriarch Gamliel II, of whom it is said (b. B.Q. 83), that they were allowed to learn Greek because they were “near to to the kingdom”. The Patriarch was the official representative of the Jews and since as such he must have had frequent intercourse with the government, the knowledge of Greek was necessary”. Travers Herford, Christianity in Talmud and Midrash, William & Norgate, London, 1903. P89.

So jangan membandingkan Talmud dgn referensi modern yg saya gunakan berdasarkan usia penulisan bukunya, perbandingan yg cocok (apple to apple) harus dgn data primer (ancient literature & archaeology) yg jadi dasar kajian buku2 kesarjanaan modern. Justru rujukan anda terhadap Talmud yg kurang tepat & kurang relevan dgn point yg anda maksudkan. Seperti “keberatan” yg telah saya ajukan sebelumnya & akan saya pertajam kembali ttg penyebutan “empat bahasa” dlm Talmud di posting berikut. [[[JJ: Point saya ttg Septugianta utk menunjukan tdk adanya sebuah “sakralitas/keharusan” menggunakan PL/Tanakh Hebrew. Selain itu jika Jewish Diaspora di Alexandria masih paham dgn Hebrew tentu tdk perlu ada Septuagint/LXX, dan tdk ada bukti adanya alasan penerjemahan utk misi proselitisme ke Judaism utk gentiles. Pernyataan anda bhw Septuaginta hanya beredar & berlaku di Alexandria jelas bertentangan dgn realitas sejarah. Jewish di Alexandria bukanlah kelompok terisolasi dr dunia luar, tetapi interaksi terus terjadi dgn kelompok jewish diaspora lainnya di seantero greco-roman termasuk dgn komunitas di Jerusalem. Bukankah 72 rabi itu berasal dr Jerusalem?]]]
---------------- 
Shem Tov (Teguh Hindarto):
Wah, nampaknya Anda berkali-kali gagal memahami arah diskusi dan penjelasan saya. Coba Anda simak kembali penjelasan saya sebelumnya, “Terhadap fakta adanya penggunaan empat bahasa (Ibrani, Aramaik, Yunani, Latin) di Yerusalem tidak saya tolak sebagaimana telah saya jelaskan sebelumnya sbb: “Kita tidak menampik bahwa ada ragam bahasa di Yerusalem di zaman Mesias hidup sebagaimana terekam dalam 19:20 sbb: “Banyak orang Yahudi yang membaca tulisan itu, sebab tempat di mana Yesus disalibkan letaknya dekat kota dan kata-kata itu tertulis dalam bahasa Ibrani, bahasa Latin dan bahasa Yunani”. Ada tiga bahasa yang bereksistensi zaman itu, Ibrani (plus Aramaik), Latin dan Yunani. Namun jangan lupa, fungsi dan kedudukan bahasa itu tidak sama. Talmud mengatakan sbb: “Empat bahasa memiliki nilai masing-masing: Bahasa Yunani untuk nyanyian, Latin untuk peperangan, Aramaik untuk nyanyian penguburan dan Bahasa Ibrani untuk percakapan” (Jerusalem Talmud, Tracate Sotah 7:2, 30a)”

Memangnya informasi Talmud dengan informasi modern dalam buku yang Anda rujuk, “Pharisees, Scribes and Sadducees in Palestinian Society” lebih tua mana sich? Informasi Talmud lebih dapat diandalkan karena berasal dari periode awal sebelum adanya referensi modern yang memberikan pernyataan sebagaimana yang Anda kutip. Kutipan yang Anda buat sampai saat ini tidak membuktikan apapun bahwa Yesus dan para rasul berkomunikasi dan mengajar dalam bahasa selain bahasa Ibrani dan Aramaik”

Dari penjelasan saya di atas bermakna sbb: (1) Saya tidak menolak keragaman bahasa di Palestina Abad I Ms (2) Kedudukan dan penggunaan aneka ragam bahasa tersebut berbeda-beda (3) Bahasa Ibrani tetap eksis berdasarkan informasi Talmud

