Jika kita membaca Kitab Perjanjian Baru, nama Maria dan Yusuf sudah sangat dikenal sebagai nama orang tua Yesus dari aspek kemanusiaan Yesus sebagai Sang Firman yang menjadi manusia (Yoh 1:14). Namun Kitab Perjanjian Baru pun memberikan kesaksian bahwa Yesus memiliki sejumlah saudara laki-laki maupun saudara perempuan dan nama-nama mereka pun kemudian menjadi pemimpin jemaat Mesias setelah Yesus bangkit dari kewafatan dan naik ke Sorga.
Kajian terhadap eksistensi saudara lelaki dan saudara perempuan Yesus kurang mendapat perhatian dalam sejumlah artikel Kristen. Tidak heran dalam sejumlah novel tulisan-tulisan bernada menyudutkan iman Kristiani seperti Da Vinci Code karya Dan Brown dan tulisan yang terlihat ilmiah disertai data-data arkeologis namun sesungguhnya menolak deskripsi historis Yesus dalam Kitab Perjanjian Baru seperti buku Jesus Dynasty karya DR. James Tabor.
Simak saja ringkasan buku Jesus Dynasty dalam situs penjualan buku karya James Tabor sbb:
“Dalam Jesus Dynasty, sarjana Alkitab bernama James Tabor membawa kita lebih dekat daripada sebelumnya untuk Yesus yang historis. Yesus, seperti yang kita tahu, adalah putra Maryam, seorang wanita muda yang hamil sebelum menikah dengan seorang pria bernama Yusuf. Injil memberitahu kita bahwa Yesus memiliki empat saudara dan dua saudara perempuan, yang semuanya mungkin memiliki ayah yang berbeda darinya. Dia bergabung dengan sebuah gerakan mesianis dimulai oleh dirinya bersama saudaranya yaitu Yohanes Pembaptis, yang dianggapnya sebagai guru dan sebagai nabi besar. Yohanes dan Yesus bersama-sama mengisi peran Dua Mesias yang diharapkan pada saat itu, Yohanes berperan sebagai keturunan imam Harun dan Yesus sebagai keturunan Raja Daud. Mereka bersama-sama memberitakan kedatangan Kerajaan Tuhan. Mereka adalah gerakan apokaliptik yang diharapkan Tuhan untuk mendirikan kerajaan-Nya di bumi, seperti yang dinubuatkan oleh para nabi. Kedua mesias tinggal di waktu kekacauan ketika tanah Israel yang bersejarah dikuasai oleh kekaisaran Romawi yang kuat. Pemberontakan Yahudi yang sengit melawan Roma terjadi semasa hidup Yesus.
Yohanes dan Yesus memberitakan kepatuhan terhadap Torah, atau Hukum Yahudi. Namun misi mereka berubah secara dramatis ketika Yohanes ditangkap dan kemudian dibunuh. Setelah periode ketidakpastian tersebut, Yesus mulai berkhotbah lagi di Galilea dan menantang penguasa Romawi dan kolaborator Yahudi mereka di Yerusalem. Dia menunjuk Dewan Dua Belas untuk memerintah kedua belas suku Israel, di antaranya Yesus dan termasuk empat saudaranya. Setelah ia disalibkan oleh orang Romawi, saudaranya Yakobus - yang "Murid Terkasih" - mengambil alih kepemimpinan dari Dinasti Yesus.
Yakobus, seperti Yohanes dan Yesus sebelumnya, melihat dirinya sebagai seorang Yahudi yang setia. Tak satu pun dari mereka percaya bahwa gerakan mereka adalah sebuah agama baru. Paulus yang mengubah Yesus dan pesannya melalui pelayanan kepada orang non Yahudi, memisahkan diri dengan Yakobus dan para pengikut Yesus di Yerusalem, memberitakan pesan berdasarkan wahyu sendiri yang kemudian berkembang menjadi agama Kristen. Sosok kemanusiaan Yesus menjadi samar, Yohanes menjadi sekadar pendahulu Yesus, dan Yakobus serta semua yang lainnya dilupakan”[1].
Apa yang dapat kita temukan dari Kitab Perjanjian Baru mengenai saudara-saudara Yesus dan peran mereka paska kematian, kebangkitan serta kenaikan Yesus ke Sorga? Kita akan melakukan kajian ringkas mengenai keberadaan mereka dengan melakukan kajian perbandingan dari sumber-sumber sejarah di luar Kitab Perjanjian Baru.