Mengapa Talmud? Karena Talmud berisikan pernyataan, tafsiran, keterangan dari periode sebelum dan sesudah Yesus Sang Mesias sehingga informasinya lebih dekat dengan peristiwanya. Saya tidak menafikkan informasi dan kajian arkeologis yang kemudian disimpulkan oleh berbagai Ensiklopedi yang Anda kutip namun jawaban Anda hanya berusaha menjelaskan apa yang sudah saya jelaskan bahwa ada aneka ragam penggunaan bahasa di Yerusalem/Palestina Abad I Ms. Namun Anda tidak berhasil membuktikan bahwa bahasa Ibrani hanya bahasa mati dan bahasa yang berkaitan dengan pembacaan Kitab Suci belaka. Informasi Talmud di atas menjelaskan bahwa bahasa Ibrani adalah BAHASA PERCAKAPAN (11 Juni 2012)

Jimmy Jeffry:
So jangan membandingkan Talmud dgn referensi modern yg saya gunakan berdasarkan usia penulisan bukunya, perbandingan yg cocok (apple to apple) harus dgn data primer (ancient literature & archaeology) yg jadi dasar kajian buku2 kesarjanaan modern. Justru rujukan anda terhadap Talmud yg kurang tepat & kurang relevan dgn point yg anda maksudkan. Seperti “keberatan” yg telah saya ajukan sebelumnya & akan saya pertajam kembali ttg penyebutan “empat bahasa” dlm Talmud di posting berikut.

[[[JJ: Point saya ttg Septugianta utk menunjukan tdk adanya sebuah “sakralitas/keharusan” menggunakan PL/Tanakh Hebrew. Selain itu jika Jewish Diaspora di Alexandria masih paham dgn Hebrew tentu tdk perlu ada Septuagint/LXX, dan tdk ada bukti adanya alasan penerjemahan utk misi proselitisme ke Judaism utk gentiles. Pernyataan anda bhw Septuaginta hanya beredar & berlaku di Alexandria jelas bertentangan dgn realitas sejarah. Jewish di Alexandria bukanlah kelompok terisolasi dr dunia luar, tetapi interaksi terus terjadi dgn kelompok jewish diaspora lainnya di seantero greco-roman termasuk dgn komunitas di Jerusalem. Bukankah 72 rabi itu berasal dr Jerusalem?]]]
-------------- 
Shem Tov (Teguh Hindarto):
Pendapat yang mengatakan bahasa Ibrani telah mati dan hanya dipergunakan dalam lingkup studi dan keagamaan didasarkan pada Ensiklopedi dan literatur Teologi modern. Bagaimana Anda akan menuntut “perbandingan yang cocok” (apple to apple) jika sumber referensi Ensiklopedi dan literatur Teologi modern didasarkan pada data primer yang belum sepenuhnya ditemukan baik secara arkeologis maupun literatur? Oleh karenanya saya mengajukan data literatur Talmud sebagai sumber sejarah memetakan situasi Yerusalem Abad I selain data-data arkeologis terkini lainnya. Jadi kritik Anda bahwa pengutipan Talmud adalah tidak tepat, sesungguhnya tidak memiliki dasar yang dapat dipertanggungjawabkan.

Penerjemahan TaNaKh ke dalam Septuaginta khoq diartikan “tdk adanya sebuah “sakralitas/keharusan” menggunakan PL/Tanakh Hebrew?” Lha apa ketika Qur’an, Veda, Bhagavad Gita dan kitab-kitab keagamaan non Kristen diterjemahkan dalam bahasa yang bukan bahasa sumber lantas Anda akan berkata bahwa bahasa Arab bukan bahasa suci penulisan Qur’an atau bahasa Sansekerta bukan bahasa suci penulisan Veda dll? Silahkan lihat penjelasan awal saya mengenai arti LASHON QODESH (Bahasa Suci) yang ditujukan pada bahasa Ibrani dan jangan berusaha merelativisr maknanya dengan berbagai penjelasan yang tidak ada sangkut pautnya dengan topik pembahasan. 

Anda nampaknya menyalahpahami pernyataan saya sehingga mengatakan, “Pernyataan anda bhw Septuaginta hanya beredar & berlaku di Alexandria jelas bertentangan dgn realitas sejarah”. Silahkan Anda membaca penjelasan saya di awal diskusi, “Apa kaitannya Septuaginta dengan Yesus? Apakah Anda punya bukti bahwa Yesus membaca Septuaginta di sinagog Yerusalem padahal Septuaginta beredar dan berlaku di Alexandria bagi komunitas Yahudi berbahasa Yunani”. Anda nampaknya MEMLINTIR dan MENAMBAHI KATA “HANYA” sehingga mengesankan bahwa saya mengatakan bahwa Septuaginta hanya dibaca di Alexandria. Saya tidak akan menjelaskan dimana saya Septuaginta dibaca karena pernyataan itu hanya opini plintiran Anda (11 Juni 2012)


Jimmy Jeffry:
Masalah sakralitas bah. Ibrani telah saya jelaskan sebelumnya. Membandingkan dgn bah. Arab, apakah anda ingin menyamakan cara pandang anda dgn sistem teologi Islam yg sangat menjunjung tinggi bah. Arab? Muslim menganggap Quran yg telah tertulis dlm bah. Arab telah ada di surga “..Nay this is a glorious Qur’an, (inscribed) in a tablet preserved” QS 85:21-22. Eksistensi bah. Arab yg special ini dianggap berdasarkan otoritas ilahi. Bagaimana dgn bah. Ibrani, apakah ada ayat Alkitab yg menunjukan adanya otoritas ilahi terhadap sakralitas bah. Ibrani? So.. sekali lagi, jgn mengabsolutkan sesuatu yg relatif.
------------ 
Shem Tov (Teguh Hindarto):
Anda tidak mengerti arti “sakralitas” yang dikaitkan dengan bahasa Ibrani sehingga masih terus saja berputar-putar dengan membuat perbandingan yang tidak tepat dan hendak mengurangi sakralitasnya hanya dikarenakan bahasa Ibrani TaNaKh telah diterjemahkan dalam bahasa selain Ibrani. Silahkan lihat definisi LASHON QODESH yang dilekatkan terhadap bahasa Ibrani dalam tulisan awal saya.
 Menurut Anda, dalam bahasa apa Tuhan Yahweh menuliskan 10 perintah dalam loh batu di Sinai? Dalam bahasa apa Yahweh mewahyukan Torah?  Jika Anda masih saja bersikeras dan merelatifkan nilai dan sakralitas bahasa Ibrani, lalu mengapa di Sorga seruan vokatif HALELU-YAH masih juga diucapkan? (Why 19:1) (11 Juni 2012)

Jimmy Jeffry:
Anda kembali melakukan selective quote, hanya memilih teks yg cocok utk point anda. Kalimat sebelumnya memperjelas maksud kutipan anda tsb “...Christians were so adept at using the Septuagint to make converts that the rabbis decided very early in the Christian era that synagogues would thenceforth only use Hebrew scrolls. Jews have not used the Septuagint for nearly 2,000 years, even though it was a Jewish translation of the Bible.”

http://www.kencollins.com/bible/bible-p1.htm. 

Orang Yahudi (Judaism Jews) secara resmi tdk menggunakan Septuaginta nanti dimulai sejak konsili Jamnia pd akhir abad ke-1, karena para rabi melihat Septuaginta byk digunakan kekristenan utk kegiatan penginjilan termasuk ke orang Yahudi, sehingga para rabi memutuskan hanya Hebrew Scroll yg digunakan di Sinagoge. Justru referensi anda ini berbalik menyerang posisi anda, karena ada keputusan para rabi utk menggunakan hanya Hebrew Scrolls pd masa awal gerakan kekristenan, berarti pd masa sebelumnya termasuk pd masa pelayanan Yesus,Tanakh non Hebrew seperti Septuaginta telah digunakan di Sinagoge. :-)

Saya berikan bukti dari Bible, eksistensi orang Yahudi yg berbahasa Yunani. Act_6:1 Pada masa itu, ketika jumlah murid makin bertambah, timbullah sungut-sungut di antara orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani terhadap orang-orang Ibrani, karena pembagian kepada janda-janda mereka diabaikan dalam pelayanan sehari-hari. 

Di kalangan jemaat mula-mula terdapat orang Yahudi yg berbahasa Yunani, namun mereka hidup di tengah-tengah orang Yahudi berbahasa Ibrani. Interaksi diantar mereka dimungkinkan karena bahasa Yunani telah dikenal secara umum di kalangan orang Yahudi. Otomatis mereka menggunakan Septuaginta dlm beribadah apakah di sinagoge khusus berbahasa Yunani atau berbaur dgn orang Yahudi berbahasa Ibrani.

Commentaries terhadap Act 6:1 berikut ini memberikan penjelasan ttg eksistensi Septuaginta. John Gill: Hellenists, are meant, not the Greeks that were proselyted to the Jewish religion, though there might be some few among them; but Jews who were born, and had dwelt, in some parts of Greece, and spoke the Greek language, and used the Septuagint version of the Bible;

Matthew Henry: The complainants were the Grecians, or Hellenists, against the Hebrews - the Jews that were scattered in Greece, and other parts, who ordinarily spoke the Greek tongue, and read the Old Testament in the Greek version, and not the original Hebrew

Ayat berikut memberi tambahan bukti eksistensi orang Yahudi berbahasa Yunani di Yerusalem bahkan memiliki potensi utk membunuh Paulus tentu karena jumlah mereka yg signifikan. Act 9:28 Dan Saulus tetap bersama-sama dengan mereka di Yerusalem, dan dengan keberanian mengajar dalam nama Tuhan. Act_9:29 Ia juga berbicara dan bersoal jawab dengan orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani, tetapi mereka itu berusaha membunuh dia

Masih pd referensi (website KenColllins) yg anda kutip, justru memberi pernyataan yg bertentangan dgn posisi anda. Karena disebutkan Septuaginta juga telah byk digunakan di Sinagoge “...The Septuagint became the Bible for Greek-speaking synagogues all over the Roman Empire and became the Bible of the early Christian Church, which also spoke Greek. When the New Testament quotes the Old Testament, it quotes the Septuagint, not the Hebrew”

http://www.kencollins.com/glossary/bible.htm#sept 

Berkaitan dgn Septuginta, berikut kutipan lengkap dari sumber anda “..Pre-Christian Jewish editions of the Septuagint were held in great respect in ancient times; Philo, the Hellenistic Jewish philosopher, and Josephus, the 1st-century Romano-Jewish historian, ascribed divine inspiration to the Jewish translators. But since Late Antiquity, once attributed to a Council of Jamnia, mainstream rabbinical Judaism rejected the Septuagint as valid Jewish scriptural texts because of what were seen as mistranslations along with its Hellenistic elements, preferring the Masoretic tradition of Hebrew texts.”

http://en.wikipedia.org/wiki/Septuagint

Konsili Jamnia terjadi pd sekitar akhir abad 1 bersamaan dgn gerakan kekristenan yg mulai bertumbuh pesat. Karena septuaginta telah digunakan sebagai sarana penginjilan ke kaum Yahudi maka inilah yg melatarbelakangi penolakan Septuagint pd konsili Jamnia. Tetapi pd masa pelayanan Yesus dan kehidupan jemaat mula-mula yg juga pd masa penulisan PB, penggunaan septuaginta telah umum di kalangan Yahudi.
-------------- 
Shem Tov (Teguh Hindarto):
Lagi-lagi Anda membuat daftar panjang jawaban namun selalu TIDAK KORELATIF dengan sanggahan dan pertanyaan. Coba simak penjelasan saya sebelumnya sbb:

Anda belum membuktikan bahwa Septuaginta dipergunakan di Yerusalem! Apa alasan harus menggunakan Septuaginta jika rabi-rabi Yahudi dan masyarakat Yahudi beribadah di Sinagoga dengan bahasa Ibrani dan menggunakan Kitab Suci berbahasa Ibrani? Saya tegaskan sekali lagi bahwa masyarakat Yahudi kuno menolak Septuaginta sebagaimana dikatakan dalam artikel  “The Apocrypha and the Old Testament”

Jews have not used the Septuagint for nearly 2,000 years, even though it was a Jewish translation of the Bible”

http://www.kencollins.com/bible/bible-p1.htm

Demikian pula dalam artikel Septuaginta dijelaskan

But since Late Antiquity, once attributed to a Council of Jamnia, mainstream rabbinical Judaism rejected the Septuagint as valid Jewish scriptural texts because of what were seen as mistranslations along with its Hellenistic elements, preferring theMasoretic tradition of Hebrew texts”

http://en.wikipedia.org/wiki/Septuagint

Anda BELUM MEMBUKTIKAN Yesus membaca Septuaginta di Sinagoga! Anda BELUM MEMBUKTIKAN rasul-rasul membaca Septuaginta di Sinagoga

Saya melakukan “selective quote” didasarkan pada kebutuhan dan urgensitas diskusi kita yang membahas penggunaan Kitab Septuaginta. Saya sudah mengutip dalil historis bahwa Septuaginta memang hanya berlaku di luar Yerusalem. Berpusat di Alexandria kemudian kepada bangsa-bangsa lainnya. Dengan mengutip secara selektif data historis di atas yang menyatakan, “Jews have not used the Septuagint for nearly 2,000 years, even though it was a Jewish translation of the Bible’ dan “mainstream rabbinical Judaism rejected the Septuagint as valid Jewish scriptural texts because of what were seen as mistranslations along with its Hellenistic elements” untuk MEMBUKTIKAN bahwa dugaan Anda sama sekali keliru bahwa Septuaginta berlaku dan dibaca di Yerusalem.

 Menggelikan ketika Anda menyodorkan data mengenai “ orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani” di Yerusalem (Kis 6:1, 9:29) padahal teks tersebut TIDAK MEMBUKTIKAN penggunaan Septuaginta di Yerusalem bahkan di Sinagoga.

Silahkan perbaiki jawaban Anda dan berikan bukti sebagaimana yang saya minta (11 Juni 2012)

Jimmy Jeffry:
Iya memang banyak kutipan Tanakh/PL dlm New Testament (NT) khususnya Septuaginta. Tidak hanya link2 internet yg anda berikan itu tetapi juga berbagai buku & jurnal akademik. Tetapi herannya anda memberi pernyataan kutipan2 itu BELUM MEMBUKTIKAN bahwasanya Yesus menggunakan Septuaginta. Apakah anda telah memeriksa kutipan2 itu secara seksama? 

Saya ambil contoh Mark 7:6-7 / Yes 29:13 - NT English:  This people honoreth me with their lips, But their heart is far from me. But in vain do they worship me, Teaching as their doctrines the precepts of men  - Septuagint English:  This people draw nigh to me with their mouth, and they honour me with their lips, but their heart is far from me: but in vain do they worship me, teaching the commandments and doctrines of men  - Masoret English:  Forasmuch as this people draw nigh unto me, and with their mouth and with their lips do honor me, but have removed their heart far from me, and their fear of me is a commandment of men which hath been taught them  Source:UBS, LXX Brenton, ASV (Notes on Septuagint, Grant Jones, PhD) 

LAI Mar 7:6 Jawab-Nya kepada mereka: “Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik! Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku.  Mar 7:7 Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia.  Yes 29:13 Dan Tuhan telah berfirman: “Oleh karena bangsa ini datang mendekat dengan mulutnya dan memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya menjauh dari pada-Ku, dan ibadahnya kepada-Ku hanyalah perintah manusia yang dihafalkan.

Semua referensi menyatakan Mark 7:6-7 merujuk pd Septuagint dibanding Masoret Text (Proto Masoret). Berikut pendapat Bible Scholar terhadap kutipan ini. “..Jesus’ scripture quotations and allusions sometime agree with the Septuagint against the proto-Masoretic Hebrew. Jesus’ quotation of Isa 29:13 is quite septuagintal, both in form and meaning (cf. Mark 7:6-7). (Lee Martin McDonald, James A. Sanders, Editors: The Canon Debate; Craig A. Evans, The Scriptures of Jesus and His Earliest Followers, p 191-194, 2002)

Karena ini merupakan kalimat langsung dr Yesus, berarti Yesus telah mengetahui/membaca Septuaginta. So ini salah satu bukti kuat bahwa Yesus mengakui eksistensi Septuaginta. Anda kemudian membuat pernyataan “ ..Kesamaan-kesamaan kutipan PB Yunani dengan Septuaginta hanya menguatkan dugaan bahwa penerjemah PB Yunani dari naskah Aramaik”. Sedikit menyentil.. kok anda menyebut naskah Aramaik bukannya naskah Hebraik, bukankah anda cenderung Hebrew Primacist? .. Nanti kita bhs mendalam pd diskusi berikutnya seputar Manuscript NT termasuk masalah kosakata.
 ------------- 
Shem Tov (Teguh Hindarto):
He...he....rupanya Anda terlalu sederhana membuat kesimpulan ya?
 (1) Kitab PB Yunani menuliskan percakapan Yesus dalam bahasa Yunani (2) Perkataan Yesus yang mengutip TaNaKh lebih cocok dengan Septuaginta tinimbang TaNaKh Ibrani (3) Maka disimpulkan bahwa Yesus berbahasa Yunani dan Yesus mengutip Septuaginta

Mengapa Anda tidak berpikir demikian? (1) Yesus orang Yahudi (Ibr 7:14) (2) Yesus bercakap-cakap dan mengajar para muridnya dalam bahasa Ibrani/Yahudi (Fakta yang tersedia, Kitab PB Yunani menuliskan ungkapan Semitik Hebraik/Aramaik seperti Talita kumi, Efata, Tetelestasi, Eli-Eli lama sabakhtani dll) (3) Kisah kehidupan Yesus ditulis pertama kalinya dalam bahasa Ibrani/Yahudi (4) Kisah kehidupan Yesus diterjemahkan dan diperluas oleh penulis dalam bahasa Yunani demi pewartaan Injil

Mengapa Anda tidak berpikir bagaimana logiknya jika Yesus yang seorang Yahudi harus mengajar murid-muridnya dalam bahasa Yunani? Bagaimana mungkin kisah kehidupan Yesus yang bercakap-cakap dan mengajar dalam bahasa Ibrani harus dituliskan kisah kehidupannya dalam bahasa Yunani untuk orang Yahudi? Analoginya, bagaimana mungkin Soekarno harus berpidato dan membakar semangat rakyat Indonesia untuk merebut kemerdekaan dengan menggunakan bahasa Belanda? Atas alasan apa kisah kehidupan Soekarno ditulis dalam bahasa Belanda jika hendak ditujukkan pada rakyat Indonesia yang tidak semuanya melek huruf Belanda?

Menjadi masuk akal jika Kitab PB Yunani adalah sebuah terjemahan dari naskah Semitik Hebraik. Bukti-bukti bahwa Kitab PB Yunani adalah sebuah terjemahan dapat ditelusuri dengan membaca kajian saya berikut ini:

http://teguhhindarto.blogspot.com/2011/10/bahasa-percakapan-yesus.html

http://teguhhindarto.blogspot.com/2011/10/idiom-idiom-semitik-hebraik-dalam.html

dan manakah yang menjadi rujukan penerjemahan PB Yunani? Peshitta Aramaik atau Logia Iesous dalam bahasa Ibrani, dapat Anda simak kajiannya dalam artikel berikut ini:

http://teguhhindarto.blogspot.com/2011/10/sumber-sumber-semitik-kitab-perjanjian.html

http://teguhhindarto.blogspot.com/2011/10/sumber-semitik-kitab-perjanjian-baru-2.html

dengan penjelasan ini maka menjadi masuk akal bahwa kutipan TaNaKh oleh Yesus yang koheren dengan Septuaginta sebagaimana Anda kutipkan al., Mark 7:6-7 / Yes 29:13 hanya dapat dipahami dalam pengertian Kitab PB MELAPORKAN KEMBALI kisah percakapan Yesus dalam TERJEMAHAN YUNANI dengan mendasarkan TERJEMAHAN SEPTUAGINTA saat mengutip TaNaKh (11 Juni 2012)

Jimmy Jeffry:
Saya kira dua pernyataan itu tdk kontradiksi karena masing2 pernyataan harus diletakan pd porsinya masing-masing. Posisi saya jelas, telah terjadi pergeseran dr Hebrew ke Aramaic tetapi tdk sampai membuat Hebrew menjadi bahasa yg mati seperti pendapat beberapa scholar pd masa2 sebelumnya. Pergeseran ini lebih byk dlm konteks percakapan masyarakat level bawah terutama di Galilea dibanding Yerusalem & Yudea. Namun dlm konteks literary peran Hebrew tetap lebih dominan.
------------------- 
Shem Tov (Teguh Hindarto):
Pernyataan Anda sudah “out of date” karena pengkajian Talmud mengatakan, ““Empat bahasa memiliki nilai masing-masing: Bahasa Yunani untuk nyanyian, Latin untuk peperangan, Aramaik untuk nyanyian penguburan dan Bahasa Ibrani untuk percakapan” (Jerusalem Talmud, Tracate Sotah 7:2, 30a). Bahasa Ibrani bukan bahasa literary belaka melainkan percakapan sehari-hari. Anda hanya memelihara mitos akademik (11 Juni 2012)

Jimmy Jeffry:
Pernyataan saya berikutnya “Memang benar Hebrew adalah bahasa dominan di naskah Dead Sea Scrolls tetapi bukan satu2nya bahasa”. Pernyataan ini jelas merujuk konteks bahasa yg digunakan dlm naskah Dead Sea Scrolls yang memang Hebrew lebih dominan. Namun point anda mengenai dominasi Hebrew di naskah Dead Sea Scrolls tdk bisa sertamerta dijadikan dasar menggeneralisasi Hebrew adalah bahasa dominan di kalangan Yahudi di Yerusalem, Yudeo, Galilea maupun di seantero Greco Roman.

Kita perlu membedakan konteks masyarakat Qumran dan orang Yahudi lainnya. Dead Sea Scroll merupakan Qumran Library dr kelompok sektarian yg hidup di lingkungan tertutup di seputar laut mati. Fitzmyer memberi pendapatnya mengenai penggunaan Hebrew ini. “...Hebrew was used in the sectarian literature of the Essenes, those Jews who settled at Qumran adjacent to the caves where the Dead Sea Scrolls were found. They apparently wanted to restore to primary usage what had come to be known as “the sacred language,” because it was the language of the Torah. During the Babylonian captivity (sixth century B.C.) many Jews had been cut off from their homeland; in Babylonia, they had come to use the dominant l ingua franca, Aramaic, a sister language of Hebrew. After their return, some of the returnees probably used Hebrew, but the use of Hebrew does not seem to have been widespread. Fitzmyer, Joseph A. “Did Jesus Speak Greek?.” Biblical Archaeol ogy Revi ew, Sep/Oct 1992, 58-63, 76-77.

Dokumen Aramaic di Dead Sea Scrolls walaupun kurang byk dibanding Hebrew, jelas membuktikan eksistensi Aramaic. Keberadaannya di lingkungan tertutup Qumran yg sektarian menunjukan pengaruh Aramaic yg begitu kuat sehingga bisa berada di lingkungan sektarian tsb. 

Hal menarik yg perlu diperhatikan yaitu keberadaan Tarqum, sebuah parafrase Aramaic dr Taurat. Ada 2 tarqum utama yaitu tarqum onkelos & tarqum jonathan. Mengapa perlu ada Tarqum padahal telah ada Hebrew Scroll (proto masoret)? Ini disebabkan cukup byk orang Yahudi yg tdk begitu paham lagi Hebrew makanya setelah pembacaan Tanakh diikuti penjelasan/terjemahan Aramaicnya. Seorang penerjemah disebut “Meturgeman”dan terjemahannya itu disebut targumim (tunggal, tarqum). Dan diantara naskah Dead Sea Scroll ada terdapat 3 targumim yaitu The targum of Job from Qumran Cave 11, the targumim of Leviticus and Job from Qumran Cave 4, Discoveries in the Judaean Desert 6 (Oxford: Clarendon, 1977), pp. 86–90. Hal ini dinyatakan pula dalam Jewish Encyclopedia tentang eksistensi Tarqum di Sinagoge, “..As an intepretation of the Hebrew text of the Bible the Targum had its place both in the synagogal liturgy and in Biblical instruction, while the reading of the Bible text combined with the Targum”. 

http://www.jewishencyclopedia.com/articles/14248-targum

So, keberadaan Tarqum2 ini memberi bukti kuat eksistensi Aramaic di lingkungan masyarakat Yahudi, sehingga pernyataan “pergeseran Hebrew ke Aramaic” memiliki dasar yg cukup kuat. Lepas dari perdebatan manakah yg lebih dominan apakah hebrew atau aramaic, bahasa Greek jelas memiliki posisi yg juga cukup kuat diantara orang Yahudi. Bahkan di lingkungan tertutup yg sektarian seperti Qumran community terdapat potongan2 dokumen greek di antara naskah Dead Sea Scrolls seperti 4QJer(b), 4QJer(d,17), 4Qdeut(q), 4Qsam(a), 4QLev(d), 4Qexod(b) dll.

Anda memberikan point dominasi Hebrew di naskah Dead Sea Scroll. Namun setelah melihat secara komprehensif konteks Dead Sea Scrolls point anda melemah. Jelas tdk bisa dijadikan dasar utk menilai konteks bahasa di kalangan orang Yahudi secara keseluruhan. Sebagai pembanding, saya mengajukan data yg lebih relevan yaitu berdasarkan tulisan di ribuan batu nisan orang Yahudi sebagaimana hasil penelitian dr Van Der Hort. Jewish Funerary Inscriptions -- Most Are in Greek," Pieter W. Van Der Horst, BAR, Sept.-Oct.1992, p.48).

"One of the most surprising facts about these funerary inscriptions is that most of them are in greek -- approximately 70 percent; about 12 percent are in Latin; and only 18 percent are in Hebrew or Aramaic. These figures are even more instructive if we break them down between Palestine and the Diaspora. Naturally in Palestine we would expect more Hebrew and Aramaic and less Greek. This is true, but not to any great extent. Even in Palestine approximately two-thirds of these inscriptions are in GREEK.”

Data ini jelas menunjukan dominasi Greek di kalangan Yahudi, jauh lebih kuat dibanding data Dead Sea Scrolls yg sifatnya lokal/terbatas dan juga jauh lebih kuat dibanding Talmud yg anda ajukan. Selain itu data Talmud tsb sangat lemah untuk mendukung posisi anda seperti yg telah saya jelaskan sebelumnya. Bahkan di Yerusalem sendiri, prosentasi Greek cukup tinggi 40%, sehingga kita bisa memastikan banyak orang Yahudi tahu Greek.  "In Jerusalem itself about 40 percent of the Jewish inscriptions from the first century period (before 70 C.E.) are in Greek. We may assume that most Jewish Jerusalemites who saw the inscriptions in situ were able to read them”
 -------------- 
Shem Tov (Teguh Hindarto):
Saya akan menggarisbawahi pernyataan Anda, “So, keberadaan Tarqum2 ini memberi bukti kuat eksistensi Aramaic di lingkungan masyarakat Yahudi, sehingga pernyataan “pergeseran Hebrew ke Aramaic” memiliki dasar yg cukup kuat”. Inipun pernyataan yang sudah out of date. Moses Segal menuliskan kesimpulannya sbb:

In earlier Mishnaic [rabbinic] literature no distinction is drawn between Biblical Hebrew and Mishnaic Hebrew. The two idioms are known asLeshon Hagadesh, the Holy Tongue, as contrasted with other languages … What was the language of ordinary life of educated native Jews inJerusalem and Judaea in the period from 400 BCE to 150CE? The evidence presented by Mishnaic Hebrew and its literature leaves no doubt that that language was Mishnaic Hebrew

(Moses Segal, Mishnaic Hebrew Grammar (Oxford, at the Clarendon Press, 1927), pp. 2, 13; emph. added. Likewise Jacob Neusner (ed.), Dictionary of Judaism in the Biblical Period(Peabody, Mass., Hendrickson, 1999), p. 280, where Qumran Hebrew “is a continuation of Late Biblical Hebrew, and is attested c. 200 BCE – c. 70CE”; emph. Added).

Dan Compendious Hebrew-English, English-Hebrew Dictionary. Menegaskan apa yang dikatakan Segal dengan mengatakan “the language of ordinary life” in first century Judaea was Mishnaic Hebrew. It was the first language acquired by children in the home, and the natural medium of communication in daily speech. As Milik early recognized, “Mishnaic [Hebrew] … was at that time the spoken dialect of the inhabitants of Judaea”. 

( J.T. Milik, Ten Years of Discovery in the Wilderness of Judaea (London, SCM Press, 1959), 95; emph. Added)

Dari penjelasan Moses Segal di atas, bahasa penulisan Targum yang dianggap sebagai bahasa Aramaik, sesungguhnya adalah Ibrani Mishnaik.

Mengenai pernyataan Anda, “Dokumen Aramaic di Dead Sea Scrolls walaupun kurang byk dibanding Hebrew, jelas membuktikan eksistensi Aramaic. Keberadaannya di lingkungan tertutup Qumran yg sektarian menunjukan pengaruh Aramaic yg begitu kuat sehingga bisa berada di lingkungan sektarian tsb”. Pernyataan ini sudah cukup bahwa eksistensi bahasa Aramaik tidak dominan dalam naskah Dead Sea Scroll dan jangan ditambahi dengan kalimat, “jelas membuktikan eksistensi Aramaic’. Ini sebuah kontradiksi namanya (11 Juni 2012)

0 komentar:

Posting Komentar